Daftar Isi:
Tritunggal, Trinitas
Ke atas
Ke atas
Ke atas
Kata Trinitas atau Tritunggal tidak terdapat dalam Alkitab. Dan kendati
Tertullianus sudah menggunakan kata itu pada abad 2 M, barulah pada abad
4 kata ini mendapat tempat resmi dalam teologi Kristen. Tapi doktrin
mengenai Allah Tritunggal inilah ajaran Kristen yg paling khas, dan
'mencakup seutuhnya segenap unsur utama kebenaran yg diajarkan agama
Kristen mengenai adanya kegiatan Allah dalam hanya satu istilah umum yg
sangat luhur' (Lowry). Teologi berusaha menerangkan keberadaan Allah
dengan menyatakan, bahwa Allah satu dalam diriNya yg hakiki, tapi Ia
berada dalam tiga cara atau bentuk, masing-masing merupakan Satu diri,
namun dalam cara demikian hakikat Allah yg sebenarnya utuh dalam
masing-masing diri. Harus diakui bahwa uraian mengenai Tritunggal mulamula dikemukakan oleh ahli yg berbahasa Yunani. Istilah-istilah dan
perbedaan-perbedaan yg mereka kemukakan sangat sulit diterjemahkan ke
dalam bahasa lain, termasuk bh Indonesia!
I. Muasal
a. PL
Kendati ajaran ini tidak 'berkibar' dalam PL, Trinitas itu sudah tersirat dalam
penyataan diri Allah sejak masa paling dini. Tapi selaras dengan sifat historis
penyataan Allah, maka ajaran ini mula-mula dikemukakan hanya dalam
bentukyg sangat bersifat bayangan saja. Ajaran ini tersirat bukan hanya
dalam bagian-bagian tersendiri, tapi terajut di sepanjang bentangan 'kain'
penyataan PL. Siratan paling tua ialah yg teracu dalam riwayat penciptaan,
dimana Allah mencipta melalui Firman dan Roh (Kej 1:3). Di sini pertama
kalinya diperkenalkan Firman Allah sebagai pribadi yg mempunyai kuasa
mencipta, dan sekaligus diperkenalkan Roh Allah sebagai pembawa hidup
dan ketertiban bagi seluruh ciptaan itu. Jadi dari sejak masa paling dini
sudah dinyatakan suatu pusat kegiatan dari tiga yg satu seutuhnya. Allah
sebagai Pencipta membuat alam semesta sebagai karya pikiran-Nya,
mengungkapkan pikiran-Nya itu dalam wujud Firman, dan membiarkan
RohNya bekerja sebagai asas yg menghidupkan. Justru alam semesta tidak
terpisah atau lepas dari Allah, juga tidak bertentangan dengan Dia.
c. PB
Pada peristiwa lain kepada Maria dinyatakan bahwa Roh Kudus akan
mengambil bagian dalam penjelmaan anaknya, Yesus (Luk 1:35), bernama
pemberitahuan bahwa Anak yg akan dilahirkannya itu akan disebut 'Anak
Allah Yg Mahatinggi', pewaris takhta Daud. Dengan demikian diungkapkan
bahwa Allah Bapak dan Roh Kudus bekerja dalam penjelmaan Anak Allah.
Dan pada baptisan Yesus di S Yordan ketiga Oknum itu dapat dibedakan:
Anak sedang dibaptis, Bapak sedang berbicara dari sorga dan Roh sedang
turun dalam wujud nyata, yaitu seekor merpati. Jadi Yesus, yg dengan
demikian menerima kesaksian dari Allah Bapak dan Roh Kudus, menerima
kekuasaan untuk membaptis dengan Roh Kudus. Nampaknya Yohanes
Pembaptis sudah sangat dini menyadari, bahwa Roh Kudus bukan hanya
bersama-sama dengan Mesias tapi juga akan datang dari Mesias. Maka
Oknum ketiga ialah Roh Allah yg juga adalah Roh Mesias.
Tuhan Yesus memberi kesaksian tentang Oknum dan tugas Roh Kudus, yg
mengacu pada pemberitahuan bahwa pelayanan-Nya sudah mendekati
akhirnya (Yoh 15:26). Ia menyebut Roh sebagai Roh yg datang dari Allah
Bapak yg juga datang dari Dia sendiri (Yoh 15:26). Inilah dasar ajaran, bahwa
Roh Kudus keluar dari dua Oknum, yaitu dari Bapak dan Anak. Persekutuan
Bapak dengan Roh Kudus tampil dalam karya pelepasan yg dilaksanakan
oleh Kristus. Allah Bapak mengutus Allah Anak untuk melaksanakan
pekerjaan penyelamatan, dan Allah Bapak bersama Allah Anak mengutus
Roh Kudus untuk menerapkan keselamatan yg dikerjakan oleh Kristus.
Dengan demikian jelas mengapa Allah Perjanjian dinyatakan sebagai
Tritunggal, karena keselamatan berasal pada tiap Oknum dalam ke-Allah-an
itu. Ajaran Yesus tentang Tritunggal terungkap paling jelas dan ringkas dalam
rumusan baptisan, yaitu: membaptis ke dalam nama Bapak, Anak dan Roh
Kudus (Mat 28:19). Membaptis 'ke dalam nama' lebih merupakan bentuk
ungkapan Ibrani daripada ungkapan Yunani, dan bermakna pemisahan yg
tajam dari Yudaisme, karena mencakup nama yg tunggal, tidak hanya nama
Allah Bapak saja, tapi nama Anak dan nama Roh Kudus juga.
Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta lebih menonjolkan lagi 'kedirian'
Roh Kudus, dan serentak dengan itu Roh Kudus memberikan terang baru
perihal Anak Allah. Pengertian para rasul tentang Rob Kudus dan
hubunganNya dengan Allah Bapak dan Allah Anak disajikan jelas dalam Kis.
Petrus, dalam menerangkan peristiwa Pentakosta, menggambarkannya
sebagai pekerjaan Allah Tritunggal (Kis 2:32-33). Tepat jika dikatakan bahwa
gereja zaman rasul dibangun beralaskan kepercayaan kepada Allah Bapak,
Anak dan Roh Kudus. Semua surat rasuli sepakat mengaitkan penebusan
kepada Tritunggal, dan tiap Oknum tampil sebagai tujuan penyembahan dan
pemujaan. 'Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus...' (2 Kor 13:13) tidak hanya menyimpulkan seluruh
ajaran para rasul, tapi juga menerangkan makna yg lebih dalam dan hakiki
dari Allah Tritunggal dalam pengalaman hidup Kristen, yakni: kasih karunia
yg menyelamatkan dari Anak sebagai yg membuka pendekatan pada kasih
sayang Allah Bapak dan persekutuan Roh Kudus.
Ajaran Tritunggal mengatakan bahwa Allah satu dalam harkat dan hakikatNya, tapi dalam diriNya ada tiga Oknum yg tidak membentuk perseorangan
yg tersendiri dan berbeda. Ketiga Oknum itu adalah tiga cara atau bentuk
dalam mana Allah berada. Tapi 'Oknum' adalah ungkapan yg tidak sempurna
untuk mengungkapkan kebenaran itu, karena ungkapan ini mengartikan
kepada kita perseorangan yg tersendiri, yg berbudi dan bisa memilih.
Padahal dalam harkat Allah ada BUKAN tiga perseorangan, tapi hanya tiga
pembedaan diri dalam Allah yg satu seutuhnya.
Implikasi-implikasi doktrin Tritunggal sangat vital bagi teologi dan juga bagi
pengalaman dan hidup Kristen. Berkaitan dengan ke-Allah-an, doktrin ini
menyatakan bahwa Allah benar-benar HIDUP. Dan bahwa Allah jauh sama
sekali dari apa pun yg disebut berhenti atau pasif. Allah Tritunggal adalah
keutuhan dan kepenuhan hidup, berada dalam hubungan yg kekal, dan
dalam persekutuan yg tak pernah putus atau berhenti. Hal ini membuat
penyataan dan pengungkapan diri Allah dapat dimengerti. Allah, dalam arti
mutlak, dapat mengungkapkan diriNya sendiri melalui tindakan penyataan
diri sendiri antara ketiga Oknum itu. Dia dapat juga dalam arti terbatas,
mengungkapkan diriNya ke luar melalui penyataan diri sendiri berkomunikasi
terhadap ciptaan-Nya.