PENDAHULUAN
Rencana umum dari sebuah kapal dapat didefinisikan sebagai perancangan di
dalam penentuan atau penandaan dari semua ruangan yang dibutuhkan, ruangan yang
dimaksud seperti ruang muat dan ruang kamar mesin dan akomodasi, dalam hal ini
disebut superstructure (bangunan atas). Disamping itu juga direncanakan penempatan
peralatan-peralatan dan letak jalan-jalan dan beberapa sistem dan perlengkapan
lainnya.
Dalam pembuatan sebuah kapal meliputi beberapa pekerjaan yang secara garis besar
dibedakan menjadi dua kelompok pengerjaan yakni kelompok pertama adalah
perancangan dan pembangunan badan kapal sedangkan yang kedua adalah
perancangan dan pemasangan permesinan kapal.
Pengerjaan atau pembangunan kapal yang terpenting adalah perencanaan untuk
mendapatkan sebuah kapal yang dapat bekerja dengan baik harus diawali dengan
perencanaan yang baik pula.
Pengerjaan kelompok pertama meliputi perencanaan bentuk kapal yang menyangkut
kekuatan dan stabilitas kapal. Sedangkan untuk perencanaan penggerak utama, sistem
propulsi, sistem instalasi dan sistem permesinan kapal merupakan tugas yang
berikutnya.
Dalam perencanaan Rencana Umum terdapat beberapa hal yang perlu dijadikan
pertimbangan yakni :
Penentuan jumlah ABK seefisien dan seefektif mungkin dengan kinerja yang
optimal pada kapal agar kebutuhan ruangan akomodasi dan keperluan lain dapat
ditekan.
Rencana umum adalah suatu proses yang berangsur-angsur disusun dan ini dari
percobaan, penelitian, dan masukan dari data-data kapal yang sudah ada
(pembanding).
Informasi yang mendukung pembuatan rencana umum:
1. Penentuan besarnya volume ruang muat, type dan jenis muatan yang dimuat.
1. Metode dari sistem bongkar muat.
2. Volume ruangan untuk ruangan kamar mesin yang ditentukan dari type mesin dan
dimensi mesin.
3. Penentuan tangki-tangki terutama perhitungan volume seperti tangki untuk
minyak, ballast, dan pelumas mesin.
4. Penentuan volume ruangan akomodasi jumlah crew, penumpang dan standar
akomodasi.
5. Penentuan pembagian sekat melintang.
6. Penentuan dimensi kapal (L, B, H, T, )
7. Lines plan yang telah dibuat sebelumnya.
Tahapan Penyusunan Rencana umum untuk mata kuliah tugas sistim bongkar muat
dan rencana umum ini ialah sebagai berikut :
setelah bentuk dari rencana garis kapal telah ditentukan dan disetujui maka mahasiswa
melakukan perhitungan dan penentuan untuk selanjutnya menggambakan:
1. Perhitungan Tahanan Kapal
2. Perhitungan Daya Motor Penggerak Utama
3. Perhitungan Konstruksi yang meliputi :
a. Perencanaan Sekat dan Jarak Gading
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
= KM.RIMELS
Type Kapal
= GENERAL CARGO
Lpp
= 80
Lwl
= 82 m
= 14 m
= 7 m
= 5,8. m
Cb
= 0,71
Kecepatan Dinas
= 12
knots
Radius pelayaran
= 697mil laut
Daerah pelayaran
= ...SURABAYA-KUPANG........................
(Tuliskan daerah
pelayaran)
Jumlah crew
= ........19..........
= L x B x T x Cb
= 82 x 14 x 5,8 x 0,71
= 4767,464 m3
2.2 Menghitung displasement
= L x B x T x Cb x
= 1.025Lpp (Cb.B + 1.7 T) ...(harvald 5.5.31, tahanan dan propulsi kapal, hal 133)
= 1.025 x 80 ( 0,71 x 14 + 1,7 x 5,8 )
= 1623,6 m2
Fn
=
= 6,1728 /
9,8 x 82
= .0,217
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
= ( Vs x Lwl) /
Lwl /
5
4,9058
5,5
Cr
0,001680
0,001730868
0,00141
KOREKSI
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
a.
b.
Rasio B/T
Nilai Cr di atas adalah nilai Cr berdasarkan rasio B/T = 2,5, karena kapal ini
mempunyai nilai B/T tidak sama dengan 2,5 maka perlu dikoreksi sebagai
berikut :
B/T = 2,41
Rumus koreksi :
103 Cr =
103 Cr(B/T = 2.5) + 0.16 (B/T - 2.5)
1,717049188
Cr = 0,001717049
c.
d.
bos propeller
karena adanya bos propeller, harga Cr dinaikan 3 - 5% diambil 4 %
Cr = (1+4%) x 0.001635214
Cr = 0,001798991
e.
2.8.
Ca
1000 0,00006
10000 0,00004
karena displacement sebesar 4093.83975 maka perlu interpolasi
a
b
Ca
1
1000 0,0006
2
4786,5573
3
10000 0,0004
Interpolasi = 1b + [((2a - 1a) x (3b - 1b)) / (3a - 1a)]
Ca = 0,0005159
2.9
2.10
2.11
kapal
ini diambil 10% sehingga tahanan dinasnya adalahsebagai berikut :
Rt (dinas) = (1+10%) x Rt
=
151,5595961 kN
Setelah harga dari tahanan kapal diperoleh, maka kita dapat menentukan secara kasar
(draft) nilai untuk besarnya daya motor penggerak utama yang diperlukan. Langkah
langkah yang harus dilakukan ialah sebagai berikut :
kW
Dimana :
: Diplacement ( ton )
: Kecepatan ( m/s)
: Panjang kapal ( m )
kW
= 911,03 kW
= 0,8 x 0,305
= 0,244
3.4 Menghitung Speed Of Advance (Va)
Va = ( 1- w ) x Vs
= ( 1 - 0,305 ) x 6,1728 m/s
= 4,2090096 m/s
2.5 Menghitung Efisiensi Propulsif
a. Efisiensi Relatif Rotatif (rr)
harga rr untuk kapal dengan propeller tipe single screw berkisar 1.02-1.05. pada
perencanaan propeller dan tabung poros propeller ini diambil harga rr sebesar =1,04
b. Efisiensi Propulsi (p)
nilainya antara 40 -70 % dan diambil 60 %
c. Efisiensi Lambung (H)
(H) = ( 1- t ) / ( 1- w)
= ( 1 - 0,244) / ( 1 - 0,305 )
= 1,08777
d. Coefisien Propulsif (Pc)
(Pc) = rr x p x H
= 1,04 x 0,6 x 1,08777
= 0,678
3.6 Menghitung Daya Pada Tabung Poros Buritan Baling-Baling (Dhp)
Daya pada tabung poros baling-baling dihitung dari perbandingan antara daya efektif
dengan koefisien
propulsif, yaitu :
DHP = EHP/Pc
= 1221,2198 HP / 0,678
= 1801,209 HP
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
10
BHPscr = SHP/G
= 1837,968 HP / 0,98
=
1875,5 HP
b. BHPmcr
Daya keluaran pada kondisi maksimum dari motor induk, dimana besarnya daya
BHPscr= dari BHPmcr (kondisi maksimum)
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
11
BHPmcr =
=
=
=
BHPscr/0.85
1875,5 /0,85 Hp
2206,445 HP
1646,01 Kw
: WARTSILA
Type
: 9L20
Daya maximum
Jumlah Sylinder
: 9
Bore
: 200. mm
Piston Stroke
: 280 mm
Engine Speed
:1000 Rpm
: 4299 mm
Lebar
: 1756 mm
Tinggi
: 2073 mm
4. Perhitungan Konstruksi
Sebagai Langkah awal setelah proyeksi garis air dari gambar recana garis untuk
proyeksi pada main deck baik untuk side view dan half breadth view di proyeksikan ke
gambar rencana umum, kemudian kita menghitung sekaligus juga meletakkan sekat
kedap pada gambar rencana umum. Sebagai contoh penentuan sekat pada modul ini
ialah dengan menggunakan standar klasifikasi yang ditentukan oleh PT Biro
12
Klasifikasi Indonesia ( PT BKI). Kita juga dapat menggunakan standar dari biro
klasifikasi lainnya.
Langkah yang dapat ditempuh ialah sebagai berikut :
4.1 Perencanaan Sekat dan Jarak Gading
a. Jarak
Gading (ao)
Jarak gading atau Frame Spacing merupakan jarak antara 2 gading yang
terletak antara Sekat Ceruk Buritan (After Peak Bulkhead) dengan Sekat Tubrukan
(Collision Bulkhead).Jarak tersebut dapat dihitung dengan
persamaan sebagai
berikut :
a0
= (82/500)+0,48
Harga a0 diambil sebesar 0,64
dengan jarak maksimum yang telah ditentukan oleh kelas berdasar hasil perhitungan).
b. Perhitungan Sekat Kedap Air
Setiap kapal harus mempunyai sekat - sekat kedap air yang meliputi :
Sekat tubrukan.
adalah 3 sekat
65 L 85 m
adalah 4 sekat
L > 85 m
Maka direncanakan pemasangan sekat kedap air untuk tipe kapal cargo( 85 m )
adalah sebagai berikut :
1 buah
1 buah
: Sekat Tubrukan
1 buah
13
1 buah
4 buah
Sekat Tubrukan
Menurut peraturan BKI yang tercantum pada buku peraturan konstruksi lambung ,
untuk semua kapal barang dengan L 200 m, sekat tubrukan diletakkan tidak kurang
dari 0,05 L dari FP dan tidak boleh lebih dari 0.08 L dari FP.
0,07 L = 0,08 x (80.)
= 6,4m 6,4 m
Diantara kedua angka tersebut diambil 10 jarak gading dengan panjang 6400 mm yaitu
terletak pada frame nomor 115
Sekat Ceruk Buritan
Sekat ceruk buritan sekurang-kurangnya berjarak 3 jarak gading. Direncanakan jarak
antara sekat ceruk buritan ke AP adalah 9 kali jarak gading yaitu 9x 640 = 5760 mm
agar terdapat kecukupan ruang dalam memasang poros antara di buritan kamar mesin,
sehingga sekat ceruk buritan terletak di frame no.9
Panjang mesin
Poros
Dalam hal ini panjang kamar mesin diusahakan seminimal mungkin sesuai dimensi
permesinan yang ada agar ruang muat menjadi maksimal.
Pada perencanaan ini panjang kamar mesin diambil sebesar kurang lebih 10,24 m, atau
gading no 9 sampai 25
14
Bila di depan ruang mesin terdapat ruang untuk penempatan pompa, maka
dapat diletakkan ruang pompa (khusus untuk jenis kapal tangker) yang berada pada
frame ........... sampai frame ....................yang berjarak ..................... m.
Terutama pada kapal tanker, ruang pompa masuk di dalam daerah ruang muat
yang terletak di depan kamar mesin. Ruang ini berfungsi sebagai pemisah atau
pengisolasi kamar mesin dengan tangki ruang muat, selain itu ruangan ini juga
digunakan sebagai tempat peletakan pompa untuk keperluan bongkar muat kapal.
Ruang pompa memiliki konstruksi sekat dan geladak yang kedap gas atau, gastight deck and bulkhead, dan tidak berhubungan dengan langsung dengan kamar
mesin. Ruang pompa disyaratkan memiliki sistem bilga tersendiri yang berhubungan
dengan daerah ruang muatan. Kecuali jika kapal mengangkut muatan dengan titik
nyala atau flash point dibawah 60 C, sistem pompa dapat dihubungkan dengan sistem
bilga dari kamar mesin.
Sekat Ruang Muat
Ruang muat dibagi menjadi 3 bagian.
Ruang muat III terletak pada frame no.85.sampai dengan 115 dengan
panjang ruang muat 19,2 m.
dimana B =14 m
= 350 + 45(14000)
= 980 mm
Untuk kapal tanker, tinggi double bottom minimum adalah B / 15, tapi tidak boleh
kurang dari 1000 mm dan tak boleh melebihi 3000 mm.
Untuk kapal ini tinggi double bottom diambil 1000 mm.
15
: 1 orang
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
16
2. Deck Departement
Perwira :
1. Chief Officer ( Mualim I )
: 1 orang
2. Radio Operator
: 1 orang
: 1 orang
Bintara :
1. Seaman ( Kelasi )
: 1 orang
: 2 orang
: 1 orang
3. Engine Departement
Perwira :
1. Chief Engineer ( Kepala Kamar Mesin )
: 1 orang
2. Second Engineer
: 1 orang
3. Electrican
: 1 orang
Bintara :
1. Fireman
: 1 orang
2. Oiler
: 1 orang
3. Pumpman
: 1 orang
4. Service Crew
Perwira :
1. Chief Cook
: 1 orang
2. Doctor
: 1 orang
Bintara :
1. Assist. Cook
: 1 orang
2. Steward
: 1 orang
3. Boys
: 1 orang
Jumlah
: 19 orang
17
Deck Departement
Departement deck menguasai masalah yang berkaitan dengan geladak seperti
pembersihan dan perawatan geladak, penanganan dan pengoperasian peralatan
keselamatan,administrasi pelabuhan, komunikasi dan navigasi, labuh dan sandar,
bongkar muat dan penanganan muatan dikapal.
Master
Merupakan kedudukan tertinggi dikapal.menjadi pemberi komando, mengambil
keputusan dan penangung jawab secara umum.
Deck Officer ( 1st , 2nd , 3rd ).
Merupakan kedudukan dibawah master.Pada kondisi master tidak aktif ( istirahat,
sakit dan sebagainya ), menjadi pemegang komando dengan pertanggungjawaban
kepada master. Juga melakukan fungsi mengatur anak buah kapal di departementnya
serta melakukan pekerjaan administrasi di kapal.
Quartermaster.
Juru mudi bertugas untuk mengendalikan jentara untuk mendapatkan arah kapal yang
ditentukan.
Seaman.
Anak buah kapal yang bertugas menangani pengoperasian dan perawatan mesin
geladak, penggoperasian peralatan bongkar muat, penanganan muatan di kapal dan
pengoperasian serta perawatan peralatan keselamatan.
Radio Operator.
Bukan termasuk perwira,tetapi juga tidak dapat digolongkan sebagai anak buah biasa
dikarenakan tugas dan fungsinya yang khusus. Sehingga sering kali digolongkan ke
dalam staf.fungsinya adalah untuk melakukan komunikasi baik dengan daratan
ataupun dengan kapal lain. Tidak memiliki tugas jaga, tetapi harus selalu sedia
( standby ).Karena itu kamar tidur untuk markonis harus diletakkan dekat dengan
tempat kerjanya dengan akses yang harus baik.
Engineering Departement
Chief Engineer.
Dalam kapal memiliki kedudukan yang hampIr setara dengan nahkoda atau master.
Bertanggungjawab penuh atas kamar mesin dan operasionalnya besrta segala isinya.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
18
Engineer
Mempunyai kedudukan diatas mekanik. Bertanggungjawab terhadap operasional
kamar mesin.
Technician.
Bertugas
menangani
workshop
dan
pengoperasian
peralatan
peralatan
Crew Accomodation
Berdasarkan Ship Design and Construction oleh DArcangelo Amelio M.,
19
b.
Kapal dengan BRT antara 800 7.000 ton, luas lantai ruang tidur
minimal adalah 2,35 m2/orang.
2. Mess room
Setiap kapal harus tersedia mess room yang cukup.
20
Untuk kapal yang lebih besar dari 1.000 BRT harus tersedia mess room
terpisah untuk perwira, bintara dan kelasi.
Mess room harus dilengkapi dengan meja kursi dan perlengkapan lain
yang dapat menampung seluruh jumlah pemakai dalam waktu yang
bersamaan.
3. Sanitary accomodation
Setiap kapal harus dilengkapi dengan sanitary accomodation minimal 1
toilet, 1 wash basin, 1 bath tub/shower untuk 8 orang ABK.
Jumlah minimum kamar kecil (WC) di atas kapal 4 buah untuk kapal
dengan BRT 800 3.000 ton.
Untuk kapal dengan tempat radio officer terpisah maka fasilitas sanitary
harus tersedia di sana.
Toilet dan shower untuk deck engine dan steward department harus
disediakan secara terpisah.
Fasilitas sanitair umum.
- 1 tub atau bath maksimal untuk 8 orang.
- 1 WC maksimal untuk 8 orang.
- 1 wash basin maksimal untuk 8 orang.
4. Hospital accomodation
Untuk kapal yang ABK-nya lebih dari 15 orang atau kapal berlayar lebih
dari 3 hari harus dilengkapi dengan satu ruang hospital accomodation
dengan perlengkapan khusus.
Dilengkapi dengan toilet, wash basin dan bath tub/shower sendiri.
Harus tersedia minimal 1 tempat tidur, maksimal 6 buah.
5. Provision store
Dry provision store room.
Gudang tempat penyimpanan makanan kering dan harus diletakkan dekat
dengan galley dan pantry. Ruang dry provision store ini luasnya 7,5
m2, dengan tinggi ruangan 2,4 m, cukup untuk menyimpan persediaan
makanan 1 ton.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
21
Wheel house
Pandangan dari ruang kemudi ke arah samping, depan dan belakang tidak
boleh terganggu.
Pandangan ke arah depan/haluan harus memotong garis air, tidak boleh
lebih besar dari 1,25 panjang kapal.
Ruang untuk wheel house dibuat secukupnya di sisi kiri dan kanan selalu
ada flying bridge sampai sisi kapal.
Jarak dari kompas ke kemudi 500 mm.
Jarak dari kemudi belakang adalah 600 mm.
Pintu samping adalah pintu geser.
2.
Chart room
Terletak tepat di belakang wheel house dengan ukuran minimal 5 7 m2
atau 2,4 m x 2,4 m.
Meja peta diletakkan melintang kapal merapat ke dinding depan dengan
panjang meja adalah 1,2 m 1,8 m.
Antara chart room dengan wheel house dihubungkan dengan pintu geser.
3.
Radio room
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
22
5.
23
bagian kapal saat melakukan pekerjaan di atas geladak diluar area flying
bridge.
Menurut Practical Ship Building seri B, terdapat beberapa persyaratan
perencanaan gang sebagai berikut, dimana ukuran ini dibuat untuk
mencegah selip karena jalanan yang licin, mengingat letak flying bridge di
tempat terbuka.:
a.
24
- Tempat tidur ( single bed ), lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi
putar, tv, kamar mandi, bathtub, shower, washbasin, wc.
b. Ruang tidur Perwira :
- Tempat tidur ( single bed ), lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi
putar, kamar mandi, shower, washbasin, wc.
c. Ruang tidur Bintara :
- Tempat tidur ( single bed dan double bed ), lemari pakaian, meja tulis dengan
kursi putar
d. Ruang tidur spare:
- Tempat tidur ( single bed ), lemari pakaian, meja tulis dengan kursi putar.
Ukuran perabot
a. Tempat tidur
Ukuran tempat tidur minimal 190 x 68 cm
Direncanakan ukuran tempat tidur :
- Perwira
: 200 x 95 cm
- Tingkatan lain
: 200 x 80 cm
25
3. Sanitary Accomodation
Jumlah wc minimum untuk kapal lebih dari 3000 BRT adalah 6 buah.
Untuk kapal dengan radio operator terpisah maka harus tersedia fasilitas
sanitary di tempat itu.
Toilet dan shower untuk deck department, catering departement harus
disediakan terpisah.
Fasilitas sanitary umum minimum:
- 1 Bath tub atau shower untuk 8 orang atau kurang.
- 1 wc untuk 8 orang atau kurang.
- 1 washbasin untuk 6 orang atau kurang.
Dari semua persyaratan diatas maka direncanakan :
a. Di Main Deck :
- 3 shower
- 3 Wc .
- 3 Washbasin.
b. Di Poop Deck :
- 2 Kamar mandi
- 2 Washbasin di ruang makan Perwira.
c. Di Boat Deck :
- 1 Kamar mandi di ruang Kapten (shower, washbasin dan wc).
- 1 Washbasin di office room.
d. Di Wheel House
- 1 Lavatory (washbasin dan wc).
26
27
6. Dapur (Galley)
Letaknya berdekatan dengan ruang makan, cold dan dry store.
Luas lantai 0.5 m2 /ABK
Harus dilengkapi dengan exhause fan dan ventilasi untuk menghisap debu
dan asap
Harus terhindar dari asap dan debu serta tidak ada opening antara galley
dengan sleeping room.
Direncanakan dapur :
- Letak di Main Deck, disamping dry and cold store, disamping ruang makan
bintara.
- Luas 28 m2
- Dilengkapi sarana lift ke pantry di Poop deck yang tepat diatas dapur.
7. Ruang Navigasi (Navigation Room)
A. Ruang Kemudi (Wheel House)
Terletak pada deck yang paling tinggi sehingga pandangan ke depan dan ke
samping tidak terhalang (visibility 3600)
Flying wheel house lebarnya dilebihkan 0,5 meter dari lebar kapal. Untuk
mempermudah waktu berlabuh.
Jenis pintu samping dari wheel house merupakan pintu geser.
B. Ruang Peta (Chart Room)
Terletak didalam ruang wheel house.
Ukuran ruang peta 3,00 m x 2,2 m.
Ukuran meja peta 1,8 m x 11,2 m.
Antara ruang peta dan wheel house bisa langsung berhubungan sehingga perlu
dilengkapi jendela atau tirai yang dapat menghubungkan keduanya.
C. Ruang radio (Radio Room)
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
28
Diletakkan setinggi mungkin diatas kapal dan harus terlindungi dari air dan
gangguan suara.
Ruang ini harus terpisah dari kegiatan lain.
Ruang tidur radio operator harus terletak sedekat mungkin dan dapat
ditempuh dalam waktu 3 menit.
8. Battery Room
Terletak di tempat yang jauh dari pusat kegiatan karena suara bising
akan mengganggu.
Harus mampu mensupply kebutuhan listrik minimal 3 jam pada saat darurat.
Instalasi ini masih bekerja jika kapal miring sampai 22,5 0 atau kapal
mengalami trim 10 0 .
9. Perencanaan Engine Casing
Engine casing harus cukup besar untuk memudahkan pekerjaan pada cylinder
head station. Umumnya engine casing mempunyai tangga dalam. Tangga
dalam engine casing lebarnya antara 0,6 ~ 0,8 m.
(GENERAL ARRANGEMENT PLAN)
Engine casing dapat berfungsi sebagai berikut :
Lubang pemasukan mesin
Tempat pipa gas buang
Lubang sinar matahari masuk
Tempat escape ladder
Dalam perencanaan ini dimensi engine casing yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Panjang
Panjang minimal sama dengan panjang mesin pada perencanaan ini,panjang
mesin adalah 4299 mm maka dipakai 4470 mm.
Lebar
Lebar mesin 1756 mm diambil lebar 3200 mm.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
29
=LxBxT
3,5
= 80 x 14 x 5,8 / 3,5 BRT
= 1856 BRT
: Putih.
Jumlah
: 1 buah.
Visibilitas
: 3 mil ( minimal )
Sudut Sinar
: 3600 horisontal.
Tinggi
: 6,4 meter.
Letak
: Forecastle.
: Putih.
Visibilitas
: 2 mil ( minimal )
Sudut Sinar
: 1350 horisontal
Jumlah
: 1 buah.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
30
Tinggi
: 3,5 meter.
Letak
: Buritan
: Putih.
Visibilitas
: 6 mil ( minimal )
Sudut Sinar
: 2250 horisontal
Tinggi
: 5,5 meter
Warna
: 1 buah
: Merah
Visibilitas
: 2 mil ( minimal )
Sudut Sinar
: 112,50 horizontal
Letak
5. Morse Light
Warna
: putih.
Sudut Sinar
: 3600 horisontal
Letak di Top Deck, satu tiang dengan mast head light, antena UHF dan radar.
6. Tanda Suara
Tanda suara ini dilakukan pada saat kapal melakukan manuver di pelabuhan dan
dalam keadaan berkabut atau visibilitas terbatas. Setiap kapal dengan panjang
lebih dari 12 m harus dilengkapi dengan bel dan peluit.
7. Pengukur Kedalaman (Depth Sounder Gear)
Setiap kapal dengan BRT diatas 500 gross ton dan melakukan pelayaran
internasional harus dilengkapi dengan pengukur kedalaman yang diletakkan di
anjungan atau di ruang peta.
31
8. Compass
Setiap kapal dengan BRT diatas 1600 gross ton harus dilengkapi dengan gyro
compass yang terletak di compass deck dan magnetic compass yang terletak di
wheel house.
9. Radio Direction Finder dan Radar
Setiap kpal dengan BRT diatas 1600 gross ton harus dilengkapi dengan direction
finder dan radar yang masing-masing terletak diruang peta dan wheel house.
Fungsi utama dari radio direction finder adalah untuk menentukan posisi kapal
sedangkan radar berfungsi untuk menghindari tubrukan
1. Perencanaan Pintu
A. Pintu Baja Kedap Cuaca ( Ship Steel Water Tight Door )
Digunakan sebagai pintu luar yang berhubungan langsung dengan cuaca
bebas.
Tinggi
: 1600 mm
Lebar
: 890 mm
Tinggi ambang
: 600 mm
B. Pintu Dalam
Tinggi
: 1800 mm
Lebar
: 750 mm
Tinggi ambang
: 200 mm
32
: 600 mm Lebar
: 400 mm
- 2. Panjang
: 500 mm Lebar
: 350 mm
: 1000 mm
- Height of handrail
: 1000 mm
- The handrail
: 1500 mm
- Step space
: 300 mm
33
(Whfo)
(Wmdo)
(Wlo)
(Wfw)
(Wp )
(Wcp)
7. Berat Cadangan
(Wr )
(Wpc)
KW
bme= specific konsumsi bahan bakar mesin induk = 192 gr/Kw Hour
PERHATIAN : Harga bme (Sfoc) ditentukan dari engine project guide untuk
jenis engine yang telah ditentukan..
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
34
Vs
= .12 Knot
Vhfo
dimana Whfo
= 30,1 / 0,85
= 30,1 ton
= 0,85 ton/m3
= 35,41 m3
Volume Bahan Bakar Mesin Induk terdapat penambahan dikarenakan
1. Double Bottom
=2%
=2%
=4%
ton
= 5,523
Menentukan volume bahan bakar mesin bantu (Vmdo)
Vmdo
= Wmdo/ diesel
= 5,523 / 0,85
= 6,498 m3
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
35
=2%
=2%
=4%
+ (4% x 6,498 )
= 6,76 m3
Kapasitas tangki minyak pelumas di sini adalah tangki minyak pelumas untuk minyak
pelumas mesin atau Lube Oil dan minyak pelumas silinder atau Cylinder Oil.
36
lo = 0,89 Ton / m3
Sehingga
( Ton )
Ton
Untuk mesin two stroke ditambah 0,8 % 1,2 %, direncanakan penambahan 1,2 %
jadi menjadi :
= 0,219 .+ ( 1,2 % x 0,219) ton
WlO= 0,1316 ton
VlO =
=
= 0,1316 / 0,89
= 0,1479 m3
Volume pelumas auxilary engine = 25 % x volume pelumas motor induk
= 0,25 x 0,1479
= 0,03697 m3
4.3 Berat Air Tawar
Untuk Minum
=(10-20)kg/hari
=20 x jumlah ABK x S / 24 x 1000 x Vs
=20 x 19 x 697 / 24 x 1000 x 12
= 0,919 ton
Untuk Mandi
= 100kg/orang/hari
= 100 x jumlah ABK x S / 24x 1000 x Vs
= 4,59 ton
Untuk Cuci
=(80-200)kg/orang/hari
= 90 x jumlah ABK x S / 24x 1000 x Vs
= 4,13 ton
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
37
=(2-5)kg/BHP/1000
=5 x 2440 /1000
= 9 ton
Maka Wfw
=( 0,919 + 4,59 +4,13 +9 )
= 18,639 ton
4.4 Menghitung Berat Bahan Makanan/Provision (Wprov)
Wprov = 5 Kg/orang/hari
= 5 x jumlah ABK x S / 24 x 1000 x Vs
= 5 x 19 x 697 / 24 x 1000 x 12
= 0,229 ton
4.5 Menghitung Berat ABK dan Barang Bawaan (Wabk)
Berat ABK dan barang bawaannya = 110 Kg
Wabk = 110 x 19 / 1000
= 2,09 ton
4.6 Menghitung Berat Cadangan (Wr)
Terdiri dari peralatan di gudang
Cat
Peralatan reparasi kecil yang bisa diatasi oleh ABK
Peralatan lain yang dibutuhkan dalam pelayaran
Wr = (0,5 1,5 )% x Displacement (ton)
= 1,5 % x 4845,651
= 72,685 ton
4.7 Menghitung Berat Muatan Bersih
W tot = Wfo + Wfb + Wlo +Wfw +Wprov +Wabk + Wr
= 30,1 + 4,515 + 0,219 + 18,639 + 0,229 + 2,09 + 72,685
= 128,477 ton
38
= 4845,651 x 10 %
= 484,5651 Ton
Sehingga :
Vtb =
=
= 803,669 m3
39
WL 1
1
WL 7
1
27
4,1488
4,1488
5,53
22,12
6,9672
29
4,4792
4,4792
5,7869
23,1476
6,9919
31
4,7988
4,7988
6,0198
24,0792
6,9992
6,96
72
6,99
19
6,99
92
33
5,0794
5,0794
6,2319
24,9276
35
5,3238
5,3238
6,4026
25,6104
37
5,5528
5,5528
6,5626
26,2504
39
5,76
5,76
6,7047
26,8188
41
5,9562
5,9562
6,8335
27,334
43
6,1289
6,1289
6,9548
27,8192
45
6,2829
6,2829
28
47
6,3905
6,3905
28
49
6,4963
6,4963
28
51
53
6,5625
6,63
6,5625
6,63
7
7
28
28
7
7
7
7
55
6,6783
6,6783
28
33,23
6
34,61
87
35,87
72
37,00
7
37,93
42
38,80
32
39,57
88
40,29
02
40,94
81
41,28
29
41,39
05
41,49
63
41,56
25
41,63
41,67
83
AxF
33,236
138,47
48
71,754
4
148,02
8
75,868
4
155,21
28
79,157
6
161,16
08
81,896
2
165,13
16
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
1
82,781
165,98
52
83,125
166,52
41,678
3
1650,0
1
40
= 1408,008 m3
RUANG MUAT II
NO
FRAM
E
WL
7
`
WL 4
4
57
6,7113
6,7113
28 7 7
59
6,7465
6,7465
28 7 7
61
6,7732
6,7732
28 7 7
63
6,7969
6,7969
28 7 7
65
6,815
6,815
28 7 7
67
6,8287
6,8287
28 7 7
79
6,8388
6,8388
28 7 7
71
6,8438
6,8438
28 7 7
73
6,8517
6,8517
28 7 7
75
6,8414
6,8414
28 7 7
77
6,836
6,836
28 7 7
79
81
6,8098
6,78
6,8098
6,78
7
7
28 7 7
28 7 7
83
6,7365
6,7365
6,9723
27,8892 7 7
85
6,6916
6,6916
6,9404
27,7616 7 7
41,71
13
41,74
65
41,77
32
41,79
69
41,81
5
41,82
87
41,83
88
41,84
38
41,85
17
41,84
14
41,83
6
41,80
98
41,78
41,62
57
41,45
32
AxF
1
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
1
41,711
3
166,98
6
83,546
4
167,18
76
83,63
167,31
48
83,677
6
167,37
52
83,703
4
167,36
56
83,672
167,23
92
83,56
166,50
28
41,453
2
1754,9
25
WL 1
WL 7
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
41
AxF
87
6,6081
6,6081
6,9011
27,6044
89
6,5238
6,5238
6,8526
27,4104
6,97
6,97
91
6,4122
6,4122
6,7885
27,154
6,9055
6,9055
93
6,2687
6,2687
6,7
26,8
6,8299
6,8299
95
6,1186
6,1186
6,5994
26,3976
6,7522
6,7522
97
5,9359
5,9359
6,4639
25,8556
6,6701
6,6701
99
5,7333
5,7333
6,3043
25,2172
6,564
6,564
101
5,512
5,512
6,1176
24,4704
6,4229
6,4229
103
5,2332
5,2332
5,8796
23,5184
6,2359
6,2359
105
4,9071
4,9071
5,6263
22,5052
6,007
6,007
107
4,5109
4,5109
5,2935
21,174
5,7327
5,7327
109
4,1003
4,1003
4,954
19,816
5,4093
5,4093
111
3,6267
3,6267
4,5275
18,11
5,0247
5,0247
113
3,1524
3,1524
4,0945
16,378
4,5762
4,5762
115
2,5887
2,5887
3,5795
14,318
4,0517
4,0517
41,21
25
40,90
42
40,47
17
39,89
86
39,26
84
38,46
16
37,51
45
36,40
53
34,98
75
33,41
93
31,41
76
29,32
56
26,76
14
24,10
66
20,95
84
1
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
1
41,212
5
163,61
68
80,943
4
159,59
44
78,536
8
153,84
64
75,029
145,62
12
69,975
133,67
72
62,835
2
117,30
24
53,522
8
96,426
4
20,958
4
1453,0
98
NO
FRAME
WL 0
1
WL 1
1
42
AxF
47
5,6969
5,6969
5,9381
23,7524
6,3905
6,3905
49
5,7704
5,7704
6,0434
24,1736
6,4963
6,4963
51
5,8066
5,8066
6,123
24,492
6,5625
6,5625
53
5,8136
5,8136
6,1987
24,7948
6,63
6,63
55
5,8054
5,8054
6,2645
25,058
6,6783
6,6783
35,839
8
6,0733
83
6,1435
17
1
4
2
6,2064
6,2569
5
4
1
35,839
8
24,293
53
12,287
03
24,825
6
6,2569
5
103,50
29
TANGKI BALLAST II
NO
FRAME
WL 0
1
57
5,7978
5,7978
6,322
59
5,7967
5,7967
6,3729
61
5,7988
5,7988
6,4125
63
5,8
5,8
6,4467
65
5,7984
5,7984
6,4802
67
5,7973
5,7973
6,4893
69
5,8008
5,8008
6,501
71
5,8009
5,8009
6,5046
73
5,8125
5,8125
6,503
75
5,8
5,8
6,4968
WL 1
1
25,288
25,491
6
6,7113
6,7113
6,7465
6,7465
25,65
25,786
8
25,920
8
25,957
2
6,7732
6,7732
6,7969
6,7969
6,815
6,815
6,8287
6,8287
26,004
26,018
4
6,8388
6,8388
6,8438
6,8438
26,012
25,987
2
6,8517
6,8414
6,2995
17
6,3391
33
6,3703
33
6,3972
83
6,4223
67
6,4305
33
1
4
2
4
2
4
2
6,8517
6,4406
6,4438
5
6,4460
33
6,8414
6,4381
4
2
43
AxF
6,2995
17
25,356
53
12,740
67
25,589
13
12,844
73
25,722
13
12,881
2
25,775
4
12,892
07
25,752
4
77
5,7624
5,7624
6,4798
25,919
2
6,836
6,836
79
5,6993
5,6993
6,456
25,824
6,8098
6,8098
81
5,6158
5,6158
6,4205
6,78
6,78
83
5,511
5,511
6,3716
6,7365
6,7365
85
5,3843
5,3843
6,3143
25,682
25,486
4
25,257
2
6,6916
6,6916
6,4196
6,3888
5
6,3463
6,2889
83
6,2221
83
12,839
2
25,555
4
12,692
6
25,155
93
6,2221
83
268,31
91
4
1
TANGKI BALLAT I
NO
FRAME
WL 0
1
87
5,2368
5,2368
89
5,0866
5,0866
91
4,9287
4,9287
93
4,7635
4,7635
95
4,5918
4,5918
97
4,4095
4,4095
99
4,2093
4,2093
101
3,984
3,984
103
3,7351
3,7351
105
3,4696
3,4696
107
3,1973
3,1973
109
2,9134
2,9134
6,233
6,151
4
6,044
5,920
6
5,753
5,512
6
5,251
2
4,984
2
4,682
7
4,377
9
4,014
1
3,634
7
WL 1
1
24,932
6,6081
6,6081
24,6056
6,5238
6,5238
24,176
6,4122
6,4122
23,6824
6,2687
23,012
6,1294
83
AxF
1
4
6,2687
6,036
5,9194
83
5,7857
67
6,1186
6,1186
5,6204
22,0504
5,9359
5,9359
5,3993
21,0048
5,7333
5,7333
19,9368
5,512
5,512
18,7308
5,2332
5,2332
17,5116
4,9071
4,9071
16,0564
4,5109
4,5109
14,5388
4,1003
4,1003
5,1579
4,9054
67
4,6165
17
4,3147
17
3,9607
67
3,5920
83
2
4
4
2
4
2
4
6,1294
83
24,144
11,838
97
23,143
07
11,240
8
21,597
2
10,315
8
19,621
87
9,2330
33
17,258
87
7,9215
33
14,368
33
44
111
2,5896
2,5896
113
2,1921
2,1921
115
1,7153
1,7153
3,198
7
2,741
4
2,222
5
12,7948
3,6267
3,6267
10,9656
3,1524
3,1524
3,1685
17
2,7183
5
8,89
2,5887
2,5887
2,199
2
4
1
6,3370
33
10,873
4
2,199
196,22
24
m3
No.
frame
WL. 0
1
28
2,9403
31
3,548
34
4,1665
2,94
03
3,54
8
4,16
65
3,6899
4,1655
33
4,6321
67
F1
1
4
1
A X F1
3,6899
16,662
13
4,6321
67
24,984
2
45
= 31,979776 m3
No.
frame
38
41
44
WL. 0
1
4,883
3 4,8833
5,253
3 5,2533
5,518
7 5,5187
F1
5,1905
17
5,5256
5
5,7922
A X F1
1
4
1
7. Permesinan Geladak
7.1 Perhitungan Jangkar, Rantai Jangkar, Windlass, Capstan
1. Perhitungan Jangkar
Berdasarkan BKI Vol. II tahun 2001 section 18-2, maka dapat dihitung
bilangan Z sbb:
Dimana :
merupakan moulded displacement pada saat garis air muat berada pada
musim panas dengan densitas air laut
= 4767,464x 1,025 = 4845.651 ton
46
5,1905
17
22,102
6
5,7922
33,085
32
tinggi efektif yang diukur dari garis air muat pada musim panas sampai
pada ujung deck tertinggi (top uppermost house)
= 13,2 meter
Maka :
m2
Z = 673
47
Karakteristik peralatan jangkar dapat ditentukan atau dilihat berdasarkan harga Z pada
table BKI volume II 2001 section 18, maka dengan nilai Z = 673 dimana nilai tersebut
termasuk dalam range Z= 660720 sehingga diperoleh data jangkar sebagai berikut
a. Jumlah jangkar Bower
: 2.buah
b. Type jangkar
: Hall Anchor
: 2100 kg
d. Panjang total
: 440 m
e. Diameter
: -d1 = 46
d2 = 40
d3 = 36
f.Rantai jangkar :
Panjang
: 440 m
Diameter
: 40
g. Tali tarik :
1) Panjang
2)
=190 m
kN
h. Tali Tambat :
1) Jumlah
2)
Panjang
3)
Beban putus
= 4 buah
= 160 m
= 160 kN
Kemudian dari data tersebut dapat diambil ukuran yang ada pada jangkar, pada
table yang ada pada buku PRACTICAL SHIP BUILDING dapat diambil pemilihan
jangkar seperti di bawah ini (Tabel untuk Hall Anchor) :
Berat jangkar diambil 2100.Kg, dari table dimensi jangkar dapat diketahui jangkar
yang akan dipakai pada kapal ini yaitu :
a. 223 mm (Basic Dimension)
b. 0,779 x a
= 174. mm
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
48
c. 1,05 x a
= 335 mm
d. 0,412 x a
= 92 mm
e. 0,857 x a
= 191 mm
f. 9,616 x a
= 2144 mm
g. 4,803 x a
= 1071 mm
h. 1,1 x a
= 245
i. 2,401 x a
= 535 mm
j. 3,412 x a
= 761 mm
k. 1,323 x a
= 295 mm
l. 0,701 x a
= 156,323 mm
mm
= 260 mm
2) 4,00 d
= 160 mm
3) 1,10 d
= 44 mm
c. End Link
1)
6,75 d
= 270 mm
2) 4,00 d
= 160 mm
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
49
3) 1,20 d
= 48 mm
d. Connecting shackle
1)
1,3 d
= 52 mm
2) 7,1 d
= 284 mm
3) 4,0 d
= 160 mm
4) 0,8 d
= 32 mm
e. Shackle bolt
1)
1,6 d
= 64 mm
2) 0,5 d
= 20 mm
3) 0,6 d
= 24 mm
4) 0,2 d
= 8 mm
= 2,7 d
= 108 mm
6) e = 0,75 d = 30 mm
7) f
= 1,21 d = 30 mm
8) g
= 3,4 d
9) h
= 1,05 d = 136 mm
10) k
= 1,75 d = 70mm
= 48,4 mm
g. Swivel
1)
9,7 d
= 388 mm
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
50
2) 2,8 d
= 112 mm
3) 1,2 d
= 48 mm
4) 2,9 d
= 116 mm
5) 3,4 d
= 136 mm
6) 1,75 d = 70 mm
h. Kenter shackle
Untuk hal ini dipilih kenter shackle pada Tabel di Buku Practical Ship
Building Vol. III B part 1, dengan anchor chain diameter 58 mm.
1) A = 6,00 d = 240 mm
2) B = 4,20 d = 168 mm
3) b = 0,67 d = 26,8 mm
4) c = 1,83 d = 73,2 mm
5) d = 1,52 d = 60,8 mm
3. Perhitungan Windlass
a. Gaya Tarik Pengangkatan 2 buah Jangkar (Tcl)
Gaya tarik pengangkatan untuk dua buah jangkar adalah ditentukan
berdasarkan data - data berikut
1). Berat jangkar atau Ga
Ga = 2100 Kg
2). Ukuran balok rantai atau dc
dc diambil harga dc = 40 mm
3). Berat rantai jangkar permeter atau pa
Untuk rantai stud-link
Pa = 0,0218dc2
= 34,88 Kg
4). Panjang rantai jangkar yang menggantung atau La
La = 50. m ( La ditetukan sendiri Secara umum La dipilih 50m)
5). Density material a = 7750 Kg/m3
6).Density sea water w = 1,025 kg/m3
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
51
7). Faktor gesekan pada hawse dan stopper (fn) antara 1,28 1,35, fn = 1,28.
Sehingga gaya tarik dua jangkar :
Tcl = 2fn x ( Ga + (Pa x La )) x (1 (w/a))
= 9839,33 Kg
Gaya Tarik untuk satu jangkar :
Tcl = 1,175(Ga + Pa.La) Kg
= 5326,745 Kg
b. Perhitungan Torsi pada Cable Lifter ( Mcl) :
Mcl = ( Tcl.Dcl ) / ( 2.cl )
,Kgm
,Kg.m
Va = 0,2 m/s
0,04 x d
Ncl = 7,5
Untuk jenis electric windlass, Nm =720 1550 rpm (Marine Auxiliary
Machinery and System hal 409 tabel 61 ) diambil 900.rpm.
Ia = Nm /Ncl = 900 / 7,5
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
52
= 120
2). a = Efisiensi peralatan untuk mekanisme penggerak, dipilih type worm
gearing dengan efisiensi 0,7 0,85 diambil 0,85
Sehingga ;
,HP
..................... m3
Dimana :
PK : Panjang rantai keseluruhan (Fathom)
d : diameter rantai ; (Inch);
Sm : Volume Chain Locker ( m3)
Untuk mencari PK dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Sm : ruang untuk menyimpan setiap 100 fathoms (183 m) rantai , m3
d
53
diameter rantai = 40 mm
= 1,575 inches
Catatan : (1 fathom = 1.83 m) ;
maka Volume Chain Locker :
Sm = 5,96
m3
direncanakan ada 2 buah chain locker dengan ukuran ( dimensi ) sebagai berikut :
untuk 1 chain locker sebagai berikut : (tentukan dimensi panjang, lebar, tinggi
dari chain locker sehingga memiliki volume sesuai dengan volume yang telah
ditentukan)
P = 2 (m)
L = 2 (m)
T = 2 (m)
sehingga Volume untuk 2 buah chain locker : 11,93 m
5. Penentuan Tali Tambat
Bahan yang dipakai untuk tali tambat terbuat dari nilon. Adapun ukuran-ukuran
yang dipakai berdasarkan data-data BKI 2001 dari angka petunjuk Z didapatkan :
a. Jumlah tali tambat = 4 buah
b. Panjang tali tambat = 160 m
c. Beban Putus
= 160 KN
Berdasarkan table normalisasi pada buku Practical Ship Building yang didasarkan dari
breaking stress dari BKI, maka dipilih tali tambat dengan bahan nilon :
a. Keliling tali
= 144 mm
b. Diameter tali
= 46 mm = 0,46 m
= 70 kg
= 13000 kg
Keuntungan dari tali nilon untuk tambat adalah tidak rusak oleh air dan sedikit
menyerap air.
6. Perhitungan Mesin tambat (Capstan/Warping Winch) :
54
Berdasarkan data diatas sehingga dipilih tali tambat dengan bahan nilon yang
mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
a. Keliling tali
= 144 mm
b. Diameter tali
= 46 mm
= 70 kg
= 13000 kg
,rpm
Dimana :
Vw : kecepatan tarik capstan diambil = 0,25 m/s
dw : diameter tali tambat = 0,46 m
Dw : Diameter penggulung tali = (5 8)dw , diambil 8 dw
= 8 dwx 0,0242
= 0,089 m
Sehingga :
Nw = 8,7 rpm
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
55
Mm =
,Kgm
Mm =
= 3,96 Kgm
d. Daya Motor Capstan (Ne) :
Ne =
,HP
3,96 1450
716,2
= 8,03 HP
56
Luas ballansir
A' = 23% x A
= 23% x 2,63
= 0,604. m2
Untuk baling-baling tunggal dengan kemudi ballansir
= 1,8
= h/b
h =
xb
= 1,8 x b
A = hxb
= 1,8 x b2
b 2 = A/1,8
b = 1,21 m
Maka
: h = 1,8 x 1,21
= 2,63 m
b'
= A'/h
= 0,604/2,63 m
= 0,23 m
(Newton)
Dimana :
X1 = Koefisien yang tergantung dari harga
= h2 / A
h = Tinggi daun kemudi
= 2,63. m
57
X 1=
( 2,13+2 )
3
= 1,37
X2 = Koefisien type kemudi
= 1,1 (untuk NACA profile)
X3 = Koefisien yang tergantung dari letak penempatan kemudi
= 1,0 (dibelakang baling-baling)
Xt = Koefisien yang tergantung dari thrust coeficient Ct.
= 1,0 (untuk harga normal)
V0 = Kecepatan maksimum
= 12knots = 6,1728 m/s
sehingga ;
CR = 1,37 x 1,1 x 1 x 132 x 3,234 x ( 6,1728 )2 x 1
= 22284,29
= 22,2843.
kN
58
Qr = CR . r
= 22284,29. x 0,189
= 4211,73 Nm
= 4,21173 kNm
d. Diameter tongkat Daun kemudi :
Dt = 4,2 (Qrkr) 1/3
,mm
Dimana :
Kr : Faktor material = (ReH/235)0,75 ,dipakai bahan St-45 (ReH=441 N/mm2)
= (441/235)0,75
= 1,6
Sehingga :
Dt = 4,2 (4211,73 x 1,6 ) 1/3
= 79,3 mm diambil 79,3 mm
e. Daya Pada Tongkat Kemudi:
= 0,868
sg
= 0,868/ 0,2
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
59
= 4,34 HP
Dt
kr
= faktor material
= (ReH/235)0,75 ,dipakai bahan St-45 (ReH=441 N/mm2)
= (441/235)0,75
= 1,6
8.1
Crane.
Digunakan untuk mengangkat Cargo / Container. Daya angkut maksimal
crane ditentukan berdasarkan spesifikasi crane. Bila crane tersebut merupakan
provisional crane yang digunakan untuk mengangkut perbekalan awak kapal
60
dan perlengkapan perpipaan pada kapal tangker maka daya angkut maksimal
crane dapat diasumsikan sebesar 2,5 ton.
Crane diletakkan di atas geladak utama di tengah badan kapal
(konvensional).Bila crane tersebut merupakan provisional crane, maka dapat
diletakkan pada samping kiri dan kanan.
Untuk crane provisional direncanakan menggunakan low platform crane,
sedangkan untuk crane cargo menyesuaikan dengan spesifikasi yang ada .
Jangkauan maksimum 7 10 m untuk provisional crane, sedang untuk cargo
crane menyesuaikan dengan spesifikasi.
Jangkauan minimum 4 m untuk provisional crane, sedang untuk cargo crane
menyesuaikan dengan spesifikasi.
Berat crane 16 ton untuk provisional crane, sedang untuk cargo crane
menyesuaikan dengan spesifikasi.
8.2. Perencanaan cargo handling system
Untuk kapal tanker, digunakan sistem perpipaan dalam proses bongkar muatnya,
yang terbagi menjadi:
a.
b.
untuk itu digunakan sistem perpipaan tipe Ring Line yang menggunakan satu
pompa yang diletakkan di belakang (disebelah kamar mesin)
Dalam sistem ini, pipa utama antara ruang muat yang satu dengan yang lain
terhubung menjadi satu. Jadi pada saat bongkar muat, semua katup pipa dapat
dibuka atau ditutup ketika pompa dioperasikan, sehingga distribusi aliran
muatan terhisap atau termuat secara merata. Demikian pula dengan pipa
bantunya, dapat menghisap sisa-sisa minyak bersama-sama untuk semua ruang
muat.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
61
=WxV
dimana
75 x 60
Pe = effective power
W = Rated load =7875 kg
Pe =
1,45
HP
= 1,6 HP
62
Untuk membuka cover single pull, securing cleats pertamanya dilepas. Dan
masing masing panel dinaikkan ke rodanya dengan bantuan portable jack, dan roda
eccentric (eccentric wheel) berputar 180o . Atau, dapat menggunakan hydraulic lifting
gear. Pada kondisi ini semua panel penutup bergerak bebas baik ke depan ataupun ke
belakang dikarenakan adanya roda eccentric. Pergerakan dari panel dilakukan dengan
bantuan tali/rantai. Winch ditempatkan dibagian tengah panel utama. Rantai tersebut
memungkinkan adanya penarikan antar panel.
belakang dari hatch way maka berat dari panel tersebut ditopang oleh ballancing roller,
yang terletak dibagian tengah atas dari panel. Roda ballancing inilah yang akan
memutar panel 90o ketika panel telah mencapai sisi penopang demikian seterusnya
untuk panel berikutnya. Sewaktu hatch telah terbuka seluruhnya, maka semua panel
akan bersandar vertikal pada ruang stowage (stowage space). Panel tersebut diikat
dengan bantuan rantai dan kait.
Untuk melepaskan single pull cover, rantai pengikat dilepaskan dan tali penarik
disiapkan, selama pengoperasian tersebut harus dipastikan panel terletak pada lajurnya
seperti ketika akan membuka. Ketika panel pertama meninggalkan stowage position,
panel akan berputar 90o sehingga akan merebah pada coaming.
Panel tersebut
kemudian bergerak diatas hatch way dengan roda penopang (eccentric wheel) dengan
bantuan rantai maka memungkinkan panel yang dibelakangnya bergerak hingga semua
panel telah merebah dan menutupi hatch coaming.
8.5.1.II.1. Konstruksi
Masing masing panel dari jenis penutup palka single cover biasanya dirancang
dari bahan mild steel plate. Stowage space untuk menempatkan panel harus diberikan
pada sisi dari hatch way.
Dikarenakan panel biasanya membuka secara vertikal, panjang ruangan pelipatan
panel untuk suatu panel hatch cover bagian depan atau belakang dinyatakan sebagai :
Stowage length : ((0,05 x S x N) + (0.37 x L))
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
63
Dimana :
S : Panjang Bagian melintang dari panel (umulmnya dinyatakan dengan lebar
dari panel.
N : Jumlah Panel yang direncanakan.
L : Panjang Panel (m)
Untuk penentuan harga N dipilih dalam batasan 2 -11 buah. Akan tetapi biasanya
dipilih antara 5-6 buah panel.
Celah antara kurang lebih 0,5 m harus diberikan untuk dapat digunakan sebagai
ruangan untuk lalu lalang crew.
64
terlebih bila panel tersebut didudukkan pada panel coaming. Secara prinsip
Biasanya harga tersebut lebih besar daripada tinggi coaming pada umumnya yaitu
sekitar 450600 mm (mengacu pada ILLC; International Load Line Convension
1966). Masing masing panel dari jenis penutup palka single cover biasanya dirancang
dari bahan mild steel plate. Stowage space untuk menempatkan panel harus diberikan
pada sisi dari hatch way.
Coaming frame yang tinggi memungkinkan penggunan panel yang sedikit. Sehingga
terjadi penurunan jumlah cross join. Sebaliknya dalam beberapa kasus di kapal dapat
saja ditemui tinggi dari coaming frame yang rendah, lebih rendah dari ketentuan
standar. Pengaturan yang tidak lazim ini akan menghasilkan panel panel yang relatif
pendek, sehingga konsekwensinya ruangan peletakan akan menjadi panjang.
8.5.1.II.3. Lebar Dari Ruang Stowage
Ruang penempatan Hatch panel yang telah ditarik dibuat lebih lebar antara 0,5
hinggga 0,75 m.dari pada lebar hatch panel .
8.5.1.II.4. Variasi Variasi dari peletakan hatch cover
Beberapa modifikasi dari penataan hatch cover. Umumnya pertimbangan dasar
penataan yang berbeda ialah dikarenakan faktor keterbatasan ruang penempatan serta
kondisi konstruksi yang tidak memuingkinkan. Salah satu konfigurasi ialah penataan
hatch cover
Konfigurasi ini
65
penurunan, maka panel panel tersebut akan tersusun secara miring sehingga
mengurangi ketinggian dari stowage height. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di
gambar :
Pertimbangan
penggunalan type hatch cover ini berdasarkan akan ketersediaan ruangan pada geladak
yang tidak dimungkinkannya untuk melakukan pergeseran pada sisi kapal atau
pergeseran kearah longitudinal kapal (side rolling atau end rolling).
Sistim ini biasanya terdiri dari dua panel dengan satu panel sebagai panel yang
nantinya akan dinaikkan lebih tinggi sehingga panel berikutnya dapat masuk dan
menggendong panel yang terangkat tersebut. Panel yang menggendong tersebut
dapat bergerak maju atau mundur dengan bantuan roda keci (roll) sehingga
66
cylinders. Sedang untuk pengangkatan yang lebih rendah digunakan single action
cylinders.
Suatu motor listrik sebagai penggerak rantai (chain drive motor) yang mana
natinya digunakan sebagai penggerak panel ditempatkan pada panel yang bergerak
(panel penggendong) yang mana akan menghampiri panel yang telah terangkat.
Setelah berada pada posisi yang tepat, panel yang terangkat tersebut diturunkan ke
panel penggendong. Pergerakan atau pemindahan posisi panel baik itu ke depan atau
ke belakang ambang palka (hatch coaming) dilakukan dengan bantuan chain drive
motor. Dengan menggunakan sistim ini maka luasan bukaan palka dapat terbuka
sekitar 50%.
7.6 Peralatan Bongkar Muat Pada Kapal Tanker
8.6.1. Tanker Cargo Piping Systems
The design of tanker cargo piping systems is predicated on minimizing turnaround
time at the unloading terminal, handling the required number of cargo grades, providing for
safe handling of the combustible cargo, and preventing oil pollution.
The applicable
regulatory body requirements are extensive and vary with ship size and cargo flammability
characteristic. To illustrate the principles involved, this discussion is primarily oriented to
crude-oil tankers having segregated ballast.
67
68
Each suction main is connected to cargo pumps that are dedicated to a particular segregation.
Cross connections with normally shut valves are provided between the mains in the pump
room to permit any pump to take suction form any tank in case of a pump failure.
Each suction main should be sized for the full capacity of the pump to which it is
normally connected.
Tank tail pipe are usually sized for unloading two or more tank
simultaneously; However, it may be desirable to be able to unload a single tank at full pump
capacity. Suction piping should be sized so the tanks can be pumped down to the lowest
practicable level at full cargo pump rating before the pump suction pressure decreases below
the required net Positive suction head at rated flow.
The cargo pumps discharges into mains leading form the pump room to port and
starboard hose manifold on the main deck. The manifold terminate in flanged connection for
hoses form the shore terminal.
The size of the discharge piping is based on the total pump head and the required
minimum pressure at the deck manifold. The discharge piping design pressure must not be less
than the cargo pump relief valve setting, or the shut off head of the cargo pump if relief valves
are not fitted. Its desirable to keep system design pressure below 15,81907 Kg/Cm 2 to avoid
the more rigorous regulatory body requirement for higher pressured.
Drop lines form the deck piping to the piping to the suction mains are provided for loading.
Drop lines should be the same size as the main.
The cargo piping should be designed to permit the removal of cargo oil that remains in
the piping systems after unloading operations using the main cargo pump have been
completed. Cargo discharge mains crude oil wash headers should be pitched for gravity
drainage to a cargo tank for removal by the stripping pump. Piping should be provide to drain
the cargo pump suction piping and discharge risers using stripping pump. The stripping pump
should be arranged to discharge this residual oil through a smaller separate line.
As an alternative to the systems configuration described, particularly on product
tankers, which often carry many grades of cargo, deep well or submersible pump may be used.
Such pumps eliminate the need for separate pump room and long runs of suction piping form
the pump room to the tanks. In this arrangement, one deep well or submersible pump may be
installed in each cargo tank, or a pump may serve several tanks through short length of piping
and valves. The later capability is often provided in any event to permit a tank to be emptied
by an adjacent pump if the one located in a particular tank fails.
69
With this
arrangement, only some of the cargo pumps need to be throttled to supply the cleaning
machines, while the remaining pumps unload cargo at their full rated flow. The number of
header provided should be equal to the number of grades of cargo to be unloaded with
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
70
simultaneous crude oil washing. Each header should be sized for the maximum number of
machines that will operate simultaneously.
The bottom of each cargo tank is cleaned after the cargo in it has been pumped out,
while unloading of other cargo tanks continues. To effectively clean the tank bottom the oil
form crude oil washing machines must be removed as fast as it enters to keep the bottom of
the tank free of oil. This is done by stripping eductors. The eductor are supplied with
actuating oil by the cargo pumps, similar to the tank cleaning machines. At least one eductor is
provided for each cargo grade. The eductor take suction on the cargo tanks via the stripping
tailpipes. Since the eductor head is insufficient to discharge into the cargo pump discharge
mains, the eductor discharge into the slop tanks, form wich the oil removed by a cargo pump.
The eductor piping is arranged so that the eductor capacity should be at least 1.25 time the
total capacity of the tank cleaning machines required in simultaneous operation for bottom
washing. Each eductor should have a differential pressure gage indicating its operating head
so the operator can confirm its performance during wash cycle.
For water washing, connections form port and starboard sea chest should be provided
so the cargo pumps can supply sea water to the fixed tank cleaning machines through the
crude oil washing headers. If a tank cleaning heater is necessary, either double isolation
valves or spectacle flanges should be installed for positive isolation of the heater when crude
oil is in the piping. Piping is provided so that the wash water can be removed form the cargo
tank and discharged to the slop tanks by the stripping eductor or stripping pump. Hose
conections are provided on the tank cleaning headers to permits use of portable machines for
spot cleaning of areas not adequately covered by the fixed machines.
Stripping systems
A stripping system is provided to remove the cargo that remains in the tanks after the
main cargo pump piping begins to ingest air. The air enter the suction piping trough vortices
that form near the tail pipes. In addition, bubbles can form in the suction piping because the
reduced pressure permits lighter components of the crude oil to vaporize. The tendency of the
crude oil to form bubbles depends on its composition and can be a severe design limitation for
crude oil having components with low vapor pressures. Air and vapor bubbles entering the
cargo pump can cause a loss of suction and speed surges, which may damage the pump.
Therefore, good practice required that the final stage of emptying the cargo tank (the
stripping operation) be accomplished using smaller capacity stripping pumps instead of
the main cargo pump.
71
The stripping system should have separate, relatively small suction mains and tail
pipes to each cargo tank. The stripping piping should be arranged to permit the stripping pump
to remove residual oil form piping and tanks following unloading, and discharge it to deck
manifolds. In addition, the stripping system is commonly designed to pump wash water form
cargo tanks to the slop tanks, discharge oily waste form the slop tanks to the deck manifolds,
discharge clean water form the slop tanks overboard via the oil content monitoring system, and
dewater the pump room in an emergency. The overboard discharge line of stripping system
should terminate above the waterline, should have an automatically operated stop valve that is
actuated by the oil content monitor. The stripping pumps should also be arranged to pump
oily waste form the pump room bilge to the slop tanks, since the discharge of such waste to the
machinery space oily waste systems could cause an ignition hazard in the machinery space.
The stripping suction piping also serves the crude oil wash stripping eductors.
Each slop tank should be provided with separate inlet and outlet connection to
minimize turbulence, which disrupts the separation of oil form water. The inlet piping should
be arranged to direct the flow horizontally at a low velocity.
Ameans of controlling the stripping pumps and also aligning valves to pump out a flooded
pump room must be provided in an accessible location outside the pump room or form above
the freeboard deck in the pump room casing.
Stripping pumps should be of the positive displacement or reciprocating type because they
must havwe high suction lift capabilities. The most demanding service that determines the
pump head rating is the discharge of liquid form the bottom of the cargo tanks to the deck
discharge manifold.
The main cargo pumps can be designed to more completely remove the cargo form the
tanks by using speed controls on the cargo pumps to reduce the pump flow as the tanks level
falls, and by using vacuum pumps to remove gas form the suction piping before the gas
reaches the pump. Vapor sensing and removal with cargo pump speed control can combined
in a fully automatic installation.
Ballast systems
Ballast tanks and piping are completely segregated form the cargo oil tanks and piping
to eliminate any possibility of discharging oil overboard when deballasting. On product
carriers, where a small amount of water mixed with the cargo can severely affect its value,
segregated ballast is also necessary to avoid sea water contamination of the cargo. The system
serves ballast tanks in the cargo area plus the fore peak tank. A ballast pump is located in the
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
72
pump room, and is arranged to take suction on either of two sea chest and discharge to the
ballast tank, or take suction on the ballast main and discharge overboard. A tail pipe is
connected to ballast main for each tank. The overboard discharge terminates above the
waterline to permit visual monitoring. A by pass is provided around the pump to permit
ballasting by gravity flow.
73
suction terminates in the weather with a blank flange that can be removed for ventilating the
tank with fresh air to gas free the tank prior to entry. The distribution main extend across the
top of the cargo tanks, with a valve branch to each tank.
Regulatory body require both a water seal and a check valve in the inert gas main
down stream of the blowers to prevent cargo vapor form entering the machinery space when
system not operating. The water seal provides absolute tightness against leakage of vapor. The
water seal should be served by a fill pipe form a continuously available sea water source. An
automatic valves actuate by the level of water in the seal should be provided to compensate for
evaporation.
The crude oil cargo tanks should have an individual or combined vent that
incorporates a pressure vacuum relief valve to isolate the tank form the atmosphere and
prevent dilution of inert gas.
Cargo tanks of product carriers should also be vented. The required arrangement of the vent
depending on the flash point of the cargo carried.
Task :
Find out an inertgas system and an inergas modul diagram that use in tanker ship !
Student can draw or attach his system behind this page.
Vapor recovery
Vapor recovery systems prevent cargo vapors that are displaced form cargo tanks
during loading form being discharged into the atmosphere. A vapor recovery systems consist
of piping that returns vapor form cargo tanks to the loading terminal. A branch form the top of
each cargo tank is connected to a header, which leads to a deck connection adjacent to the
cargo discharge manifold. A stop valve with a position indicator must be provided at the deck
connection. The piping must be provided with condensate drain at low points. High and low
pressure alarms should be provided for the vapour recovery header.
Since the recovery of vapor requires the cargo tanks to be closed during loading, a ship
designed for vapor recovery should have the following additional savety feature :
-
74
Tank pressure vacuum relief valves, which will open in the event of
failure the vapor recovery system and are of sufficient size to discharge a
volume of vapor corresponding to 1.25 times the maximum cargo loading
rate without causing pressure in the cargo tanks to exceed the design value.
Untuk menghitung diameter pipa utama bongkar muat dapat dilakukan dengan
rumus :
Db
= 0,0189
Qe
Vc
m/s
Diambil 2 m/s
Db = 0,18 m
= 180 mm
= Qe x x ( HT/3600 )x 75 x
Dimana ,
= Massa jenis muatan ( 0,8 0,9 ) 103 kg/lt
HT
= Head total
= Effisiensi pompa (0,6 0,9) diambil 0,8
Maka,
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
75
Ds
= 0,0189
Dimana ,
Qs
= debit pompa
Qs
= 0,25 x Qe utama
= 0,25 x 364,228
= 91,057 m3/j
Vc
Maka,
Ds
=0,09 m
9. Perlengkapan Keselamatan
Kapal harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pelayaran yang sesuai
yang ada.
Menurut fungsinya alat keselamatan dibagi 3, yaitu :
9.1 . Life Boat (Sekoci)
I. Pendahuluan
Jenis dari dewi - dewi yang ada di kapal sangat beragam baik dalam bentuk
dan tipe pemasangan. Meskipun terdapat berbagai jenis tersebut, akan tetapi
76
pertimbangan perancangan yang digunakan terutama pada boat winch ialah sama
untuk semua jenis dan tipe pemasangan.
Saat menurunkan sekoci, semua komponen penunjang menuruti aturan
grafitasi. Satu-satunya cara manual yang diperlukan oleh operator sekoci ialah pada
saat melepaskan rem tangan dan menahannya bila mana diperlukan sekoci itu untuk
berhenti (menggantung) pada posisi tertentu.
kendali pada tuas perngereman, terlebih pada kondisi yang sulit, maka beban yang ada
(sekoci) akan tetap tertahan pada sembarang posisi hingga tuas pengereman kembali
dapat dikendalikan.
Rem yang digunakan berupa rem tromol dengan pad (kampas) yang
merupakan bagian penahan yang dapat mengakibatkan terjadinya pengereman. Ada
dua kampas pada setiap blok rem, dipasang secara berhubungan antara satu kampas
dan lainnya serta dihubungkan oleh tuas. Bahan untuk kampas terbuat dari Ferodo
lined, yang mana umur dari kampas ini kurang lebih sekitar lima tahun atau lebih.
Jenis rem yang lain ialah rem sentrifugal. Kecepatan penurunan dari sekoci
tergantung dari peningkatan percepatan gaya penurunan akibat grafitasi. Pada saat
pegereman kampas bekerja menekan drum bagian dalam, penekanan tersebut ditopang
oleh pegas.
77
78
Zc =
Dimana :
CST
CENG
CDK
Ckade
BHP
Lpp
= Breadth (m)
= Height (m)
Zc
= Jumlah Crew
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
79
mengetahui berat tiap bagian, serta berat angkat maksimum dari dewi dewi tersebut.
Sejauh ini terdapat 2 jenis dari dewi dewi yaitu :
a. Menuang
b. Launching
iv. Perhitungan Beban
Sebagai langkah awal perhitungan beban serta penentuan kebutuhan daya
untuk dapat mengoperasikan boat winch ialah sebagai berikut :
a. Berat Sekoci dan perlengkapan (Qb)
Qb = Berat Sekoci + berat peralatan (Kg)
Untuk mengetahui berat sekoci dan berat peralatan ditentukan oleh tabel dari
Boat of Trade England
penumpang. Sebagai
pendekatan diasumsikan bahwa berat masing masing orang ialah 7578 Kg (Kethagurov, Marine Aux Hal 438).
c. Berat penurun sekoci
Qf = 0,05 x ( Qb + Qp ) . (Kg) (Kethagurov, Marine Aux Hal
438)
d. Beban perencanaan Q
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
80
T max =
(Kg)
Dimana :
m = jumlah total block pada alat penurun sekoci (diambil sebanyak 4 6
buah)
. (Kg)
81
diameter tali df. Untuk ukuran diamater tali dapat diambil antara 16 24 mm
h. Diameter Winch Head
Diameter dari Winch Head dinyatakan dengan :
Dh = ( 5 - 8 ) df
Dimana :
Dh : Diameter Winch Head (mm)
df : Diameter Tali (mm)
i. Perhitungan Kecepatan
i.1 Kecepatan pengangkatan
Untuk tipe sekoci yang diluncurkan rumus - rumus perhitungan yang
ada dipakai untuk melakukan pengangkatan sekoci. Untuk pengangkatan
diambil perencanaan kecepatan pada tackel fall atau v f = 0,3 m/detik (300
mm/s).
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
82
nh =
(Rpm)
(Rpm)
j. Perbandingan Putaran
j.1. Putaran motor listrik
nm = 500 - 1600
Diambil nm sebesar 1500 rpm
j.2. Perbandingan Putaran
Karena kecepatan putaran antara motor listrik terhadap putaran kerja
boat winch, maka perlu ditambahkan suatu gigi reduksi dengan rasio
sebagai berikut :
(Kg m)
(Kg m)
Dimana :
Mmb : Torsi poros motor penggerak
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
83
(Hp)
.. ( Watt )
Dimana :
Vb = Kecepatan menurunkan sekoci (Boat hoisting)
(Tergantung syarat klasifikasi untuk Klasifikasi Rusia
ditetapkan 0,15 m/dt)
= Efisiensi bower winches diambil sebesar 0,5
Digunakan model buatan .........................................
Digunakan model .........................dengan ukuran :
- Type
: ...............................
Length
: ............................. m
Breadth
: .............................. m
Registered height
: .............................. m
Persons
: ..............................
: .............................. kg
84
85
- Tahan pada pengaruh minyak, berwarna menyolok dan diberi tali pegangan,
keliling pelampung dilengkapi dengan lampu yang menyala secara otomatis
serta ditempatkan pada dinding atau pagar yang mudah terlihat dan dijangkau
- Jumlah pelampung untuk kapal dengan panjang 60 - 122 m minimal 12 buah
2. Rompi Penolong (Life Jacket)
Persyaratan baju penolong :
-Mampu mengapung selama 24 jam dengan beban 7,5 kg besi
-Jumlah sesuai banyaknya ABK, berwarna menyolok dan tahan minyak serta
dilengkapi dengan peluit.
9.3. Tanda Bahaya Dengan Signal atau Radio
Bila dengan signal dapat berupa cahaya, misal lampu menyala, asap, roket,
lampu sorot, kaca dsb.
Bila berupa radio dapat berupa suara radio, misal radio dalam sekoci, auto
amateur rescue signal transmiter dsb.
9.4. Alat Pemadam Kebakaran
Pengaturan sistim pemadaman api ditujukan untuk keselamatan dari kapal, sangatlah penting
seperti sistim bilga dan ballast.
Menurut BKI III 1996, Section 12 mengenai peralatan pelindung api dan pemadam,
dinyatakan sebagai berikut:
A. Pelindung Api
1.
1.1.
1.2.
Semua ruangan yang diletakkan motor bakar, burner, atau pengendap minyak atau
tangki harian diletakkan harus terjangkau dan diberikan ventilasi secara layak
1.3.
Bilamana terjadi kebocoran dari cairan yang mudah terbakar selama pekerjaan
perawatan rutin, Harus diperhatikan agar cairan tersebut terhindar dari kontak dari
sumber api.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
86
1.4.
Bahan yang digunakan pada ruangan permesinan sebaiknya secara normal tidak
meningkatkan kemungkinan untuk mudah terbakar.
1.5.
Bahan yang digunakan sebagai lantai bulkhead lining, atap atau geladak ruang
pengendali dengan tangki minyak haruslah tidak mudah terbakar. Dimana bila terjadi
bahaya yang mana minyak dapat terserap ke bahan penyekat, penyekat tersebut harus
dapat terlindungi dari serapan minyak atau uap minyak.
2.
2.1.1.
Peralatan pengolahan minyak awal (oil fuel preparation equipment) seperti purifier,
harus dipasang pada ruangan yang terpisah. Ruangan inii ditutupi oleh sekat baja,
dan dilengkapi dengan pintu baja yang dapat tertutup sendiri, dilengkapi dengan:
a. Ventasi mekanis yangt terpisah .
b. Sistim deteksi api dan alarm
c. Sistim pemadam api yang tetap. Sistiim ini dapat merupakan bagian dari sistim
pelindung api ruangan kamar mesin.
2.1.2.
Jika hal tersebut tidak praktis untuk menempatkan sistim pengolahan minyak bahan
bakar di ruangan yang terpisah, perhatian harus dilakukan terhadap api dengan suatu
penanganan api dari komponen dan dari kemungkinan kebocoran.
Sebagai
tambahan sistim perlindungan api secara tetap, di ruang kamar mesin, suatu unit
pemadam lokal dapat diberikan pada daerah tersebut.
2.1.3.
Unit pemadam lokal harus layak untuk pemadaman api yang efektif pada suatu areal.
Langkah kerja yang dilakukan dapat secara otomatis atau manual sebaik mungkin
tidak mempengaruhi operasi dari peralatan lain. Penggunaan secara otomatis dan
tiba-tiba tidak boleh merusak komponen lai. Bila peraltan tersebut manual, dapat
dipasang pada ruang pengendali permesinan atau disuatu tempat yang memberikan
perlindungan yang cukup.
2.2.
Sistim minyak dengan tekanan kerja lebih dari 15 bar yang tidak termasuk dalam
bagian permesinan bantu ataupun induk (seperti hidrolik, stering gear) harus dipasang
diruangan yang tepisah.
3.
3.1.
Perlindungan dari jalur dan peraltan yang melalui temperatur yang tinggi.
Semua bagiann yang memiliki temperatur diatas 220 oC seperti uap, minyak panas dan
jalur gas buang, dan silencers, dsb, harus dilindungi oleh bahan tidak yang tidak
mudah terbakar dan tidak dapat menyerap minyak.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
87
3.2.
4.
Pelindung harus dapat dipastikan tidak akan menjadi retak atau robek karena getaran.
Daerah Bulkhead
Semua pipa dengan kelas A atau B menurut SOLAS 1974 harus tahan terhadap suhu
yang mana telah dirancang sebelumnya. Pipa uap, gas dan minyak termal yang melalui
bulkhead harus diberi isolasi tahan panas dan harus terlindungi dari pemanasan yang
berlebihan.
5.
Ruang Darurat
Untuk ruangan permesinan dan boiler, kanal sirkulasi udara ke ruangan tersebut harus
dilengkapi dengan fire damper yang dibuat dari bahan tidak mudah terbakar yang mana
dekat dengan gelada. Bukaan kamar mesin (sky light), pintu dan hatch serta bukaan
lainnya diatur sehigga dekat dengan ruangan lainnya.
Katup pemutus untuk ruang kamar mesin, penghembus boiler, pompa transfer bahan bakar
purifier, dan pompa minyak termal.
88
Sistim ini digunakan untuk menyemburkan air laut ke suatu titik untuk tujuan
pemadaman. Jalur utama pemadam secara permanen dipasang dan sambungan selang
yang diatur sehingga dua penyembur udara dapat secara simultan dapat digunakan
utnuk pemadamkan api dimanapun pada dek sepanjang pintu kedap air dan pintu
tahan api tertutup. Instalasi pipa pemadanm air laut harus dapat mengisap sejumlah
air laut yang melalui gate valve dan dipasok oleh general service pump, general
service pump dapat digunakan sebagai fire pump dan pompa lainnya seperti bilga ,
ballast dapat digunakan sebagai pompa pemadam kedua.
Sedang berdasar peraturan BKI yang ditentukan, dalam hal ini kami mengambil pembatasan
tinjauan peraturan hanya untuk kapal yang dirancang yaitu kapal kargo.
Menurut peraturan BKI III 1996 mengenai Peralatan pemadaman api dengan air ialah ;
1. Pompa Pemadam
1.1.
Jumlah pompa
1.1.1.
Untuk kapal cargo dengan bobot 500 GRT atau lebih dapat dipasang dengan
sekurangnya dua dan kapal kergo dengan bobot kurang dari 500 GRT sekurangnya
satu buah.
1.1.2.
Kapal kargo dengan bobot 500 GRT atau lebih dipasang suatu pompa darurat yang
berguna jika terjadi kebakaran disuatu kompartemen pompa ini dapat mengambil alih
kerja pompa pemadam service. Pompa darurat juga diperlukan jika pompa pemadam
utama dipasang di dekat kompartemen, dan bagian antara kompartemen diantara lebih
dari satu bulkhead atau deck.
1.1.3.
Untuk kapal kargo,di setiap ruangan permesinan yang terdiri dari ballast, bilga atau
pompa air lainnya, pasokan air harus dibuat sekurangnya untuk menghubungkan satu
dari pompa tersebut untuk pompa pemadaman api.
didijikan bila mana tidak ada satupun pompa yang mampu untuk memenuhi kapasitas
yang dibutuhkan atau tekanan yang dibutuhkan.
Ruangan dan Tempat
Kamar Mesin yang terdiri dari Boiler dengan
bahan bakar minyak. Pembangkit lain dengan
bahan bakar minyak dan sistim persiapan bahan
bakar(fuel preparation system)
Ruangan yang berisi motor bakar yang tidak
digunakan untuk menggerakkan kapal
Ruang cat dan ruang cairan yang mudah terbakar
Jenis Pemadam
CO2, halon, dan busa ekspansi
tinggi atau sistim penyemburan
air bertekanan
89
dilindungi untuk Kapal Kargo dengan bobot lebih dari 500 GRT.
1.2.
1.2.1.
Untuk kapasitas minimal dari pompa pemadam untuk kapal dengan bobot diatas 500
GRT ialah 3,8 . 10
dan jumlah minimal dari pompa pemadam yang digunakan ialah 2 buah.
1.2.2.
Dimana pompa pemadam dipasang dengan kapasitas yang berbeda, pompa tersebut
tidak boleh menyuplai kurang dari 80% dari total kapasitas yang dibutuhkan dibagi
dengan jumlah pompa pemadam yang telah ditentukan.
1.2.3.
Tiap pompa pemadam harus mampu untuk menyuplai sejumlah air yang layak
sekurangnya untuk dua buah nozzle yang digunakan diatas kapal.
1.2.4.
Kapasitas total yang diperlukan dari pompa pemadam tidak termasuk pompa darurat
tidak boleh melebihi dari 180 m3/h.
1.2.5.
Pemilihan head dari tiap pompa pemadam harus dipilih sehingga memenuhi ketentuan
minimal dari tekanan yang diperlukan. Pada kapal kargo dan kapal penumpang kurang
dari 1000 GRT, tekanan minimal yang diperlukan (untuk kapal kargo dengan bobot
lebih dari 6000 GRT , Tekanan nozzlenya minimal 0,27 N/mm 2). Dan setiap nozzle
pada tekanan tersebut harus mampu membangkitkan water jet dengan ketinggian
minimal 12 m secara horisontal.
1.3.
90
1.3.1.
Tiap Pompa pemadam haurs memiliki sumber daya yang independen dari permesinan
penggerak kapal.
1.3.2.
Pada kapal kargo yang kurang dari 100 GRT, salah satu dari pompa pemadam dapat
disambungkan dengan motor induk yang mana tidak seterusnya akan demikian.
1.3.3.
Pompa pemadam dan sumber dayanya tidak boleh ditaruh di depan coolosion bulk
head. Untuk kapal kargo BKI dapat memberikan dispensasi.
1.3.4.
Pompa pemadam dan sambungan keluarnya (ke laut) dibuat sedalam mungkin
dibawah garis air muat kapal. Bila mana hal ini tidak praktis pompa harus berupa self
primming pump atau bila tidak dihubungkan dengan suatu sistim primming.
1.3.5.
Provisi yang dibuat untuk menyuplai sekurangnya salah satu dari pompa pemadam
dalam tuang mesin dengan air dari dua sea chest .
1.3.6.
Pompa bilga,ballast dan pompa lainnya yang digunakan untukmempompa air laut dan
memiliki kapasitas yang mencukupi dapat digunakan sebagai pompa pemadam yang
dilengkapi sekurangnya dengan satu pompa yang sudah tersedia untuk tujuan
pemadaman.
1.3.7.
Pompa sentrifugal yang disambung dengan jalur utama diberi suatu katup shut off dan
peralatan non return.
Pompa pemadam api darurat harus mampu mensuplai air ke semua bagian dari kapal
dari dua hidran yang secara simultan pada tekanan yang telah ditentukan.
1.4.3
Semua daya dan pasokan air yang diperlukan pada penggunaan dari pompa pemadam
darurat harus terpisah dari ruangan tempat pompa pemadam utama dipasang.
1.4.4
Suplai dari bahan bakar yang diperlukan untuk operasi dari pompa pemadam darurat
sekurangnya harus cukup selama 18 jam kerja. Kapasitas dari tanki yang melayani
pompa pemadam minimal selama 6 jam pertama tanpa dilakukan pengisian ulang dari
tangki bahan bakar.
1.4.5
Ruangan dimana dipasang pompa pemadam darurat dan sumber dayanya tidak boleh
berbatasan langsung dengan ruangan mesin yang terdiri dari motor bakar, ketel uap
berbahan bakar minyak, dan sistim penyiapan bahan bakar atau ruangan dimana
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
91
dipasang pompa pemadam utama. Bilamana hal ini tidak berhasil pembagian
ruangannya tidak boleh dibentukk hanya dari satu bulhead. Ruangan sisa harus dibuat
seminimum mungkin dan pintu antara ruangan dirancang kedap udara.
1.4.6
Pompa darurat dipasang sehingga jalan edar air pada kapasitas dan tekanan yang
ditentukan tetap pada semua kondisi trim lilst dan pitch.
1.4.7
Sisi isapan air laut diletakkan sedalam mungkin, diluar ruangan mesin.
1.4.8
Katup air laut harus dapat dioperasikan dari tempat yang dekat dengan pompa darurat
atau dengan pengendali pompa pada pompa yang menggunakan pengendali.
1.4.9
Jika ruangan di mana pompa pemadam api utama, suplai catu dayanya dikunci oleh
suatu sistim tekanan air tetap, pompa pemadam darurat dapat digunakan untuk
memasok sejumlah air yang diperlukan.
1.4.10 Sistim ventilasi dari ruangan pada mana pompa pemadam api darurat dipasang harus
dirancang sehingga asap tidak dapat terhisap ke dalam ruang kamar mesin. Ventilasi
paksa disambung dengan suplai daya darurat.
2. Pemadam Utama (Fire Mains)
2.1.
2.1.1.
Pada kapal dengan pompa pemadam daruratnya terpasang atau pada pompa
pemadamnya terpasang dalam kompartemen yang terpisah , adalah mungkin untuk
menempatkan katup shut off untuk mengisolasi bagian dari pompa pemadam utama
dengan ruang mesin yang mana pompa pemadam utama diletakkan. Katup penutup
dipasang pada posisi diluar ruang mesin yang mudah dijangkau. Dengan katup shut
off yang terkunci adalah memungkinkan untuk hydrant yang terletak diluar dari ruang
mesin. Instalasi pipa di kamar mesin tidak boleh digunakan.
Bagaimanapun suatu
pengecualian khusus dapat dilakukan untuk hubungan pendek dari pipa dapat
dilakukan pada pipa terdekat.
2.1.2.
Pemadam utama dilengkapi dengan katup curah (drain valve) atau chock
2.1.3.
Pipa cabang dari pipa pemadam api utama untuk dek dapat ditutup alirannya dari dek
terbuka (open deck). Pipa cabang lain tidak digunakan untuk pemadaman (seperti
untuk flushing atau sewage tank atau waste tank dan sambungan untuk mengolah ikan
hasil tangkapan) dapat diabaikan. Berdasar ini maka adalah mudah untuk menutup
jalaur langsung dari pompa pemadam. Katup isolasi ini dipasang tanda peringatan
mengatur awak kapal untuk selalu menutup setelah menggunakan.
92
4. Hydrants
4.1.
Hydrants dipasang sehingga air dari dua nozel dapat secara simultan mengalir, salah
satunya dari selang pemadam dapat mencapai:
a. Tiap bagian dari kapal yang mana tiap crew dan penumpang secara normal dapat
mencapainya selama perjalanan.
b. Tiap bagian dari rangan kosong kargo.
c. Tiap bagian dari ruang ro-ro.
Adalah mungkin untuk mencapai tiap bagian dari ruangan khusus dengan dua nozzles
pada salah satu selang pemadam tersebut.
4.2.
Dek untuk penempatan hidrant diatur sehingga tetap dapat terjangkau meskipun
tempat tersebut digunakan untuk mengangkut barang. Hydrant diletakan dekat kepada
tempat yang mudah terjangkau .
4.3.
Selang pemadam api dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar api.
5.2.
Panjang dari suatu selang yang digunakan tidak boleh melebihi 20 m, 15m di ruang
mesin dan ruang boiler (pada kapal ikan 15 m dan 10 m tiap tiap bagiannya). Tiap
selang harus dilengkapi dengan kopling untuk suatu ukuran tertentu nozzle, dan suatu
sambungan cabang (coupling spanner). Selang tersebut terikat dengan nozelnya dan
siap untuk digunakan dan terletak pada posisi yang mudah dijangkau dekat dengan
hydrant.
5.3.
Kapal kargo dengan bobot 1000 GRT atau lebih diiperlengkapi dengan suatu selang
api untuk tiap 30 m dari panjang kapal dan dengan satu tambahan selang pemadam.
Tetapi minimal lima buah tempat. Gambaran ini tidak termasuk selang yang
ditentukan untuk ruangan mesin dan boiler (jika ada).
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
93
6. Nozzel
6.1.
Hanya nozel dengan dua fungsi semburan jet/ spray dengan suatu katup shut off yang
digunakan.
6.2.
Ukuran datri nozzle seharusnya 12,16 dan 19 mm atau yang mendekati. Ukuran nozel
untuk ruang akomodasi ialah 12 mm. Untuk ruangan mesin dan dek terbuka ukuran
nozzle dapar lebih besar sehingga air dapat diedarkan dan diatur tekanannya oleh
suatu pompa pemadam yang lebih kecil
94
kondisi darurat seperti ruang berkumpul saat kebakaran, ruang kemudi dan ruang pengendali
motor. Sedang untuk pompa pemadam api minimal menggunakan 2 set pompa pemadam.
Sedangkan untuk peraturan mengenai kandungan, penataan dan kapasitas dan aturan
lain menurut BKI dapat dilihat pad BKI III 1996 sec.12-G. dan H.
9.5. KEBAKARAN
Kebakaran di kapal adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian yang besar, karena
hal ini menyangkut keselamatan orang maupun barang yang dibawa, serta kapal itu sendiri.
Dengan berdasar pada hal diatas maka perlu adanya pembahasan tentang pencegahan
kebakaran dan bagaimana mengatasi kebakaran jika hal tesebut benar-benar terjadi.
Pembahasan kita akan dibagi menjadi dua bagian besar yaitu fire preventing dan fire fighting.
FIRE PREVENTING
Pencegahan dilakukan dengan cara memilih bahan dari badan dan outfitting yang ada
dikapal dengan bahan yang tidak mudah terbakar, juga dengan cara menyediakan alat-alat dan
metode yang dapat digunakan sewaktu-waktu kalau memang benar-benar terjadi
kebakaran.Pembahasan disini menitik beratkan kepada media-media yang digunakan dan
macam-macam alat pemadam kebakaran.
Media-media yang utama digunakan di kapal dikelompokkan menjadi (1) air (2) foam
(3) inert gas (4) uap
95
AIR
Sistem pemadam kebakaran yang digunakan adalah air laut, yang menggunakan
powerful jets. Nosel yang digunakan sebaiknya kurang dari in,sedangkan untuk hosenya
mempunyai
panjang yang tidak lebih dari 60 ft. Penggunaan water jet ini harus
memperhatikan kapasitas dari pompa yang digunakan, head air dari pompa hingga jet, drop
tekanan di hose dan efek dari masuknya volume air yang besar ke kapal yang berpengaruh
kepada stabilitas kapal.
Hose yang kita gunakan bukan merupakan alat yang sederhana, yang berarti harus
dioperasikan oleh orang yang terlatih. Dengan pertimbangan panjang 60 ft. hose dipasang
sesuai dengan standar yang ada yang bekerja dengan nosel terkecil yang diperbolehkan (1/2
in) dan dengan tekanan terkecil yang beralasan (35lb/in 2). Dengan ukuran hose dan nosel yang
demikian, maka dari nosel tersebut bisa menghasilkan daya dorong, hal ini yang perlu
diperhatikan oleh operator ketika memadamkan api terutama di tangga yang basah atau di
lantai baja. Untuk jet yang lebih kuat atau lebih besar dari standar minimum diatas, perlu
diperhatikan bahwa kesulitan akan muncul akibat bertambahnya ukuran diameter dan tekanan.
Output dari nosel/kapasitas bervariasi sesuai dengan kuadrat dimeter dan akar dari tekanan,
sedangkan untuk daya dorong dari nossel berbanding lurus dengan kuadrat diameter dan
tekanan.
Instalasi lain yang biasanya digunakan di kapal adalah system springkel. Sistem ini
secara otomatis akan bekerja menyemprotkan air di tempat terjadinya kebakaran. Biasanya
system ini ditempatkan di ruangan tertentu, ruang akomodasi, dan ruang penyimpanan, serta
dalam prakteknya menggunakan air tawar, ini dipilih karena mempunyai efek berbahaya yang
kecil
Instalasinya terdiri dari pipa dengan katup shut-off dan katup non-return. Springkel
head ditempatkan di tempat yang strategis dan setiap unit harus bisa menjamin deckhead dari
daerah yang direncanakan untuk dilindungi. Sistem ini juga menggunakan kompresor untuk
pengoperasiannya .
FOAM
Jenis ini digunankan bervariasi dari yang portable sampai pada system yang built-in.
Foam ini sebenarnya diproduksi dari proses pencampuran dari air, udara, dan senyawa kimia
yang kemudian menghasilkan bentuk seperti gelembung.
96
Foam ini merupakan smothering agent, yang dalam prakteknya akan menutupi tempat
terjadinya kebakaran sehingga tempat itu menjadi terisolasi sehingga api tidak mendapatkan
suppy oksigen.
INERT GAS
Gas yang bisa digunakan adalah CO2. CO2 disimpan dibawah tekanan berupa cairan
dan dikeluarkan melalui tabung dengan internal siphon. Tabungtabung penyimpanan ini
dibuat dari bahan yang tahan panas, seperti yang disyaratkan, dengan batas yang
diperbolehkan 145 F.
Ketika cairan tersebut dikeluarkan, volume dari gas sekitar 450 dari volume cairan
.Pertama kali dikelurkan CO2 cenderung untuk memenuhi compartemen tejadinya kebakaran
dan tingkat dibawahnya, sehingga ini merupakan batas untuk menjauhi ruangan tersebut,
untuk itu setelah kejadian disarankan untuk memakai alat Bantu pernafasan untuk masuk
kedalam kompartemen yang baru terbakar.Setelah gas mulai bersih , sebuah lampu penyelamat
harus digunakan untuk memeriksa atmosfer ruangan
Kuantitas dari free gas yang disyaratkan untuk fire protection adalh 30% dari volume
kompartemen atau 40% dihitung tiga meter diatas mesin.
UAP
Uap ini juga merupakan media yang dapat menutupi sumber kebakaran dari udara
luar. Instalasinya terdiri dari pipa-pipa yang disusun sedemikian rupa sehingga titik
keluarannya berada di bagian yang rendah dari kompartemen yang dilindunginya, kecuali di
kapal tanker dimana harus ditempatkan diatas minyak
Ketika uap digunakan untuk pemadam, dapat dikatakan bahwa supply harus
dirawat/dipelihara. Ini dimaksudkan untuk menjaga uap dari peristiwa kondensasi. Hal lain
yang perlu dihindarkan adalah keadaan vacuum yang dapat menyebabkan kemungkinan
ledakan. Uap ini cocok untuk kapal yang penggeraknya memakai boiler, karena ruang dari
boiler yang panas, maka kondensasi merupakan hal yang sesuai dan merupakan hal yang
menguntungkan bila hal tersebut ada.
Uap adalah alat pemadam kebakaran yang esensial di kapal yang berlayar di laut, dan
merupakan orbit yang tertentu dari seorang marine engineer, karena hal ini sangat akrab
denganya dan dimungkinkan karena orang lain tidak dapat diharapkan mempunyai
kesempatan yang sama untuk memgenalnya.Uap jenuh, tentu sebagai uap yang super panas
mungkin saja menyebabkan mulainya kebakaran.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
97
EXTINGUISHER
Pembahasan di sini akan menitik beratkan kepada alat-alat yang portable dan macammacamnya.
1. WATER/CARBON DIOXIDE EXTINGUISHER
Jenis ini mempunyai bagian dalam yang terbuat dari baja tahan karat. Noselnya tidak pernah
tertutup, tetapi dapat dikontrol dengan sentuhan ibu jari. Alat ini dapat mencakup area sampai
dengan 400 ft2
98
9.6.I. Pendahuluan
Api merupakan hasil dari reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran cahaya dan
panas. Ada 3 unsur utama yang dapat memungkinkan terjadinya api yaitu : Bahan
bakar, Panas dan Oksigen. Proses ini dikenal dengan istilah segitiga api. Bahan baker
adalah suatu bahan yang mudah terbakar, yang secara fisik terbagi atas tiga bagian
yaitu :
Bahan bakar berbentuk gas seperti: Gas asitelin, metan, hydrokarbon dll.
Bahan bakar berbentuk cair seperti kerosene, bensin, solar dll
Bahan bakar berbentuk padat seperti kayu, kertas logam karet batu bara, dll.
Panas yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya api haruslah cukup
mencapai temperatur minimum untuk menghasilkan uap dari bahan bakar tersebut.
Panas dapat berasal dari gesekan, bunga api listrik, busur listrik, petir, sinar matahari,
nyala puntung rokok, listrik statis dll.
Ada dua istilah yang perlu diketahui yang berhubungan dengan temperatur, yaitu
titik nyala (Flash point) dan titik bakar (Fire Point). Titik nyala adalah adalah suatu
tingkat temperature yang terendah dari suatu zat (bahan bakar) untuk dapat
mengeluarkan uap dan dapat menyala dengan sekejap bila diberikan sumber panas
yang cukup.
Titik bakar adalah suatu tingkat temperature yang terendah dari suatu zat (bahan
bakar) untuk dapat mengeluarkan uap dan dapat menyala terus menerus bila diberi
sumber panas yang memadai. Masing masing zat memiliki titik nyala dan dan titik
bakar yang berbeda.
Sedangkan oksigen merupakan unsure yang terdapat pada udara atau yang dihasilkan
melalui proses kimia yang memiliki kandungan di atmosfir sekitar 16-21%.
9.6.II. Proses Terjadinya Api
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
99
: 1.4% - 7.6 %
3. Kerosene
: 0.7% - 5 %
4. Butane
: 1.6% - 8.4 %
Dari uraian tersebut maka Api tidak akan terjadi bila konsentrasi uap bahan bakar itu
rendah atau tinggi.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terjadinya api adalah melalui suatu proses
kimia yang sering disebut kimia api.
berikut :
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
100
API
Panas
Udara
Bahan Bakar
Diagram Segitiga Api
9.6.II.2. Klasifikasi Kebakaran
Kebakaran dapat diklasifikasikan berdasar jenis bahan yang terbakar yaitu :
Kelas
A
B
C
Jenis Kebakaran
Kebakaran pada bahan padat bukan logam seperti kayu, batu bara,
kain karet dll
Kebakaran pada bahan bakar cair dan gas seperti bensin, tiner, cat,
bahan kimia, LNG dll
Kebakaran pada instalasi listrik
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
101
Hitam atau abu abu gelap menandakan pembakaran yang pansa sekali
dan kurang oksigen.
c. Kuning, merah, ungu, hijau dan lain lain menandakan adanya gas yang
beracun.
4. Nyala adalah hasil dari perubahan bahan bakar yang terbakar
5. Panas, yang dihasilkan melalui oksidasi yang cepat dari bahan yang terbakar.
6. Gas, sebagai hasil lain dari pembakaran.
7. Partikel partikel lain.
9.6.III. Pemadaman serta Penyekatan Lokasi Kebakaran
9.6.III.1. Metode pemutusan segitiga api
Metode pemadaman api dapat dipelajari dari metode terjadinya api. Dengan memutus
salah satu faktor dari segitiga api maka dapat dijadikan acuan untuk memadamkan
serta menghindari LAHIRNYA api.
Berikut akan dipaparkan langkah pemutusan/eliminasi dari faktor pembentuk
lahirnya api dengan cara :
1. Mengurangi panas
Panas dapat dikurangi dengan cara pendinginan (cooling) untuk menghindari
terjadinya panas.
2. Memisahkan Oksigen dari kebakaran. Dilakukan untuk menghindari kontak
dengan oksigen.
102
langkah pemisahan oksigen dari bahan bakar serta kondisi lingkungan yang
panas di tangki muat.
3. Penutupan aliran bahan bakar (starvation).
9.6.III.2. Media Pemadam Kebakaran
Media pemadam kebakaran tersebut diciptakan berdasar prinsip dasar pemadaman.
Penggunaan media pemadaman disesuaikan dengan kelas kebakaran serta kemampuan
pemadaman. Media pemadaman yang umum dipakai ialah air, tepung kimia kering,
CO2 gas, Nitrogen, Halon, Busa. Penggunaan halon saat ini telah dilarang karena
memiliki dampak dapat merusak ozon.
9.6.III.2.1. Media Pemadaman Air
Secara tradisional, penggunaan air sebagai media pemadaman sangat dikenal. Prinsip
kerja air ialah dengan mendinginkan suhu lingkungan kebakaran. Hal ini karena air
memiliki daya serap panas yang tinggi.
Air digunakan untuk pemadaman pada kebakaran kelas A. Pada kasus tertentu dapat
juga digunakan pada kelas B. Akan tetapi air tidak dapat digunakan untuk kebakaran
kelas C.
9.6.III.2.2. Media Pemadaman Tepung Kering (Powder)
Tepung kering terbuat dari Natrium Bicarbonat atau Kalium Carbonat. Tepung kering
ini sangat efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C serta dapat
juga untuk memadamkan kebakaran dengan kelas A.
103
a. Kelas A.
Pada kelas A digunakan pada daerah bulk head dan dek yang harus dipasang
dengan persyaratan :
1. Harus dipasang pada bingkai baja atau bahan yang sejenis atau Logam.
2. Harus dapat di tergarkan (be stiffness)
3. Harus mampu untuk mencegah aliran asap dan nyala api (flame)
sekurangnya satu jam pengujian api.
4. Harus diisolasi dengan bahan yang tidak dapat terbakar yang mana
temperature rata rata dari sisi yang tidak terbakar tidak meningkat
sebanyak 139OC diatas temperatur awal. Atau pada temperature pada
sembarang titik termasuk hubungan antar panel (Joint) tidak meningkat
lebih dari 180oC, diatas temperatur awal. Kedua syarat kenaikan
temperatur tersebut harus selama :
Kelas A - 60 : 60 Menit
Kelas A - 30 : 30 Menit
Kelas A - 15 : 15 Menit
Jurusan Teknik Permesinan Kapal PPNS - ITS
104
Kelas A 0
: 0 Menit
b. Kelas B.
Pada kelas B digunakan pada daerah bulk head, decks, ceiling (langit langit),
atau linings (Pelapis), dengan persyaratan :
1. Harus dipasang pada kondisi untuk dapat mencegah laluan asap lidah
api (flame) kurang lebih sekitar jam pertama dari pengujian api.
2. Harus memiliki harga isolasi untuk harga rata-rata pada sisi yang tidak
terbakar tidak meningkat sebanyak 139oC diatas temperature awal dan
kenaikan suhu pada sembarang titik dan sambungan tidak meningkat
sebanyak 225oC diatas temperature awal sesuai dengan waktu
pengujian yang telah ditentukan sebagai berikut :
Kelas B -15
: 15 Menit
Kelas B -0
: 0 Menit
c. Kelas C.
Pembagian pada kelas C digolongkan atas material yang tidak dapat terbakar
serta tidak dapat dilalui oleh asap dan lidah api akan tetapi tidak dibatasi
seberapa besar kenaikan temperaturnya. Penggunaan cover pelapis yang dapat
terbakar merupakan jenis material pada kelas C ini.
105
DAFTAR PUSTAKA
BKI 1996 VOL II.
BKI 2001 VOL II.
De Rooij.,[1978], Practical Shipbuilding, De Technische Uitgeverij H. Stam, NV
Haarlem.
Germanischer Lloyd, Regulations for the construction and survey of lifting appliances,
1992.
Harrington, Roy. L, editor.,[1992], Marine Engineering, SNAME.
MAN B & W S35 MC Project Guide 1999.
Marine Auxiliary Machinery and System by Khetagurov published by Peace
Publisher, Moscow.
Resistance and Propulsion of Ship by SV.AA. Harvald published by Jon Wiley and
Sons, New York, 1992.
106