Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUGAS IBM 1

Genetically Modified Food

Oleh :
Kelompok 2A

1.
2.
3.
4.
5.

Erika Nurfitri
Maudyana Nisa P
Yenny D Pangaribuan
Atika Mayrizka A
Arin Zahrotul Ummah

(145070300111013)
(145070300111014)
(145070300111015)
(145070300111017)
(145070301111006)

JURUSAN ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2014
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan manusia membuat
munculnya isu tentang Genetically Modified Food atau dalam bahasa Indonesia disebut
sebagai tanaman/hasil pangan yang telah memalui modifikasi genetika. Teknologi dan
ilmu pengetahuan yang berkembang ini membuat manusia berkeinginan menghasilkan
tanaman dengan kualitas terbaik yang dapat meningkatkan status gizi masyarakat. GM
Food adalah tanaman pangan yang direkayasa dengan teknologi tinggi melalui modifikasi
sel-sel tertentu dalam tanaman hingga menghasilkan tanaman super. Tanaman pangan bisa
direkayasa sehingga mampu tumbuh di tanah yang kandungan alumuniumnya tinggi atau
mampu bertahan hidup lama di dalam air. Tanaman bisa direkayasa untuk kegunaan lain
dan jelas lebih baik dari pil atau suntikan. Intinya, rekayasa biologis menjanjikan lebih
sedikit pemakaian bahan kimia, hasil panen besar, nutrisi lebih baik dan kesehatan juga
lebih bagus.
Sekitar satu dekade lalu, rekayasa genetika ini dipuji-puji sebagai inovasi baru bagi
masa depan ilmu pengetahuan. Namun, dibalik semua inovasi itu, GM Food ternyata
berisiko seperti menyebabkan bahan alergi baru, resistensi terhadap antibiotik,
menciptakan virus baru, memungkinkan terbentuknya "tanaman super" hasil perkawinan
antar tanaman, dan menyebabkan hama kebal terhadap tanaman. Memang, hingga saat ini
belum ada laporan tentang korban meninggal akibat mengkonsumsi GM Food ini. Akan
tetapi, kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana akibat ke depannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan Genetically Modified Food?
b. Apakah Genetically Modified Food menimbulkan kontroversial?
c. Bagaimana mengidentifikasikan makanan hasil produk Genetically Modified Food?
d. Apa manfaat dan bahaya dari Genetically Modified Food?
e. Apa efek Genetically Modified Food bagi kesehatan?
f. Bagaimana cara mencukupi kebutuhan pangan dengan Genetically Modified Food?
g. Apa saja contoh produk Genetically Modified Food?
h. Bagamaina karakteristik fisik, kimia, dan mikrobiologi Genetically Modified Food?
i. Apa peraturan yang mengatur Genetically Modified Food?

1.3 TUJUAN
a. Mengetahui definisi dari Genetically Modified Food
b. Mengetahui manfaat dan bahaya dari Genetically Modified Food

c. Mengetahui efek yang ditimbulkan Genetically Modified Food bagi kesehatan


d. Mengetahui cara mencukupi kebutuhan pangan dengan kebutuhan pangan dengan
Genetically Modified Food
e. Mengetahui contoh produk kebutuhan pangan dengan Genetically Modified Food
1.4 MANFAAT
1. Meningkatkan wawasan atau pengetahuan tentang Genetically Modified Food.
2. Meningkatkan kewaspadaan terhadap Genetically Modified Food

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Genetically Modified Food
GMF (Genetically Modified Food, rekayasa genetika tanaman) juga dikenal sebagai
makanan transgenik, adalah hasil pengolahan rekayasa genetika organisme yang diproses

dengan metode buatan, mengubah susunan gen dari spesies, biasanya gen tertentu dari
suatu organisme diisolasi dari serangkaian gen, kemudian ditanamkan ke dalam tubuh
biologis yang lain.
2.2 Kontroversial keamanan pangan GMF
Rekayasa genetika meningkatkan kualitas varietas makanan, kita sedang menikmati
manfaat yang dibawa olehnya, namun juga khawatir apakah perubahan teknologi kode
rahasia kehidupan alam ini akan menghasilkan "monster makanan" yang berbahaya bagi
tubuh manusia? Teknik rekayasa genetika menanamkan (implant) gen asing ke dalam
makanan manusia sehari-hari , seperti: daging, buah-buahan dan sayuran, akan ada
dampak apa pada kesehatan manusia? Berbicara tentang apa yang disebut keamanan, saat
ini masih banyak kontroversi, terutama dari dua aspek: keamanan pangan dan
perlindungan lingkungan. Sesungguhnya, saat ini tidak ada metode penilaian yang efektif
tentang keamanan rekayasa genetika organisme, dampaknya terhadap ekologi lingkungan
dan tubuh manusia mungkin perlu lebih banyak waktu untuk mengonfirmasi, sehingga
pada tahap ini tidak dapat diyatakan hasil rekayasa genetika organisme adalah aman.
Perlu menunggu setelah ada pembentukan metode penilaian ilmiah yang lengkap dan
berdasar, baru bisa menyelesaikan perbedaan pendapat tentang masalah keamanan.
Selain hal di atas, kontroversi lainnya berasal dari masalah manfaat ekonomi negaranegara dan isu-isu etika agama. Satu-satunya kepastianan adalah: apakah rakayasa gen
makanan berefek pada kesehatan manusia, "tidak ada bahaya segera". Namun, ini masih
merupakan pertanyaan yang besar: potensi bahaya dari makanan GM (Genetically
Modofied) mungkin berasal dari proses transgenik itu sendiri; makanan GM itu sendiri
berbahaya, untuk ternak yang dengan pakan GM sebagai makanan, setelah makanan
membahayakan manusia dan sebagainya. Tapi dari sudut pandang lain, walaupun telah
makan nasi yang berasnya sudah ribuan tahun bukan GM, juga tidak dapat menjamin
keamanan mutlak. Tanah yang diolah, penyemprotan pestisida dan unggas, ternak disuntik
hormon, antibiotik dll juga berpotensi membahayakan tubuh manusia. Makanan alami
juga bisa menyebabkan alergi, buah-buahan dan sayuran secara umum juga mungkin
mengandung karsinogen (bahan penyebab kanker), dan makanan tertentu setelah diberi
campuran yang berbeda, juga akan memproduksi toksin. Buha-buahan dan sayaur yang
umum mungkin juga dapat menyebabkan kanker, juga memiliki masa konsumen yang
luas, ini mungkin yang layak dipikirkan oleh kita semua.

2.3 Cara mengidentifikasi makanan rekayasa genetika


Rekayasa genetika buah-buahan dan sayuran, secara umum penampilannya tidak
berbeda dengan buah-buahan dan sayuran biasa, sangat sulit bagi konsumen untuk
membedakannya. Dalam penampilan, sebagian besar jenis makanan GM secara

substansial sama seperti aslinya. Saat ini, ada beberapa metode pengujian yang canggih
dapat mendeteksi makanan ini. Secara umum dapat dikatakan, data pada label akan
menunjukkan apakah makanan tersebut mengandung bahan-bahan yang dimodifikasi
secara genetik. Namun, masyarakat internasional belum mencapai kesepakatan pada label
makanan rekayasa genetika. Di Eropa telah diminta untuk makanan rekayasa genetika
agar secara khusus ditandai, di Jepang cenderung tidak memiliki label , Taiwan lebih
mirip dengan Amerika Serikat.
Industri itu sendiri yang memutuskan apakah harus ada pelabelan, sesuai peraturan,
untuk makanan dengan bahan kedelai atau jagung hasil rekayasa genetika, harus diberi
label kata-kata GM, dan makanan yang tidak diberi label non - GM, benar-benar termasuk
makanan non -GM, atau industri itu sendiri yang tidak jujur memberi berlabel, pada saat
belanja masyarakat sulit untuk menilainya. Namun masa depan diharapkan Departemen
Kesehatan secara bertahap mendorong sistem pelabelan makanan GM untuk melindungi
kepentingan konsumen. Penerapan teknologi dapat membawa kenyamanan, namun ia juga
membawa ketakutan yang tidak diketahui, ketika teknologi rekombinan DNA telah
diterapkan secara luas untuk pengembangan biologi, kedokteran, obata-obatan, pertanian
dan industri, masa depan bahkan mungkin bisa memasuki area yang lebih luas, namun hal
tersebut akan sangat memengaruhi kehidupan kita, tampaknya kita akan sadar bahwa ini
adalah tren yang tidak mungkin dikekang lagi. Oleh karena itu, pahamilah makanan GM
secara positif, baru kemudian berpikir secara rasional apakah ia dapat diterima,
meninggalkan hak pilih ke semua orang, itu adalah pendekatan yang benar.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1.

Pengenalan Genetically Modified Food

GM Food (Genetically Modified Food) adalah salah satu produk bioteknologi hijau
yang sangat terkenal. GM Food sering disebut juga Genetically Modified Organism
(GMO). GM Food dikenal sebagai makanan transgenik, adalah hasil pengolahan rekayasa
genetika organisme yang diproses dengan metode buatan, mengubah susunan gen dari
spesies, biasanya gen tertentu dari suatu organisme diisolasi dari serangkaian gen,
kemudian ditanamkan ke dalam tubuh biologis yang lain. Tanaman ini telah dimodifikasi
di laboratorium untuk meningkatkan sifat-sifat yang diinginkan seperti meningkatkan
resistensi terhadap herbisida atau kandungan nutrisinya meningkat. Peningkatan sifat
yang diinginkan secara tradisional dilakukan melalui pemuliaan, tetapi metode pemuliaan
tanaman konvensional bisa sangat memakan waktu dan sering tidak sangat akurat.
Rekayasa genetika, di sisi lain, dapat membuat tanaman dengan sifat yang tepat yang
diinginkan sangat cepat dan dengan akurasi besar. Sedangkan menurut WHO, GM Food
adalah makanan yang berasal dari organisme yang materi genetiknya (DNA) telah
dimodifikasi dengan cara yang tidak alami (melalui rekayasa genetik, tetapi melalui
penggabungan gen yang berbeda dari organisme yang lain. Saat ini, genetically modified
food hanya terjadi pada tumbuhan. Namun WHO memperkirakan di masa depan, hal
tersebut dapat terjadi pada mikroorganisme dan hewan. Produk GM Food telah
dikembangkan di beberapa negara yaitu Cina, Amerika, India, dan Brazil.
Sebagai contoh: Seorang ilmuwan tertarik dengan gen ikan Arctik (Kutub Utara), dia
menganggap ikan tersebut memiliki peran dalam hal anti beku, maka gen tersebut
kemudian dipisahkan dan diekstraksi, kemudian ditanamkan dalam tomat, membentuk
spesies baru tomat yang tahan dingin. Peningkatan fitur yang dapat dicapai dalam
teknologi rekombinasi genetik sekarang adalah: untuk meningkatkan laju pertumbuhan,
nilai gizi yang lebih baik, resistensi serangga, tahan penyakit, tahan herbisida, tahan suhu
rendah, memperpanjang masa penyimpanan, tahan dalam transportasi atau
menguntungkan dalam proses pengolahan. GM Food memiliki komposisi gizi yang dapat
diatur sesuai kebutuhan gizi manusia. Salah satu produk GM Food adalah makananmakanan yang telah difortivikasi dengan vitamin maupun mineral, seperti margarin dan
mentega yang difortivikasi dengan vitamin A. Selain itu, GM Food juga terdapat pada
beberapa makanan yang lain seperti minyak, kecap, susu kedelai, tofu, tahu dan produk
kedelai lainnya, serta minyak jagung, corn flakes, roti, kue dll serta semua produk
makanan yang mengandung bahan jagung mungkin mengandung bahan-bahan yang
direkayasa secara genetik.

3.2.

Kontroversial Keamanan Pangan Genetically Modified Food


Perubahan genetik tumbuhan yang dilakukan melalui rekayasa genetika menyebabkan
kenaikan kualitas varietas makanan sehingga menghasilkan manfaat yang banyak untuk
kita. Namun, tidak hanya hal itu, GM Food juga dapat menyebabkan kerugian bagi tubuh
kita dengan hal-hal yang tidak diduga. Berbicara tentang apa yang disebut keamanan, saat
ini masih banyak kontroversi, terutama dari dua aspek: keamanan pangan dan
perlindungan lingkungan. Sebenarnya, saat ini tidak ada metode penilaian yang efektif

tentang keamanan rekayasa genetika makanan, dampak terhadap ekologi lingkungan dan
tubuh manusia memerlukan lebih banyak waktu untuk mengetahuinya, sehingga pada
tahap ini tidak dapat diyatakan hasil rekayasa genetika organisme adalah aman. Hal
tersebut dapat ditentukan setelah ada pembentukan metode penilaian ilmiah yang lengkap
dan mendasar.
Selain hal di atas, kontroversi lainnya berasal dari masalah ekonomi negara-negara
dan isu-isu etika agama. Satu-satunya kepastian adalah rekayasa genetika tidak berefek
kepada kesehatan dalam waktu yang singkat. Namun, potensi bahaya yang berasal dari
GM Food masih menjadi pertanyaan. Bahaya itu dapat berasal dari proses transgenik itu
sendiri. Selain itu, bahaya GM Food tidak hanya terjadi pada makanan manusia, tetapi
pada mahluk hidup yang lain. Namun, Sorang manusia yang tidak memakan produk hasil
GM Food belum tentu sehat. Tanah yang diolah, dengan penyemprotan pestisida dan
unggas, ternak disuntik hormon, antibiotik dll juga berpotensi membahayakan tubuh
manusia. Makanan alami juga bisa menyebabkan alergi, buah-buahan dan sayuran secara
umum juga mungkin mengandung karsinogen (bahan penyebab kanker), dan makanan
tertentu setelah diberi campuran yang berbeda, Jadi, intinya hasil produksi GM Food
belum dapat dipertanggung jawabkan keamanannya.
3.3.

Mengidentifikasi Makanan Hasil Produk Genetically Modified Food


Hasil GM Food secara langsung sangat sulit untuk dibedakan karena penampilannya
yang menyerupai bentuk asli dari makanan tersebut. Namun, saat ini, ada beberapa
metode pengujian canggih yang dapat mendeteksi makanan ini. Selain itu, Kita dapat
membedakannya melalui data pada label yang akan menunjukkan bahan-bahan yag telah
dimodifikasi secara genetik. Namun, masyarakat internasional belum memiliki
kesepakatan untuk menggunakan label makanan rekayasa genetika. Contohnya seperti di
Eropa telah diminta untuk makanan rekayasa genetika agar secara khusus ditandai.
Sedangkan, di Jepang cenderung tidak memiliki label. Industri itu sendiri yang
memutuskan untuk mengikuti peraturan pelabelan atau tidak. sesuai peraturan pelabelan.
Produk hasil GM Food akan diberi label GM. Sedangkan, pada produk. Namun, di masa
depan diharapkan Departemen Kesehatan secara bertahap mendorong sistem pelabelan
makanan GM untuk melindungi kepentingan konsumen.

3.4.

Manfaat Genetically Modified Food


1. Solusi pilihan dalam mengatasi masalah pangan dunia karena harga yang lebih
murah dan jenis pangan dengan mutu yang lebih baik.
2. Menghilangkan alergen dari makanan. Tahun 2003 ilmuwan berhasil uji coba kedele
jenis baru yang hipoalergik. Mereka juga berhasil mengurangi sifat alergi sejenis
rumput yang sering menyebabkan hayfever. Produsen makanan hasil RG
menyatakan bahwa mereka menguji coba apakah ada alergen pada semua produk
mereka sebelum dipasarkan.

3. Mencukupi kebutuhan gizi pada suatu tanaman yang masih kurang.

3.5.

Bahaya Genetically Modified Food


Sebagian besar tanaman domestik (sampai dengan 85% untuk kedelai) memiliki
DNA yang diubah di laboratorium, sehingga hampir mustahil untuk mengetahui mana
jenis makanan yang mengandung bahan-bahan yang merupakan hasil rekayasa genetika.
Saat ini memang sudah ada aplikasi ponsel yang mempermudah konsumen untuk
mengetahui apa yang dia makan, tapi ini tentu tidak cukup. GM Food buruk bagi tubuh
anda, buruk bagi masyarakat, buruk bagi petani, dan buruk bagi lingkungan. Ini
sebabnya:
1. Bahaya yang ditimbulkan belum diketahui hingga saat ini.
Makanan hasil rekayasa genetika belum terbukti aman untuk dimakan, dan
mungkin memiliki konsekuensi yang tak dapat diperkirakan. Banyak ilmuwan
khawatir bahwa makanan yang diubah secara genetik, sekali dikonsumsi, dapat
mewariskan gen mutan mereka pada bakteri dalam sistem pencernaan, seperti tanaman
Canola di pinggir jalan North Dakota. Bagaimana rangkaian baru bakteri ini dapat
mempengaruhi sistem keseimbangan tubuh kita sistem belum bisa ditebak oleh
siapapun.

2. Makanan yang mengandung hasil transgenik tidak dilabeli


Beberapa negara penghasil GM Food tidak memberi label pada produknya.
Padahal, Uni Eropa telah melarang GMF, begitu juga Australia, Jepang, Inggris dan 24
negara lain, yang mengakui bahwa kurangnya studi jangka panjang dan pengujian
mungkin menyimpan kemungkinan bahaya kesehatan yang besar.
3. Setelah gen mutan keluar dari suatu organisme, tidak akan dapat kembali lagi
Organisme yang dimodifikasi secara genetik mencemari benih yang lainnya
dengan unsur mereka yang diubah, meneruskan sifat yang dimodifikasi tadi kepada
spesies lain yang bukan target. Hal ini menciptakan keturunan baru dari tanaman,
yang bukan dimaksudkan oleh penelitian laboratorium. Di North Dakota, studi terbaru
menunjukkan bahwa 80% dari tanaman liar Canola yang diperiksa berisi setidaknya
satu transgen (catatan: Transgen adalah gen atau materi genetik yang telah
ditransfer baik secara alami maupun oleh teknik rekayasa genetika dari satu organisme
ke organisme lain). Di Jepang, bakteri yang dimodifikasi menjadi asam amino baru
yang tidak ditemukan di alam digunakan dalam minuman protein, dan sebelum ditarik
kembali, ia telah menyebabkan kerusakan mental dan metabolik yang parah dan
mematikan. Jepang melarang GMF setelah pengalaman mengerikan ini. Kupu-kupu

Monarch juga mati setelah makanan favorit mereka, milkweed, diserbuk-silangkan


dari jagung Bt sehingga meracuni spesies langka tersebut.
4. Makanan rekayasa genetika belum terbukti aman,

Namun beberapa studi yang dilakukan tidak menunjukkan hasil menuju itu. Tikus
yang diberi makan kentang rekayasa genetika menunjukkan tanda-tanda kelelahan
yang kronis, dan tikus betina yang diberi diet kedelai kebal-herbisida melahirkan
anak-anak yang kerdil dan steril.

5. Dampak terhadap kesehatan konsumen, baik hewan maupun manusia.


6. Kemungkinan terciptanya alergen baru.
7. Resistensi antibiotik dan pestisida.
8. Hilangnya keseimbangan gizi asli.
9. Pengaruh terhadap ekosistem.
Di antaranya termasuk kekhawatiran para petani non RG dan petani organik
bahwa polinasi oleh serangga yang tidak memilah milih tanaman akan mengacak
tanaman murni mereka dan kekhawatiran akan timbulnya jenis rumput baru yang
tahan herbisida.
10. Ada yang mempertanyakan apakah makanan hasil RG halal atau tidak.
11. Pengaruh terhadap ekonomi
Perusahaan penghasil bibit RG mematenkan ciptaan mereka dan menentukan
harganya. Diantara semuanya, yang paling banyak menuai kritik dan protes adalah
sang mentor RG, Monsanto, perusahaan pertanian bioteknologi multinasional di
Amerika yang notabene adalah sebuah laboratorium handal, seperti gurita raksasa
dengan tentakelnya merambah manca negara. Monsanto punya hak paten atas semua
bibit RG mereka dan mengharuskan para petani pembeli untuk menandatangani surat
perjanjian bahwa mereka tidak akan menyimpan bibit hasil panen untuk ditanam pada
musim tanam selanjutnya, bahwa mereka hanya boleh memakai bibit yang dibeli
untuk sekali panen. Tahun 1997, Percy Schmeiser, petani canola dari Bruno,
Saskatchewan, menemukan bahwa satu bagian dari ladang canolanya resisten
terhadap herbisida padahal dia tidak ada menanam canola yang tahan herbisida ini.
Ternyata tanaman ini berasal dari benih yang terbang dari ladang tetangganya. Dia
panen dan menyimpan benih canola ini dan menanamnya kembali pada tahun 1998.

Setelah tumbuh, Monsanto mendatanginya dan memintanya menandatangani


perjanjian tetapi dia menolak. Akhirnya dia dituntut oleh Monsanto dan dia kalah
dalam persidangan.
3.6.

Efek Genetically Modified Food bagi Kesehatan


Hingga saat ini, efek dari makanan yang telah di modifikasi genetiknya hanya bisa
diamati melalui hewan percobaan. Beberapa dari penelitian ini menunjukkan bahwa
GMF telah mengubah sistem metabolisme, menyebabkan inflamasi, menggangu fungsi
hati dan ginjal, hingga sampai menyebabkan kemandulan. Bahkan, jenis alergi baru dapat
muncul diakibatkan oleh adanya transfer gen dari makanan yang telah di modifikasi
secara genetik. Menurut profesor ilmu dan teknologi makanan Richard Goodman, PHD
dari Universitas Nebraska-Lincoln mengatakan bahwa memasukan jenis DNA baru pada
biji tanaman akan dapat mengubah keseluruhan kontroksi genome dari tanaman itu
sendiri dimana para ahli tidak bisa menyebutkan dampaknya. Salah satu hal yang
mungkin terjadi adalah timbulnya jenis alergi baru. Makanan yang dimodifikasi secara
genetik memang menguntungkan baik petani maupun konsumen dari segi harga.
Beberapa penelitan terbaru bahkan mendukung pemeliharaan ikan salmon yang bisa
dipanen dengan cepat, serta masih dalam wacana yakni memodifikasi babi untuk bisa
menghasilkan omega-3.

3.7.

Cara Mencukupi Kebutuhan Pangan dengan Genetically Modified Food


Untuk memenuhi kebutuhan pasokan yang besar dalam tahun-tahun mendatang.
Genetically Modified Food mengatasi dengan beberapa cara:
1. Mengurangi penggunaan pestisida pada pangan
Setiap tahun, seorang petani harus menggunakan berton-ton pestisida yang
mengandung banyak ion kimia. Selain itu, kesehatan di masyarakat dapat meningkat
karena di dalam penggunaan pestisida terdapat banyak zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan tubuh. Selain itu, hasil dari limbah pertanian yang
mengandung pestisida dapat mencemari pasokan air di sekitar. Hasil produksi
Genetically Modified Food seperti B.t. jagung dapat membantu menghilangkan
aplikasi pestisida kimia dan mengurangi biaya membawa tanaman ke pasar.

2. Toleransi Herbisida
Untuk beberapa tanaman, sangat tidak efektif dalam pembiayaan apabila
menghilangkan gulma dengan cara fisik yaitu mengolah. Hal tersebut menyebabkan
petani harus meyemprot menggunakan banyak obat tanaman untuk membunuh gulma
yang berbagai jenis. Selain itu, biaya dan waktu yang dibutuhkan sangatlah banyak.

Tanaman-tanaman rekayasa genetika dapat mengurangi hal tersebut karena sifatnya


yang tahan atas tanaman-tanaman gulma. Sehingga, jumlah pemakaian herbisida dan
kerusakan lingkungan dapat berkurang.
3. Ketahanan terhadap Penyakit
Terdapat banyak jenis virus, bakteri, dan penyakit yang menyerang penyakit.
Hasil Genetically Modified Food sengaja dibuat agar resisten terhadap hal-ha tersebut.
4. Ketahanan terhadap Suhu Rendah
Penurunan suhu secara tiba-tiba dapat merusak bibit tanaman yang sensitif.
Sebuah gen antibeku dari ikan air dingin telah diperkenalkan ke tanaman seperti
tembakau dan kentang. Dengan gen antibeku ini, tanaman mampu mentolerir suhu
dingin yang biasanya akan membunuh bibit-bibit yang sensitifitasnya tinggi.
6. Toleransi Kekeringan atau Toleransi Salinitas
Pertumbuhan manusia di dunia semakin membesar. Hal tersebut menyebabkan
daerah-daerah yang digunakan untuk bercocok tanam menghilang. Sehingga, petani
harus menanam pada tempat yang tidak seharusnya digunakan sebagai tempat untuk
bercocok tanam. Menciptakan tanaman yang dapat menahan jangka waktu kekeringan
atau kadar garam yang tinggi dalam tanah dan air tanah akan membantu orang untuk
tumbuh tanaman di tempat-tempat yang sebelumnya tidak ramah.
7. Nutrisi
Malnutrisi sering menyerang pada negara-negara yang berkembang. Terutama,
pada negara yang makanan utamanya adalah beras. Namun, beras tidak mengandung
jumlah yang cukup dari semua nutrisi yang diperlukan untuk mencegah kekurangan
gizi. Jika beras bisa rekayasa genetika mengandung vitamin dan mineral tambahan,
kekurangan gizi dapat diatasi. Misalnya, kebutaan akibat kekurangan vitamin A adalah
masalah umum di negara-negara dunia ketiga. Para peneliti di Swiss Federal Institute
of Technology Institut Ilmu Tanaman telah menciptakan strain beras "emas" yang
berisi konten yang sangat tinggi dari beta-karoten (vitamin A) 13.
8. Farmasi
Obat dan vaksin sangat mahal untuk memproduksi dan kadang-kadang
membutuhkan kondisi penyimpanan khusus tidak tersedia di negara-negara dunia
ketiga. Saat ini, para peneliti sedang bekerja untuk mengembangkan vaksin yang dapat
dimakan dalam tomat dan kentang. Vaksin ini akan jauh lebih mudah untuk
menyimpan dan mengelola daripada vaksin suntik tradisional.
9. Fitoremediasi

Tidak semua tanaman GM Food ditanam sebagai tanaman. Tanah dan


pencemaran air tanah terus menjadi masalah di semua bagian dunia. Tanaman seperti
pohon poplar telah direkayasa secara genetis untuk membersihkan pencemaran logam
berat dari tanah yang terkontaminasi.
3.8.

Contoh Produk Genetically Modified Food


1. Golden Rice

Golden Rice ini adalah hasil penelitian seorang ilmuwan rekayasa hayati
(bioengineer) asal Swiss, Ingo Potrykus (Swiss Federal Institute of Technology) dan
Peter Beyer (University of Freiburg). Golden Rice ini berbeda dengan beras biasa yang
berwarna putih karena warnanya kekuningan. Hal itu disebabkan oleh beras tersebut
disisipi gen yang dapat membentuk beta-carotene, sumber vitamin A. Beras ini
diciptakan untuk mengurangi defisiensi vitamin A yang mengakibatkan sekitar 250 juta
anak kecil usia di bawah 5 tahun meninggal dunia di berbagai belahan dunia, terutama
di negara berkembang yang mayoritas makanan utamanya adalah nasi (yang terbuat
dari beras). Selain vitamin A, Potrykus juga berpikir mengapa padi memiliki kadar zat
besi yang begitu rendah dan mencari solusi dari pertanyaan tersebut. Potrykus
kemudian berinisiatif untuk menambahkan gen Ferritin yang berasal dari kacang ke
dalam gen padi untuk meningkatkan kadar zat besi; genmethallotionin yang terdapat
pada tanaman padi liar (wildtype) untuk meningkatkan persediaan protein sulfur guna
meningkatkan proses penyerapan zat besi; serta gen Phytase (berasal dari
jamur Aspergillus
fungus)
yang
berfungsi
untuk
menghancurkan
enzim Phytate (penghambat reabsorpsi zat besi).

2. Tomat Flavr Savr

Tomat Flavr Savr adalah hasil rekayasa kerja gen polygalactonase (PG) yang
berasosiasi dengan shelf-time tomat yaitu dengan menginsert antisense dari gen PG.
Dengan demikian shelf-time menjadi lebih lama. Tomat Flavr Savr mempunyai tingkat
waktu kematangan yang lebih lama, sehingga mampu bertahan lama ketika akan di
ekspor ke daerah lain tanpa memakai box yang mengandung pendingin (Putra dan
Fleming, 2010). Alasan untuk membuat tomat hasil rekayasa genetik dikarenakan
potensi keuntungan dari makanan rekayasa genetik. Tomat ini dapat diciptakan dengan
menyisipkan gen antibeku dari ikan air dingin ke dalam gen tomat. Gen antibeku ini
diperoleh dari ikan Flounder, yaitu jenis ikan di Antartika yang dapat bertahan hidup
dalam kondisi yang sangat dingin.
3. Bt. Corn

Bt.corn adalah jagung yang dirancang mengandung protein insektisida yang


berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis. Tanaman transgenik ini telah ditanam oleh
petani di Amerika Serikat sejak tahun 1996. Jagung Bt mengandung gen cry dari
Bacillus thuringiensis sehingga dapat menghasilkan protein yang dapat membunuh
serangga dari kelompok Lepidoptera. Tanaman transgenik ini diharapkan dapat
mengurangi jumlah dan dampak pemakaian pestisida kimia sehingga secara teknisekonomis lebih menguntungkan petani, dan lebih ramah terhadap lingkungan.
Meskipun target utama jagung Bt adalah proteksi terhadap larva serangga hama yang
memakan daun, namun konstruksi gen cry pada jagung Bt juga menyebabkan ekspresi
protein Cry pada serbuk sari tanaman transgenik tersebut. Pada majalah Nature bulan
Mei 1999, John Losey dan kawan-kawan dari Cornell University melaporkan bahwa
daun tanaman milkweed (Asclepias curassavica) yang ditebari dengan serbuk sari
jagung Bt dapat mematikan ulat kupu-kupu Raja (monarch butterfly) (Danaus
plexippus) yang memakan daun tersebut (Losey et al., 1999).

4. Round Up Ready R Soybean

Kacang kedelai Roundup Ready buatan perusahaan Monsanto dibuat pada 1994
agar tahan terhadap herbisida Roundup. Selain itu, Pioneer Hi-Bred International juga
membuat kacang kedelai rekayasa genetika yang kaya oleic acid. Oleic acid adalah
asam lemak tak jenuh tunggal atau omega 9. Nutrisi yang juga terkandung di minyak
zaitun ini berguna untuk meningkatkan kolesterol baik dan menekan kolesterol jahat.
3.9.

Karakteristik Fisik Genetically Modified Food


Genetically Modified Food memiliki bentuk yang khas. Bentuk tersebut
berbeda dengan bentuk aslinya. Bahkan, pada beberapa produk Genetically Modified
Food terdapat perbedaan warna daripada yang asli. Contohnya pada mangga.
Meskipun berasal dari satu mangga, tetapi menghasilkan berbagai jenis mangga yang
berbeda misalnya mangga harum manis, indramayu, manalagi, gadung, kweni, golek
dan sebagainya. Karakteristik atau sifat khas dari masing-masing mangga
tersebut berbeda. Mangga harum manis misalnya, penampakan luar atau bentuk buah
secara umum lonjong dengan ukuran sedang sampai besar, warna kulit buah hijau
dan pada bagian pangkalnya sedikit kekuningan. Jika sudah masak mempunyai aroma
yang harum (wangi), rasanya sangat manis, daging buahnya berwarna
oranye kekuningan. Untuk tujuan pengolahan misalnya untuk manisan mangga dan
sari buah mangga, dibutuhkan karakteristik buah mangga yang berbeda. Manisan
mangga membutuhkan mangga mentah sampai mengenal Buah mangga yang sudah
masak tidak cocok untuk jenis pengolahan ini. Sebaliknya untuk sari buah dibutuhkan
mangga dengan kematangan penuh sehingga menghasilkan aroma dan cita rasa yang
optimal. Selain itu pada pisang, Terdapat berbagai jenis pisang yaitu ambon, raja,
tanduk, kapas, sereh, emas, kepok, pisang nangka, muli dan sebagainya. Pisang
ambon jenisnya juga bermacam-macam, ada ambon lumut dan ambon putih.
Pisang kepok mempunyai jenis kepok putih dan kepok kuning. Seperti halnya
mangga, masing-masing jenis pisang tersebut juga mempunyai karakteristik
yang berbeda pula. Pisang ambon lumut mempunyai bentuk panjang sedikit lebih
ramping dibanding ambon putih. Warna kulit buah hijau sedangkan ambon putih
seringkali berwarna kekuningan. Selain itu, untuk varietas tanaman baru yang
dikembangkan melalui bioteknologi makanan, sumber gen yang dimasukkan ke dalam
makanan tersebut terlebih dahulu diidentifikasi. System transformasi yang dipakai
untuk memasukkan gen ke dalam genom tanaman didefinisikan, juga jumlah kopi gen
yang dimasukkan, dan integrasi dan stabilitas penyisipan genetika ditentukan.

3.10.

Karakteristik Kimia Genetically Modified Food


Kandungan zat-zat kimia dalam genetically modified food mencangkup
kandungan nutrisi penting termasuk lemak, protein, karbohidrat serta mineral dan
vitamin penting. Kandungan nutrisi kritis yang akan dinilaiditentukan, sebagian,
dengan pengetahuan fungsi dan ekspresi poduk dari gen yang dimasukkan. Jika
misalnya gen yang dimasukkan mengeluarkan enzim yang terkandung dalam
biosintesa asam amino, maka profil asam amino akan ditentukan. Selain itu,

Genetically modified food juga mengandung zat-zat beracun dan zat anti- nutrisi
merupakan senyawa yang diketahui telah ada dalam berbagai jenis tanaman yang
dapat mempengaruhi kesehatan (misalnya solanine glycoalkaloids yang ada dalam
kentang atau penghalang trypsin dalam kacang kedelai). Tingkat anti- nutrisi dalam
tanaman hasil modifikasi genetik dibandingkan dengan jenis tanaman konvensional
yang ditanam dibawah kondisilingkungan dan agronomi yang sebanding.
3.11.

Karakteristik Mikrobiologi Modified Food

Susunan mikrobiologi dalam genetically modified food mengalami perubahan


karena pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi setelah transformasi
dilakukan, yaitu (1) sel inang tidak dimasuki DNA apa pun atau berarti transformasi
gagal, (2) sel inang dimasuki vektor religasi atau berarti ligasi gagal, dan (3) sel inang
dimasuki vektor rekombinan dengan/tanpa fragmen sisipan atau gen yang diinginkan.
Untuk membedakan antara kemungkinan pertama dan kedua dilihat perubahan sifat yang
terjadi pada sel inang. Jika sel inang memperlihatkan dua sifat marker vektor, maka dapat
dipastikan bahwa kemungkinan kedualah yang terjadi. Selanjutnya, untuk membedakan
antara kemungkinan kedua dan ketiga dilihat pula perubahan sifat yang terjadi pada sel
inang. Jika sel inang hanya memperlihatkan salah satu sifat di antara kedua marker vektor,
maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan ketigalah yang terjadi.
Seleksi sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan dilakukan
dengan mencari fragmen tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe), yang
pembuatannya dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi polimerisasi berantai
atau polymerase chain reaction (PCR).. Pelacakan fragmen yang diinginkan antara lain
dapat dilakukan melalui cara yang dinamakan hibridisasi koloni. Koloni-koloni sel
rekombinan ditransfer ke membran nilon, dilisis agar isi selnya keluar, dibersihkan protein
dan remukan sel lainnya hingga tinggal tersisa DNAnya saja. Selanjutnya, dilakukan
fiksasi DNA dan perendaman di dalam larutan pelacak. Posisi-posisi DNA yang
terhibridisasi oleh fragmen pelacak dicocokkan dengan posisi koloni pada kultur awal
(master plate). Dengan demikian, kita bisa menentukan koloni-koloni sel rekombinan
yang membawa fragmen yang diinginkan.
Susunan materil genetic diubah dengan jalan menyisipkan gen baru yang unggul
ke dalam kromosomnya.Tanaman transgenik memiliki kualitas lebih dibanding tanaman
konvensional, kandungan nutrisi lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca, umur pendek, dll;
sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara cepat
dan menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia lain
serta tanaman transgenik produksi lebih baik.
3.12.

Peraturan yang Mengatur Modified Food

Peraturan yang mengatur mengenai keamanan rekayasa pangan genetik di Indonesia adalah
Peraturan BPOM nomor HK 03.1.23.03.12.1563 tahun 2012, yang terdiri dari
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:


1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan
bahan lain yang dipergunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau
pembuatan makanan atau minuman.
2. Produk Rekayasa Genetik atau organisme hasil modifikasi yang selanjutnya disingkat
PRG adalah organisme hidup, bagian-bagiannya, dan/atau hasil olahannya yang
mempunyai susunan genetik baru dari hasil penerapan bioteknologi modern.
3. Pangan PRG adalah pangan yang berasal dari PRG yang meliputi bahan baku, bahan
tambahan pangan, bahan lain yang digunakan untuk produksi pangan dan pangan
olahan.
4. Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, yang selanjutnya disingkat KKH
PRG, adalah komisi yang mempunyai tugas memberi rekomendasi kepada Menteri
berwenang dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) berwenang
dalam menyusun dan menetapkan kebijakan serta menerbitkan sertifikat keamanan
hayati PRG.
5. Bahan Penolong (processing aid) adalah bahan, tidak termasuk peralatan, yang
lazimnya tidak dikonsumsi sebagai pangan, digunakan dalam proses pengolahan
pangan untuk memenuhi tujuan teknologi tertentu dan tidak meninggalkan residu pada
produk akhir, tetapi apabila tidak mungkin dihindari, residu dan atau turunannya
dalam produk akhir tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan serta tidak
mempunyai fungsi teknologi.
6. Kepala Badan adalah Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang pengawasan obat dan makanan
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Peraturan ini berlaku untuk Pangan PRG yang diproduksi di dalam negeri atau yang
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia.

BAB III
PENGKAJIAN
KEAMANAN PANGAN PRG
Pasal 3

1. Pangan PRG, baik Pangan PRG yang diproduksi di dalam negeri atau yang
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia, sebelum diedarkan wajib terlebih dahulu
dilakukan pengkajian keamanan Pangan PRG.
2. Pengkajian keamanan Pangan PRG sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh KKH PRG dalam rangka pemberian rekomendasi kepada Kepala
Badan.
3. Pelaksanaan pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai
dengan Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan PRG sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan ini.
Pasal 4
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) untuk bahan
penolong (processing aid) yang digunakan pada produk pangan dan tidak teridentifikasi pada
produk akhir.
Pasal 5
1. Atas dasar rekomendasi dari KKH PRG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2), Kepala Badan menerbitkan keputusan izin atau penolakan izin peredaran pangan
PRG.
2. Keputusan izin peredaran pangan PRG sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dinyatakan sebagai sertifikat keamanan pangan PRG
Selain itu, juga terdapat beberapa peraturan yang mendukung peraturan di atas seperti:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3656)
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3821)
3. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol on
Biosafety to the Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang
Keamanan Hayati atas Konvensi Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4414)
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4498)

7.

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 64 Tahun 2005
1. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005
2. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2010 tentang Komisi Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik
3. Keputusan
Kepala
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
Nomor
02001/SK/KBPOM/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat
dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004

BAB IV
PENUTUP

4.1.

Kesimpulan
Genetically Modified Food adalah suatu produk yang biasanya dikenal sebagai
makanan transgenik maksudnya merupakan hasil pengolahan rekayasa genetika
organisme yang diproses dengan metode buatan, mengubah susunan gen dari spesies.
Produk dari GM food biasanya diberi label khusus. Harganya lebih murah dengan
mutu lebih baik dan mencukupi gizi tanaman yang kurang namun terdapat efek
samping yang cukup bahaya yaitu GMF belum terbukti aman dan dikhawatirkan
makanan dari GMF bila dikonsumsi akan mewariskan gen mutan mereka pada bakteri
di pencernaan. Efek bagi kesehatan dapat menimbulkan inflamasi, gangguan fungsi
hati hingga kemandulan. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dengan GMF dapat
dengan pengurangan jumlah pestisida yang digunakan. Contoh dari produk
Genetically Modified Food bisa dilihat pada Golden Rice, Tomat Flavr Savr,Bt. Corn,
Round Up Ready R Soybean.

4.2.

Saran
Menurut kami, sebisa mungkin kita menghindari Genetically Modified Food dan
beralih ke makanan yang tidak berasal dari bahan rekayasa genetika karena lebih
sehat. Walaupun tampak lebih baik mutunya namun didalamnya terdapat senyawa
mutan yang lama kelamaan terkumpul dan mengakibatkan mutasi. Jika memang kita
ingin mengkonsumsi bahan Genetically Modified Food maka hendaknya kita memilih
dan sudah terdapat label aman. Namun pilihan menggunakan GMF tergantung
masyarakat sendiri karena sudut pandang mereka berbeda-beda. Kami disini hanya
menyarankan untuk tidak menggunakan Genetically Modified Food untuk

DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah,Siti nur.2014.Tanaman Transgenik: Tanaman Unik Hasil Rekayasa Genetik,


(http://majalah1000guru.net/2014/02/tanaman-transgenik/), Diakses pada tanggal 14
oktober 2014
2. Epochtimes.2014. Seberapa Anda Ketahui Tentang Rekayasa Genetika,
(http://www.erabaru.net/headline/90-keluarga/kuliner/8148-seberapa-banyak-andaketahui-tentang-rekayasa-genetika-makanan), Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014
3. Noel_dp3.2013. Apa itu Bioteknologi ?,( http://apakatadunia.com/2013/01/apa-itubioteknologi/), Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014
4. Rahmadianti,Fitria.2012.Karena Rekayasa Genetika Makanan Ini Jadi Super Nutrisinya,
( http://food.detik.com/read/2012/10/23/090847/2070009/900/2/karena-rekayasagenetika-makanan-ini-jadi-super-nutrisinya), Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014
5. Tumbuh,Patah.2013.Makanan Hasil Rekayasa Genetika Amankah?,
(http://patahtumbuh.me/2013/09/15/makanan-hasil-rekayasa-genetika-amankah/),
Diaksed pada tanngal 14 Oktober 2014
6. Vonny.2014.Bagaimana Makanan Yang Dimodifikasi Genetiknya Mempengaruhi
Kesehatan Kita?, (http://buletinwanita.com/bagaimana-makanan-yang-dimodifikasigenetiknya-mempengaruhi-kesehatan-kita), diakses pada tanggal 13 Oktober 2014
7. www2.pom.go.id. Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
BPOM. 2012

Anda mungkin juga menyukai