Oleh :
Kelompok 2A
1.
2.
3.
4.
5.
Erika Nurfitri
Maudyana Nisa P
Yenny D Pangaribuan
Atika Mayrizka A
Arin Zahrotul Ummah
(145070300111013)
(145070300111014)
(145070300111015)
(145070300111017)
(145070301111006)
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan manusia membuat
munculnya isu tentang Genetically Modified Food atau dalam bahasa Indonesia disebut
sebagai tanaman/hasil pangan yang telah memalui modifikasi genetika. Teknologi dan
ilmu pengetahuan yang berkembang ini membuat manusia berkeinginan menghasilkan
tanaman dengan kualitas terbaik yang dapat meningkatkan status gizi masyarakat. GM
Food adalah tanaman pangan yang direkayasa dengan teknologi tinggi melalui modifikasi
sel-sel tertentu dalam tanaman hingga menghasilkan tanaman super. Tanaman pangan bisa
direkayasa sehingga mampu tumbuh di tanah yang kandungan alumuniumnya tinggi atau
mampu bertahan hidup lama di dalam air. Tanaman bisa direkayasa untuk kegunaan lain
dan jelas lebih baik dari pil atau suntikan. Intinya, rekayasa biologis menjanjikan lebih
sedikit pemakaian bahan kimia, hasil panen besar, nutrisi lebih baik dan kesehatan juga
lebih bagus.
Sekitar satu dekade lalu, rekayasa genetika ini dipuji-puji sebagai inovasi baru bagi
masa depan ilmu pengetahuan. Namun, dibalik semua inovasi itu, GM Food ternyata
berisiko seperti menyebabkan bahan alergi baru, resistensi terhadap antibiotik,
menciptakan virus baru, memungkinkan terbentuknya "tanaman super" hasil perkawinan
antar tanaman, dan menyebabkan hama kebal terhadap tanaman. Memang, hingga saat ini
belum ada laporan tentang korban meninggal akibat mengkonsumsi GM Food ini. Akan
tetapi, kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana akibat ke depannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan Genetically Modified Food?
b. Apakah Genetically Modified Food menimbulkan kontroversial?
c. Bagaimana mengidentifikasikan makanan hasil produk Genetically Modified Food?
d. Apa manfaat dan bahaya dari Genetically Modified Food?
e. Apa efek Genetically Modified Food bagi kesehatan?
f. Bagaimana cara mencukupi kebutuhan pangan dengan Genetically Modified Food?
g. Apa saja contoh produk Genetically Modified Food?
h. Bagamaina karakteristik fisik, kimia, dan mikrobiologi Genetically Modified Food?
i. Apa peraturan yang mengatur Genetically Modified Food?
1.3 TUJUAN
a. Mengetahui definisi dari Genetically Modified Food
b. Mengetahui manfaat dan bahaya dari Genetically Modified Food
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Genetically Modified Food
GMF (Genetically Modified Food, rekayasa genetika tanaman) juga dikenal sebagai
makanan transgenik, adalah hasil pengolahan rekayasa genetika organisme yang diproses
dengan metode buatan, mengubah susunan gen dari spesies, biasanya gen tertentu dari
suatu organisme diisolasi dari serangkaian gen, kemudian ditanamkan ke dalam tubuh
biologis yang lain.
2.2 Kontroversial keamanan pangan GMF
Rekayasa genetika meningkatkan kualitas varietas makanan, kita sedang menikmati
manfaat yang dibawa olehnya, namun juga khawatir apakah perubahan teknologi kode
rahasia kehidupan alam ini akan menghasilkan "monster makanan" yang berbahaya bagi
tubuh manusia? Teknik rekayasa genetika menanamkan (implant) gen asing ke dalam
makanan manusia sehari-hari , seperti: daging, buah-buahan dan sayuran, akan ada
dampak apa pada kesehatan manusia? Berbicara tentang apa yang disebut keamanan, saat
ini masih banyak kontroversi, terutama dari dua aspek: keamanan pangan dan
perlindungan lingkungan. Sesungguhnya, saat ini tidak ada metode penilaian yang efektif
tentang keamanan rekayasa genetika organisme, dampaknya terhadap ekologi lingkungan
dan tubuh manusia mungkin perlu lebih banyak waktu untuk mengonfirmasi, sehingga
pada tahap ini tidak dapat diyatakan hasil rekayasa genetika organisme adalah aman.
Perlu menunggu setelah ada pembentukan metode penilaian ilmiah yang lengkap dan
berdasar, baru bisa menyelesaikan perbedaan pendapat tentang masalah keamanan.
Selain hal di atas, kontroversi lainnya berasal dari masalah manfaat ekonomi negaranegara dan isu-isu etika agama. Satu-satunya kepastianan adalah: apakah rakayasa gen
makanan berefek pada kesehatan manusia, "tidak ada bahaya segera". Namun, ini masih
merupakan pertanyaan yang besar: potensi bahaya dari makanan GM (Genetically
Modofied) mungkin berasal dari proses transgenik itu sendiri; makanan GM itu sendiri
berbahaya, untuk ternak yang dengan pakan GM sebagai makanan, setelah makanan
membahayakan manusia dan sebagainya. Tapi dari sudut pandang lain, walaupun telah
makan nasi yang berasnya sudah ribuan tahun bukan GM, juga tidak dapat menjamin
keamanan mutlak. Tanah yang diolah, penyemprotan pestisida dan unggas, ternak disuntik
hormon, antibiotik dll juga berpotensi membahayakan tubuh manusia. Makanan alami
juga bisa menyebabkan alergi, buah-buahan dan sayuran secara umum juga mungkin
mengandung karsinogen (bahan penyebab kanker), dan makanan tertentu setelah diberi
campuran yang berbeda, juga akan memproduksi toksin. Buha-buahan dan sayaur yang
umum mungkin juga dapat menyebabkan kanker, juga memiliki masa konsumen yang
luas, ini mungkin yang layak dipikirkan oleh kita semua.
substansial sama seperti aslinya. Saat ini, ada beberapa metode pengujian yang canggih
dapat mendeteksi makanan ini. Secara umum dapat dikatakan, data pada label akan
menunjukkan apakah makanan tersebut mengandung bahan-bahan yang dimodifikasi
secara genetik. Namun, masyarakat internasional belum mencapai kesepakatan pada label
makanan rekayasa genetika. Di Eropa telah diminta untuk makanan rekayasa genetika
agar secara khusus ditandai, di Jepang cenderung tidak memiliki label , Taiwan lebih
mirip dengan Amerika Serikat.
Industri itu sendiri yang memutuskan apakah harus ada pelabelan, sesuai peraturan,
untuk makanan dengan bahan kedelai atau jagung hasil rekayasa genetika, harus diberi
label kata-kata GM, dan makanan yang tidak diberi label non - GM, benar-benar termasuk
makanan non -GM, atau industri itu sendiri yang tidak jujur memberi berlabel, pada saat
belanja masyarakat sulit untuk menilainya. Namun masa depan diharapkan Departemen
Kesehatan secara bertahap mendorong sistem pelabelan makanan GM untuk melindungi
kepentingan konsumen. Penerapan teknologi dapat membawa kenyamanan, namun ia juga
membawa ketakutan yang tidak diketahui, ketika teknologi rekombinan DNA telah
diterapkan secara luas untuk pengembangan biologi, kedokteran, obata-obatan, pertanian
dan industri, masa depan bahkan mungkin bisa memasuki area yang lebih luas, namun hal
tersebut akan sangat memengaruhi kehidupan kita, tampaknya kita akan sadar bahwa ini
adalah tren yang tidak mungkin dikekang lagi. Oleh karena itu, pahamilah makanan GM
secara positif, baru kemudian berpikir secara rasional apakah ia dapat diterima,
meninggalkan hak pilih ke semua orang, itu adalah pendekatan yang benar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
GM Food (Genetically Modified Food) adalah salah satu produk bioteknologi hijau
yang sangat terkenal. GM Food sering disebut juga Genetically Modified Organism
(GMO). GM Food dikenal sebagai makanan transgenik, adalah hasil pengolahan rekayasa
genetika organisme yang diproses dengan metode buatan, mengubah susunan gen dari
spesies, biasanya gen tertentu dari suatu organisme diisolasi dari serangkaian gen,
kemudian ditanamkan ke dalam tubuh biologis yang lain. Tanaman ini telah dimodifikasi
di laboratorium untuk meningkatkan sifat-sifat yang diinginkan seperti meningkatkan
resistensi terhadap herbisida atau kandungan nutrisinya meningkat. Peningkatan sifat
yang diinginkan secara tradisional dilakukan melalui pemuliaan, tetapi metode pemuliaan
tanaman konvensional bisa sangat memakan waktu dan sering tidak sangat akurat.
Rekayasa genetika, di sisi lain, dapat membuat tanaman dengan sifat yang tepat yang
diinginkan sangat cepat dan dengan akurasi besar. Sedangkan menurut WHO, GM Food
adalah makanan yang berasal dari organisme yang materi genetiknya (DNA) telah
dimodifikasi dengan cara yang tidak alami (melalui rekayasa genetik, tetapi melalui
penggabungan gen yang berbeda dari organisme yang lain. Saat ini, genetically modified
food hanya terjadi pada tumbuhan. Namun WHO memperkirakan di masa depan, hal
tersebut dapat terjadi pada mikroorganisme dan hewan. Produk GM Food telah
dikembangkan di beberapa negara yaitu Cina, Amerika, India, dan Brazil.
Sebagai contoh: Seorang ilmuwan tertarik dengan gen ikan Arctik (Kutub Utara), dia
menganggap ikan tersebut memiliki peran dalam hal anti beku, maka gen tersebut
kemudian dipisahkan dan diekstraksi, kemudian ditanamkan dalam tomat, membentuk
spesies baru tomat yang tahan dingin. Peningkatan fitur yang dapat dicapai dalam
teknologi rekombinasi genetik sekarang adalah: untuk meningkatkan laju pertumbuhan,
nilai gizi yang lebih baik, resistensi serangga, tahan penyakit, tahan herbisida, tahan suhu
rendah, memperpanjang masa penyimpanan, tahan dalam transportasi atau
menguntungkan dalam proses pengolahan. GM Food memiliki komposisi gizi yang dapat
diatur sesuai kebutuhan gizi manusia. Salah satu produk GM Food adalah makananmakanan yang telah difortivikasi dengan vitamin maupun mineral, seperti margarin dan
mentega yang difortivikasi dengan vitamin A. Selain itu, GM Food juga terdapat pada
beberapa makanan yang lain seperti minyak, kecap, susu kedelai, tofu, tahu dan produk
kedelai lainnya, serta minyak jagung, corn flakes, roti, kue dll serta semua produk
makanan yang mengandung bahan jagung mungkin mengandung bahan-bahan yang
direkayasa secara genetik.
3.2.
tentang keamanan rekayasa genetika makanan, dampak terhadap ekologi lingkungan dan
tubuh manusia memerlukan lebih banyak waktu untuk mengetahuinya, sehingga pada
tahap ini tidak dapat diyatakan hasil rekayasa genetika organisme adalah aman. Hal
tersebut dapat ditentukan setelah ada pembentukan metode penilaian ilmiah yang lengkap
dan mendasar.
Selain hal di atas, kontroversi lainnya berasal dari masalah ekonomi negara-negara
dan isu-isu etika agama. Satu-satunya kepastian adalah rekayasa genetika tidak berefek
kepada kesehatan dalam waktu yang singkat. Namun, potensi bahaya yang berasal dari
GM Food masih menjadi pertanyaan. Bahaya itu dapat berasal dari proses transgenik itu
sendiri. Selain itu, bahaya GM Food tidak hanya terjadi pada makanan manusia, tetapi
pada mahluk hidup yang lain. Namun, Sorang manusia yang tidak memakan produk hasil
GM Food belum tentu sehat. Tanah yang diolah, dengan penyemprotan pestisida dan
unggas, ternak disuntik hormon, antibiotik dll juga berpotensi membahayakan tubuh
manusia. Makanan alami juga bisa menyebabkan alergi, buah-buahan dan sayuran secara
umum juga mungkin mengandung karsinogen (bahan penyebab kanker), dan makanan
tertentu setelah diberi campuran yang berbeda, Jadi, intinya hasil produksi GM Food
belum dapat dipertanggung jawabkan keamanannya.
3.3.
3.4.
3.5.
Namun beberapa studi yang dilakukan tidak menunjukkan hasil menuju itu. Tikus
yang diberi makan kentang rekayasa genetika menunjukkan tanda-tanda kelelahan
yang kronis, dan tikus betina yang diberi diet kedelai kebal-herbisida melahirkan
anak-anak yang kerdil dan steril.
3.7.
2. Toleransi Herbisida
Untuk beberapa tanaman, sangat tidak efektif dalam pembiayaan apabila
menghilangkan gulma dengan cara fisik yaitu mengolah. Hal tersebut menyebabkan
petani harus meyemprot menggunakan banyak obat tanaman untuk membunuh gulma
yang berbagai jenis. Selain itu, biaya dan waktu yang dibutuhkan sangatlah banyak.
Golden Rice ini adalah hasil penelitian seorang ilmuwan rekayasa hayati
(bioengineer) asal Swiss, Ingo Potrykus (Swiss Federal Institute of Technology) dan
Peter Beyer (University of Freiburg). Golden Rice ini berbeda dengan beras biasa yang
berwarna putih karena warnanya kekuningan. Hal itu disebabkan oleh beras tersebut
disisipi gen yang dapat membentuk beta-carotene, sumber vitamin A. Beras ini
diciptakan untuk mengurangi defisiensi vitamin A yang mengakibatkan sekitar 250 juta
anak kecil usia di bawah 5 tahun meninggal dunia di berbagai belahan dunia, terutama
di negara berkembang yang mayoritas makanan utamanya adalah nasi (yang terbuat
dari beras). Selain vitamin A, Potrykus juga berpikir mengapa padi memiliki kadar zat
besi yang begitu rendah dan mencari solusi dari pertanyaan tersebut. Potrykus
kemudian berinisiatif untuk menambahkan gen Ferritin yang berasal dari kacang ke
dalam gen padi untuk meningkatkan kadar zat besi; genmethallotionin yang terdapat
pada tanaman padi liar (wildtype) untuk meningkatkan persediaan protein sulfur guna
meningkatkan proses penyerapan zat besi; serta gen Phytase (berasal dari
jamur Aspergillus
fungus)
yang
berfungsi
untuk
menghancurkan
enzim Phytate (penghambat reabsorpsi zat besi).
Tomat Flavr Savr adalah hasil rekayasa kerja gen polygalactonase (PG) yang
berasosiasi dengan shelf-time tomat yaitu dengan menginsert antisense dari gen PG.
Dengan demikian shelf-time menjadi lebih lama. Tomat Flavr Savr mempunyai tingkat
waktu kematangan yang lebih lama, sehingga mampu bertahan lama ketika akan di
ekspor ke daerah lain tanpa memakai box yang mengandung pendingin (Putra dan
Fleming, 2010). Alasan untuk membuat tomat hasil rekayasa genetik dikarenakan
potensi keuntungan dari makanan rekayasa genetik. Tomat ini dapat diciptakan dengan
menyisipkan gen antibeku dari ikan air dingin ke dalam gen tomat. Gen antibeku ini
diperoleh dari ikan Flounder, yaitu jenis ikan di Antartika yang dapat bertahan hidup
dalam kondisi yang sangat dingin.
3. Bt. Corn
Kacang kedelai Roundup Ready buatan perusahaan Monsanto dibuat pada 1994
agar tahan terhadap herbisida Roundup. Selain itu, Pioneer Hi-Bred International juga
membuat kacang kedelai rekayasa genetika yang kaya oleic acid. Oleic acid adalah
asam lemak tak jenuh tunggal atau omega 9. Nutrisi yang juga terkandung di minyak
zaitun ini berguna untuk meningkatkan kolesterol baik dan menekan kolesterol jahat.
3.9.
3.10.
Genetically modified food juga mengandung zat-zat beracun dan zat anti- nutrisi
merupakan senyawa yang diketahui telah ada dalam berbagai jenis tanaman yang
dapat mempengaruhi kesehatan (misalnya solanine glycoalkaloids yang ada dalam
kentang atau penghalang trypsin dalam kacang kedelai). Tingkat anti- nutrisi dalam
tanaman hasil modifikasi genetik dibandingkan dengan jenis tanaman konvensional
yang ditanam dibawah kondisilingkungan dan agronomi yang sebanding.
3.11.
Peraturan yang mengatur mengenai keamanan rekayasa pangan genetik di Indonesia adalah
Peraturan BPOM nomor HK 03.1.23.03.12.1563 tahun 2012, yang terdiri dari
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB III
PENGKAJIAN
KEAMANAN PANGAN PRG
Pasal 3
1. Pangan PRG, baik Pangan PRG yang diproduksi di dalam negeri atau yang
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia, sebelum diedarkan wajib terlebih dahulu
dilakukan pengkajian keamanan Pangan PRG.
2. Pengkajian keamanan Pangan PRG sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh KKH PRG dalam rangka pemberian rekomendasi kepada Kepala
Badan.
3. Pelaksanaan pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai
dengan Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan PRG sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan ini.
Pasal 4
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) untuk bahan
penolong (processing aid) yang digunakan pada produk pangan dan tidak teridentifikasi pada
produk akhir.
Pasal 5
1. Atas dasar rekomendasi dari KKH PRG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2), Kepala Badan menerbitkan keputusan izin atau penolakan izin peredaran pangan
PRG.
2. Keputusan izin peredaran pangan PRG sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dinyatakan sebagai sertifikat keamanan pangan PRG
Selain itu, juga terdapat beberapa peraturan yang mendukung peraturan di atas seperti:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3656)
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3821)
3. UndangUndang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol on
Biosafety to the Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang
Keamanan Hayati atas Konvensi Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4414)
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4498)
7.
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 64 Tahun 2005
1. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005
2. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2010 tentang Komisi Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik
3. Keputusan
Kepala
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
Nomor
02001/SK/KBPOM/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat
dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Genetically Modified Food adalah suatu produk yang biasanya dikenal sebagai
makanan transgenik maksudnya merupakan hasil pengolahan rekayasa genetika
organisme yang diproses dengan metode buatan, mengubah susunan gen dari spesies.
Produk dari GM food biasanya diberi label khusus. Harganya lebih murah dengan
mutu lebih baik dan mencukupi gizi tanaman yang kurang namun terdapat efek
samping yang cukup bahaya yaitu GMF belum terbukti aman dan dikhawatirkan
makanan dari GMF bila dikonsumsi akan mewariskan gen mutan mereka pada bakteri
di pencernaan. Efek bagi kesehatan dapat menimbulkan inflamasi, gangguan fungsi
hati hingga kemandulan. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dengan GMF dapat
dengan pengurangan jumlah pestisida yang digunakan. Contoh dari produk
Genetically Modified Food bisa dilihat pada Golden Rice, Tomat Flavr Savr,Bt. Corn,
Round Up Ready R Soybean.
4.2.
Saran
Menurut kami, sebisa mungkin kita menghindari Genetically Modified Food dan
beralih ke makanan yang tidak berasal dari bahan rekayasa genetika karena lebih
sehat. Walaupun tampak lebih baik mutunya namun didalamnya terdapat senyawa
mutan yang lama kelamaan terkumpul dan mengakibatkan mutasi. Jika memang kita
ingin mengkonsumsi bahan Genetically Modified Food maka hendaknya kita memilih
dan sudah terdapat label aman. Namun pilihan menggunakan GMF tergantung
masyarakat sendiri karena sudut pandang mereka berbeda-beda. Kami disini hanya
menyarankan untuk tidak menggunakan Genetically Modified Food untuk
DAFTAR PUSTAKA