Kelompok 4
Kelompok 4
PENDAHULUAN
Tiga tahun
Indonesia
Gerakan Reformasi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 demikian dasyat
sehingga mampu menggulingkan pemerintahan Orde Baru, yang dianggap sudah
tidak populer untuk meNjalankan pemerintahan Indoesia.
Sejalan dengan terjadinya gerakan Reformasi marak pula isu-isu heroik
yang berkaitan dengan penegakan demokrasi, upaya menghindari disintegrasi,
upaya pembentukan pemerintahan yang baik dan bersih, kredibilitas pemimpin,
pemberantasan KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), pemberdayaan masyarakat,
pembangunan berkelanjutan, pembentukan otonomi daerah , dan masih banyak
isu-isu lainnya. Gerakan Reformasi yang gencar dan luas merupakan akumulasi
dari carut-marut pemerintahan yang sudah tidak sesuai dengan harapan
masyarakat, ditambah dengan krisis ekonomi yang parah. Akar kekacauan tersebut
di atas adalah pemerintah Orde Baru yang dianggap melaksanakan pemerintahan
sentralistik, otoriter dan
semakin gencar pula tuntutan masyarakat, baik di tingkat elite pusat maupun
daerah untuk memberlakukan otonomi daerah secara lebih luas .
Otonomi daerah sebagai suatu sistem pemerintahan di Indonesia bukan
merupakan hal yang baru. Penyelenggaraan otonomi daerah sebenarnya sudah
diatur dalam UUD 1945. Walaupun demikian dalam perkembangannya selama ini
pelaksanaan otonomi daerah belum menampakkan hasil yang optimal. Setelah
gerakan Reformasi berlangsung dan pemerintahan Suharto jatuh, wacana untuk
mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah terdengar kembali gaungnya,
bahkan lebih keras dan mendesak untuk segera dilaksanakan.
Tuntutan masyarakat untuk mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah
disambut oleh presiden Habibie sehingga kemudian ditetapkan Undang-undang
i
Berdasarkan
undang-undang
otonomi
daerah
tersebut,
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang berarti
sendiri dan namos yang berarti undang-undang atau aturan. Dengan demikian
otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri (Bayu Suryaninrat,1985).
Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai mandiri.
Sedangkan makna yang lebih luas diartikan sebagai berdaya. Otonomi daerah
dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan
pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah
sudah mampu mencapai kondisi sesuai yang dibutuhkan daerah maka dapat
dikatakan bahwa daerah sudah berdaya (mampu) untuk melakukan apa saja secara
mandiri tanpa tekanan dan paksaan dari pihak luar dan tentunya disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan daerah.
Beberapa pendapat ahli yang dikutip Abdulrahman (1997) mengemukakan
bahwa :
1. F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang
untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.
2.
3. Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan
memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
Dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah yaitu kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa (inisiatif) sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
kedudukannya
sebagai
Daerah
Otonom,
dan
dalam
2.
3.
4.
5.
dan
menerapkan
peraturan
perundang-undangan
sesuai
dengankewenangannya; dan
15. kewajiban lain yang diatur dalam perundang-undangan
Sentralistik
tidak
dapat
menjamin
kesesuaian
tindakan-tindakan
kekuasaan
dipusat
dan
membangun
masyarakat
yang
demokratis, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih
diri dalam menggunakan hak-hak demokrasi.
b) Dari aspek pemerintahan, penyelenggaraan otonomi daerah untuk mencapai
pemerintahan yang efisien.
c) Dariaspek sosial budaya, penyelenggaran otonomi daerah diperlukan agar
perhatian lebih fokus kepada daerah.
d) Dari aspek ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat dapat turut
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing.
2. Asas dan Prinsip Otonomi Daerah
Dalam sistem otonomi daerah, dikenal tiga asas, yakni asas desentralisasi,
asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan, yakni :
a) Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia,
b) Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
dan/atay kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
c) Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari pemerintah pusat kepada
daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau
desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan
tugas tertentu.
Atas dasar pencapaian tujuan dan asas, prinsip-prinsip yang dijadikan
pedoman dalam pemberian Otonomi Daerah adalah sebagai berikut (Penjelasan
UU No. 32 Tahun 2004) :
1. Prinsip otonomi seluas-luasnya
Prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan
Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-undang ini. Daerah memliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
2. Prinsip otonomi yang nyata
Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan
pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban
yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi
dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya,
adapun yang dimaksud
3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab
Prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud
pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah
termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama
dari tujuan nasional.
pembagian kekayaan secara tidak adil dan merata di setiap daerahnya. Daerahdaerah yang memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, seperti:Aceh, Riau,
Irian Jaya (Papua), Kalimantan dan Sulawesi ternyata tidak menerima perolehan
dana yang patut dari pemerintah pusat serta kesenjangan sosial antara satu daerah
dengan daerah lain sangat mencolok.
Secara sederhana perubahan pola hubungan pada masa sentralisasi dan
desentralisasi terlihat dalam diagram-diagram berikut ini.
Diagram 1. Masa Sentralisasi
Pemerintah Pusat
Pemerintah
Provinsi
Pemerintah
kabupaten/kota
Pemerintah
Provinsi
Pemerintah
Kabupaten/kota
pemerataan
pembangunan.
Alih-alih
mendapatkan
manfaat
dari
(community-based).
Aturan
itu
ditetapkan
untuk
proses
demokrasi
dalam
kehidupan
masyarakat
dan
munculnya
kreativitas
dan
inovasi
daerah
untuk
mengembangkan
pembangunan daerahnya;
d
meningkatnya
gairah
birokrasi pemerintahan
daerah, karena
adanya
2. Dampak Negatif
Walaupun kita melihat secara potensial dampak positif dari pelaksanaan
otonomi daerah, namun perlu juga mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi
secara negatif dalam pelaksanaan otonomi daerah, yaitu :
a.
c.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa (inisiatif) sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberian
otonomi
daerah
bertujuan
untuk
mempercepat
terwujudnya
B. Saran
Pemerintah pusat tetap harus mengatur dan menjalankanurusan di
beberapa sektor di tingkat kabupaten dan menjamin bahwapemerintah lokal punya
kapasitas dan mekanisme bagi pengaturanhukum tambahan atas bidang-bidang
tertentu dan penyelesaianperselisihan.
Daftar Pustaka
29
Januari 2015
http://www.mdp.ac.id/materi/2012-2013-1/EK302/121074/EK302-121074-9107.ppt.2 Februari 2015
UUD 1945 Pasal 18 ayat (2), (5), (6)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Daftar Isi
Daftar Isi.i
Bab I ..1
Pendahuluan ...1 - 2
Bab II..3
Pembahasan 3 - 14
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Bab III...15
Penutup..15-16
A. Kesimpulan15
B. Saran..16
Daftar pustaka ..17