Anda di halaman 1dari 10

NAMA-NAMA KELOMPOK:

SYAHRIL DJUMA

EKA PUTIR JONAIDI


NAHRA NASIR
HAMSA TAMHIR
AYU NURJANNAH
RASIANA BUAMONA

RESUME ANALISIS RASIO : PENDAHULUAN (KELOMPOK 2 MINGGU KE 3)


ANALISIS RASIO : PENDAHULUAN
Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan biasanya terdiri dari
tiga macam, yaitu :
1) Laporan Laba Rugi
2) Neraca
3) Laporan Aliran Kas
Laporan Laba rugi mencatat aliran pendapatan dan biaya biaya yang
berkaitan dalam suatu periode tertentu , biasanya satu tahun. Neraca
merupakan potret kondisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu,
yaitu tanggal yang tercantum di neraca (suatu snapshot kondisi keuangan
perusahaan). Laporan Aliran kas menggambarkan aliran kas masuk dan
kas keluar pada suatu periode tertentu.
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi)
yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan
memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas,
yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak pihak yang
berkepentingan.

Analisis Laporan Keuangan


Beberapa hal perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan yaitu:
1) Dalam analisis, analisis juga harus mengidentifikasi adanya trend trend
tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan keuangan lima atau
enam tahun barangkali bisa digunakan untuk melihat munculnya trend
tertentu.
2) Angka angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu
diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya
angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata rata industri bisa dan biasa
dipakai sebagai pembanding. Meskipun angka rata rata industri ini
barangkali bukan merupakan pembanding yang paling tepat karna
beberapa hal, misal karna perbedaan perbedaan karakteristik rata rata
perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut.

3) Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan


dengan hati hati adalah penting.
4) Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain.
Analisis Common Size
Analisis Common Size disusun dengan jalan menghitung tiap tiap rekening dalam
laporan laba rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (Laporan
labarugi) atau dari total aktiva (untuk neraca). Berikut ini contoh analisis
Common Size laba rugi menggunakan laporan laba rugi berikut ini .
Tabel Laporan Laba Rugi PT ABC
Tahun 3

Tahun 2

Tahun 1
Penjualan
15.747
Harga Pokok Penjualan
10.152 0

16.405

15.296

10.492 0
5.913

9.717 0
5.579

5.595

Biaya Penjualan, Umum,


Dan Administrasi
3.743 0

4.129 0

Laba operasional
1.852

1.784

Penyesuaian: Pendapatan
dari anak perusahaan dan
pendapatan luar biasa
573 00

1.764

311 0

Laba sebelum pajak dan bunga


1.473
1.279
Bunga
303 0
300 00
Laba sebelum pajak
979

3.815 0

1.170

265

1.499
307 0
1.192

Pajak Pendapatan
371 0 0

368 0

38500

Laba bersih
608

802

807

Berikut ini common size untuk laporan laba rugi dengan mendasarkan pada
laporan laba rugi diatas.

Tabel Analisis Common Size Laporan Laba Rugi PT ABC


Tabel Laporan Laba Rugi PT ABC
Tahun 3

Tahun 2

Tahun 1
Penjualan
100,0

100,0

Harga Pokok Penjualan


64,5 0

64,0 0

100,0
63,5 0

36,0

36,5

35,5
Marjin Kotor
Biaya Penjualan, Umum, dan
Administrasi
27,4 00

27,1 0

Laba sebelum pajak dan bunga


8,9
8,1
Bunga
1,9 0
Laba sebelum pajak

7,0

Pajak
00

2,20

Laba bersih

4,8

26,7

9,8
2,0 0

1,9 00
7,8

6,2

2,500

2,3

5,3

3,9

Catatan : Persentase HPP dihitung sebagai berikut : 10.492 / 16.405 = 0,64 atau
64%. Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.
Tabel Analisis Common Size Laporan Laba Rugi Industri
Tahun 3

Tahun 2

Tahun 1
Penjualan
100,0

100,0

Harga Pokok Penjualan


72,1 0

71,1 0
28,9

100,0
72,0 0
28,0

27,9
Marjin Kotor
Biaya Penjualan, Umum, dan
Administrasi
20,9 00

22,1 0

20,8

Laba sebelum pajak dan bunga


6,8
7,0
Bunga
1,9 0
Laba sebelum pajak
Pajak

4,9

7,2
1,6 0

1,2 00
5,6

1,8

5,8
2,000

2,4 0 0
Laba bersih

3,1

3,6

3,4

Common Size perusahaan (PT ABC) diatas dibandingkan dengan Common Size
dari industri.
Dari tabel common size diatas dilihat bahwa perusahaan mempunya harga pokok
penjualan yang lebih rendah dibanding kan dengan HPP industri. Tetapi biaya
umum dan administrasi lebih tinggi dibanding biaya yang sama untuk industri.
Hasilnya perusahaan mempunyai laba sebelum pajak yang lebih tinggi
dibandingkan industri. Laba bersih perusahaan, yang menjadi pengukur marjin
bersih, lebih baik dibandingkan dengan industri. Common Size untuk neraca bisa
disusun dengan cara yang sama, yaitu menyusun setiap rekening menjadi
proporsi dari total aset.

Analisis Laporan Keuangan


Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompok kan kedalam lima macam kategori,
yaitu :
1) Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendek nya.
2) Rasio Aktivitas.
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan
melihat tingkat aktivitas aset.
3) Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
4) Rasio Profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(Profitabilitas).
5) Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan.
Kelima rasio tersebut ingin melihat prospek dan resiko perusahaan pada masa
mendatang . Faktor prospek dalam rasio tersebut akan mempengaruhi harapan
investor terhadap perusahaan pada masa masa mendatang.

Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan


dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancar nya
(utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan ).
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah
menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Berikut ini
perhitungan rasio lancar untuk perusahaan ABC.
Rasio lancar

Aktiva Lancar 7.539

Utang Lancar 3.400

=
=

2,2

Rasio diatas bisa di interpretasikan sebagai berikut: setiap Rp1 utang dijamin
oleh Rp2,2 aktiva lancar. Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar
pada angka 2, meskipun tidak ada standar yang pasti untuk penentuan rasio
lancar yang seharusnya. Rasio yang rendah menunjukan risiko likuiditas yang
tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukan adanya kelebihan aktiva
lancar, yang mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas
perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return yang lebih rendah
dibandingkan dengan aktiva tetap.
Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas,piutang, dan persediaan), persediaan
biasanya dianggap merupakan aset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan
dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang
berarti waktu yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama, dan juga
ketidakpastian nilai persediaan. Meskipun persediaan dicantumkan dalam nilai
perolehan/cost , sedangkan apabila persediaan laku , kas yang diperoleh sama
dengan nilai jual yang secara umum lebih besar dibandingkan dengan nilai
perolehan. Dengan alasan diatas, persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar
untuk perhitungan rasio quick. Berikut ini perhitungan rasio quick.

Rasio quick

Aktiva LancarPersediaan
Utang Lancar

Rasio quick

7.5392.623
3.400

1,4

Angka diatas bisa di interpretasikan sebagai berikut : setiap Rp1 utang dijamin
oleh Rp1,4 aktiva lancar diluar persediaan. Sama halnya rasio lancar, angka
yang terlalu tinggi untuk persediaan menunjukkan indikasi kelebihan kas atau
piutang , sedangkan angka yang terlalu kecil menunjukkan risiko likuiditas yang
lebih tinggi.

Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang
rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besar nya

dana kelebihan yang tertanam pada aktiva aktiva tersebut. Dana kelebihan
tersebut akan lebih baik bila ditanam kan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Empat rasio yang dibicarakan adalah : (1) Rata rata umur piutang, (2) Perputaran
persediaan, (3) Perputaran aktiva tetap, dan (4) Perputaran total aktiva.
Rata rata umur piutang bisa dihitung melalui dua tahap yaitu dengan
menghitung perputaran piutang dan kemudian menghitung rata rata umur
piutang.

Perputaran Piutang
Rata rata umur piutang

Penjualan
Piutang

=
=

365/Perputaran Piutang

Untuk Perusahaan ABC, Rata rata umur piutang bisa dihitung sebagai berikut:

Perputaran Piutang

16.405
4.353

Rata rata Piutang

3,77 kali

365/3,77
=

96,8 hari

Alternatif lain adalah rumus yang lebih singkat sebagai berikut :

Piutang Dagang
Rata rata umur piutang = Penjualan/365

4.353
16.405 /365

4.353
44,95

96,8 hari

Dari perhitungan diatas, piutang dalam setahun berputar 3,77 kali dan
diperlukan waktu 96,8 hari dari piutang menjadi kas.

Rasio aktivitas yang kedua adalah rasio perputaran persediaan. Berikut ini
perhitungan rasio aktivitas persediaan.
Perputaran Persediaan

Harga Pokok Penjualan


Persediaan

Rata rata umur persediaan = 365/Perputaran Persediaan


Rata rata umur persediaan bisa dihitung langsung sebagai berikut:

Rata rata umur persediaan =

Persediaan
HPP / 365

Alternatif lain adalah dengan menggunakan rata rata persediaan untuk


persediaan. Rata rata persediaan bisa dihitung sebagai berikut:
(Persediaan Awal + Persediaan Akhir) /2
Untuk Perusahaan ABC, Perputaran persediaan bisa dihitung sebagai berikut:
Perputaran Persediaan

10.492
2.623

= 4,0 kali

Dalam satu tahun persediaan berputar empat kali, dan kalo dihitung lama nya
umur persediaan (yang berarti lamanya dana tertanam pada persediaan), maka
umur tersebut bisa dihitung sebagai berikut:
Rata rata umur persediaan = 365/4 =91,25 hari
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan
berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen
persediaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda
tanda mis manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.
Perputaran aktiva tetap =

Penjualan
Aktiva Tetap

16.405
3,237

= 5,1 kali dalam setahun


Perputaran total aktiva =

Penjualan
Total Aktiva

16.405
12.698

= 1,29 = 1,3

Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap , rasio ini menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi menunjukan manajemen
yang baik, sebaliknya.. rasio yang rendah harus membuat manajemen
mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran modalnya (investasi).

Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah
perusahaan yang total utangnya lebih besar dibanding total asetnya.
Rasio Total Utang Terhadap Total Aset =

Total Utang
Total Aset

Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur.


Untuk perusahaan ABC, rasio diatas bisa dihitung sebagai berikut :
Rasio Total Utang Terhadap Total Aset =

3.400+ 3.945
12.698

8.345
12.698

0,66
Setiap 0,66 utang perusahaan dijamin Rp1 aset perusahaan.

Rasio lainnya adalah Times Interest Earned yang dihitung sebagai berikut:

Laba sebelum bunga dan pajak ( EBIT )


Bunga

TIE = =

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar utang dengan


laba sebelum bunga pajak.
Untuk perusahaan ABC, TIE diatas bisa dihitung sebagai berikut :

TIE =

1.473
303

= 4,9

Rasio Fixed charge coverge , rasio yang memperhitungkan sewa .


Fixed charge coverge =

EBIT +Biaya Sewa


Bunga+Biaya Sewa

Perusahaan ABC ,
Fixed charge coverge =

1.473+ 452
303+ 452

1.925
755

= 2,5

Rasio Profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(Profitabilitas) pada tingkat penjualan aset, dan modal saham yang tertentu.
Profit margin =

Laba Bersih
Penjualan

Untuk Perusahaan ABC,

802
16.405

Profit margin =

= 0,049 atau 4,9%

Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan


laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

ROA =

Laba Bersih
Total Aset

ROA (Return On Total Asset) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan


laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.
Untuk perusahaan ABC,
ROA =

802
12.698

ROE =

Laba Bersih
Modal Saham

= 0,063 atau 6,3%

ROA (Return On Total Equity) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan


laba bersih berdasarkan modal saham tertentu.
ROE =

802
4.353

= 0,1842 atau 18,42%

Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku
perusahaan.
PER (Price earning ratio) melihat harga saham relatif terhadap earningnya.
PER =

Harga Saham Per lembar


Earning per Lembar

Untuk perusahaan ABC :


PER =

66,875
6,38

= 10,5 kali

Dividen Yield =

Dividen Per lembar


Harga Pasar per Lembar

Misalkan PT ABC, Dari EPS sebesar Rp6,38 sebesar Rp2,25 dibayarkan ke


pemegang saham sebagai dividen. Dividen pay out ratio berarti 0,35 (2,25/6,38)
atau 35%. Dividen Yield bisa dihitung sebagai berikut:
Dividen Yield =

2,25
66,8

= 0,034 atau 3,4 %

Rasio pembayaran dividen, rasio ini melihat bagaimana earning yang dibayarkan
sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan di
investasikan kembali ke perusahaan.
Rasio Pembayaran Dividen =

Dividen Per lembar


Earning per Lembar

Rasio Pembayaran Dividen =

2,25
6,38

= 0,353 atau 35,3%

Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai


rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang mempunya
tingkat pertumbuhan yang rendah akan mempunyai rasio yang tinggi.
Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan.
Sumber: M.Hanafi. Mamduh. Analisis Laporan Keuangan. Edisi kelima.Yogyakarta.
UPP TIM YKPN. 2016

Anda mungkin juga menyukai