PERCOBAAN 2
FOTOKIMIA REDUKSI ION BESI (III)
Disusun oleh:
Nama
: Umi Jamilah
NIM
: 4301412034
Jurusan
: Kimia
Prodi
: Pendidikan Kimia
Dosen
: Ella Kusumastuti
Tanggal praktikum
: 16 Mei 2014
Kelompok
: 01
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
2 CO
3 CO + Fe2O3 2 Fe + 3 CO2
Besi yang dihasilkan dapat digunakan dalam sintesis senyawa-senyawa yang
mengandung Fe.
Beberapa senyawa kompleks dengan atom pusat Fe adalah
1. FeIII [ (2,2-bipryridine)(HPO3)(H2PO4) ]
2. Kompleks M [TCNQ]
3. Kompleks Fe(II) - Cr(III) Oksalat
Bijih besi yang penting antara lain :
(Petrucci, 1989)
magnetit, hematit, siderit, pirit dan
chalcopirit. Dalam bidang industri, besi tuang digunakan untuk pembuatan barang barang
tuang / cor, seperti penggorengan dan sebagainya. Salah satu persenyawaan besi adalah
besi (III) klorida atau biasa disebut feri klorida. Dalam perdagangan, feri klorida dapat
diperoleh sebagai hablur kuning yangmengandung 6 mol air hablur atau sebagai larutan
pekat berwarna coklat karena terjadi hidrolisis yang kuat. Larutan FeCl 3dalam air bersifat
asam sehingga dapa melarutkan besi menjadi FeCl 2. FeCl3 mudah larut dalam air,
alkohol, dan eter bila ada asam klorida. Besi (III) klorida berguna antara lain :
1. Dalam kimia organik dapat dipergunakan sebagai pemindah / pembawa
klor (seperti AlCl3) pada reaksi pengkloran.
2. Dalam praktek kedokeran dapat dipergunakan sebagai pembeku / penyetop
darah.
3. Dalam industri cat celup dapat dipergunakan sebagai bahan pengoksidasi
dan bahan betsa. (Svehla, 1990 : 259)
Uji terhadap adanya ion besi (III) dapat dilakukan dengan penambahan ion
heksasianoferrat (II). Terjadinya endapan biru prusian besi (III) heksasianoferrat Fe 4
membukikan adanya ion besi (III). Warna biru senyawa ini sering dimanfaatkan untuk
kepentingan pembuatan tinta, cat, termasuk pigmen cetak biru. ( Atkins, 1997 : 370)
Ion besi(II) dan besi (III) akan membentuk kompleks yang hampir semuanya
berbentuk oktahedral. Ion kompleks heksasianoferrat(II) yang biasa dikenal dengan
ferrosianida merupakan contoh kompleks besi (II) yang sangat stabil. Ion ini dapat
membentuk garam dengan beberapa kation. Ion besi (III) dalam larutan mudah tereduksi
menjadi besi (II) dengan reduktor-reduktor lemah, seperti ion I-.
Fe3+ + IFe2+ + I2
Dalam larutan, ion besi (III) membentuk kompleks dengan molekul air sebagai ligannya.
Ion kompleks ini memiliki kecenderungan untuk mengalami hidrolisis
[Fe(H2O)6]3+
[Fe(H2O)5(OH)]2+ + H+
Atau
2[Fe(H2O)6]3+
[Fe(H2O)4(OH)2[Fe(H2O)4]2+ + 2H+
(Tim dosen kimia Anorganik, 2014)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar percobaan fotokimia reduksi
ion besi (III) dengan cahaya yang didapatkan lebih baik :
1. Lemari harus benar-benar tertuup sehingga tidak ada cahaya yang masuk
pada saat mereaksikan.
2. Pada saat mencampurkan asam oksalat dan besi (III) klorida dilakukan
pengadukan yang cukup lama agar kedua larutan tersebut homogen.
3. Pada saat mencelupkan kertas HVS ke dalam larutan, diusahakan seluruh
bagian keras menyerap larutan (tercelup seluruhnya).
4. Kertas HVS yang dikeringkan harus benar-benar kering sebelum
dilakukan proses selanjutnya.
5. Cahaya yang digunakan untuk penyinaran harus cukup terang, dalam hal
ini dapat digunakan cahaya matahari atau sinar UV.
(Atkins, 1997 : 373)
v.
Asam oksalat 1M
Diamonium hidrofosfat 0,1 M
Larutan besi (III) klorida 0,1 M
Kertas HVS dan kertas kalkir
Kertas karton dan mika
Larutan asam klorida 0,1 M
Larutan K3Fe(CN)6 0,1 M
Larutan K2Cr2O7 0,03 M
Kertas saring
L4KOkaberryuteatksnHcVimsSlupddiaben25akllsrdtukteanbnesiia(I)rkpdlogurdkaep0t,a1soMl.K;i2nm5gmudelrd)i.aaoboysntkuvkulhiwsdenrcfeorls15apb,t20t0,1duMl.a;3k25mmelnaist(aoskrhdptle1mkMdimarai)sjuupkntkndederilagmagnpmsbejkdcirk4eK0rtammsupl.can.dpiurnatseselbmdidmnaguakvnriesdwlamktu15-3ri0.menit
rKerttaasdicclluuppknnedaammlHruCktlon0,h1Madcsiianjufet3krt(.Ie)g0a,1nMirk .ludierngka.
vii.
DATA PENGAMATAN
Warna larutan besi (III) klorida : kuning pekat
Warna larutan diamonium hidrofosfat : bening
Warna larutan campuran
: kuning bening
Warna larutan campuran + asam oksalat : coklat bening
Warna kertas setelah dicelupkan dalam larutan: kuning
Jenis kertas
Lama penyinaran
Hasil
12
Kalkir
15 menit
Objek
tercetak
kurang jelas
KIMIA
Mika
20 menit
Objek
tercetak
kurang jelas
02
Karton
25 menit
Objek tercetak
Kalkir
30 menit
Objek tercetak
Fe2+
2 CO2 + 2e-
Fe3+(aq) + [Fe(CN)6]4-
Fe4 [Fe(CN)6]3
Biru turnbull
d. Dicelupkan pada larutan kalium dikromat
Reaksi yang terjadi adalah :
3 K2Cr2O7+ 2[Fe(CN)6]3-
2K3[Fe(CN)6] + 3Cr2O72-
viii.
2KCl + H2Cr2O7
atau H2C2O4yang berfungsi sebagai reduktor yang akan mereduksi ion besi (III)
menjadi besi (II). Reaksi yang menunjukkan bahwa terjadi proses reduksi besi (III)
menjadi besi (II) adalah sebagai berikut:
2 FePO4 + 3H2C2O4
: Fe3+ + e-
Oksidasi :
C2O422Fe3+ + 2e-
Fe2+
2CO2 + 2e
2Fe2+
C2O42-
2CO2 + 2e-
2Fe3+ + C2O42-
2Fe2+ + 2CO2
Proses pencampuran asam oksalat dilakukan di kamar gelap. Hal ini dilakukan
karena adanya sinar akan mempengaruhi proses reduksi besi (III) menjadi besi (II).
Dalam hal, ini energi yang berasal dari sinar matahari akan menyebabkan tumbukan
antar partikel dengan senyawa lebih cepat sehingga reaksi yang terjadi akan
berlangsung lebih cepat juga. Apabila reaksi reduksi ini berlangsung dengan cepat,
maka akan susah untuk mengamati proses reduksi yang terjadi. Namun ketika
praktikum, praktikan menggunakan larutan yang sudah disediakan diruang gelap.
Setelah larutan tercampur, langkah selanjutnya adalah membuat kertas peka.
Kertas peka dibuat dengan mencelupkan kertas HVS ke dalam larutan. Pada percobaan
ini kami membuat 4 kertas peka. Kertas peka ini dugunakan sebagai tempat untuk cetak
biru. Proses pembuatan kertas peka tetap dilaksanakan di ruangan gelap untuk
memudahkan proses pengamatan. Setelah kertas peka dibuat, kertas tersebut
dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan dengan menempatkan kertas peka tersebut
diantara kertas saring. Hal ini dilakukan karena kertas saring memiliki daya serap yang
kuat sehingga proses pengeringan dapat berlangsung dengan cepat. Proses pengeringan
ini dilakukan selama 30 menit, lamanya pengeringan akan berpengaruh terhadap hasil
cetak biru. Semakim lama waktu pengeringan semakin bagus hasil yang didapatkan.
Sambil menunggu kertas peka kering, dilakukan pembuatan objek pada kertas
kalkir, kertas karton, dan mika. Pada kertas kalkir dituliskan angka 12 dan 02, pada
mika dituliskan KIMIA, sedangkan kertas karton dibuat pola segitiga dan bintang.
Objek yang dituliskan inilah yang diharapkan nampak pada kertas peka sebagai hasil
cetakan. Penulisan objek menggunakan spidol white board. Setelah menuliskan objek
pada kertas kalkir, dan kertas mika, kemudian keduanya dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan. Hal ini bertujuan untuk memperjelas tulisan dan mencegah tulisan
berceceran pada kertas kalkir dan mika pada saat dijepit dengan plat kaca. Selanjutnya,
kertas kalkir, kertas karton, dan mika yang berisi tulisan atau objek diletakkan di atas
kertas peka kemudian dijepit dengan dua pelat kaca. Fungsi pelat kaca adalah untuk
menghindari pengaruh sinar matahari langsung pada objek dan kertas peka sehingga
objek yang dihasilkan nampak dengan jelas pada hasil akhir. Setelah itu, kertas peka
dan kertas objek yang dijepit dengan pelat kaca disinari sinar matahari. Fungsi
penyinaran dengan sinar matahari adalah agar pemindahan cetakan antara kertas peka
dan kertas objek dapat berlangsung dengan baik. Tahap inilah yang disebut dengan
tahap fotokimia yakni reaksi kimia yang dapat berlangsung dengan bantuan sinar
matahari. Waktu penyinaran praktikan variasi, yaitu 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan
30 menit.
Proses selanjutnya adalah mencelupkan kertas peka pada larutan kalium
heksasianoferrat atau [K3Fe(CN)6]. Larutan ini berfungsi sebagai pemberi warna biru
pada kertas peka sehingga objek yang dituliskan dapat diamati.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Fe2+(aq) + [Fe(CN)6]3-(aq)
Fe3+(aq) + [Fe(CN)6]4-
Fe4[Fe(CN)6]3
Biru trunbull
Pada reaksi tersebut nampak bahwa reaksi reaksi antara Fe2+ dengan
[Fe(CN)6]3-menghasilkan biru Turnbull.
Pada percobaan ini dibuat empat variasi waktu penyinaran, yaitu 15 menit, 20
menit, 25 menit, dan 30 menit. Hasil yang didapat objek yang tercetak pada variasi
penyinaran 15 menit dan 20 menit kurang jelas, variasi penyinaran 25 menit objek
tercetak jelas, 30 menit objek tercetak kurang jelas. Hasil ini tidak sesuai dengan teori
yang ada, seharusnya semakin lama waktu penyinaran maka warna biru terlihat
semakin jelas. Terdapat hubungan antara lamanya waktu penyinaran dengan
penampakan obyek yang dibuat, yaitu semakin lama waktu penyinaran, dimungkinkan
semakin lama pula waktu yang diberikan untuk mereduksi Fe 3+ menjadi Fe2+, sehingga
warna biru dapat terlihat semakin jelas.
Faktor-faktor yang meneyebabkan hasil praktikum tidak sesuai dengan teori
yaitu. (1) Larutan campuran antara besi (III) klorida, diamonium sulfat, serta asam
oksalat tidak dibuat baru (sudah ada dalam lab) sehingga produk Fe 2+ yang dihasilkan
tidak terlalu banyak. Hal ini yang menyebabkan warna biru pada larutan tidak terlalu
pekat meskipun waktu pengeringan dan penyinaran sudah divariasi. (2) Pada saat kertas
peka akan disinari dengan sinar matahari, kertas peka belum kering betul sehingga
mempengaruhi hasil pada tulisan objek yang tercetak dimana semakin lama
pengeringan maka objek yang terbentuk akan semakin jelas. (3) Kekurang jelasan objek
yang tercetak mungkin disebabkan oleh tinta yang digunakan, tinta yang kami gunakan
yaitu menggunakan spidol yang warna hitamnya sudah tidak terlalu pekat dan sudah
hampir habis sehingga kemungkinan masih ada cahaya matahari yang bisa menembus
tulisan itu. (4) Proses pencucian yang kurang baik sehingga pada kertas peka masih
terdapat banyak ion heksasianoferrat (III) sehingga menyebabkan kertas peka berwarna
biru prusi.
ix.
SIMPULAN
1. Fe3+ dapat direduksi menjadi Fe2+ dengan bantuan sinar matahari disebut sebagai
fotokimia.
2. Warna cetak biru (biru trunbul) dihasilkan dari reaksi antara ion Fe2+dengan ion
heksasianoferrat (III).
x.
SARAN
1. Sebaiknya praktikan lebih hati-hati ketika mencelupkan ataupun mengeringkan
kertas HVS, jangan sampai ada cahaya yang masuk
2. Sebaiknya praktikan mengetahui secara jelas langkah kerja yang akan dilakukan
3. Praktikan harus bekerjasama dengan teman sekelompok sehingga
tidak terjadi misskomunikasi.
4. Sebaiknya praktikan memilih spidol yang tintanya masih bagus, lebih baik lagi
menggunakan tinta cina
xi.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A.,1984,Thermodinamic of Biochemical Reaction, John Wiley and Sons
Inc, New Jersey.
Atkins. 1997. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Biddle,H.C.,1949,Chemistry Today,Rand Mcalley and Company,USA
Cotton, Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press.
Mulyono, M., 2002, Kamus Kimia, PT Gresindo, Bandung.
Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian I.
Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik. Semarang :
Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Tryono. 1994. Kimia Fisika Dasar-Dasar Kinetika dan Katalisis. Jakarta : Depdikbut
LAMPIRAN
a. Data Pengamatan
b. Foto praktikum