Anda di halaman 1dari 13

PAPPPER PEMIKIRAN PERADABAN ISLAM

PEMIKIRAN YUSUF AL-QARDAWI

Papper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Peradaban Islam

Kelompok 2 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sony Hartono
Rizky Ulfa Permata
Devina Cahya
Fiqry Haeqal
Diana Sudistya
Indah Nikita
Atika Dewi R
Andrie Muhammad Iqbal

15612159
15612165
15612173
15612178
15612191
15612200
15612202
15612

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


2016
DAFTAR ISI

Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Maslah
1.3 Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Biodata Yusuf Al-Qardhawi
2.1 Karya-Karya Al-Qardhawi
2.2 Pemikiran Al-Qardhawi
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

6
6
10
11
18
18
19
19
21
22
24
24
26
27
29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam dinamika kehidupan manusia pada tatanan pergaulan sehari-hari selalu
diwarnai oleh masalah-masalah baru. Bahkan dalam perkembangan pengetahuan yang
begitu pesat dalam realitas modern ini, aktivitas manusia semakin global, selalu
diliputi persoalan-persoalan actual yang membutuhkan jawaban mendesak. Tentu
tidak seluruh umat ini kompeten untuk menjawab masalah-masalah actual yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari. Mereka membutuhkan pendamping dan
pengarahan dari seorang ulama yang mampu menerjemahkan maksud dan semangat
Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW dalam dimensi kekinian. Dari sinilah umat
membutuhkan fatwa-fatwa kebenaran yang mampu menyelamatkan langkahlangkahnnya, dari kesalahan dan dosa. Mereka membutuhkan fatwa yang relevan dan
memuaskan sesuai dengan tuntutan zaman.
Al-Qardhawi menyingkapi berbagai kenyataan aktual yang dihadapi
masyarakat modern. Realitas kehidupan yang melaju sedemikian super cepatnya
bersama arus sciencs, tekhnologi, industri dan tatanan global dunia dalam berbagai
sendi kehidupan, pada satu kesempatan menuntut diadakannya reformasi besarbesaran terhadap khazanah pemikiran Islam, disamping juga memberikan peluang
yang lebih dari cukup untuk menampilkan sosok islam sebagai agama yang selalu
layak bagi periode sejarah kemanusiaan. Menurutnya, Islam yang kaya dengan
khazanah pemikiran klasiknya, justru memberikan peluang emas bagi pemikir Islam
kontemporer untuk melakukan kajian mendasar persoalan umat, disertai lompatanlompatan berfikir cemerlang yang sesuai dengan basic-basic ijtihad yang semestinya.
Juga perlunya menjadi ijtihad kolektif sebab sciencs modern telah mendikotomisasi
manusia untuk berspesialis dalam garapan-garapan ilmu tertentu dan ini penting untuk
diakomodir sebagai kelengkapan kajian pemikiran yang paripurna.
Apabila diurut dari awal sangat banyak intelektual Muslim yang jenius dan
telah mewariskan karya dan ilmu pengetahuannya kepada kita saat ini. Sebagai contoh
Ibnu Sina (Bapak Kedokteran), Mullah Sadra (Metafisikawan), Ibn Al-Haitam (Ahli
Fisika optic), Jabir Ibn Hayyam Al-Kufi (Perintis kimia modern) dan diantaranya pula
adalah seorang ulama abad ini yaitu Yusuf Al-Qardhawi (selanjutnya disebut
Qardhawi). Sidek Baba secara khusus juga menyebut Qardhawi sebagai salah satu
deretan nama seorang mujaddid. Tokoh-tokoh seperti Ibn Taimiyyah, Muhammad
Abduh, Muhammad bin Ab. Wahab. Hassan al Banna, Sheikh Muhammad al Ghazali,
Ismail Faruqi dan Yusof al Qardawi adalah diantara contoh tokoh-tokoh yang
membawa pembaharuan pemikiran pada tempo-tempo terdahulu hingga saat ini.
Dalam Dunia Melayu tokoh-tokoh seperti Wali Songo, Muhammad Nasir, Sheikh
Tahir Jalaluddin, Muhammad Naquib al Attas adalah sebahagian dari tokoh-tokoh
pembaharuan
dalam
pelbagai
bidang
ilmu
Islam. 1
Maka sudah selayaknyalah kita menelaah lebih jauh bagaimana sistem
pendidikan yang diterapkan oleh tokoh-tokoh zaman tempo dulu yang membawa
1

kemajuan pada Pendidikan Islam dahulu sampai sekarang. Banyak hal yang berkaitan
dengan hal itu yang harus kita bahas lebih jauh untuk mendapatkan pelajaran dan ilmu
baru sekaligus pengimplementasiaannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam dunia Pendidikan Islam dan Global (konvensional).
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka dapat di ambil
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana biografi lengkap Yusuf Al-Qardhawi?
2. Apa saja karya-karya Yusuf Al-Qardhawi ?
3. Bagaimana pemikiran Yusuf Al-Qardhwai dalam berbagai konteks?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan pmbuatan papper ini
adalah sebagai berikut:
1. Menegtahui sosok Yusuf Al-Qardhawi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Yusuf Al Qardhawi


Nama lengkap Ysuf al-Qaradw adalah Muhammad Ysuf al- Qaradw, ia
lahir pada tanggal 9 September 1926 di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth

Turaab di tengah Delta. Ia berasal dari keluarga yang taat menjalankan ajaran agama
Islam. Ketika usia dua tahun, ayahnya meninggal dunia yang kemudian diasuh oleh
pamannya yang keluarganya pun taat menjalankan ajaran Islam, ia diasuh
sebagaimana layaknya terhadap anak kandungnya sendiri. Sehingga Ysuf alQaradw menganggapnya sebagai orang tuanya sendiri, maka tidak heran kalau
Ysuf al-Qaradw menjadi seorang yang kuat beragama.[1] Kecerdasan Ysuf alQaradw sudah mulai tampak sejak usianya terhitung sangat belia, ketika
usianya lima tahun ia dididik menghafalkan al-Quran secara intensif oleh pamannya
dan pada usianya yang kesepuluh sudah hafal al-Quran dengan fasih. Karena
kemahirannya dalam bidang al-Quran pada masa remajanya ia terbiasa dipanggil
oleh orang-orang dengan sebutan Syekh Qaradw. Dan dengan kemahirannya serta
suaranya yang merdu, ia selalu ditunjuk untuk menjadi imam pada salat jahriyyah
(salat yang mengeraskan bacaannya). Pada usia 10 tahun, ia sudah hafal al-Qur'an.
Menamatkan pendidikan di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi, kemudian ia
melanjutkan ke Universitas al-Azhar, Fakultas Ushuluddin dan lulus tahun 1952, akan
tetapi gelar doktornya baru ia peroleh pada tahun 1972 dengan disertasi "Zakat dan
Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian disempurnakan
menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif membahas persoalan
zakat dengan nuansa modern. Keterlambatannya meraih gelar doktor, karena dia
sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia
terpaksa menuju Qatar pada tahun 1961 dan di sana sempat mendirikan Fakultas
Syariah di Universitas Qatar. Pada saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat Kajian
Sejarah dan Sunnah Nabi. Ia mendapat kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha
sebagai tempat tinggalnya. [2]
Dalam perjalanan hidupnya, Qardhawi pernah mengenyam "pendidikan"
penjara sejak dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja Faruk, dia masuk bui tahun
1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena keterlibatannya dalam pergerakan
Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia ditangkap lagi saat terjadi Revolusi
Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia mendekam di penjara militer selama dua
tahun.3
Qardhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang berani sehingga sempat dilarang
sebagai khatib di sebuah masjid di daerah Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya
dinilai menciptakan opini umum tentang ketidak adilan rezim saat itu.
Qardhawi memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra. Sebagai seorang ulama
yang sangat terbuka, dia membebaskan anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja
sesuai dengan minat dan bakat serta kecenderungan masing-masing. Dan hebatnya
lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus ditempuh anak-anak
perempuannya dan anak laki-lakinya.
Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari
Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari
Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. Adapun yang keempat telah
menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas Amerika.

Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di Amerika,
yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan yang bungsu telah
menyelesaikan kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik.
Dilihat dari beragamnya pendidikan anak-anaknya, orang-orang bisa membaca sikap
dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan modern. Dari tujuh anaknya, hanya
satu yang belajar di Universitas Darul Ulum Mesir dan menempuh pendidikan agama.
Sedangkan yang lainnya, mengambil pendidikan umum dan semuanya ditempuh di
luar negeri. Sebabnya ialah, karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang
menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa islami dan tidak islami,
tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Pemisahan ilmu
secara dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.3

2.2 Karya Yusuf Al Qardhawi


Yusuf Qardhawi telah menulis berbagai buku dalam berbagai bidang kelimuan
Islam, seperti bidang sosial, dakwah, fiqih, demokrasi dan lain sebagainya. Buku
karya Qardhawi sangat diminati umat Islam di berbagai penjuru dunia. Bahkan,
banyak buku-buku atau kitabnya yang telah dicetak ulang hingga puluhan kali dan
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Berikut sejumlah buku karya Qardhawi:
1. Dalam bidang Fiqih dan Usul Fiqih
Sebagai seorang ahli fiqih, Qardhawi telah menulis sedikitnya 14 buah buku, baik
Fiqih maupun Ushul Fiqih. Antara lain, Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam ( Halal
dan Haram dalam Islam), Al-Ijtihad fi al-Shari'at al-Islamiah ( Ijtihad dalam syariat
Islam ), Fiqh al-Siyam ( Hukum Tentang Puasa ), Fiqih al-Taharah ( Hukum
tentang Bersuci), Fiqih al-Ghina' wa al-Musiqa ( Hukum Tentang Nyayian dan
Musik ).
2. Ekonomi Islam
Dalam bidang ekonomi Islam, buku karya Qardhawi antara lain, Fiqh Zakat, Bay'u
al-Murabahah li al-Amri bi al-Shira; ( Sistem jual beli al-Murabah), Fawa'id alBunuk Hiya al-Riba al-Haram, (Manfaat Diharamkannya Bunga Bank), Dawr alQiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami (Peranan nilai dan akhlak dalam
ekonomi Islam), serta Dur al-Zakat fi alaj al-Musykilat al-Iqtisadiyyah (Peranan
zakat dalam Mengatasi Masalah ekonomi).
3. Pengetahuan tentang al-Quran dan al-Sunnah.
Qardhawi menulis sejumlah buku dan kajian mendalam terhadap metodologi
mempelajari Alquran, cara berinterakhsi dan pemahaman terhadap Alquran
maupun Sunnah. Buku-bukunya antara lain Al-Aql wa al-Ilm fi al-Quran (Akal dan
Ilmu dalam al-Quran), Al-Sabru fi al-Quran (Sabar dalam al-Quran), Tafsir Surah
al-Ra'd dan Kayfa Nata'amal ma'a al-Sunnah al-Nabawiyyah (Bagaimana
berinteraksi dengan sunnah).
4. Akidah Islam

Dalam bidang ini Qardhawi menulis sekitar emnpat buku, antara lain Wujud Allah
(Adanya Allah), Haqiqat al-Tawhid (Hakikat Tauhid),Iman bi Qadr (Keimanan
kepada Qadar),
Selain karya diatas, Qardhawi juga banyak menulis buku tentang Tokoh-tokoh Islam
seperti Al-Ghazali, Para Wanita Beriman dan Abu Hasan Al-Nadwi. Qardhawi juga
menulis buku Akhlak berdasarkan Alquran dan al-Sunnah, Kebangkitan Islam, Sastra
dan Syair serta banyak lagi yang lainnya.
2.3 Pemikiran Yusuf Al Qardhawi
Ysuf al-Qaradw adalah seorang pemikir produk sejarah . [4] Oleh karena itu, untuk
membaca pemikirannya, aspek historis yang mengitarinya tidak dapat dilepas begitu
saja, namun jelas pemikiran Ysuf al-Qaradw tidak dapat dilepas dari pemikiran
Islamnya. Sikap moderat sering dilekatkan pada pribadi Ysuf al-Qaradw. Sikap
moderat tersebut tidak dapat diabaikan, karena hampir dalam semua karya Ysuf alQaradw selalu mengedepankan prinsip al-Wasatiyah al-Islamiyah (Islam
pertengahan).
Berikut ini pemikiran Al-Qardawhi dalam beberapa bidang:
1. Hadis Dalam Pandangan Yusuf Qardhawi
Diantara para pemikir kontemporer, Al-Qardhawi memberikan penjelasan yang
luas tentang bagaimana pemikirannya tentang hadis yang dikembangkan menjadi
metode sistematis untuk menilai otentisitas hadis. Menurut al-Qardhawi, sunnah
nabi mempunyai 3 karakteristik, yaitu komprehensif (manhaj syumul), seimbang
(manhaj mutawazzun), dan memudahkan (manhaj muyassar). Ketiga karakteristik
ini akan mendatangkan pemahaman yang utuh terhadap suatu hadis.[5]
Atas dasar inilah maka al-Qardhawi menetapkan tiga hal juga yang harus dihindari
dalam berinteraksi dengan sunnah, yaitu pertama, penyimpangan kaum
ekstrim; kedua, manipulasi orang-orang sesat, (intihal al-mubthilin), yaitu
pemalsuan terhadap ajaran-ajaran Islam, dengan membuat berbagai macam bidah
yang jelas bertentangan dengan akidah dan syariah; ketiga, penafsiran orang-orang
bodoh (tawil al-jahilin). Oleh sebab itu, pemahaman yang tepat terhadap sunnah
adalah mengambil sikap moderat (wasathiya), yaitu tidak berlebihan atau ekstrim,
tidak menjadi kelompok sesat, dan tidak menjadi kelompok yang bodoh.
2. Pemikiran Tentang Ijtihad
Dalam masalah ijtihad, Ysuf al-Qardw merupakan seorang ulama kontemporer
yang menyuarakan bahwa menjadi seorang ulama mujtahid yang berwawasan luas
dan berpikir obyektif, ulama harus lebih banyak membaca dan menelaah bukubuku agama yang ditulis oleh orang non Islam serta membaca kritik-kritik pihak
lawan Islam. Menanggapi adanya golongan yang menolak pembaharuan, termasuk
pembaharuan hukum Islam. Ysuf al-Qaradw berkomentar bahwa mereka adalah
orang-orang yang tidak mengerti jiwa dan cita-cita Islam dan tidak memahami
parsialitas dalam kerangka global. Menurutnya, golongan modern ekstrem yang
menginginkan bahwa semua yang berbau kuno harus dihapuskan meskipun telah
mengakar dengan budaya masyarakat, sama dengan golongan di atas yang tidak

memahami jiwa dan cita-cita Islam yang sebenarnya. Yang diinginkannya adalah
pembaharuan yang tetap berada di bawah naungan Islam. Pembaharuan hukum
Islam, menurutnya bukan berarti ijtihad semata, karena ijtihad lebih ditekankan
pada bidang pemikiran dan bersifat ilmiah, sedangkan pembaharuan harus meliputi
bidang pemikiran sikap mental dan sikap bertindak yakni ilmu, iman dan amal.[6]
Dalam metode ijtihad yang ditempuh oleh Ysuf al-Qaradw dalam berfatwa ini
ditegaskan atas beberapa prinsip sebagai berikut:[7]
1. Tidak fanatik dan tidak taqlid
2. Mempermudah, tidak mempersulit
3. Berbicara dengan bahasa aktual
4. Berpaling dari sesuatu yang tidak bermanfaat.
5. Bersikap moderat: antara memperlonggar dan memperkuat
6. Memberikan hak fatwa berupa keterangan dan penjelasan
3. Pemikiran Yusuf Al Qardhawi terhadap Pendidikan Islam
Menurut Yusuf al-Qardhawi bahwa Pendidikan Islam adalah pendidikan
manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya. Karena itu, pendidikan agama islam menyiapkan manusia untuk hidup
baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannyan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. 2 Dalam
kaitannya dengan kasus yang berkembang di era reformasi saat ini, penanaman nilai etik
dalam proses belajar dan mengajar juga disinggung oleh pemikir Islam seperti halnya
Yusuf al-Qurdhawi. Pada intinya persoalan etika dalam proses belajar dan mengajar
merupakan persoalan moral yang tertanam dalam setiap individu, baik subjek maupun
objek didik.8
Dalam lentera pemikiran dan dakwah Islam, kiprah Yusuf Qardhowi menempati posisi
vital dalam pergerakan Islam kontemporer, waktu yang dihabiskannya untuk berkhidmat
kepada Islam, bercearamah serta menyampaikan masalah-masalah aktual dan keislaman
di berbagai tempat dan negara menjadikan pengaruh sosok sederhana yang pernah
dipenjara oleh pemerintah Mesir ini sangat besar di berbagai belahan dunia, khususnya
dalam pergerakan Islam kontemporer melalui karya karyanya yang mengilhami
kebangkitan Islam moderen.3

4. Pemikiran Ysuf al-Qaradw Tentang Konsumsi


1. Tidak kikir atau bakhil

2 Yusuf Al -Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj.


Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980),
hal.157.
3 Yusuf Al-Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, ahli bahasa Asad Yasin, (Jakarta : Gema Insani Pers, 1997),
hlm. 16.

Harta yang ada di dalam semesta ini adalah anugrah yang diberikan Allah SWT.
kepada manusia. Dan setiap manusia mempunyai hak yang disahkan menurut
Islam untuk memiliki harta, namun kepemilikan harta itu bukanlah tujuan tetapi
sarana untuk menikmati karunia Allah dan wasilah untuk mewujudkan
kemaslahatan umum.
Adapun dalam membelanjakan harta menurut Ysuf al-Qaradw ada beberapa
sasaran, yaitu sebagai berikut:
a. Fi sabilillah
Arti jihad terhadap itu sangat luas, jihad tidak hanya dengan pedang atau
perlengakapan militer lainnya, akan tetapi dengan pena atau lidah sudah
termasuk bagian dari jihad, dibidang ekonomi, politik, pendidikan atau sosial pun
termasuk bagian dari jihad. Adapun pendapat Ysuf al-Qaradw mengenai arti
nafkah di jalan Allah diperluas, sehingga akan meliputi segala masalah yang
baik, dan tidak dipersempit pada masalah-masalah yang ada hubungannya
dengan jihad, misalnya untuk militer dan perlengkapannya saja. Dengan
demikian arti jihad dalam ekonomi khususnya konsumsi termasuk berusaha dan
mencegah untuk tidak bakhil atau kikir, juga termasuk berfoya-foya dan
melakukan kemubadziran.
b. Untuk diri dan keluarga
Bentuk nafkah yang kedua adalah nafkah untuk diri sendiri dan keluarga yang
ditanggungnya. Sudah seharusnya menjadi kewajiban bagi diri manusia yang
telah dikaruniai oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna ciptaan-Nya
dibanding makhluk-makhluk yang lain untuk menjaga mempertahankan hidup
sebagai rasa syukur, bukan hanya pada diri sendiri tetapi termasuk keluarganya.
Seorang muslim tidak diperbolehkan mengharamkan harta halal dan harta yang
baik untuk dikonsumsi bagi dan keluarganya, padahal sudah jelas mampu
mendapatkannya. Dalam hal ini juga tidak membenarkan kesengsaraan yang
disengaja dijalani, dengan alasan untuk beribadah atau untuk menghemat uang
karena hal tersebut termasuk sikap yang membinasakan kehidupan manusia.
2. Kesederhanaan
Islam mewajibkan setiap orang mambelanjakan harta miliknya untuk memenuhi
kebutuhan diri pribadi dan keluarganya serta menafkahkannya di jalan Allah
dengan sikap sederhana. Menurut Ysuf al-Qaradw bukan cuma sikap
sederhana yang harus diterapkan tapi termasuk menghindari dari sikap
kemewahan. Kemewahan merupakan sikap yang dilarang karena
menenggelamkan diri dalam kenikmatan dan bermegah-megaha.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardhawi, Yusuf. 1980. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna. Jakarta :
Bulan Bintang. Terj. Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1983. Sistem Pendidikan Ikhwanul Muslimin. Jakarta: Media Dawah,
cetakan 1.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1994. Fatawa Qardhawi Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah.
Surabaya : Risalah Gusti.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 1997. Fatwa-Fatwa Kontemporer, ahli bahasa Asad Yasin. Jakarta :
Gema Insani Pers.
Al-Qardhawi, Yusuf. dkk.1998. Reformasi pemikiran Islam abad XXI. Jakarta: Dunia Ilmu.
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

Azra, Azyumardi dan Maarif, SyafiI.2003. Ensiklopedi Tokoh Islam, Dari Abu Bakr Sampai
Nashir dan Qardawi. Jakarta : Hikmah.
Rauf, Abddul Qadir Sayid. 1987. Dirosah fid d dawah Islamiyah. Kairo: Dar El-Tibaah alMahmadiyah. Cet. 1.
Yasid, Abu.2004. Islam Akomodatif ; Rekonstruksi Pemahaman Islam Sebagai Agama
Universal. Jakarta: Lkis.

[1] Ensiklopesdi Hukum Islam, diedit oleh Abdul Aziz Dahlan, cet.I (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1996), V: 1448, artikel al-Qaradw, Ysuf .
[2] Al-Ikhwan al-Muslimun: sebuah gerakan yang didirikan pada bulan Maret 1928 di
Kairo, Mesir oleh al-Imam al-Hasan al-Banna yang bertujuan untuk mempromosikan Islam
sejati dan meluncurkan perjuangan melawan dominasi asing. David Commins, Hasan alBanna (1906-1949),para Perintis Zaman Baru Islam, alih bahasa Ilyas Hasan (Bandung:
Mizan, 1995), hlm. 133.
3
Azra, Azyumardi dan Maarif, SyafiI.2003. Ensiklopedi Tokoh Islam, Dari Abu Bakr
Sampai Nashir dan Qardawi. Jakarta : Hikmah
[4] Dari sini muncul apa yang disebut sejarah pemikiran atau sejarah intelektual, istilah
pemikiran merupakan sesuatu yang ambisius, dapat diterapkan kepada siapa saja yang
memiliki spesialisasi tertentu, ia dapat diterapkan kepada seorang philosopher, thinker,
scholar/intelektual, yang merujuk kepada figure pelajar. Lihat A. Luthfi Assyaukanie,
Tipologi Dan Wacana Pemikiran Arab Kontemporer Paradigma Jurnal Pemikiran Islam,
Vol. I, Juli-Desember 1998, hlm. 58.
[5] Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, (Bandung: Karisma, 1999),
hal. 92.
[6] Ysuf al-Qaradw, Umat Islam Menyongsong Abad 21(Ummatuna Baina Qarnain), alih
bahasa Yogi P. Izza, (Solo: Intermedia, 2001), hlm. 327.
[7] Ysuf al-Qaradw, Fatwa-fatwa Kontemporer (Fatawa Muasirah), alih bahasa Asad
Yasin (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), I: 21
[8] Yusuf Al -Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Bustami A.
Gani dan Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), hal.157.

Anda mungkin juga menyukai