Anda di halaman 1dari 14

Daftar Isi

Halaman Muka .......................................................................................................... i


Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
1.4. Metode Penulisan ........................................................................................ 2
1.5. Sistematika Penulisan .................................................................................. 3
Bab II Pembahasan
1.1. Konvensi Stockholm ................................................................................... 4
1.2. Sifat dan Struktur Kimia Senyawa-senyawa POPs ..................................... 5
1.3. PCBs (Polychlorinated Biphenyls).............................................................. 8
1.4. Kegunaan Utama PCBs ............................................................................... 9
1.5. Dimana PCBs Ditemukan ........................................................................... 9
1.6. PCBs Dapat Terlepas Ke Lingkungan......................................................... 10
1.7. Dampak PCBs Bagi Kesehatan ................................................................... 10
Bab III Penutup
Kesimpulan ........................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor Tahun 19 Tahun 2009
Tentang Pengesahan Stockholm Convention On Persistent Organic Pollutants
(Konvensi Stockholm Tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persisten), dalam
beberapa dekade terakhir ini masyarakat dunia telah secara luas mengembangkan
100.000 bahan kimia sintetis yang digunakan untuk mengendalikan penyakit,
meningkatkan produksi pangan, dan memberikan kenyamanan dalam kehidupan
sehari-hari. Angka tersebut belum termasuk pertambahan sekitar 1.500 bahan
kimia baru setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan
perubahan pola perilaku ekonomi berbasis karbohidrat (carbohydrate-based
economy) ke arah pola perilaku ekonomi berbasis bahan kimia (chemical-based
economy).
Dari bahan kimia yang dihasilkan tersebut, ada yang dikategorikan sebagai
bahan pencemar organik yang persisten (persistent organic pollutants) atau lebih
dikenal dengan POPs. POPs memiliki sifat beracun, sulit terurai, bioakumulasi
dan terangkut, melalui udara, air, dan spesies berpindah dan melintasi batas
internasional serta tersimpan jauh dari tempat pelepasan, tempat bahan tersebut
berakumulasi dalam ekosistem darat dan air. Sifat-sifat tersebut harus diwaspadai
mengingat dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengetahui dampak negatif bahan
pencemar organik yang persisten terhadap lingkungan hidup dan kesehatan
manusia khususnya kelangsungan hidup generasi yang akan datang.
Menurut Konvensi Stockholm, POPs terdiri atas tiga kategori yaitu:
a. pestisida berupa: Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT), Aldrin,
Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan Toxaphene;
b. bahan kimia industri berupa: Polychlorinated biphenyl (PCB) dan
Hexachlorobenzene (HCB); dan

c. produk yang tidak sengaja dihasilkan berupa Polychlorinated dibenzop


dioxins

(PCDD),

Polychlorinated

dibenzofurans

(PCDF),

Hexachlorobenzene (HCB) dan Polychlorinated biphenyl (PCB).


Makalah ini secara khusus mengkaji resiko dan dampak yang ditimbulkan
dari bahan kimia industri Polychlorinated biphenyl (PCB) terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan sekitar.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan masalah pada
makalah ini adalah :
1.2.1

Apa yang dimaksud dengan Konvensi Stockholm ?

1.2.2 Bagaimana sifat dan struktur kimia semua jenis senyawa POPs ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan senyawa PCBs (Polychlorinated Biphenyls)?
1.2.4 Apa kegunaan utama senyawa PCBs ?
1.2.5 Dimana PCBs ditemukan ?
1.2.6 Bagaimana PCBs dapat masuk ke lingkungan ?
1.2.7 Apa dampak PCBs bagi kesehatan ?

1.3

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan Konvensi Stockholm.
1.3.2

Mengetahui sifat dan struktur kimia semua jenis senyawa POPs.

1.3.3

Mengetahui dan memahami senyawa PCBs.

1.3.4

Mengetahui kegunaan senyawa PCBs.

1.3.5

Mengetahui bagaimana PCBs dapat ditemukan.

1.3.6

Serta mengetahui dan memahami apa saja dampak yang ditimbulkan


PCBs.

1.4

Metode Penulisan
Penulis menyusun makalah ini menggunakan metode studi pustaka melalui
buku dan internet.

1.5

Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini dilakukan secara sistematis. Adapun sistematika
penulisan ini adalah

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi pembahasan.

BAB III PENUTUP


Pada bab ini berisi kesimpulan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konvensi Stockholm


Konvensi Stockholm adalah perjanjian internasional pertama yang
difokuskan pada perlindungan lingkungan dan kesehatan manusia dari bahan
kimia beracun. Pada tahun 2001, konvensi diadopsi dan mulai berlaku pada tahun
2004. Saat ini lebih dari 152 negara penandatangan dan 179 pihak yang
berpartisipasi. Konvensi awalnya mengidentifikasi 12 bahan kimia untuk
penghapusan dan pengurangan dengan mekanisme untuk menambahkan lebih
banyak bahan kimia.
Sebagai salah satu negara para pihak Konvensi Stockholm yang telah
meratifikasi konvensi tersebut melalui Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan Stockholm Convention On Persistent
Organic Pollutants (Konvensi Stockholm Tentang Bahan Pencemar Organik
Yang Persisten).
Konvensi mewajibkan negara-negara untuk melindungi masyarakat dan
lingkungan dari POPs dengan beberapa langkah sebagai berikut:
Menghilangkan produksi dan penggunaan (Lampiran A bahan kimia).
Sebagian besar POPs yang terdaftar ditargetkan untuk eliminasi.
Terdapat beberapa pengecualian seperti produksi PCBs yang telah
dilarang namun penggunaannya dalam peralatan yang ada diperbolehkan
hingga tahun 2025.
Membatasi produksi dan penggunaan (Lampiran B bahan kimia).
Konvensi memungkinkan penggunaan POPs tertentu secara terbatas dan
terkendali. sementara alternatif juga mencari. Untuk contoh DDT
digunakan untuk mengontrol malaria diperbolehkan.
Mengurangi

produksi

yang

tidak

dikehendaki

dengan

tujuan

eliminasi (Lampiran C bahan kimia). Konvensi ini mempromosikan


penggunaan cara terbaik yang tersedia untuk mencegah pelepasan
dioksin dan furan dari sumber utama ke lingkungan.

Memastikan limbah yang mengandung POPs dikelola dengan aman dan


cara yang ramah lingkungan.
Pemerintah yang telah meratifikasi Konvensi disebut partisipan. Semua
pihak

atau

partisipan

yang

menyetujui

Konvensi

diwajibkan

untuk

mengembangkan rencana pelaksanaan kewajiban mereka. Rencana tersebut harus


disampaikan kepada Conference of Parties (COP) dalam waktu dua tahun dimulai
sejak Konvensi ini berlaku untuk negara-negara partisipan. Kewajiban dan
komitmen formal ini juga harus tercermin dalam hukum nasional.
Setiap negara partisipan juga berkewajiban untuk memastikan para pembuat
kebijakan dan keputusan memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan POPs dan
informasi yang dibuat tersedia untuk umum. Program pendidikan dan kesadaran
masyarakat termasuk informasi tentang efek kesehatan, dan lingkungan harus
diselenggarakan oleh semua pemerintah dan pekerja, ilmuwan, tenaga teknis dan
manajerial harus dilatih dalam penanganan yang aman, pembuangan, dan
pengelolaan ramah lingkungan.
Penelitian,

Pengembangan

dan

Pemantauan juga

diwajibkan

untuk

dilakukan oleh negara partisipan. Hal ini termasuk mengembangkan pemahaman


tentang:

Sumber POP dan pelepasan lingkungan di negara masing-masing;

Tingkat POPs pada manusia dan lingkungan hidup; dan

Dampak sosial-ekonomi dan budaya dari adanya POPs.

Conference of Parties (COP) bertemu tiap dua tahun untuk meninjau


Konvensi dan diputuskan penambahan bahan kimia baru.

2.2. Sifat dan Struktur Kimia Senyawa-senyawa POPs


Semua senyawa POPs memiliki empat sifat umum (IPEN, 2008) yang
terdiri dari:
Persisten
POPs adalah polutan kimia yang sulit terdegradasi secara fisik, kimia
dan biologi. Oleh karena itu, saat POPs terbawa ke lingkungan, maka
senyawa tersebut akan sulit terdekomposisi dan bertahan dalam waktu
yang lama.

Bioakumulatif
POPs adalah polutan kimia yang mudah larut dalam lemak. Mereka
terakumulasi dengan konsentrasi lebih tinggi dalam jaringan tubuh
organism hidup dibandingkan yang ditemukan di lingkungan sekitar.
Tahan dalam pendistribusian jarak jauh secara global
POPs adalah polutan kimia yang dapat menempuh jarak jauh dalam
suatu ruang lingkup lingkungan dan menyebabkan kontaminasi
berbahaya di lokasi yang berjarak jauh dari tempat awal masuknya
bahan kimia ke lingkungan.
Beracun
POPs adalah polutan kimia dengan potensi membahayakan kesehatan
manusia dan/atau ekosistem.

Struktur Kimia

2.3. PCBs (Polychlorinated Biphenyls)


Polychlorinated Biphenyls atau PCBs adalah suatu kelompok senyawa
kimia

buatan

yang

dapat

berwujud

cairan

minyak

maupun

padatan.

Ditemukan pada tahun 1920, senyawa kimia ini mempunyai beberapa


karakteristik yang bermanfaat dalam industri:

Tahan terhadapat pemanasan sampai dengan 1.500c;

Konduktivitas listrik yang rendah (berfungsi sebagai isolator);

Senyawa kimia yang stabil (komposisi kimia sulit untuk diubah dan
terurai); dan

Tidak larut di dalam air atau larut di dalam lemak.

2.4. Kegunaan Utama PCBs


PCBs dipandang sebagai senyawa kimia yang sangat bermanfaat bagi
industri perakitan peralatan elektronik dan kepentingan industri lainnya. Oleh
karena sifatnya yang tahan panas, kestabilan fisik dan biologi, tidak larut dalam
air serta biaya produksi yang relatif rendah, PCBs digunaan dan dimanfaatkan
secara luas.

2.5. Dimana PCBs ditemukan


Bahan kimia Polychlorinated Biphenyls (PCBs) ini ditemukan pada akhir
tahun 1920 dan digunakan sebagai minyak isolator dalam peralatan listrik, fluida
penghantar panas dan di dalam pelumas. PCBs sangat sulit untuk dipecahkan oleh
asam, basa dan panas. Daya tahan ini memungkinkan PCBs digunakan di dalam
bahan pembuat plastik, pelapis permukaan, tinta, perekat, zat anti api, cat dan
kertas foto kopi non-karbon. Pada akhir tahun 1970, kandungan PCBs dan
senyawa POPs lainnya ditemukan dalam konsentrasi tinggi di lingkungan dan
jaringan lemak manusia yang kemudian dilarang penggunaannya di sebagian
besar negara berkembang.
PCB tidak pernah diproduksi di Indonesia tetapi secara luas diimpor dan
digunakan sampai tahun 1985, ketika Pertamina melarang penggunaan PCBs.
Secara resmi, PCBs dilarang untuk digunakan, di impor dan ekspor di Indonesia
sejak tahun 2001 dan diatur oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
PCBs telah diproduksi di berbagai negara, namun tidak diproduksi di
Indonesia dan senyawa kimia ini telah didatangkan dari Amerika, Jerman dan
Inggris.

2.6. PCBs Dapat Terlepas Ke Lingkungan


Dikarenakan PCB banyak digunakan, maka PCB tersebar dengan pesat di
lingkungan. PCB dapat terlepas ke udara, air dan tanah saat penggunaan,
distribusi maupun pembuangan seperti berikut:

Tumpahan dan bocoran dari kegiatan distribusi, penyimpanan dan


pemeliharaan transformer, kapasitor maupun produk lain yang
menggunakan PCB;

PCB dapat menguap dari perairan yang tercemar;

Pembuangan limbah PCB yang tidak tepat dan melanggar peraturan


ataupun pembuangan produk yang mengandung PCB ke tempat
pembuangan sampah domestik, industri, atau tempat pembuangan
umum atau tempat pembuangan akhir lainnya;

Teknologi pembuangan yang tidak tepat dan tidak efisien; dan

Tempat pembuangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang


mengandung PCB yang tidak terpelihara dengan baik.

PCB dapat ditemukan di peralatan listrik tua dan minyak dielektrik bekas.
Di berbagai komunitas di dunia, penggunaan minyak yang ditemukan di drum
minyak bekas telah menyebabkan gangguan kesehatan manusia.

2.7. Dampak PCBs Bagi Kesehatan


Pada tahun 1970, PCB telah ditemukan di jaringan tubuh manusia, hewan
maupun makan dan menjadi ancaman bagi kesehatan. Kemudian PCB dilarang
penggunaannya di banyak negara dan ditambahkan ke dalam 23 bahan kimia
berbahaya yang harus dikurangi dan dihapuskan penggunaannya dibawah
konvensi Stockholm. Kriteria PCB yang menyebabkan bahaya bagi kesehatan:
Sifatnya yang tidak mudah larut di dalam air tetapi larut di dalam
minyak/lemak. Artinya jika senyawa ini masuk kedalam tubuh, maka
tidak akan mudah dikeluarkan dari dalam tubuh tetapi akan tertahan dan
terakumulasi secara biologis di dalam jaringan lemak dan akan
diturunkan kepada anak-anak kita;
Sifatnya yang beracun dan berbahaya bagi hewan, manusia dan
lingkungan. Senyawa ini dapat menyebabkan kanker, mengganggu

10

sistem kekebalan tubuh, sistem saraf dan menyebabkan penebalan


kulit);
Juga persisten, dimana saat senyawa kimia ini terlepas ke dalam
lingkungan, senyawa ini akan tetap berada dalam lingkungan selama
generasi-generasi selanjutnya.

Manusia dan hewan terpapar PCB karena makanan dan air yang tercemar
PCB:
Makanan makanan yang terkontaminasi adalah sumber utama terjadinya
pemaparan PCB. Manusia terpapar melalui nasi, ikan, daging dan telur yang
tercemar. Bayi juga dapat terpapar dari ASI yang diberikan ibu kepada
anaknya. Pada tahun 1968 di Jepang, ada sekitar 14.000 orang yang terkena
penyakit karena memakan beras terkontaminasi PCB.
Udara udara dapat tercemar oleh PCB yang akan jatuh ke tanah saat
terjadinya hujan atau salju. PCB juga dapat menempel pada materi partikulat
seperti debu dan materi halus lainnya. PCB juga telah ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi di udara dalam ruangan gedung dengan adanya
peralatan yang tercemar oleh PCB.
Air PCB yang terlepas ke lingkungan di waktu yang lampau melalui
pembuangan limbah cair oleh industri, saat ini masih ditemukan di dalam air,
ikan dan sedimen. Banyak perairan terkenal seperti Great Lakes di Kanada
dan perairan di Amerika yang diketahui bermasalah akibat konsentrasi PCB.

Paparan pada konsentrasi PCBs yang tinggi dapat menyebabkan gangguan


kesehatan. Efek akut akibat terpapar PCBs dengan konsentrasi tinggi dalam seketika
mengakibatkan iritasi kulit, sesak napas, bengkak pada kelopak mata, pucat pada kulit
dan kuku dan mati rasa pada tangan dan kaki. Sedangkan efek kronik akibat terpapar
PCB dengan konsentrasi rendah secara terus menerus dapat menyebabkan pertumbuhan
kulit yang abnormal, gangguann sistem pernapasan, pembengkakan pada hati, diare dan
iritasi pada saluran pencernaan, mengurangi respon sistem imun dan membuat tubuh
rentan terhadap penyakit.

11

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Konvensi Stockholm merupakan konvensi Internasional tentang penghilangan
bahan berbahaya dan beracun yang tersebar diseluruh dunia. Konvensi ini telah
didukung oleh 179 negara dan disetujui dan ditandatangai oleh 92 negara
(termasuk Indonesia).
2. Sifat umum yang dimiliki semua jenis senyawa POPs ialah tahan urai,
terakumulasi dalam tubuh, tahan dalam pendistribusian jarak jauh secara global
dan beracun.
3. PCBs suatu senyawa organoklorin yang mempunyai sifat racun yang sama
dengan peptisida dan mempunyai sifat yang persisten atau sukar di pecah dialam
di alam.

12

Daftar Pustaka
Undang-undang Republik Indonesia Nomor Tahun 19 Tahun 2009 Tentang Pengesahan
Stockholm Convention On Persistent Organic Pollutants (Konvensi Stockholm Tentang
Bahan Pencemar Organik Yang Persisten)
http://www.pcbfreeindonesia.com/konvensi-stockholm/
http://www.pcbfreeindonesia.com/pops/
http://www.pcbfreeindonesia.com/polychlorinated-biphenyls/
http://www.pcbfreeindonesia.com/ditemukan-dimana/
http://www.pcbfreeindonesia.com/bagaimana-pcbs-dapat-masuk-ke-lingkungan/
http://www.pcbfreeindonesia.com/dampak-bagi-kesehatan/
http://pcb-survei.com/tentang/tentang-pops-dan-pcbs/
(diakses pada Senin, 11 Juli 2016 pukul 19.05)

13

Anda mungkin juga menyukai