BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu sumber saya manusia yang berperan penting dalam penyelenggaraan
mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah perawat. Perawat adalah seorang
profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab, dan kewenangan
melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan pada berbagai jenjang
pelayanan keperawatan. Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki peran di
dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada. Peran
perawat yang utama adalah pelaksana, pengelola, pembela, pendidik dan peneliti
(Kusnanto, 2007).
1
buruk, kebiasaan duduk, bekerja membungkuk dalam waktu yang relatif lama.
Hal ini mengakibatkan pasien LBP susah berjalan, tidak bisa istirahat atau tidur,
serta menghambat aktivitas sehari-hari pada saat nyeri muncul. Pada pasien LBP
mengatasi nyeri muncul agar nyeri berhenti dan tidak akan muncul lagi serta
dapat melakukan aktivitas secara normal perlu melakukan beberapa tahapan,
tidak bisa dilakukan ketika nyeri muncul harus langsung dihentikan begitu saja.
Tahapan dalam mengatasi nyeri punggung bawah, yaitu pasien LBP mengubah
perilaku buruk menjadi baik, dengan cara mengurangi penyebab terjadinya LBP
agar tidak dapat merasakan nyeri kembali (Dachlan, 2009; Widyastuti, 2009).
Mengurangi penyebab terjadinya LBP agar tidak dapat merasakan nyeri kembali,
dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non farmakologi. Hanya saja, jika
mengurangi nyeri degan cara farmakologi, dapat menimbulkan efek samping jika
digunakan dalam jangka waktu yang lama. Efek samping seperti apakah yang
dapat terjadi di dalam tubuh jika sering meminum obat anti nyeri?
Obat anti nyeri (analgetik) merupakan golongan obat yang memang memiliki
fungsi mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri. Sifat kerja obat ini ada
yang bersifat menghambat pembentukan mediator rasa nyeri dan ada yang
menurunkan ambang nyeri tubuh di otak. Obat jenis ini umum dipakai untuk
mengobati berbagai jenis penyakit. Hal ini tentu saja karena sebagian besar
penyakit memang bermanifestasi nyeri sebagai keluhannya. Tidak heran pula
obat-obat anti nyeri pun telah banyak dijual bebas terkait luasnya penggunaan
jenis obat ini.
Permasalahan yang dapat timbul dapat beragam mulai dari rasa perih di ulu hati
hingga perlukaan atau tukak lambung. Jika telah terjadi perlukaan mukosa
lambung maka gejala muntah bercampur darah dapat terjadi disertai dengan nyeri
hebat di ulu hati. Nyeri ulu hati yang tidak respon lagi dengan obat-obat maag
biasa juga dapat menjadi tanda mulai munculnya gejala ini.
dapat
dilakukan
dengan
pemeriksaan
endoscopy
yakni
dengan
Oleh karena berbahayanya dampak obat anti nyeri ini maka sebaiknya kita lebih
berhati-hati dalam penggunaannya. Hindari mengkonsumsi obat anti nyeri untuk
jangka panjang dan berlebihan, biasakan meminum obat anti nyeri setelah makan
dan konsultasikan ke dokter jika diperlukan. Hal ini bahwa mencegah terjadinya
nyeri pada pasien LBP sebaiknya melakukan pengelolaan nyeri secara non
farmakologi, karena mengelola nyeri secara non farmakologi tidak dapat
menimbulkan efek samping apapun dan dapat dilakukan dalam kehidupan seharihari sebelum melakukan aktivitas atau memulai aktivitas, misalnya seperti
melakukan rehat baring, mobilisasi, meningkatkan mekanika tubuh, mengubah
nutrisi atau penurunan berat badan jika pasien mengalami kelebihan berat badan,
dan melakukan metode latihan senam yang bisa dilakukan sebelum melakukan
aktivitas dan dapat mencegah terjadinya nyeri punggung bawah (LBP).
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan suatu gangguan
muskuloskeletal, gangguan organ visceral, dan gangguan vaskuler, dimana satu
dari sejumlah sindrom nyeri yang banyak dikeluhkan pasien yang berkunjung ke
rumah sakit. Nyeri punggung bawah yang dikeluhkan dapat berupa berat, pegal,
rasa seperti diikat, otot terasa kaku dan nyeri dapat disertai dengan gangguan
otonom,dan psikis. Keluhan LBP dapat terjadi pada setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari,baik jenis kelamin, usia, ras,status pendidikan, dan profesi
(Yanra, 2013; Widyastuti, 2009).
Diperkirakan 70-80% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama
hidupnya. Menurut data World Health Organization (WHO), Nyeri punggung
bawah juga sering dikeluhkan oleh pegawai kantoran. Nyeri tersebut merupakan
ketidaknyamanan bagi mereka. Prevalensi LBP pada populasi lebih kurang
16.500.000 per tahun di Inggris. Pasien LBP yang berobat jalan berkisar
1.600.000 orang dan yang dirawat di rumah sakit lebih kurang 100.000 orang.
Dari keseluruhan nyeri punggung bawah, yang mendapat tindakan operasi
berjumlah 24.000 orang pertahunnya.Penelitian oleh Fernandez et.al (2009) pada
orang dewasa diperoleh pravelensi LBP adalah 19,9% di Spanyol. LBP lebih
banyak terjadi pada perempuan (67,5%) daripada laki-laki (33,5%). Pasien LBP
dari usia 31-50 tahun 1,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan usia 16-30
tahun.Angka kejadian pasien LBP meningkat tajam pada usia remaja (lebih awal
terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki) dengan usia 12-41 yang
dilakukan berdasarkan studi cross sectional di Denmark.
Angka kejadian LBP lebih sering pada usia dewasa, dimana 20,7% dari populasi
perempuan dan 21% dari populasi laki-laki di Benua Australia. Begitupun di
penelitian yang dilakukan oleh Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI (Perhimpunan
Dokter Saraf Indonesia) tahun 2002 pada 14 rumah sakit pendidikan di
Indonesia, pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah pasien nyeri sebanyak
4.456 orang (25% dari total kunjungan), dimana 1.598 orang (35,86%) adalah
pasien nyeri punggung bawah, yang dikutip oleh Universitas Pembangunan
Negeri Veteran Jakarta (UPNVJ, 2010).
Terkait jumlah data, di Poliklinik Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat
cukup banyak kasus LBP di dapatkan. Berdasarkan hasil wawancara penulis pada
tanggal 26 April 2016 dengan bagian rekam medis Rumah Sakit Royal Taruma
Jakarta Barat terdapat kasus di bulan Januari-April 2016 di Poliklinik yaitu 247
kasus LBP dan penulis juga wawancarai pasien LBP yang berobat jalan di
Poliklinik Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat pada tanggal 11 Mei 2016
diperoleh data bahwa 5 pasien menyatakan masih sering mengeluh nyeri di
daerah punggung bawah dan belum paham bagaimana berperilaku mengelola
nyeri punggung bawah secara non farmakologi. Pasien LBP hanya mengetahui
ketika nyeri muncul mereka mengatasi nyerinya dengan cara berhenti melakukan
aktivitasnya secara tiba-tiba lalu mengambil posisi tidur tengkurap selama
beberapa menit, istirahat, minum obat anti nyeri dan ada juga dengan cara tidur
posisi kesamping dengan menaruh bantal di jempit oleh ke dua kakinya, akan
tetapi perawat di Poliklinik tersebut menyatakan bahwa perawat memberikan
informasi bagaimana berperilaku mengelola nyeri non farmakologi pada pasien
LBP.
Berdasarkan latar belakang masalah dan teori diatas, bahwa peran perawat
sebagai pendidik sebenenarnya sangat berhubungan dengan perilaku pengelolaan
nyeri non farmakologi pada pasien nyeri punggung bawah atau Low Back Pain
(LBP). Oleh karena itu, peneliti perlu untuk mengadakan penelitian tentang
Hubungan Peran Perawat Sebagai Pendidik Dengan Perilaku Pengelolaan Nyeri
Non Farmakologi Pada Pasien Low Back Pain di Poliklinik Rumah Sakit Royal
Taruma Jakarta Barat.
10
11
1.4.2.2 Diketahui peran perawat sebagai pendidik di Poliklinik Rumah Sakit Royal
Taruma Jakarta Barat.
1.4.2.3 Diketahui pasien dalam mengelola Low Back Pain dengan terapi non
farmakologi di Poliklinik Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat.
1.4.2.4 Diketahui hubungan peran perawat sebagai pendidik dengan perilaku
pengelolaan nyeri pada pasien Low Back Pain di Poliklinik Rumah Sakit
Royal Taruma Jakarta Barat.
1.5.3
Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini digunakan sebagai informasi hubungan peran perawat
sebagai pendidik dengan perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi pada
pasien LBP.
1.5.4
12
BAB 2
13
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peran Perawat Sebagai Pendidik
2.1.1 Pengertian Peran
Menurut Harahap, dkk (2007) dan KBBI Online (2016) peran ialah perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat, sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam status,
kedudukan dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa
cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories,
konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat
dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau
romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan
oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua,
pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu
fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu,
seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya
tersebut.
11
14
2.1.1.1 Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan
yang
membimbing
seseorang
dalam
kehidupan
bermasyarakat.
2.1.1.2 Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
2.1.1.3 Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
2.1.2
Pengertian Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2007), perawat adalah
seseorang (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan, tanggung
15
16
yang benar tentang keperawatan agar tercipta kesamaan pandangan dan gerak
bersama diantara perawat dalam meningkatkan profesionalisme. Selain itu,
melalui pendidikan keperawatan, eksistensi profesi keperawatan dapat terus
terpelihara. Peran ini dapat dilaksanakan di institusi pendidikan keperawatan
maupun institusi layanan kesehatan.
Untuk dapat melaksanakan peran sebagai pendidik, ada beberapa kemampuan
yang harus dimiliki seorang perawat sebagai syarat utama. Kemampuan
tersebut berupa wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan
berkomunikasi, pemahaman psikologis, dan kemampuan menjadi model atau
contoh dalam perilaku profesional.
17
2.1.3.2 Komunikasi
Keberhasilan proses pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam
berkomunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Kemampuan
berkomunikasi ini merupakan aspek mendasar dalam keperawatan. Seperti
kita ketahui, perawat harus berinteraksi langsung dengan pasien selama 24
jam. Proses tersebut sudah tentu terjadi komunikasi sebab interaksi
merupakan bagian dari komunikasi.
Tidak jarang perawat dikatakan judes, kaku, tidak memahami perasaan orang
lain, dan berbagai stigma negatif lainnya. Penilaian negatif ini tentunya akan
berdampak pada profesionalisme keperawatan. Oleh karena itu, mengingat
18
komunikasi,
serta
memahami
faktor-faktor
yang
menunjang
komunikasi.
keluarga,
dan
juga
masyarakat.
Perawat
harus
mampu
19
2.1.4
20
2.1.4.1 Pendidikan pada pasien agar pasien dan keluarga ikut berparitisipasi dalam
pengambilan keputusan.
2.1.4.2 Perawat bertugas melakukan asesmen dan pendokumentasian terhadap
kebutuhan pendidikan pasien.
2.1.4.3 Pemberian pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan kepada pasien
berupa pendidikan dan pelatihan.
2.1.4.4 Pemberian pendidikan kepada pasien dan keluarga terkait dengan pelayanan
pasien seperti penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan medis yang
aman, potensi interaksi antara obat dengan makanan, pedoman nutrisi,
manajemen nyeri dan teknik-teknik rehabilitasi.
2.1.4.5 Metode pendidikan mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien dan
keluarga, dan memperkenankan interaksi yang memadai antara pasien,
keluarga dan staf agar terjadi pembelajaran.
2.1.4.6 Tenaga kesehatan profesional yang memberi pelayanan pasien berkolaborasi
dalam memberikan pendidikan.
2.1.5
kesehatan ialah:
2.1.5.1 Peserta didik atau pasien dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan
maupun cara hidup sehat dan teratur;
2.1.5.2 Peserta didik atau pasien dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap
hidup sehat;
2.1.5.3 Peserta didik atau pasien dapat memiliki keterampilan dalam hal
melaksanakan hidup sehari-hari;
2.1.5.4 Peserta didik atau pasien dapat memilki kebiasaan sehat dalam melaksanakan
kehidupan sehari-hari;
2.1.5.5 Peserta didik atau pasien dapat memiliki kemampuan untuk menerapkan
perilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari;
2.1.5.6 Peserta didik atau pasien dapat menerapkan pencegahan penyakit dan
keselamatan dalam kehidupan sehari-hari;
2.1.5.7 Peserta didik atau pasien dapat memiliki daya pertahanan yang baik dari
pengaruh buruk yang berasal dari luar dirinya;
21
2.1.5.8 Peserta didik atau pasien dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani yang
optimal serta memiliki daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
2.1.6
2.2 Perilaku Pengelolaan Nyeri Non Farmakologi Pada Pasien Low Back Pain
2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan aktivitas dan proses interaksi dengan lingkungan,
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan cara yang
unik, yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung, berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan
atau dalam suasana tertentu. (Heri Maulana, 2009; Notoatmodjo, 2010;
Wikipedia, 2016).
22
Berdasarkan perilaku aktif dan pasif, terdapat perilaku kesehatan pada bentuk
perilaku seseorang, dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan merupakan
segala bentuk respons seseorang terhadap pengalaman dan interaksi dengan
lingkungannya, khususnya menyangkut pengetahuan dan sikapnya mengenai
kesehatan,serta tindakanya yang berhubungan dengan kesehatan.
23
24
hidup sehat yang merupakan suatu aktivitas individu yang meyakini dirinya
sehat dan berupaya mempertahankan dan menigkatkan kesehatannya untuk
mencegah datangnya penyakit. Perilaku sakit merupakan tindakan seseorang
yang merasa sakit untuk mengidentifikasi penyakitnya, penyebab penyakit
dan usaha-usaha untuk menemukan pengobatan yang tepat. Perilaku peran
sakit yaitu kegiatan individu yang sakit untuk memperoleh kesembuhan.(Heri
Maulana, 2009).
2.2.2
Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalamaan
sensorik
dan
emosional
yang
tidak
25
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya, oleh karena itu manajemen efektif
yang bisa melakukan respon-respon tersebut.
2.2.2.1 Penyebab Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam 2 golongan yaitu penyebab yang
26
saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan
tertentu yang terletak lebih dalam.
yang lama.
Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap 10-15 menit, lalu
27
koroner.
Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri
kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan
periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali
lagi nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang
konstan, artinya rasa nyeri tersebut terusmenerus tersa makin lama
semakin
meningkat
intensitasnya
walaupun
telah
diberikan
Serangan
Waktu
Pernyataan Nyeri
Gejala-gejala Klinis
Pola
Perjalanan
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Satu kejadian
Satu situasi eksistensi
Sebab eksternal atau Tidak
diketahui
atau
penyakit dari dalam
pengobatan yang terlalu
lama
Mendadak
Bisa
mendadak,
berkembang
dan
terselubung
Sampai 6 bulan
Lebih dari 6 bulan sampai
bertahun-tahun
Daerah
nyeri
tidak Daerah
nyeri
sulit
diketahui dengan pasti
dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit di evaluasi
Pola respons yang khas Pola
respons
yang
dengan gejala yang lebih bervariasi dengan sedikit
jelas
gejala (adaptasi)
Terbatas
Berlangsung
terus,
dapatbervariasi
Biasanya
berkurang Penderitaan
meningkat
setelah beberapa saat
setelah beberapa saat
28
secara cepat.
Nyeri somatik dalam, adalah nyeri yang berasal dari tulang dan sendi,
tendon, otot rangka, pembuluh darah, tekanan saraf dalam. Sakit
kepala dianggap sebagai nyeri somatik dalam. Nyeri somatik dalam
29
Gambar 2.1 Skala Nyeri Verbal Rating Scale dan Numeric Rating Scale
30
Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut,
fraktur, dan HNP. Pada HNP sikap terbaring paling banyak ialah posisi
setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendiri panggul
atau lutut. Lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan
yang dirasakan pasien.
31
32
salah satu kaki pada sebuah bangku pendek, gunakan sepatu bertumit
rendah. Duduk dengan lutut dan pinggul difleksikan dan lutut sejajar
dengan pinggul atau lebih tinggi. Posisikan kaki datar pada lantai. Hindari
duduk pada bangku pendek atau kursi yang tidak menopang punggung
dengan kuat. Tidur miring dengan posisi lutut dan pinggul fleksi atau
telentang dengan posisi lutut fleksi dan ditopang, hindari tidur tengkurap.
Angkat benda dengan menggunakan otot paha, bukan otot punggung.
Buka kaki selebar pinggul sebagai dasar topangan yang luas, tekuk, lutut,
kencangkan otot abdomen, dan angkat benda ke dekat tubuh dengan
gerakan yang halus. Hindari gerakan memuntir dan gemetar. Bantu pasien
melaksanakan kembali tanggung jawab terkaitnya perannya jika perlu atau
tepat. Rujuk pasien untuk mengikuti fisioterapi atau konseling, jika perlu.
4. Mengubah nutrisi dan penurunan berat badan, jika pasien obes, bantu ia
menurunkan berat badan melalui modifikasi diet; dengan cara lain
menurunkan kadar profil lipid. Menurut Adam (2009) adalah dengan
melakukan diet rendah lemak dan karbohidrat, konsumsi lemak sehat,
mengkonsumsi makanan yang mengandung serat, membatasi konsumsi
kolesterol, hindari minuman yang mengandung alkohol, dan melakukan
aktivitas fisik atau olahraga. Untuk mencapai berat badan yang diinginkan
pasien harus
33
Gambar 2.2
Gerakan posisi tidur, gerakan 1
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
34
Gerakan 2
Posisi tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk, kemudian
menekankan pantat ke dasar lantai dengan cara mengkontraksikan otototot punggung bagian bawah, kontraksi otot punggung bagian bawah
dilakukan selama 5-8 hitungan (5-8 detik) dengan 4 kali pengulangan.
Gambar 2.3
Gerakan posisi tidur, gerakan 2
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
Gerakan 3
Posisi tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk, kemudian menarik
lutut 1 per 1 hingga menekan dada disertai mengangkat kepala hingga
dagu menyentuh dada, setiap gerakan dilakukan dan ditahan selama 5-8
hitungan (5-8 detik) dengan 4 kali pengulangan.
Gambar 2.4
Gerakan posisi tidur kemudian menarik lutut
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
Gerakan 4
35
Gambar 2.5
Gerakan posisi tidur disertai mengangkat dagu
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
Gerakan 5
Posisi tengkurapdengan salah satu lutut ditekuk hingga menempel dada,
posisi kepala terangkat hingga pandangan ke depan, otot-otot perut
ditekan pada paha dengan mengkontraksikan otot-otot punggung, setiap
gerakan dilakukan dan ditahan selama 5-8 hitungan (5-8 detik) dengan 4
kali pengulangan.
Gambar 2.6
Gerakan posisi tengkurap
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
Gerakan 6
Posisi tubuh berdiri dengan bersandar pada tembok atau dinding posisi
kaki satu langkah kedepan, kemudian menekan punggung hingga rata
36
Gambar 2.7
Gerakan posisi berdiri
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
6. Latihan Metode Mc. Kenzie
Terapi latihan metode Mc. Kenzie merupakan suatu teknik latihan dengan
menggunakan gerakan badan kebelakang atau ekstensi, yang bertujuan
untuk penguatan dan peregangan otot-otot ekstensor dan fleksor sendi
lumbosacralis dan dapat mengurangi nyeri. Latihan ini diciptakan oleh
Robin Mc. Kenzie. Prinsip latihan Mc. Kenzie adalah memperbaiki postur
untuk mengurangi hiperlordosis lumbal. Sedangkan secara operasional
pemberian latihan untuk penguatan otot punggung bawah ditujukan untuk
otot-otot fleksor dan untuk peregangan ditujukan untuk otot-otot ektensor
punggung (Mc. Kenzie, 2008).
Gerakan 1
Posisi tidur tengkurap dengan mata terpejam selama 3-5 menit dengan
mengatur frekuensi pernafasan, yaitu dengan tarik nafas dalam dan
menghembuskan perlahan-lahan hingga seluruh tubuh merasakan rilek.
37
Gambar 2.8
Gerakan posisi tengkurap
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
Gerakan 2
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian atas
terangkat disangga dengan kedua lengan bawah, posisi siku fleksi 90,
gerakan ini dilakukan secara perlahan-lahan dengan kontraksi otot
punggung seminimal mungkin yaitu gerakan terjadi akibat dorongan dan
kontraksi dari otot-otot lengan, gerakan ini dilakukan dan ditahan selama 5
hitungan (5 detik) dengan 4 kali pengulangan.
Gambar 2.9
Gerakan posisi tengkurap dengan kepala dan badan terangkat
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
Gerakan 3
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian atas
terangkat disangga dengan kedua lengan lurus 180, gerakan ini dilakukan
secara perlahan-lahan dengan kontraksi otot punggung bagian bawah
seminimal mungkin yaitu gerakan terjadi akibat dorongan lengan, gerakan
38
Gambar 2.10
Gerakan posisi tengkurap dengan kepala dan badan bagian atas
terangkat disangga dengan kedua lengan lurus
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
Gerakan 4
Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada pinggang
(tolak pinggang), dorongkan tubuh bagian atas dan kepala ke belakang
sebatas kemampuan setiap gerakan dilakukan dan ditahan selama 5-8
hitungan (5-8) dengan 4 kali pengulangan
Gambar 2.11
Gerakan posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan
dipinggang
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
Gerakan 5
39
Gambar 2.12
Gerakan posisi tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk
Sumber: Leo Muchamad Dachlan, 2009
Gerakan 6
Posisi duduk tegak tanpa bersandar dengan kedua tangan diletakkan diatas
lutus, kemudian tubuh digerakan ke bawah dengan menekukan (fleksi)
pinggang hingga dada menyentuh paha hingga otot-otot punggung terulur
secara penuh, setiap gerakan dilakukan dan di tahan selama 5-8 hitungan (5-8
detik) dengan 4 kali pengulangan.
Gambar 2.13
40
2.2.4
41
masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri punggung bawah dapat
mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan
oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit
tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau
kelainan bawaan pada tulang belakang. Obesitas, merokok, berat badan saat
hamil, stres, kondisi fisik yang buruk, postur yang tidak sesuai untuk kegiatan
yang dilakukan, dan posisi tidur yang buruk juga dapat menyebabkan nyeri
punggung bawah. Nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai dan kaki. (Dachlan, 2009).
2.2.4.1 Klasifikasi Low Back Pain (LBP)
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) disebakan oleh berbagai kelainan
atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan
tubuh. Oleh karena itu, beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas
dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut.
Klasifikasi LBP sebagai berikut. (Harsono, 2009) :
1. Low Back Pain Viserogenik
LBP yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di
daerah pelvis serta tumor reroperitineal. Nyeri viserogenik ini tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang
dengan istirahat. Pasien LBP viserogenik yang mengalami nyeri hebat
akan selalu mengeliat dalam upaya untuk meredakan perasaan nyerinya.
42
Neoplasma
Neoplasma interkanalis spinal sering ditemukan ialah neurioma,
hemangloma, ependimoma dan meningioma. Nyeri yang diakibatkan
neoplasma ini sering sulit dibedakan dengan nyeri akibat LBP. Pada
umumnya gejala pertama adalah rasa nyeri baru kemudian timbul
gejala neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitas, dan vegetative.
Rasa nyeri sering timbul waktu sedang tidur sehingga membangunkan
pasien. Rasa nyeri berkurang dengan jalan.
Araknoiditis
43
diskus
intervertebralis
(diskogenik)
dan
miofasial
44
45
ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai nyeri yang hebat.
Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah
kontraksi.
Defisiensi otot, dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat
dari mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama
maupun karena imobilisasi.
Otot yang hipersensitif akan menciptakan suatu daerah kecil apabila
dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah
tertentu (target area). Daerah kecil ini disebut sebagai noctah picu
(tigger point).
5. Low Back Pain Psikogenik
Nyeri jenis ini tidak jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah
dilakukan pemeriksaan yang lengkap, dan hasilnya tidak memberikan
jawaban yang pasti. Hal ini memang besifat legartis, dimana semua
kemungkinan faktor organik tidak dapat dibuktikan sebagai faktor etiologi
LBP. LBP psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa
atau kecemasan dan depresi atau campuran antara kecemasan dan depresi.
46
bawah sering terjadi pada usia 35-65 tahun. Pertambahan usia seseorang akan
disertai penurunan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Salah satunya
yaitu terjadinya degenerasi tulang pada usia 40 tahun ke atas dengan proses
kemampuan kerja tulang yang sudah menurun. Hal ini dapat meningkatkan
risiko LBP. Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada
tulang. Pada usia 30 tahun sama halnya terjadi degenerasi yang berupa
kerusakan jaringan, yaitu penggantian jaringan menjadi jaringan parut, dan
pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot
menjadi berkurang. Begitupun dengan anak-anak saat ini semakin berisiko
mengalami nyeri punggung bawah akibat menghabiskan waktu terlalu banyak
di depan komputer atau membawa tas sekolah yang berat (Bull, 2010).
2.2.5.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan
perempuan
yang
menentukan
perbedaan
peran
mereka
dalam
47
Berat Badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai
keadaan suatu gizi manusia dan kelebihan BB disebut obesitas. Obesitas atau
kegemukan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan
terjadinya penimbunan lemak berlebihan di jaringan lemak tubuh. Kondisi ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan
kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan dengan
kebutuhan. Kelebihan tersebut disimpan dalam jaringan lemak. Seseorang
dikatakan obesitas apabila mempunyai berat badan lebih dari 20% berat
badan ideal. Berat badan yang berlebihan (overweight
atau obesitas)
48
dan nyeri 20 punggung bawah. Perbedaan panjang kaki juga telah dianggap
sebagai factor risiko individu terkena nyeri punggung bawah (Taori, 2011).
2.2.5.5 Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan yang
dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Nyeri punggung bawah dapat
timbul pada berbagai situasi kerja, namun pekerjaan tertentu menyebabkan
risiko yang lebih besar dari yang lainnya. Secara umum, pekerjaan seperti
mengangkat barang berat, menangani benda besar pada tempat yang tidak
seharusnya, atau mengemudi jarak jauh pada tanah yang kasar, semua hal
tersebut dapat meningkatkan risiko nyeri punggung. Pekerjaan kantor juga
dapat meningkatkan risiko tersebut. Duduk sepanjang hari di tempat kerja dan
melakukan tugas berulang seperti mengetik atau menjawab telepon akan
memunculkan masalah (Bull, 2006). Pekerjaan yang mengharuskan
mengangkat benda berat, mendorong, atau menarik, terutama ketika
melibatkan gerakan memutar atau getaran pada tulang belakang, dapat
menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk nyeri punggung, terutama
jika memiliki postur tubuh yang buruk atau duduk seharian di kursi tidak
nyaman (Schoenstadt, 2006).
2.2.5.6 Aktivitas
Aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan jadi segala sesuatu yang dilakukan
atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Dalam
beraktivitas secara fisik seringkali terdapat sikap tubuh yang salah, sikap
tubuh yang salah tersebut merupakan penyebab nyeri punggung yang sering
tidak disadari oleh pasiennya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, 21 mengangkat beban pada
49
posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri punggung, misalnya pada pekerja
kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang
pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan
punggunggnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri
dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti
tidur pada kasur yang tidak menopang tulang belakang. Kasur yang
diletakkan diatas lantai lebih baik dari pada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi menganggkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya
beban tersebut langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi
yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih
dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan,
beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri
lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang
menonton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10
anak tangga dalam sehari, berjalan dari 3,2 km dalam sehari dapat pula
meningkatkan risiko timbulnya nyeri punggung.
50
51
Nyeri
atau
Nyeri jarang muncul
52
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hubungan antar variabel yang diteliti. Variabel
dalam penelitian ini adalah peran perawat sebagai educator (wawasan ilmu
pengetahuan, komunikasi, pemahaman psikologis, role model) dan perilaku
pengelolaan nyeri non farmakologi pada pasien Low Back Pain, maka kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen
Peran Perawat Sebagai Pendidik
Variabel Dependen
Perilaku Pengelolaan
Nyeri Non Farmakologi
pada Pasien Low Back
53
54
konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain
(Notoatmodjo, 2010).
55
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Analisis Hubungan Peran Perawat Sebagai Pendidik dalam Pengelolaan Nyeri
Non Farmakologi Pada Pasien Low Back Pain (LBP) di Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat
Dimensi
No.
Variabel
atau
Definisi Operasional
Sub Variabel
1. Variabel
Wawasan Ilmu Perawat mempunyai ilmu
Independen:
Pengetahuan
pendidikan kesehatan untuk
Peran
Perawat
pasien LBP, agar pasien
Sebagai Pendidik
dapat memahami tentang
cara
mengatasi
nyeri
punggung bawah secara non
farmakologi.
Komunikasi
Alat Ukur
Lembar kuesioner ;
Tidak Setuju (TS) = 1
Kurang Setuju (KS) =
2
Setuju (S) = 3
Sangat Setuju(SS)= 4
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
memberika
Baik,
n petunjuk
jika skor
untuk
responde
mengisi
n 84.7
kuesioner,
2.
Baik,
pasien LBP
jika skor
diminta
responde
untuk
mengisi
n 84.7
lembar
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
mean,
karena data
distribusi
normal.
Lembar kuesioner ;
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
Tidak Setuju (TS) = 1 memberika
Baik,
n
petunjuk
Kurang Setuju (KS) =
jika skor
untuk
2
responde
mengisi
56
farmakologi.
Pemahaman
Psikologis
Setuju (S) = 3
kuisioner,
n 84.7
Sangat Setuju (SS) = pasien LBP 2. Baik,
diminta
4
jika skor
untuk
responde
mengisi
n 84.7
lembar
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
mean,
karena data
distribusi
normal.
Lembar kuesioner ;
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
memberika
Tidak Setuju (TS) = 1
Baik,
n
petunjuk
Kurang Setuju (KS) =
jika skor
untuk
2
responde
mengisi
Setuju (S) = 3
n 84.7
kuesioner,
2.
Baik,
Sangat Setuju (SS) = pasien LBP
4
jika skor
diminta
responde
untuk
mengisi
n 84.7
lembar
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
57
Role Model
mean,
karena data
distribusi
normal.
Lembar kuesioner ;
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
memberika
Tidak Setuju (TS) = 1
Baik,
n
petunjuk
Kurang Setuju (KS) =
jika skor
untuk
2
responde
mengisi
Setuju (S) = 3
n 84.7
kuesioner,
2.
Baik,
Sangat Setuju (SS) = pasien LBP
4
jika skor
diminta
responde
untuk
mengisi
n 84.7
lembar
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
mean,
karena data
distribusi
normal.
58
2.
Variabel
Tirah Baring
Dependen:
Perilaku
Pengelolaan Nyeri
Non Farmakologi
Pada Pasien Low
Back Pain
Mobilisasi
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
memberika
Baik,
n petunjuk
jika skor
untuk
responde
mengisi
n 103.0
kuesioner,
pasien LBP 2. Baik,
jika skor
diminta
responde
untuk
mengisi
n 103.0
lembar
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
mean,
karena data
distribusi
normal.
Kemampuan pasien LBP Lembar kuesioner ;
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
untuk
bergerak
secara Tidak Setuju (TS) = 1 memberika
Baik,
n
petunjuk
bebas, mudah dan teratur.
Kurang Setuju (KS) =
jika skor
untuk
2
responde
mengisi
Setuju (S) = 3
n 103.0
kuesioner,
Sangat Setuju (SS) = pasien LBP 2. Baik,
4
jika skor
diminta
responde
untuk
mengisi
n 103.0
lembar
59
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
mean,
karena data
distribusi
normal.
Meningkatkan
mekanika
tubuh
Lembar kuesioner ;
Tidak Setuju (TS) = 1
Kurang Setuju (KS) =
2
Setuju (S) = 3
Sangat Setuju (SS) =
4
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
memberika
Baik,
n petunjuk
jika skor
untuk
responde
mengisi
n 103.0
kuesioner,
2.
Baik,
pasien LBP
jika skor
diminta
responde
untuk
mengisi
n 103.0
lembar
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
mean,
karena data
distribusi
normal.
60
Mengubah
nutrisi
dan
penurunan
berat badan
Metode
William
Lembar kuesioner ;
Tidak Setuju (TS) =
1Kurang Setuju (KS)
=2
Setuju (S) = 3
Sangat Setuju (SS) =
4
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
memberika
Baik,
n petunjuk
jika skor
untuk
responde
mengisi
n 103.0
kuesioner,
pasien LBP 2. Baik,
jika skor
diminta
responde
untuk
mengisi
n 103.0
lembar
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
mean,
karena data
distribusi
normal.
Lembar kuesioner ;
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
Tidak Setuju (TS) = 1 memberika
Baik,
n
petunjuk
Kurang Setuju (KS) =
jika skor
untuk
2
responde
mengisi
Setuju (S) = 3
n 103.0
kuesioner,
Sangat Setuju (SS) = pasien LBP 2. Baik,
4
jika skor
diminta
responde
untuk
mengisi
n 103.0
lembar
61
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
mean,
karena data
distribusi
normal.
Metode
Kenzie
Mc Latihan
dengan
menggunakan
gerakan
badan kebelakang atau
ekstensi, yang bertujuan
untuk
penguatan
dan
peregangan
otot-otot
ekstensor dan fleksor sendi
lumbosacralis dan dapat
mengurangi nyeri.
Lembar kuesioner ;
Tidak Setuju (TS) = 1
Kurang Setuju (KS) =
2
Setuju (S) = 3
Sangat Setuju (SS) =
4
Peneliti
1. Kurang
Ordinal
memberika
Baik,
n petunjuk
jika skor
untuk
responde
mengisi
n 103.0
kuesioner,
2.
Baik,
pasien LBP
jika skor
diminta
responde
untuk
mengisi
n 103.0
lembar
kuesioner
Cut of point
yang
di
gunakan
adalah nilai
mean,
karena data
distribusi
normal.
62
3.
Variabel
Counfounding :
Faktor Risiko
Usia
Satuan
waktu
yang
mengukur
waktu
keberadaan suatu makhluk
dan
untuk
mengetahui
satuan waktu pada pasien
LBP.
Jenis Kelamin
Berat Badan
Lembar kuesioner ;
Tidak Setuju (TS) = 1
Kurang Setuju (KS) =
2
Setuju (S) = 3
Sangat Setuju (SS) = 4
Peneliti
memberika
n petunjuk
untuk
mengisi
kuesioner,
pasien LBP
diminta
untuk
mengisi
lembar
kuesioner
Lembar kuesioner ;
Peneliti
Tidak Setuju (TS) = 1 memberika
Kurang Setuju (KS) = n petunjuk
2
untuk
Setuju (S) = 3
mengisi
Sangat Setuju (SS) = 4 kuesioner,
pasien LBP
diminta
untuk
mengisi
lembar
kuesioner
Lembar kuesioner ;
Peneliti
Tidak Setuju (TS) = 1 memberika
1. 17-25
2. 26-35
3. 36-45
4. 46-55
5. 56-65
6. > 65
Nominal
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Nominal
1.41-50 kg
2.51-60 kg
Nominal
63
Tinggi Badan
n petunjuk
untuk
mengisi
kuesioner,
pasien LBP
diminta
untuk
mengisi
lembar
kuesioner
Jarak maksimum dari vertek Lembar kuesioner ;
Peneliti
ke telapak kaki
Tidak Setuju (TS) = 1 memberika
Kurang Setuju (KS) = n petunjuk
2
untuk
Setuju (S) = 3
mengisi
Sangat Setuju (SS) = 4 kuesioner,
pasien LBP
diminta
untuk
mengisi
lembar
kuesioner
3.61-70 kg
4.71-80 kg
5.81-90 kg
1.141-153 cm Nominal
2.154-165 cm
3.166-170 cm
4.171-176 cm
5.177-181 cm
6. 181 cm
64
65
Tabel 3.2 Kisi Kisi Instrumen Penelitian Analisis Hubungan Peran Perawat Sebagai Pendidik dengan Perilaku Pengelolaan Nyeri
Non Farmaakologi Pada Pasien Low Back Pain (LBP) di Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat
Variabel
Variabel
Indenpenden :
Peran Perawat
Sebagai Pendidik
Dimensi
atau
Sub Variabel
Wawasan
Pengetahuan
Komunikasi
Definisi Operasinal
Perawat mempunyai ilmu
pendidikan kesehatan untuk
pasien LBP, agar pasien
dapat memahami tentang
cara
mengatasi
nyeri
punggung bawah secara non
farmakologi.
Perawat berinteraksi dengan
pasien
LBP
untuk
memberikan
penjelasan
tentang mengatasi nyeri
punggung bawah secara non
farmakologi.
Jumlah
No. Item
Pernyataan Pernyataan
Indikator
1.
2.
3.
4.
1-4
5-13
non
66
9.
Pemahaman
Psikologis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Role Model
14-20
21-26
67
pengajaran
pengelolaan
farmakologi
LBP.
Variabel Dependen :
Perilaku Pengelolaan
Nyeri Non
Farmakologis Pada
Pasien Low Back Pain
Tirah Baring
Mobilisasi
perilaku
bebas,
mudah,
dan
teratur
nyeri
non
(mobilisasi).
pada pasien 3. Berikan contoh cara berdiri, duduk,
berbaring, dan mengangkat barang
secara
tepat
(meningkatkan
mekanika tubuh).
4. Berikan contoh cara mengubah
nutrisi dan menurunkan BB
5. Berikan contoh latihan yang terdiri 6
macam gerak (William Flexion).
6. Berikan
contoh
latihandengan
menggunakan gerakan badan teknik
kebelakang atau ekstensi (Metode
Mc. Kenzie).
Pasien LBP harus tetap 1. Istirahat di tempat tidur selama 1-2
istirahat di tempat tidur
hari, maksimal 4 hari.
2. Tempat tidur tidak memakai pegas
selama beberapa hari.
dan per.
3. Gunakan bantal.
Kemampuan pasien LBP
tingkat
kemampuan
untuk
bergerak
secara 1. Koreksi
mobilisasi dengan skala 0-4.
bebas, mudah dan teratur.
2. Atur posisi pasien.
3. Bantu pasien melakukan perubahan
gerak.
4. Observasi
atau
kaji
terus
1-3
4-11
68
kemampuan
keseimbangan.
gerak
motorik
Meningkatkan
mekanika tubuh
Mengubah nutrisi
dan penurunan
berat badan
yang
atau
12-15
16-20
69
Metode William
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Metode Mc.
Kenzie
Latihan
dengan
menggunakan
gerakan
badan terutama kebelakang
atau
ekstensi,
yang
bertujuan untuk penguatan
dan peregangan otot-otot
ekstensor dan fleksor sendi
1.
2.
olahraga.
Gerakan posisi tidur telentang
dengan kedua lutut ditekuk,
kemudian menekankan punggung
ke dasar lantai.
Gerakan posisi tidur dengan kedua
lutut ditekuk, kemudian pantat ke
dasar lantai.
Gerakan posisi tidur telentang
dengan kedua lutut ditekuk,
kemudian menarik lutut satu per
satu hingga menekan dada.
Gerakan posisi tidur telentang kedua
lutut ditekuk hingga menekan dada
disertai mengangkat kepala hingga
dagu menyentuh dada.
Gerakan posisi tengkurap dengan
lutut kanan di tekuk menempel di
dada
Gerakan
posisi
berdiridengan
bersandar pada tembok atau dinding
posisi kaki satu langkah kedepan.
Gerakan posisi tengkurap dengan
mata terpejam selama 3-5 menit
dengan
mengatur
frekuensi
pernafasan.
Gerakan posisi tengkurap dengan
kepala dan badan terangkatdisangga
dengan kedua lengan bawah..
21-26
27-32
70
lumbosacralis dan
mengurangi nyeri.
Variabel
Counfounding :
Faktor Risiko
Usia
Jenis Kelamin
Berat Badan
dapat
71
Tinggi Badan
72
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian korelasianalitik dengan rancangan cross sectional
(potong lintang). Rancangan penelitian ini digunakan untuk menganalisa peran
perawat sebagai pendidik dengan perilaku pengelolaan nyeri pada pasien Low
Back Pain (LBP) di Poliklinik Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat.
4.2.2
Sampel
Sampel adalah sekelompok individu bagian dari populasi terjangkau dimana
peneliti langsung mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan atau
pengukuran (Kelana, 2011). Teknik yang digunakan dalam pengambilan
sampel penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling yaitu suatu
metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan
tertentu yang ditentukan oleh peneliti (Kelana, 2011). Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien LBP yang menjalani pengobatan di
73
Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat yang memenuhi syarat dengan
ketentuan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
Sampel penelitian dipilih dari populasi secara simple random sampling
dengan kriteria inklusi :
4.2.2.1 Pasien LBP semua usia
4.2.2.2 Pasien LBP laki-laki dan perempuan
4.2.2.3 Pasien LBP mampu berkomunikasi dengan baik
4.2.2.4 Pasien LBP bersedia menjadi responden
59
4.2.2.5 Pasien LBP yang sedang menjalani pengobatan di Poliklinik Rumah Sakit
Royal Taruma Jakarta Barat.
Kriteria eksklusi:
4.2.2.1 Pasien LBP yang tidak ada pada saat penelitian
4.2.2.2 Pasien LBP yang tidak bersedia menjadi responden
4.2.2.3 Pasien LBP yang tidak menjalani pengobatan di Poliklinik Rumah Sakit
Royal Taruma Jakarta Barat.
N.d +1
247
247.(0,10) +1
247
247.(0,01)+1
= 247
3,47
74
= 71,18
Dibulatkan menjadi 71 responden.
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Presisi yang ditetapkan
4.3
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat.
4.4
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2016. Waktu penelitian ini terdiri
dari persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan yang ditampilkan dalam
bentuk Gant Chart yaitu :
Kegiatan
1.
Persiapan
a. Penyususnann
proposal
dankonsultasi
dengan
dosen
Maret16
Waktu kegiatan
April16 Mei16 Juni16
Juli16
75
2.
3.
4.5
pembimbing
b. Penyusunan
instrument
penelitian
Pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Analisa data
Penyusunan laporan
Etika Penelitian
Etika penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin kerahasiaan
identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan
dipergunakannya pernyataan persetujuan responden penelitian. Meskipun
demikian dalam rangka menjunjung tinggi etichal clearance, maka peneliti
memegang teguh sikap ilmiah serta menggunakan prinsip etika penelitian
(Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini peneliti mengambil data dengan
menekankan prinsip etik seperti :
4.5.2
Prinsip Menghormati
Responden memiliki hak yang harus dihormati, karena responden berhak untuk
menentukan pilihannya untuk keikutsertaan menjadi subjek penelitian.
76
4.5.3
Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan
menghargai hak serta menjaga privasi responden dan adil dalam perlakuan
kepada responden.
Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada
institusi Program Studi Ners Universitas Esa Unggul untuk mendapatkan surat
izin penelitian. Selanjutnya peneliti menyerahkan surat izin penelitian kepada
direkturRumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat.
Setelah mendapatkan izin dari direkturRumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat,
peneliti menyerahkan lembar persetujuan kepada responden serta menjelaskan
tentang identitas peneliti, maksud dan tujuan penelitian, peran serta responden,
harapan peneliti, manfaat hasil penelitian dan kerahasiaan data. Hak responden
untuk menolak ikut serta sebagai responden penelitian, serta memaparkan bahwa
penelitian ini tidak membahayakan responden. Peneliti akan menjaga
kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan nama responden dan
menjamin kerahasiaan data-data yang diberikan. Data-data yang diberikan
responden hanya akan dipergunakan dalam pengolahan data penelitian.
Responden yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini akan diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan. Calon responden yang tidak bersedia
untuk ikut serta sebagai responden penelitian maka peneliti tidak akan
memaksanya.
Setelah
responden
menandatangani
lembar
persetujuan,
77
4.6
6.6.1
berikut:
6.6.1.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu alat ukur yang digunakan suatu pengukuran yang
menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrument, artinya suatu intrumen
dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur yang seharusnya
diukur. Daftar pertanyaan yang telah dirumuskan oleh peneliti akan diuji
cobakan pada 30 orang responden yang tidak akan dilibatkan pada penelitian.
Berdasarkan hasil uji validitas untuk setiap variabel, nilai r product moment
untuk n=30 dan Alpha 0,10 adalah 0.3061. Apabila semua nilai r pada setiap
pertanyaan memiliki nilai diatas 0.3061 artinya semua pernyataan sudah
valid.
Untuk menguji validitas pada peran perawat sebagai pendidik dengan
perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi pada pasien LBP menggunakan
78
rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t
dan baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya sebagai berikut :
Rumus Pearson Product Moment:
XY
X
Y
X
Y
n . Y
X 2 .
n .
.
n
hitung =
Keterangan:
hitung
= Koefisien korelasi
Xi
Yi
= Jumlah responden
Rumus Uji t :
t hitun g=
r ( n2 )
( 1r )
79
Keterangan:
t = Nilai
t hitung
r hitung
n = Jumlah responden
80
24.
Item 24
0.614
0.3061
Valid
25.
Item 25
0.468
0.3061
Valid
26.
Item 26
0.767
0.3061
Valid
27.
Item 27
0.642
0.3061
Valid
28.
Item 28
0.328
0.3061
Valid
29.
Item 29
0.109
0.3061
Tidak Valid
30.
Item 30
0.951
0.3061
Valid
31.
Item 31
0.512
0.3061
Valid
32.
Item 32
0.778
0.3061
Valid
33.
Item 33
0.815
0.3061
Valid
34.
Item 34
0.665
0.3061
Valid
35.
Item 35
0.534
0.3061
Valid
36.
Item 36
0.853
0.3061
Valid
37.
Item 37
0.790
0.3061
Valid
38.
Item 38
0.939
0.3061
Valid
39.
Item 39
0.939
0.3061
Valid
40.
Item 40
0.957
0.3061
Valid
41.
Item 41
0.722
0.3061
Valid
42.
Item 42
0.686
0.3061
Valid
43.
Item 43
0.666
0.3061
Valid
44.
Item 44
0.382
0.3061
Valid
45.
Item 45
0.802
0.3061
Valid
46.
Item 46
0.846
0.3061
Valid
47.
Item 47
0.604
0.3061
Valid
48.
Item 48
0.813
0.3061
Valid
49.
Item 49
0.653
0.3061
Valid
50.
Item 50
0.10
0.3061
Tidak Valid
51.
Item 51
-0.391
0.3061
Tidak Valid
52.
Item 52
0.610
0.3061
Valid
53.
Item 53
0.534
0.3061
Valid
54.
Item 54
-0.378
0.3061
Valid
55.
Item 55
0.711
0.3061
Valid
56.
Item 56
0.619
0.3061
Valid
57.
Item 57
-0.110
0.3061
Tidak Valid
58.
Item 58
0.401
0.3061
Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Exel dan SPSS 21.00, Scale, Analisis Validitas
Melalui uji validitas penulis mendapati semua butir soal variabel peran perawat
sebagai pendidik dengan perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi pada pasien
LBP dari 58 butir soal semuanya dinyatakan valid, maka dapat dijelaskan bahwa dari
masing-masing variabel baik. Dimana kesemuanya butir soal mempunyai harga
koefisien bobot total (r hasil) positif dan lebih besar dari pada harga r tabel dan
81
jumlah sampel 30, maka r tabel adalah 302 = 28 dua arah sehingga di dapat angka
0.3061, jadi kesemua butir tersebut diata dinyatakan valid yang mengukur konstrak.
r=
Keterangan :
r
b2
t2
= Total varians
Status
Andal
Andal
82
6.7.2
Mendapatkan izin dari direktur Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat.
6.7.3
6.7.4
Responden yang bersedia ikut dalam penelitian, maka respon diminta untuk
menyatakan persetujuannya dengan menandatangani lembar persetujuan.
6.7.5
6.7.6
6.7.7
6.7.8
Mengumpulkan
kuesioner
yang
telah
diisi
responden,
memeriksa
83
84
6.8.2
Univariat
adalah
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang didapatkan dari 71
pasien LBP di Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat. Hasil penelitian yang
85
5.1.1
Visi
Menjadi Rumah Sakit yang terkemuka dan terpandang secara Nasional dan
85
86
5.1.2.2 Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana untuk menjamin
pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat.
5.1.2.3 Melakukan kerjasama dengan mitra di dalam dan di luar negeri dalam
berbagai bentuk.
5.1.3
Motto
Ramah, Obyektif, Yakin, Antisipatif, Lugas, Tuntas, Akurat, Rapih, Unggul,
Mutu Pelayanan, Andal.
5.2.1
Usia
Tabel 5.1
Distribusi Pasien LBP Berdasarkan Usia di Rumah Sakit Royal Taruma
Jakarta Barat Juni 2016 (n = 71)
Usia
Jumlah
%
17 25 tahun
3
4.2
26 35 tahun
4
5.6
36 45 tahun
7
9.9
46 55 tahun
16
22.5
56 55 tahun
12
16.9
65 tahun
29
40.8
Jumlah
71
100.0
Tabel 5.1 Diperoleh gambaran distribusi berdasarkan usia pasien LBP,
sebagian besar pasien berusia 65 tahun sebanyak 40.8 % (29 orang).
5.2.2
Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Pasien LBP Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit
Royal Taruma Jakarta Barat Juni 2016 (n = 71)
87
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
26
45
71
%
36.6
63.4
100.0
5.2.4
5.2.5
88
5.2.6
89
Pendidik
Kurang Baik
Baik
Total
n
23
7
30
%
32,4
9,9
42,3
n
5
36
41
%
7,0
50,7
57,7
n
28
43
71
%
39,4
60,6
100
23,657
0,00
(6,70283,507)
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukan hasil analisis hubungan peran perawat sebagai
pendidik dengan perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi pada pasien LBP,
diperoleh data dari 41 pasien yang mendapat peran perawat sebagai pendidik
kurang baik memiliki perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi baik sebesar 5
orang, sementara yang mendapat peran perawat sebagai pendidik baik memiliki
perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi baik sebesar 36 atau 50,7%. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p value= 0,00 yang berarti p value lebih kecil dari (0,05)
sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara peran
perawat sebagai pendidik dengan perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi
pada pasien LBP. Dari hasil analisis tersebut didapatkan nilai OR= 23,657 yang
artinya responden mendapatkan peran perawat sebagai pendidik yang baik
memiliki peluang 23,657 kali lebih besar perilaku pengelolaan nyeri non
farmakologi yang baik pada pasien LBP.
90
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan data hasil penelitian hubungan peran perawat
sebagai pendidik dengan perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi pada pasien
LBP di Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat tahun 2016. Jumlah pasien yang
dijadikan sampel berhasil dihimpun datanya secara lengkap melalui penyebaran
kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada 71 pasien dan kembali secara utuh. Hasil
pengumpulan dan pengolahan data telah dianalisis dalam 2 bagian, yaitu: 1. Analisis
univariat yang menggambarkan distribusi meliputi: usia, jenis kelamin, berat badan,
tinggi badan, peran perawat sebagai pendidik, dan perilaku pengelolaan nyeri non
farmakologi, 2. Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent).
91
oleh siapa saja atau umur berapa saja dan LBP menjadi lebih rentan dengan
bertambahnya usia.
Dalam hasil penelitian tersebut bahwa pertambahan usia seseorang akan
91
92
93
94
6.1.2
95
Square (x) didapatkan hasil nilai p value = 0.000 (p value <0.05), maka
dapat dikatakan bahwa Ho ditolak dan artinya ada hubungan peran perawat
sebagai pendidik dengan perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi pada
pasien LBP.
Perawat sebagai pendidik merupakan perawat yang berperan atau bertugas
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien, baik individu, keluarga,
masyarakat, serta tenaga kesehatan lainnya. Hal ini sebagai upaya
menciptakan perilaku individu atau masyarakat yang kondusif bagi
kesehatan. Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat tidak semata
hanya ditujukan untuk membangun kesadaran diri dengan pengetahuan
tentang kesehatan, akan tetapi pendidikan kesehatan bertujuan untuk
membangun perilaku kesehatan individu dan masyarakat serta diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari (Sudarma, 2008; Asmadi, 2008; Nursalam,
2008).
96
kepatuhan,
serta
membantu
pasien
agar
dapat
melakukan
97
6.2.1
Proses Penelitian
Sulitnya memperoleh izin penelitian di tempat yang mau di teliti oleh
peneliti, oleh sebab itu membuat jadwal penelitian tidak berjalan sesuai yang
sudah dijadwalkan. Hal ini membuat kesulitan tersendiri bagi peneliti karena
menyebabkan sempitnya waktu untuk melaksanakan proses penelitian,
pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian.
6.2.2
Sampel Penelitian
Sulit ditemukannya keberadaan sampel penelitian yaitu pasien LBP yang
mengalami pengelolaan nyeri non farmakologi kurang baik, karena pasien
LBP di Poliklinik Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat hanya ingin
melakukan pengobatan di Poliklinik tersebut tanpa mau diganggu dengan
orang lain atau tidak ingin diketahui penyakit mereka dalam kesehariannya,
sehingga membuat peneliti cukup sulit saat pemberian kuesioner dibagikan.
Akan tetapi Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat adalah RS swasta yang
memenuhi kebutuhan layanan kesehatan masyarakat Jakarta Barat dan
sekitarnya dengan baik atau pasien cukup banyak di Poliklinik, sehingga
peneliti dapat mencukupi sampel yang menjadi responden penelitian secara
maksimal.
6.2.3
98
diteliti hanya meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, peran
perawat sebagai pendidik, dan perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran bagi
pihak yang terkait dalam penelitian ini.
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai hubungan peran perawat sebagai pendidik
dengan perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi di Poliklinik Rumah Sakit
Royal Taruma Jakarta Barat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
7.1.1 Didapatkan hasil berupa data demografi pasien LBP di Poliklinik Royal
Taruma Jakarta Barat yang mengalami LBP berdasarkan usia 65 tahun
sebanyak 40.8 %, jenis kelamin perempuan sebanyak 63.4%, berat badan 5160 kg sebanyak 29.6%, dan tinggi badan tidak adanya hubungan sebanyak
154165cm (36.6%).
7.1.2 Didapatkan hasil data peran perawat sebagai pendidik yang baik di Poliklinik
Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat sebanyak 60.6%.
7.1.3 Didapatkan hasil data perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi yang baik di
Poliklinik Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta Barat sebanyak 57.7%.
99
7.1.4
10
7.2 Saran
0
7.2.1 Bagi Rumah Sakit
Selalu memberikan pelayanan keperawatan pendidikan kesehatan kepada
pasien agar pasien dapat memahami informasi penyakitnya, pengelolaannya,
dan penerapan cara mengatasi setiap masalah kesehatan yang muncul dalam
sehari-hari, dengan memberikan informasi kesehatan, dukungan dari perawat
atas penyakitnya dapat menciptakan motivasi pasien dalam melakukan
pengelolaan nyeri non farmakologi pada pasien LBP.
7.2.2
7.2.3
Bagi Penelitian
Dapat dijadikan referensi bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian
selanjutnya agar mengetahui hubungan peran perawat sebagai pendidik
dengan perilaku pengelolaan nyeri non farmakologi serta menjadi upaya
penerapan dari teori keperawatan untuk penanganan nyeri pada pasien LBP.
100