Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN SEMINAR ASUHAN

KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. S


DENGAN PLR (PLASENTA PREVIA)
DI RUANG ANGGUR RSUD
CENGKARENG

Disusun Oleh :

Sun Otita Andreani


Teza Julieta
Sepriani
Sri Harta Carina
KASUS
Pasien Ny. S masuk ke ruang Anggur RSUD Cengkareng pada
tanggal 21/11/2016 Pukul 16:00 dengan keluhan 2 hari
mengalami pendarahan pervagina 5 cc cair, disertai dengan
nyeri di abdomen sekitar uterus nyeri hebat seperti diperas-
peras nyeri terus menerus, serta pasien mengatakan cemas
dengan rencana tindakan SC CITO. Berdasarkan pemeriksaan
penunjang hasil USG janin tunggal intrauteri gerak (+) amnion
cukup, BPD 9,17 AC 31,5 dengan plasenta letak rendah dekta
ostio, kontraksi (+) 3x dalam 10 menit lamanya 35 detik kuat.
Hasil Lab Hb 10,4 g/dl, Ht 32%, Leukosit 8.200/Ul, Trombosit
174 ribu/UL, masa pendarahan 100 (ivy), glukosa sewaktu
79<110 mg/Dl.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22/11/2016 Pukul 16:45
WIB keadaan pasien baik, kesadaran composmentis. Hasil TTV
(TD: 110/80 mmHg, N: 90 x/menit, RR: 21 x/menit, S: 36 0C)
PENDAHULUAN

Organisasi kesehatan dunia (WHO) Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010


memperkirakan diseluruh dunia lebih dari
585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil
atau bersalin, artinya setiap menit ada satu
perempuan yang meninggal.

Plasenta Akreta atau Intkreta dan Perkreta; 10%

Plaenta Previa; 11% Solusio Plasenta; 31%

Koagulopati; 23%
Ruptur Uteri; 26%

Indonesia merupakan salah satu negara yang


memiliki angka kematian ibu yang cukup
tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup Solusio Plasenta
pada tahun 2011. Diperkirakan 10.500 ibu di
Ruptur Uteri
Indonesia meninggal saat melahirkan setiap
tahunnya. Koagulopati
Plaenta Previa
Plasenta Akreta atau

Intkreta dan Perkreta


TINJAUAN PUSTAKA
Plasenta Previa

IMPLANTASINYA TIDAK NORMAL,


RENDAH SEKALI HINGGA MENUTUPI
SELURUH ATAU SEBAGIAN OSTIUM
INTERNUM

PRAE DI DEPAN
VIAS JALAN

Dafinisi Plasenta Previa


Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta terletak di bagian atas uterus (Sarwono Prawirohardjo, 2007).
KLASIFIKASI PLASENTA PREVIA

Plasenta Previa Marginalis

Plasenta Previa Partialis

Plasenta Previa Totalis


Plasenta Previa Plasenta Previa Plasenta Previa
Marginalis Partialis Totalis

Plasenta yang tepinya


agak jauh letaknya Plasenta yang Plasenta yang
dan menutupi menutupi sebagian menutupi seluruh
sebagian ostium uteri ostium uteri internum, ostium uteri internum.
internum. .
ETIOLOG
I
Plasenta Previa dapat
Plasenta Previa dapat
dipengaruhi beberapa
dipengaruhi beberapa
penyebab yaitu :
penyebab yaitu :

Multipara

Riwayat SC

Kehamilan usia 35
Tahun
Perokok atau
pemakaian kokain
MANIFESTASI KLINIS

Pada Kehamilan
Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan
pervaginam yang terjadi tiba-tiba dan tanpa
disertai nyeri. Ini terjadi selama trimester ketiga
dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh
iritabilitas uteru. Seorang wanita yang tidak
sedang bersalin, tetapi mengalami perdarahan
pervaginam tanpa nyeri pada trimester ketiga,
harus dicurigai mengalami plasenta previa.

Gejala-Gejala
1. Perdarahan tanpa nyeriUsaha bernafas minimal atau tidak
ada
2. Bagian terendah anak sangat tinggi
3. ukuran panjang rahim berkurang
4. Perdarahan berulang
5. Warna perdarahan merah segar
6. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya
darah
7. Timbulnya perlahan-lahan
8. Waktu terjadinya saat hamil
9. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
10. Denyut jantung janin ada
11. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
12. Presentasi mungkin abnormal
PEMBAHASAN PLASENTA PREVIA

Plasenta previa terjadi akibat gangguan implantasi karena


vaskularisasi endometrium yang abnormal terkait dengan atropi
dan scaring akibat trauma atau inflamasi. Hal ini menyebabkan
implantasi embrio pada segmen bawah rahim. Perumbuhan
plasenta menyebabkan plasenta menutupi cervix. Normalnya
plasenta berimplantasi di fundus uteri dan aliran darah di fundus
akan tetapi plasenta previa terdapat di segmen bawah uterus
yaitu vokalis dan vaginalis.Jika pasien teridentifikasi plasenta
previa segmen bawah vokalis dan vaginalis tindakan yang
dilakukan adalah tidak dapat berhubungan seks, membawa
beban berat, naik ketinggian dan naik pesawat serta menyiapkan
nutrisi yang baik dan persalinan yang elektif tepat pada usia 38
minggu secara section caerea, jika 38 minggu harus dilakukan
pematangan paru dengan menggunakan dexametasone 2x24 jam.
Pasca persalinan secara sectio caerea plasenta
previa dapat terjadinya resiko gangguan pada
bayi sampai terjadi TTN (Trasiet Takikardi
Neonatus), nyeri, dan resiko syok hipovolemik
PENATALAKSANAAN MEDIS

TERAPI:
Penatalaksanaan yang diberikan
Terapi Ekspektatif (Mempertahankan
untuk penanganan plasenta previa Kehamilan)
tergantung dari jenis plasenta Terapi Aktif (Mengakhiri Kehamilan)
previanya yaitu, kaji kondisi fisik klien, PENUNJANG:
menganjurkan klien untuk tidak
coitus, menganjurkan klien istirahat, Ultrasonografi
mengobservasi perdarahan, memeriksa Pemeriksaan dalam
tanda vital, memeriksa kadar Hb,
berikan cairan pengganti intravena
Pemeriksaan darah
RL, berikan betametason untuk Sinar X
pematangan paru bila perlu dan bila Vaginal
fetus masih premature, lanjutkan
terapi ekspektatif bila KU baik, janin
Isotop Scanning
hidup dan umur kehamilan < 37 Pemeriksaan inspekula
minggu. Pemeriksaan radio isotope
LAPORAN KASUS
ANAMNESA
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Sekarang
Pasien Ny. S dengan keluhan 2 hari
mengalami pendarahan pervagina 5 cc
cair, disertai dengan nyeri di abdomen
sekitar uterus nyeri hebat seperti
diperas-peras nyeri terus menerus, serta
pasien mengatakan cemas dengan
rencana tindakan SC CITO. Berdasarkan
pemeriksaan penunjang hasil USG janin
tunggal intrauteri gerak (+) amnion
Janin tunggal intrauteri gerak (+) amnion cukup, BPD 9,17 AC 31,5 dengan plasenta
cukup, BPD 9,17 AC 31,5 dengan plasenta letak rendah dekta ostio, kontraksi (+) 3x
letak rendah dekta ostio, kontraksi (+) 3x dalam 10 menit lamanya 35 detik kuat.
dalam 10 menit lamanya 35 detik kuat Hasil Lab Hb 10,4 g/dl, Ht 32%, Leukosit
8.200/Ul, Trombosit 174 ribu/UL, masa
pendarahan 100 (ivy), glukosa sewaktu
79<110 mg/Dl.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal
22/11/2016 Pukul 16:45 WIB keadaan
pasien baik, kesadaran composmentis.
Hasil TTV (TD: 110/80 mmHg, N: 90
x/menit, RR: 21 x/menit, S: 360C)
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
NEONATORUM

PENGKAJIAN

Penanggung Jawab
1. Nama : Tn. D
Identitas Pasien 2. TTL :
1. Inisial Klien : Ny. S 3. Umur :
2. Umur : 25 Tahun 4. Pendidikan Terakhir :
3. Agama : Islam 5. Agama : Islam
4. Alamat : Bambu Larangan 6. Pekerjaan :
5. Diagnosa Medik : PLR 7. Alamat :
8. Hubungan dengan Klien :
Ayah
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga

- -
RIWAYAT OBSTETRIK

G: 2 P: 1 A: 0
HPHT:

Anak Ke Penolong Komplikasi Jenis


Tahun BB PB Ket.
- Kehamilan Persalinan Kelamin

1 Spont
2010 Bidan - Laki-Laki 2750gr 48 cm
an
2. INI

4
INISIAL KLIEN : NY. S
NO. RM : 72-93-22
DR. SPESIALIS : DR. EDWARD., SPOG

DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengatakan sejak 2 hari 1. Keadaan umum: baik
mengalami perdarahan 2. Kesadaran: composmentis
pervagina 5cc cair, disertai 3. TTV
dengan nyeri di abdomen sekitar TD : 110/80mmHg BB: 70 kg
uterus nyeri hebat seperti N : 90x/m TB: 169 cm
diperas-peras dan terus P :21x/m
menerus. S : 36
2. Klien mengatakan cemas 4. Head to toe
dengan rencana tindakan SC Kepala & leher
CITO Normocepal
Pertumbuhan rambut merata,
rambut tidak mudah patah dan
Konjungtiva ananemis sclera
anikterik
Bibir kering mukosa mulut
lembab
Dada jantung paru
Pernafasan vesikuler
Bunyi jantung I&II dalam batas
normal
Payudara
Pembesaran kelenjar mamae +/+
Nipel eksperted +/+
Abdomen
L1: 38 cm
L2: puka
L3: kepala
L4: convergen
Kontraksi + 3x dalam 10 m3nit
lamanya 35 detik kuat
Ekstremitas bawah
Kedua kaki edem piting edem +
grade 1
5. Pemeriksaan penunjang
USG
Janin tunggal intrauteri gerak
positif, amnion cukup BPD 9,17
AC 31, 15 usia janin 38 minggu
dengan plasenta letak rendah
dekat ostium.
Laboratorium
Hemoglobin : 10,4 g/dl
Hematokrit: 32 vol %
Leukosit: 8,2 ribu/uL
Trombosit: 174 ribu/uL
Glukosa sewaktu : 79< 100 mg/dl
Penatalaksanaan
Bricasma 3 amp
INISIAL KLIEN : NY. S
NO. RM : 72-93-22
DR. SPESIALIS : DR. EDWARD., SPOG

ANALISA DATA
DATA FOKUS MASALAH
Data Subjektif : Nyeri
Pasien mengatakan nyeri dengan
skala nyeri 6 di abdomen sekitar
uterus nyeri hebat seperti dip eras-
peras dan terus menerus

Data Objektif :
Keadaan Umum: Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV:
TD: 110/80mmHg
N: 90x/m
Abdomen
L1: 38 cm
L2: puka DJJ + 155x/m
L3: kepala
L4: convergen
Kontraksi + 3x dalam 10 menit
lamanya 35 detik kuat
Hasil USG:
Janin tunggal intrauteri gerak
positif, amnion cukup BPD 9,17
AC 31,15 usia janin 38 minggu
dengan plasenta letak rendah
dekat ostium.
Data Subjektif : Cemas
Klien mengatakan cemas dengan
rencana tindakan SC CITO
Data Objektif :
Keadaan Umum: baik
Kesadaran: composmentis
Abdomen
L1: 38 cm
L2: puka DJJ + 155x/m
L3: kepala
L4: convergen
Jadwal CITO: 24/11/2016
INISIAL KLIEN : NY. S
NO. RM : 72-93-22
DR. SPESIALIS : DR. EDWARD., SPOG

PRIORITAS MASALAH

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri b.d dampak kontraksi uterus sekunder terhadap peningkatan
hormon eksitoksin yang tidak terkoordinasi
2. Cemas b.d tindakan operasi SC
INISIAL KLIEN : NY. S
NO. RM : 72-93-22
DR. SPESIALIS : DR. EDWARD., SPOG

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnose Tujuan Intervensi Evaluasi
Nyeri b/d Setelah 1. Lakukan
dampak mendapatkan pengkajian
kontraksi uterus penatalaksanaan nyeri secara
sekunder asuhan komprehensif
terhadap keperawatan termasuk
peningkatan selama 3x24 jam lokasi,
hormone masalah nyeri karakteristik,
eksitoksin yang teratasi dengan durasi,
tidak Kriteria hasil: frekuensi
terkoordinasi 1. Keadaan kualitas dan
umum baik faktor
2. Kontraksi prespitasi
2. Bantu dan
ajarkan teknik
tarik nafas
dalam pada
saat nyeri
timbul
3. Member
posisi yang
nyaman
4. Libatkan
suami dan
keluarga
5. Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian
analgesic.
Cemas b/d Setelah 1. Ukur tanda-
tindakan mendapatkan tanda vital
operasi SC penatalaksana 2. Berikan posisi
an asuhan yang nyaman
keperawatan 3. Identifikasi
selama 3x24 perubahan
jam masalah level
cemas teratasi kecemasan
dengan 4. Intruksikan
1. Kriteria klien untuk
hasil: menggunakan
2. Pasien teknik
merasa relaksasi
lebih tenang 5. Libatkan
3. Ttv dalam keluarga
batas untuk tetap
normal bersama klien
4. Ekspresi 6. Jelaskan
wajah kondisi pasien
INISIAL KLIEN : NY.S
NO. RM : 76-52-22
DR. SPESIALIS : DR. EDWARD., SPOG

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/JAM DX TINDAKAN KEPERAWATAN/ REAKSI TTD
HASIL
22/11/2016 DX I
16. 45 Mengkaji skala nyeri
Rx: Identifikasi skala nyeri melalui PQRST
didapatkan skala nyeri 6

17.10 Memberikan posisi nyaman
Rx : Miring kiri dengan menggunakan bantal di
selangkangan dan di daerah mata kaki (posisi
sim)

18.15 Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam pada
18.15 Memberikan terapi sesuai dengan indikasi
Rx: Pasien diberikan infuse RL dan
bricasma 3 amp 20 tpm

18.30 Observasi DJJ janin
Rx: Identifikasi DJJ janin 150x/m

14.30 DX II Mengukur TTV


Rx: setelah TTV diukur di dapatkan
TD : 110/90mmHg
N: 90x/m
R: 21x/m
S: afebris

19.30 Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi rasa cemas
Rx: tarik nafas dan menghembuskan melalui
19.30 Mendampingi pasien selama perawatan
Rx: setelah didampingi selama perawatan
klien mengatakan tidak nerveus

20.05 Menjelaskan kondisi pasien
Rx: setelah dijelaskan kondisi klien cemas
berkurang
INISIAL KLIEN : NY.S
NO. RM : 76-52-22
DR. SPESIALIS : DR. EDWARD., SPOG

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/JAM DX TINDAKAN KEPERAWATAN/ REAKSI TTD
HASIL
23/11/1016 DX I Mengkaji skala nyeri
07.30 Rx: Identifikasi skala nyeri melalui
PQRST didapatkan skala nyeri 6

08.45 Memberikan posisi nyaman
Rx : Miring kiri dengan menggunakan
bantal di selangkangan dan di daerah mata
kaki (posisi sim)

10.00 Mengantarkan kien ke ruangan OK untuk
tindakan SC CITO
07:45 DX II Mengukur TTV
Rx: setelah TTV diukur di dapatkan
TD : 110/90mmHg
N: 90x/m
R: 21x/m
S: afebris

08.40 Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi rasa cemas
Rx: tarik nafas dan menghembuskan
melalui mulut secara beraturan

09.00 Mendampingi pasien selama perawatan


Rx: setelah didampingi selama
perawatan
klien mengatakan tidak nerveus
INISIAL KLIEN : NY.S
NO. RM : 76-52-22
DR. SPESIALIS : DR. EDWARD., SPOG

CATATAN PERKEMBANGAN
TGL/JAM DX SOAP/SOAPIER
22/11/2016 Dx I S: Pasien mengatakan nyeri dengan skala 6 nyeri
14:00 di abdomen sekitar uterus nyeri hebat seperti
diperas-peras dan terus menerus.

O: Keadaan umum: baik
Kesadaran: composmentis
TTV: TD: 110/80mmHg
N: 90x/m
R: 21x/m
S: afebris
Abdomen : L1: 38 cm
L2: puka Djj (+) 150x/m
A: G2p1A0 hamil 38 minggu dengan BSC + PLR
janin tunggal hidup

P: Tetap pada intervensi
Hubungi OK
Hubungi admision

DX II S: Klien mengatakan cemas dengan rencana tindakan SC



O: Keadaan umum: baik
Kesadaran : composmentis
TTV: TD: 110/80 mmHg
N: 90x/m
R: 21x/m
S: afebris

A: G2P1A0 hamil 38 minggu dengan BSC + PLR janin
tunggal hidup
INISIAL KLIEN : NY.S
NO. RM : 76-52-22
DR. SPESIALIS : DR. EDWARD., SPOG

CATATAN PERKEMBANGAN
TGL/JAM DX SOAP/SOAPIER
23/11/2016 DX II S: Pasien mengatakan perasaann masih cemas
09:00
O: Keadaan umum: baik
Kesadaran: composmentis
TTV: TD: 110/80mmHg
N: 90x/m
R: 21x/m
S: afebris
Abdomen : L1: 38 cm
L2: puka Djj (+) 150x/m
L3: kepala
L4: convergen
A: G2p1A0 hamil 38 minggu dengan BSC + PLR
janin tunggal hidup

P: Menjelaskan tindakan SC CITO, siapkan SIT


suami, melanjutkan tindakan SC

I: Melakukan tindakan SC sesuai dengan


prosedur dan menjelaskan kepada klien

E : Pasien mengerti pro SC dan pindak ke ruang


OK

R: Pasien diterima di OK jam 10 dengan Dr.


Edward., SpOG
KESIMPULAN

Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya


abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internum). Gejala yang paling sering terjadi
pada plasenta previa berupa pendarahan, yang dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu
maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting
dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah
menjalani seksio sebelumnya.
SARAN

1. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan agar dapat


dilakukan dengan baik, selain disesuaikan dengan situasi dan
kondisi, diperlukan juga kerjasama dengan tim kesehatan yang
lain.
2. Plasenta previa merupakan sebuah keadaan abnormal dimana
penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, namun masih
banyak keadaan pada plasentan previa yang masih belum
mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal. Hal
inilah yang diharapkan dapat berubah kea rah kemajuan dan
dapat mengurangi terjadinya keadaan abnormal pada massa
kelahiran dengan identifikasi dini pada waktu antenatal care
pada usia ke 20 minggu melalui USG tentang distraksi didalam
rahim kondisi janin, amnion, letak plasenta, dan selanjutnya
diobservasi dengan palpasi letak kepala dibawah dan harus
bisa menekan serta diadakannya penyuluhan kesehatan
tentang plasenta previa.
3. Perawat hendaknya melibatkan pasien dan keluarga dalam
memberikan penatalaksanaan asuhan keperawatan.
THANKS FOR ATTENTION

GOD BLESS US
DAFTAR PUSTAKA

Bari, Abdul. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Ladewig, Patricia W. (2006). Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Edisi 2.

Jakarta: EGC.
Mansjoer,Arief.(2006).Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga. Jakarta: Media

Aesculapius FKUI.
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. (2006). Rencana Perawatan

Maternal, Edisi kedua. Jakarta: EGC.


NANDA.(2012).DiagnosaKeperawatan:DefinisidanKlasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: YBP-SP.
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.


Stright, Barbara R. (2006). Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Edisi 5.

Jakarta: EGC.
Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 5 Vol 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai