Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A
DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG ELANG 1
RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA

KELOMPOK V :

SUN OTITA ANDREANI


SEPTYA REFINDA
VALENTINA DWI GITA
SRI HARTA CARINA
SEPRIANI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2017
PENDAHULUAN

Sales
Klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri
Rendah yang tidak ditangani akan
mengakibatkan mengisolasi diri, kemudian
menjadi perubahan sensori persepsi halusinasi
dengar atau lihat, serta dapat menimbulkan HDR
perilaku kekerasan. Oleh karena itu diperlukan
perawatan intensif baik dari segi kualitas PK
maupun kuantitas dari pelayanan tenaga
kesehatan termasuk didalamnya adalah perawat
2% 2% ISOS
sebagai peran utama.
10% RPK
60%
Peran perawat dalam penanggulangan klien
26% HALUSINAS
dengan gangguan konsep diri : Harga Diri
Rendah meliputi peran promotif, preventif dan I
kuratif. Pada peran promotif, perawat
meningkatkan dan memelihara kesehatan
mental melalui penyuluhan dan pendidikan
untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif
yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental dan
pencegahan gangguan konsep diri : Harga Diri
Rendah. Sedangkan pada peran kuratif perawat
meencanakan dan melaksanakn rencana
tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga.
.
TEORI

Harga diri : semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang


membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.

Predisposisi :
Faktor predisposisi biologis:
Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)
Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi
tubuh.
Prosedur pengobatan seperti radiasi.
Faktor predisposisi harga diri
Penolakan dari orang lain
Kurang penghargaan
Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu diturut,
terlalu dituntut dan tidak konsisten
TEORI

Faktor predisposisi peran


Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situai dan sehat-sakit
Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus
menerus yang tidak terpenuhi.
Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik
dan bingung tentang tingkah laku yang sesuai
Peran yang terlalu banyak.
Factor predisposisi identitas diri
Ketidakpercayaan orang tua dan anak
Tekanan dari teman sebaya
Perubahan dari struktur social

Factor Presipitasi
Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat individu sulit
menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan fisik,
seksual, dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau
menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.
Ketegangan peran
Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang beragam, transisi peran
yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan sehat sakit.
KASUS

Klien mengatakan masuk diantar Dinas Sosial


dengan keluhan selama dipanti Tn. A menyendiri
dikamar dan tidak mau bersosialisasi karena
klien malu dirinya belum mendapatkan
pekerjaan dan belum bisa membahagiakan.
Pengkajian

Klien mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2013, klien pernah


dirawat di RSJ ditahun yang sama yaitu tahun 2013, kemudian
pulang kerumah. Tetapi selama dirumah pasien berhenti minum
obat dan pasien dibawa kembali ke RSJ.
Diagnosa Keperawatan : Koping keluarga inefektif dan Rejimen terapetik
inefektif
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Jelaskan : Tn. A tidak diterima selama melamar pekerjaan, sehingga Tn. A
merasa putus asa dan merasa tidak mampu membahagiakan
orangtuanya.
Diagnosa Keperawatan : Ketidakberdayaan
Tanda vital : TD 120/60 mmHG N 80 x/m S 36,5C P 20 x/m
Ukur : TB 175 cm BB 69,8 Kg
Keluhan fisik : tidak ada
Jelaskan : Tidak ada gangguan
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
Genogram

Jelaskan : Tn. A tinggal bersama orangtuanya, Tn. A anak ke 3 dari 3


bersaudara. Tn. A mempunyai kakak permpuan dana bang laki-laki. Tn. A
belum menikah
Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah

Konsep Diri
Gambaran diri : klien tidak menyukai wajahnya karena merasa
kurang tampan
Identitas : klien mengatakan klien berusia 36 tahun
Peran : peran klien sebagai anak 3 dari 3 bersaudara
Ideal diri : klien ingin bekerja dan membahagiakan orangtuanya
Harga diri : klien mengatakan tidak mampu
membahagiakan orangtuanya karena klien
tidak mendapatkan pekerjaan sehingga
pasien merasa putus asa
Diagnosa Keperawatan : Ketidakberdayaan dan Harga Diri Rendah
Hubungan sosial
Orang yang berarti : Ayah dan Ibu
Peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat : klien tidak mengikuti
kegiatan dimasyarakat
Hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain : tidak ada hambatan
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah

Spiritual
Nilai dan keyakinan : klien beragama islam
Kegiatan ibadah : klien tidak pernah sholat
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
Pembicaraan
Klien berbicara lambat, suara pelan dan tidak jelas
Diagnosa Keperawatan : HDR
Alam perasaan
Jelaskan : klien merasa putus asa karena tidak
kunjung mendapatkan pekerjaan
Diagnosa Keperawatan : HDR
Afek
Jelaskan : Klien tidak ada Kontak mata saat
berbicara dengan perawat, namun klien tersenyum
apabila ada stimulus yang sangat kuat
Diagnosa Keperawatan : HDR
Interaksi selama wawancara
Jelaskan : klien tampak diam dan tidak kooperatif
Diagnosa Keperawatan : ISOS
Tingkat kesadaran
Jelaskan : ekspresi klien tampak bingung
Diagnosa Keperawatan : resiko halusinasi
Memori
Jelaskan : klien masih mengingat semua kejadian
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien tidak mau bersosialisasi
Klien tidak mau mengikuti kegiatan dimasyarakat
ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi medic : hexamer 2x1 dan risperidone
2x1
ANALISA DATA

TANGGAL/ JAM DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN


20 Januari 2017 DS :

Pukul 09:50 WIB Klien mengatakan dirinya kurang


tampan dan mengatakan dirinya
adalah bujang lapuk, sehingga
klien merasa malu dan minder,
klien tidak kunjung mendapatkan
pekerjaan

DO :
Harga Diri Rendah
Tampak bingung

Ketika diajak berbicara klien


merendahkan diri

Ekspresi sedih, afek tumpul

Menunduk ketika diajak berbicara


dan Kontak mata kurang
TANGGAL/ JAM DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN
20 Januari 2017 DS :
Pukul 10:00 WIB Tn. A mengatakan tidak diterima
selama melamar kerja, sehingga
Tn. A merasa putus ada dan merasa
tidak bisa membahagiakan
orangtuanya
Ketidakberdayaan
DO :

Klien tampak tenang

Berbicara lambat

Segan mengekspresikan perasaan


yang sebenarnya

21 Januari 2017 DS :

Pukul 10:15 WIB Klien mengatakan malas


berinteraksi dan bersosialisasi
dengan temannya

DO :

Klien tampak menyendiri Isolasi Sosial


Klien malas melakukan aktivitas

Klien tampak menunduk

Suara pelan

Kontak mata kurang


TANGGAL/ JAM DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN

21 Januari 2017 DS : Resiko halusinasi

Pukul 10:20 Tn. A mengatakan pernah


mempunyai riwayat halusinasi, Tn.
A mengatakan mendengar suara
bisikan yang mengancam sehingga
klien merasa takut

DO :

Klien tampak berbicara sendiri

Klien berhenti bicara ditengah


kalimat untuk mendengar sesuatu
POHON MASALAH
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Harga diri rendah
Ketidakberdayaan
Isolasi social
Resiko halusinasi
IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari/Tgl : Selasa, 20 Januari 2017 Hari/Tgl : Selasa, 20 Januari 2017
Jam : 09:50 s.d 10:30 WIB Jam : 13:00 s.d 13:30WIB
DS : Klien mengatakan masuk diantar Dinas Sosial dengan S : Klien mengatakan dirinya kurang tampan dan bujang lapuk
keluhan selama dipanti Tn. A menyendiri dikamar dan tidak mau sehingga klien tidak mendapatkan pasangan oleh karena itu
bersosialisasi karena klien malu dirinya belum mendapatkan klien mengatakan merasa malu dan minder
pekerjaan dan belum bisa membahagiakan O : Klien saat berbicara menunduk, tampak sedih, kontak mata
DO : Klien saat berbicara menunduk, kontak mata kurang, kurang
tampak menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan teman- A : Harga diri rendah (+)
temannya di ruangan P : 1. Mengidentifikasi aspek postif klien
DX : Harga diri rendah 2. Membantu klien untuk menilai
Tindakan Keperawatan (SP 1) : kemampuan yang masih dapat digunakan
1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan 3. Memasukkan jadwal kegiatan harian
prinsip komunikasi terapeutik
2. Mendiskusikan bersama klien aspek positif yang dimiliki
klien
3. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
dilaksanakan
4. Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien
5. Member contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan
RTL (Perawat) :
6. Bina hubungan saling percaya
7. Identifikasi harga diri rendah
8. Masukkan ke jadwal kegiatan harian
IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari/Tgl : Selasa, 21 Januari 2017 Hari/Tgl : Selasa, 21 Januari 2017
Jam : 10:00 s.d 10:50 WIB Jam : 13:30 s.d 14:00 WIB
DS : Klien mengatakan dirinya kurang tampan dan bujang lapuk S : Klien mengatakan masih merasa malu berinteraksi dengan
sehingga klien tidak mendapatkan pasangan oleh karena temannya di ruangan. Klien mengatakan masih belum mau
itu klien mengatakan merasa malu dan minder melakukan aktivitas yang dimiliki tanpa dampingan
DO : Klien saat berbicara menunduk, tampak sedih, kontak mata perawat.
kurang O: Klien tampak menunduk saat berbicara dengan perawat,
DX : Harga diri rendah kontak mata kurang, bingung, namun klirn tersenyum jika
Tindakan Keperawatan (SP 1) : ada stimulus yang kuat.
1. Mengevaluasi aspek postif yang dimiliki klien A : Harga diri rendah (+)
2. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang dapat P : 1. Menganjurkan klien melakukan kegiatan yang disukai
dilaksanakan yaitu menggambar
3. Menganjurkan klien melakukan aktivitas yang dapatkan 2. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian
dilakukan setiap hari
RTL (Perawat) :
4. Anjurkan klien melakukan kegiatan yang disukai
5. Masukkan jadwal kegiatan harian
IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari/Tgl : Selasa, 22 Januari 2017 Hari/Tgl : Selasa, 22 Januari 2017
Jam : 10:00 s.d 11:05 WIB Jam : 13:30 s.d 14:00 WIB
DS : Klien mengatakan masih merasa malu berinteraksi dengan S : Klien mengatakan dapat mengekspresikan kemampuannya
temannya di ruangan. Klien mengatakan masih belum mau melalui menggambar
melakukan aktivitas yang dimiliki tanpa dampingan perawat. O : Klien tampak tenang, mulai ada kontak mata dengan perawat
DO : Klien tampak menunduk saat berbicara dengan perawat, dan mau berinteraksi dengan teman-temannya diruangan
kontak mata kurang, bingung, namun klirn tersenyum jika ada A : Harga diri rendah berkurang
stimulus yang kuat. P : Klien memasukkan kegiatan ke jadwal harian
DX : Harga diri rendah
Tindakan Keperawatan (SP 1) :
1. Mengevaluasi kegiatan klien yaitu menggambar yang sudah
dilakukan klien
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan yang sudah dilakukan
RTL (Perawat) :
3. Evaluasi jadwal kegiatan harian
PEMBAHASAN

Harga diri rendah


Pada kasus ini kelompok mendapatkan, Harga Diri Rendah
sebagai masalah keperawatan yang prioritas dengan Data
Subyektif Tn. A mengatakan pernah tinggal bersama
orangtuanya dan datang ke Jakarta untuk mencari kerja tetapi
selalu ditolak, sehingga membuat Tn. A malu untuk pulang
kerumah. Tn. A ditemukan mundar mandir dijalanan, lalu dibawa
oleh dinas social ke panti. Setelah beberapa lama dipanti, Tn. A
ditemukan suka menyendiri dan tidak mau bersosialisasi. Dinsos
membawa Tn. A ke RS Jiwa Soehato Herdjan melalui IGD. Tn. A
juga mengatakan dirinya kurang tampan sehingga sulit
mendapatkan pasangan membuatnya merasa malu dan dia
menganggap dirinya bujang lapuk. Data obyektif yang kelompok
dapatkan adalah klien tampak bingung, ketika berbicara sering
merendahkan dirinya, ekspresi sedih, afek tumpul, menunduk
ketika diajak bicara dan kontak mata kurang.
Ketidakberdayaan
Dalam kasus ini kelompok menemukan data
subyektif, Tn. A mengatakan tidak kunjung
mendapatk kerja sehingga pasien merasa tidak
mampu membahagiakan orangtuanya dan merasa
putus asa serta pasrah. Data obyektif yang
ditemukan adalah klien tampak murung, berbicara
lambat, segan mengekspresikan perasaannya.
Isolasi Sosial
Data pengkajian yang berhubungan dengan
masalah keperawatan isolasi sosial, di dukung
dengan data subjektif Tn. A mengatakan malas
berinteraksi dan tidak mau bersosialisasi, dengan
data obyektif klien suka menyendiri, klien malas
melakukan aktifitas, suara pelan, klien menunduk
saat berbibcang, dan kontak mata kurang.
Halusinasi
Menurut data yang didapatkan, Tn. A
mempunyai riwayat halusinasi. Tn. A
mengatakan pernah mendengar suara
suara bisikan yang mengancam sehingga
Tn. A merasa takut yang ditunjukan
dengan prilaku berbicara sendiri, klien
berhenti bicara ditengah kalimat untuk
mendengarkan sesuaru, dan inkoheren.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Teridentifikasi klien masuk keluhan utama klien masuk dengan
diantara dindos dengan keluhan klien dipanti Tn. A sering
menyendiri di kamar dan tidak mau bersosialisasi yang di
sebabkan klien malu karena klien belum mendapatkan kerja dan
belum dapat membahagiakan orang tuanya.
Teridentifikasi masalah keperawatan yang muncul yaitu :
Resiko halusinasi pendengaran
Harga diri rendah (HDR)
Isolasi social
Ketidakberdayaan
Teridentifikasi rencana tindakan keperawatan
Teridentifikasi aspek positif pada klien
Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien harga diri
rendah (HDR)
Saran
Klien
Libatkan klien dalam aktivitas positif
Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
Keluarga
Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan
kemajuan klien
Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
Menerima klien apa adanya
Hindari pemberian penilaian negatif
Perawat
Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan
dirumah
Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
Memberi reinforcement
THANKS FOR ATTENTION

GOD BLESS US
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan).


Edisi 8. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan


Profesional Jiwa. Jakarta:EGC.

Maramis, W.F. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:


Airlangga University Press.

Nanda, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.Alih Bahasa


Budi Santoso, Prima Medika, NANDA.

Yosep I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama.

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai