Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

TEORI & PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Tentang
TEORI PEMBANGUNAN YANG BERORIENTASI PADA PEMBERDAYAAN

Dosen Pengampu : Dr. SYAMSURI,S.Sos,M.Si


Disusun oleh :
KELOMPOK VII
NAMA ANGGOTA :

KHAIRUNISA YULIA H
PITRIA SUSILAWATI
DWI GITA SEPTIANI
RENDI SAPUTRA
SATRIA ADI GUNA IKAT
RIADI WIDIANTO
LISKA VEBRIANY
MELISA AYU WULANDARI
ANWAR HADI S

GAB 115 087


GAB 115 088
GAB 115 110
GAB 115 115
GAB 115 117
GAB 115 118
GAB 115 143
GAB 115 152
GAB

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2016

PEMBERDAYAAN DALAM

KONSEP PEMBANGUNAN YANG BERAKAR PADA MASYARAKAT

A. LATAR BELAKANG
Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di Eropa
mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an, dan awal 90-an.
Pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang rendah mengakibatkan mereka tidak mampu dan tidak tahu. ketidakmampuan dan
ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan produktivitas mereka rendah. Di Era globalisasi
seperti sekarang ini setiap Negara dituntut untuk menjadikan kondisi kehidupan ekonominya
menjadi semakin efektif, efisien, dan kompetitif. Indonesia merupakan Negara berkembang
yang terus mengupayakan pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di
dalam masyarakat tersebut.
B. PENGERTIAN
Pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial suatu pembebasan kemampuan
pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995)
mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata empowerment, yang berarti
memberi daya, memberi power (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang
berdaya. Daya

kemampuan

yang

dimaksud

adalah

kemampuan

kognitif,

konatif,

psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan dan memandirikan
masyarakat, atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu
menolong dirinya sendiri. Karena pada hakikatnya pemberdayaan adalah sebuah usaha
berkesinambungan untuk menempatkan masyarakat menjadi lebih proaktif dalam
menentukan arah kemajuan. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya.

C. PEMBERDAYAAN MASYRAKAT MENURUT PARA AHLI

1. Menurut kartasasmita (1996 : 144) Pemberdayakan masyarakat adalah upaya untuk


meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang
tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
2. Menurut Widjaja (2003:169) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga
masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal
untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri baik di bidang ekonomi,
sosial, agama dan budaya.
3. Menurut Ife (dalam Suhendra, 2006:77) Pemberdayaan masyarakat adalah
meningkatkan kekuasaan atas mereka yang kurang beruntung (empowerment aims to
increase the power of disadvantage).
D. KONSEP-KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami.
Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran, yang dinyatakan dalam suatu kata.
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata
power yang berarti kekuasaan atau keberdayaan. Berkenaan dengan pemaknaan konsep
pemberdayaan masyarakat, mengartikan konsep pemberdayaan (empowerment) sebagai
upaya memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu
organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya sebaik
mungkin.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni
yang bersifat people centred, participatory, empowering, and sustainable(berkelanjutan)
(Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut
(safety net).

Ada tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan


kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat.
Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti
kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk

mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan
kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Perilaku masyarakat yang
perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan
sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau
program yang mereka kembangkan.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu
(Sumodiningrat, Gunawan, 2002) ;
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang
sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya
untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam
rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan
suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai
masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang
akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan
individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya
modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian
pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan
pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya.
Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan
keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan
masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan,
harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah
amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil

dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati
harus dihasilkan atas usaha sendiri. Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan
masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah
kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
Berdasarkan ciri pendekatan, maka pemberdayaan masyarakat harus melakukan
pendekatan sebagai berikut:
1. Upaya harus terarah (targetted). Ini secara populer disebut pemihakan dan ditujukan
langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi
masalah sesuai dengan kebutuhannya.
2. Program harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat
yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai
beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif sesuai dengan kehendak dan
mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan
kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, mengelola,
melaksanakan

dan

mempertanggungjawabkan

upaya

peningkatan

diri

dan

ekonominya.
3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin
kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan juga lingkup bantuan
menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Karena itu
pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dan dilihat dari penggunaan sumber
daya juga lebih efisien.

E. TAHAPAN-TAHAPAN DALAM SIKLUS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Menurut Wilson (1996) terdapat 7 tahapan dalam siklus pemberdayaan masyarakat.

1. Tahap pertama yaitu keinginan dari masyarakat sendiri untuk berubah menjadi lebih
baik.
2. Pada tahap kedua yaitu masyarakat diharapkan mampu melepaskan halanganhalangan atau factor-faktor yang bersifat resistensi terhadap kemajuan dalam dirinya
dan komunitasnya.
3. Pada tahap ketiga yaitu masyarakat diharapkan sudah menerima kebebasan tambahan
dan merasa memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan dirinya dan
komunitasnya.
4. Tahap keempat yaitu upaya untuk mengembangkan peran dan batas tanggung jawab
yang lebih luas, hal ini juga terkait dengan minat dan motivasi untuk melakukan
pekerjaan dengan lebih baik.
5. Pada tahap kelima yaitu ini hasil-hasil nyata dari pemberdayaan mulai kelihatan,
dimana peningkatan rasa memiliki yang lebih besar menghasilkan keluaran kinerja
yang lebih baik.
6. Pada tahap keenam yaitu telah terjadi perubahan perilaku dan kesan terhadap dirinya,
dimana keberhasilan dalam peningkatan kinerja mampu meningkatkan perasaan
psikologis di atas posisi sebelumnya.
7. Pada tahap ketujuh yaitu masyarakat yang telah berhasil dalam memberdayakan
dirinya, merasa tertantang untuk upaya yang lebih besar guna mendapatkan hasil
yang lebih baik. Siklus pemberdayaan ini menggambarkan proses mengenai upaya
individu dan komunitas untuk mengikuti perjalanan kearah prestasi dan kepuasan
individu dan pekerjaan yang lebih tinggi.
F. KELEBIHAN

DAN

KEKURANGAN

PADA

PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT
KELEBIHAN :
1.
2.
3.
4.

Pertumbuhan ekonomi meningkat.


Penyerapan teknologi cepat.
Stabilisasi nasional lebih bisa dikontrol.
Pembangunan terjadi secara tepat.

KEKURANGAN :
1. Kurangnya Implementasi terhadap program yang menciptakan social eksclusion
(kesejahteraan sosial).
2. Kurang mengakui potensi dan sumber daya masyarakat.
3. Implementasi program yang tidak merata.

4. Implementasi program yang kurang efesien dan kurang tepat sasaran.


G. UPAYA PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYRAKAT
Terdapat banyak negara-negara dunia yang menerapkan pembangunan yang berorientasi
pada pemberdayaan masyarakat terutama pada negara yang sedang dalam tahap fase
perkembangan, salah satunya negara Indonesia. Banyak program pemberdayaan masyarakat
yang digulirkan pemerintah Indonesia melalui Departemen maupun Lembaga Pemerintah
Non Departemen seperti:
1. PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) PNPM adalah
program nasional Untuk itu, melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri diharapkan dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip dasar,
pendekatan, strategi, serta berbagai mekanisme dan prosedur pembangunan berbasis
pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan masyarakat
dapat berjalan lebih efektif dan efisien (Pendum PNPM Mandiri, 2007).
2. PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) penggalangan partisipasi
masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumber
daya lokal dan berkesinambungan. Yang dikhususkan untuk masyarakat pesisir
(Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, 2005: 1).
3. PDM-DKE (Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi),
Dalam rangka penanggulangan akibat krisis ekonomi. Pemerintah mencanangkan
program Perluasan. Salah satu program diantaranya adalah program "Pemberdayaan
Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi".
4. KUBE (Kelompok Usaha Bersama) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial para kelompok miskin yang meliputi terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan dinamika kehidupan kelompok
sosial sehingga menjadi sumber daya manusia yang utuh dan mempunyai tanggung
jawab sosial.
5. UKM (Usaha Kecil Menengah) tujuannya adalah untuk mengetahui pemberdayaan
masyarakat yang di lakukan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan usaha
kecil dan menengah melalui program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri.
H. KESIMPULAN
Pembangunan

di

Indonesia

bertujuan

untuk

memperbaiki

dan

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di didalam masyarakat. Pemberdayaan


(empowerment) masyarakat merupakan salah satu program yang banyak dilaksanakan oleh

pemerintah salah satunya untuk membangkitkan UKM (Usaha Kecil Menengah). Dengan
adanya program tersebut diharapkan UKM di Indonesia mampu menjadi kekuatan ekonomi
nasional. Pemberdayaan dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat yang mandiri, bebas
dari ketergantungan, dan mampu mengembangkan perekonomian.
Pembangunan dapat berjalan dengan baik apabila pihak pemerintah dan masyarakatnya
saling mendukung. Pemberdayaan masyarakat berpusat pada masyarakat, oleh sebab itu
masyarakatlah yang memiliki peranan aktif dalam upaya pemberdayaan tersebut. Dengan
dilakukan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan maka dapat memberikan arahan
pencapaian yang tepat sasaran dan tujuan pembangunan masyarakat secara optimal.

REFERENSI
Hikmat, H., 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Humoniora,
Bandung.
Prijono, O.S. dan Pranarka, A.M.W., 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Penerbit Centre for Strategic and International Studies,
Jakarta.
Sumodiningrat, G. (1999). Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial
Jakarta: Gramedia.

Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi; Pidato Pengukuhan Jabatan


Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Pemangunan
Universitas Brawijaya; Malang, 27 Mei 1995.
Administrasi Pembangunan; Bahan Kuliah Bagian I; Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya; Malang, 1995.

Anda mungkin juga menyukai