Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

KEPEMIMPINAN
TENTANG
(ANALISIS TEXT KEPEMIMPINAN DALAM BERAGAM BUDAYA DAN
NEGARA)

DOSEN PENGAMPU :
SAPUTRA ADIWIJAYA, S.Sos., M.Si
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
NAMA ANGGOTA :
1. RADIANSYAH GAB 115 027
2. NOVA AYUDITYA P GAB 115 084
3. ANDRIOCO GAB 115 099
4. MARIYA GAB 115 112
5. SATRIA ADI GUNA IKAT GAB 115 117
6. RAHMADI GAB 115 126
7. YUNI ARTI GAB 115 131
8. DEWI PARIANI GAB 115 134
9. ELITA WARLIAN S GAB 115 135
10. SUMINI GAB 115 141

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2017

1
KEPEMIMPINAN DALAM BERAGAM BUDAYA DAN NEGARA

Kelompok 6
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Palangka Raya

ABSTRAK
Penulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis mengenai kepemimpinan dalam beragam
budaya dan Negara. Kepemimpinan dipahami sebagai daya upaya bersama untuk
menggerakkan semua sumber dan alat (resources) yang tersedia dalam suatu organisasi.
Dalam perusahaan, lembaga, atau organisasi sebagai unit organisasi yang terdiri atas
berbagai unsur atau sumber dan pemimpin merupakan unsur terpenting. Tujuan penulisan
analisis ini untuk memperoleh kedalaman informasi mengenai bagaimana gaya
kepemimpinan dalam suatu Negara yang dilihat dari sisi budaya Negara itu sendiri. Analisis
ini terkait bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dalam suatu Negara yang di lihat dari
sisi budayanya. Dalam penulisan analisis ini, digunakan teori kepemimpinan yang
didalamnya terdapat berbagai macam gaya dan tipe-tipe kepemimpinan yang digunakan
untuk menganalisis kepemimpinan dalam suatu Negara. Metode yang digunakan dalam
analisis ini yaitu menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data analisis
dokumen dengan jenis data sekunder. Adapun hasil dari penulisan analisis ini adalah
terdapat variasi perbedaan dari sikap dan perilaku kepemimpinan dalam suatu Negara
terhadap Negara lainnya yang dilihat dari sisi budaya Negara itu sendiri. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sikap, perilaku atau gaya kepemimpinan seseorang dalam menjalankan
pemerintahannya bisa juga dipandang melalui tradisi/budaya yang sudah melekat pada diri
masyarakat dalam Negara itu sendiri.

Kata kunci :
Kepemimpinan, Keragaman Budaya, Negara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu Negara yang sedang berkembang akan menghadapi
tantangan yang berat dalam era globalisasi ini. Hal ini terjadi karena dalam era ini Negara-
negara berkembang berhadapan secara langsung dengan Negara-negara maju yang memiliki
keunggulan hampir di segala aspek. Mulai dari teknologi, modal dan sumber daya manusia.
Ketiganya mempunyai arti yang sangat penting, khususnya sumber daya manusia (Rivai,
2008). Indonesia merupakan Negara besar dan kaya akan sumber daya alam tapi faktanya
sekarang Indonesia belum mampu menjadi sebuah Negara yang maju. Indonesia kalah
dengan Negara-negara lainnya, Ketertinggalan Indonesia dari Negara-negara lain disebabkan
oleh faktor kurangnya pemimpin berkualitas yang mampu memimpin Indonesia.

2
Kepemimpinan dipahami sebagai daya upaya bersama untuk menggerakkan semua
sumber dan alat (resources) yang tersedia dalam suatu organisasi. Dalam perusahaan,
lembaga, atau organisasi sebagai unit organisasi yang terdiri atas berbagai unsur atau sumber,
pemimpin merupakan unsur terpenting. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sukses
tidaknya suatu organisasi atau Negara dalam mencapai tujuan sangat bergantung pada
kemampuan pemimpinnya, untuk menumbuhkan iklim kerja sama dalam menggerakkan
sumber daya yang ada sehingga dapat mendayagunakannya dan berjalan secara efektif dan
efisien. Mengingat begitu besar peran pemimpin dalam membawa pengikutnya, seorang
pemimpin yang bertanggung jawab perlu memahami kepemimpinan yang tepat yang dapat
membawa kemajuan dan kesejahteraan pengikutnya, masyarakat atau Negara-bangsanya.
Kepemimpinan melibatkan pengaruh yang tinggi, dan pada bagian dunia manapun,
peranan kepemimpinan diasosiasikan dengan kekuasaan dan status. Oleh karena itu, cara
dimana kekuasaan dan status dibagi dalam budaya sosial adalah sangat relevan dengan
peranan kepemimpinan. Pola pikir atau paradigma yang demikian bagi seorang pemimpin
dalam keragaman budaya mempunya peran yang sangat penting, karena keragaman budaya
adalah satu era di mana globalisasi semakin mewarnai tata budaya, tata ekonomi, tata hukum,
maupun tata politik dari setiap Negara. Sejak perang dunia II, globalisasi maju pesat ke
seluruh dunia. Globalisasi adalah kondisi di mana saling ketergantungan antara Negara
meningkat dalam hal ekonomi, sosial, teknik, dan politik. Orang-orang menjadi lebih
terhubung, ada perdaganngan yang lebih bersifat internasional, pertukaran budaya, dan
penggunaan sistem telekomunikasi dunia. Peningkatan globalisasi telah menciptakan banyak
tantangan, termasuk untuk mengidentifikasi dan memilih pemimpin yang tepat untuk
kesatuan dan untuk mengelola organisasi dengan karyawan yang berbeda secara budaya
(House & Javiden, 2004).
Terkait dengan budaya adalah istilah multikultural dan keberagaman. Multikultural
berarti suatu pendekatan atau sistem yang memperhatikan lebih dari satu budaya. Hal itu
merujuk pada keberadaan banyak budaya seperti Afrika, Amerika, Asia, Eropa, dan Timur
Tengah. Multikultural bisa juga merujuk pada sekelompok subbudaya yang ditetapkan oleh
ras, gender, etnisitas, orientasi seksual, atau usia. Keberagaman merujuk pada keberadaan
budaya atau etnisitas yang berbeda di dalam suatu kelompok atau organisasi. Dalam pola
kepemimpinan, diperlukan usaha-usaha untuk menemukan nilai-nilai budaya yang
beranekaragam tersebut dengan memahami perbedaan dan persamaan diantara mereka dalam
semangat kebhinekaan. Unsur-unsur penting dalam dimensi budaya melalui komunikasi non
verbal, penggunaan bahasa, orientasi ruang dan waktu, pendekatan-pendekatan psikologis
yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam pola kepemiminan dalam
komunikasinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulisan analisis ini
menfokuskan “bagaimana hubungan terkait gaya kepemimpinan dalam suatu Negara yang
dilihat dari sisi budayanya”.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan yang
diberikan oleh dosen pengampu yaitu tugas analisis text dengan tema “Kepemimpinan dalam
Beragam Budaya dan Negara”. Tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dalam suatu Negara yang di lihat dari
sisi budaya Negara itu sendiri.

3
TINJAUAN PUSTAKA
Kepemimpinan
Robbins (2006:432), menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Gibson dkk (1997:5), mengatakan
bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak
memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Definisi Gibson
mengisyaratkan bahwa kepemimpinan melibatkan penggunaan pengaruh dan semua
hubungan dapat melibatkan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang
memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Shared Goal,
Hemhiel & Co’ons, 1957:7). Jadi kepemimpinan merupakan masalah sosial yang
didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dan pihak yang dipimpin untuk
mencapai tujuan bersama, baik dengan cara memengaruhi, membujuk, memotivasi, maupun
mengoordinasikan.

Gaya Kepemimpinan

Pada dasarnya kepemimpinan atau style banyak berpengaruh terhadap keberhasilan


seorang pemimpin dalam memengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya. Gaya kepemimpinan
merupakan cara atau norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti diamati. Menurut Prasetyo (2006:28),
gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang di
implementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang memengaruhi orang lain untuk
bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu, menurut University of lowa
Studies, yang dikutip Robbins dan Coulter (2002:406), ada empat gaya kepemimpinan, yaitu
sebagai berikut.

1. Gaya Kepemimpinan Diktaktor/Otoriter.


Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang memusatkan
segala keputusan dan kebijakan pada diri pemimpin secara penuh. Kepemimpinan
otoriter adalah suatu kepemimpinan di mana seorang pemimpin bertindak sebagai
diktaktor. Pemimpin adalah penguasa dan semua kendali ada diatangn pemimpin.
Setiap diktakor jelas tidak menyukai rapat, apalagi musyawarah karena ia tidak
menhendaki perbedaan dan suka dengan gaya memaksakan kehendaknya.
2. Gaya kepemimpinan Autokratis.
Menurut Rivai (2003:61), kepemimpinan autokratis adalah gaya
kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai
keputusan dan pengembangan strukturnya sehingga kekuasaanlah yang paling
diuntungkan dalam organisasi. Sedangkan menurut Coulter (2002:460), menyatakan
gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung
memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte cara tugas harus
diselesaikan membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi
karyawan.

4
3. Gaya kepemimpinan Demokratis/Partisipatif.
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis, bawahan cenderung bermoral tinggi,
dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja, dan dapat mengarahkan diri sendiri
(Rivai, 2006:61). Adapun menurut Robbins & Coulter (2002:460), gaya
kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikut
sertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan, mendorong
partisipasi karyawan dalam menentukan metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai,
dan memandang umpan balik sebagai kesempatan untuk melatih karyawan.
4. Gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas).
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara
keseluruhan memberikan kebebasan pada karyawan atau kelompok dalam pembuatan
keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya
paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002:460).
Sedangkan menurut As’ad, ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaanya
secara luas, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan Otokratik, adalah seseorang yang sangat egois dengan
menunjukkan sikap yang menonjolkan “keakuannya”.
2. Tipe kepemimpinan Karismatik, adalah tipe yang memiliki daya tarik, kekuatan
energy, dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain sehingga ia
mempunyai pengawal-pengawal yang bisa dipercaya serta pengikut yang sangat
besar jumlahnya.
3. Tipe kepemimpinan Paternalistik atau Maternalistik, adalah kepemimpinan dengan
sifat kebapakan atau keibuan.
4. Tipe kepemimpinan Militeristik, adalah tipe yang mirip dengan otoriter.
5. Tipe kepemimpinan Demokratis, adalah selalu bertitik tolak bahwa manusia adalah
mahluk termulia di dunia sehingga selalu menggerakkan bawahan.
6. Tipe kepemimpinan Laissez Faire, tipe ini bersifat permisif.

Keragaman Budaya
Pengertian keragaman Menurut Koiman (1993:40), keragaman atau keanekaragaman
diartikan sebagai : 1. Keanekaragaman (divercity) sebagai konsep dasar sangat terkait dengan
perkembanggan individualisasi, diferensiasi, spesialisasi dan beragam aspek kehidupan
moderen lainnya; 2. Komplesitas berdasarkan hubungan-hubungan/interaksi yang terjadi, dan
keanekaragaman mengacu kepada komponen yang membentuk interaksi tersebut; 3.
Keanekaragaman merupakan suatu fenomena sosial yang harus disikapi secara arif.
Budaya didefinisikan sebagai keyakinan, nilai, peraturan norma, symbol, serta tradisi
yang telah dipelajari dan merupakan hal yang umum bagi sekelompok orang. Intinya budaya
adalah cara hidup, kebiasaan, dan kata-kata sekelompok orang (Gudy kunst & Ting-
Tomey,1988). Setiap kelompok masyarakat tertentu akan mempunyai cara yang berbeda
dalam menjalani kehidupannya dengan sekelompok masyarakat yang lainnya. Cara-cara
menjalani kehidupan sekelompok masyarakat dapat didefinisikan sebagai budaya masyarakat
tersebut. Satu definisi klasik mengenai budaya adalah seperangkat pola perilaku yang secara
sosial dialirkan secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota diri
masyarakat tertentu (Wallendorf & Reilly dalam Mowen, 1995). Budaya merupakan cara

5
menjalani hidup dari suatu masyarakat yang di transmisikan pada anggota masyarakatnya
dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya merupakan sesuatu yang seharusnya dipelajari
dan bukan untuk diwariskan (Hofstede, 2005).

Negara
Menurut Logeman (Solly Lubis : 2007) mengatakan Negara adalah organisasi
kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan untuk mengatur dan mengurus
masyarakat tertentu. Sedangkan George Jellinek dan Algemeine Staatsleh, mengatakan
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di
wilayah tertentu. Adapun Miriam Budiharjo (2010) menyatakan bahwa Negara dapat
dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mengejar beberapa
tujuan bersama. Dari penjabaran yang diungkapkan oleh para ahli tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa Negara merupakan suatu wilayah tertentu yang luas memiliki batas,
merdeka, serta diakui kedaulatannya yang setiap warga Negaranya akan terikat peraturan-
peraturan yang berlaku.
Setiap Negara pasti memiliki pemerintahan. Salah satu syarat berdirinya Negara
adalah adanya pemerintah. Meskipun pemerintah adalah hal yang pasti dimiliki oleh setiap
Negara, tapi bukan berarti bentuk pemerintahan Negara di dunia ini semuanya sama. Ada
banyak bentuk pemerintahan yang bisa dianut oleh setiap Negara. Setiap Negara pun bebas
memilih bentuk pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk diterapkan di Negaranya.
Sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu Negara dalam mengatur
pemerintahannya. Suatu Negara bisa mengubah sistem pemerintahan yang ada dengan
menyesuaikan pelaksanaanya dengan kondisi di Negaranya, sekaligus bisa menggabungkan
dua atau lebih sistem pemerintahan yang ada.
Adapun beberapa sistem pemerintahan Negara-Negara yang ada di dunia, berdasarkan
pada kontrol kekuasaan yang ada.
1. OTOKRASI
Bentuk pemerintahan otokrasi adalah pemerintahan yang kekuasaannya
berpusat hanya pada satu individu saja. Jadi, pemimpin puncak ini tidak tunduk
terhadap apa pun, juga tidak memiliki batasan dalam melakukan kontrol pemerintahan
di Negaranya.
2. GENIOKRASI
Di dalam Geniokrasi, pemerintahan dijalankan berdasarkan pada pemimpin
yang dianggap sebagai kelompok orang bijaksana dan cerdas. Bentuk pemerintahan
ini diajukan oleh Rael, yang merupakan pemimpin gerakan Raelian pada tahun 1977.
Konsep yang diajukan adalah kepemimpinan dari mereka yang memiliki kreativitas,
serta kemampuan untuk memecahkan masalah dengan baik, dan bekal IQ yang tinggi.
mereka dengan kriteria yang memenuhi persyaratan saja yang dapat duduk di
pemerintahan.
3. BANKORASI
Bentuk pemerintahan bankokrasi adalah suatu pemerintahan dengan sistem
kekuasaan, di mana para pembuat undang-undang diserahkan kepada pihak perbankan
dan lembaga keuangan.

6
4. KRATOKRASI
Bentuk pemerintahan kratokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dengan
pemimpin yang berusaha mempertahankan kekuasaan yang dimiliki dengan
menggunakan kekuatan. Untuk naik dan mempertahankan kepemimpinan, para
pemimpin dapat melakukan segala cara, termasuk dengan melakukan intimidasi dan
menakuti sehingga bisa tetap berkuasa.
5. TEKNOKRASI
Bentuk pemerintahan teknokrasi, orang -orang yang menjalankan
pemerintahan dipilih dari kalangan dokter, insinyur dan atau arsitek. Dalam sistem
pemerintahan ini, posisi penting diberikan kepada para professional yang telah
mempunyai keahlian tertentu.
6. MERITOKRASI
Bentuk pemerintahan negara meritokrasi ini pemegang pemerintahan yang ada
diberikan kepada para pemimpin berdasarkan pada kemampuan, keterampilan dan
kontribusi yang dilakukan demi masyarakat.
7. DEPOTISME
Bentuk pemerintahan despotism pada dasarnya menyerupai autokrasi, yang
memiliki pemimpin puncak seorang individu tunggal dengan kekuasaan penuh. Hanya
saja, pada despotisme, penguasa negara ini memperlakukan warga negara layaknya
budak, dan sering melakukan genosida serta pembunuhan massal.
8. KEDIKTAKTORAN
Bentuk pemerintahan kediktatoran memiliki pemimpin puncak seorang
individu yang mempunyai kendali penuh serta mutlak terhadap negaranya. Pemimpin
puncak yang disebut sebagai dictator ini mendapatkan kekuasaannya dengan cara
melakukan kudeta militer. Dapat pula kekuasaan didapatkan dengan dipilih oleh
penguasa yang ada pada pemerintahan yang berbeda, lalu merebut kekuasaan.
9. FASISME
Fasisme adalah bentuk negara yang didasarkan pada propaganda nasionalisme
serta kebanggaan patriotik. Kepemimpinan dijalankan oleh seorang pemimpin tunggal
sebagai bagian kelompok yang lebih besar, yang juga mengikuti filosofi yang sama.
Pada pemerintahan fasisme, sentimen nasionalisme menjadi faktor penting dalam
menguasai orang-orang dan digunakan untuk menindas kebebasan rakyat.
10. MONARKI ABSOLUT
Bentuk pemerintahan monarki absolut menempatkan raja sebagai kepala
negara dan sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Jadi, raja memimpin dan
mengontrol pemerintahan secara mutlak. Pada bentuk pemerintahan ini pun seringkali
tidak membutuhkan adanya konstitusi formal.
11. MONARKI KONSTITUSIONAL
Bentuk pemerintahan monarki konstitusional menempatkan raja -raja sebagai
pemimpin Negara tertinggi. Hanya saja, hak -hak serta kekuasaan raja dibatasi dengan
adanya konstitusi.
12. MONARKI FEDERAL
Sistem monarki federal merupakan suatu bentuk federasi negara yang
mempunyai raja atau kepala Negara yang berbeda, akan tetapi diperintah oleh seorang
raja saja. Raja inilah yang disebut kepala dari seluruh federasi.
13. KORPORATOKRASI
Bentuk pemerintahan korporatokrasi ini memiliki sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh perusahaan, karena perusahaan telah mengambil alih pemerintahan.

7
14. MOBOKRASI
Bentuk pemerintahan mobokrasi ini dilakukan oleh massa atau gerombolan.
Jadi, sistem pemerintahan ini menempatkan populasi umum yang mengambil alih
pemerintahan untuk diperintah di bawah tangan mereka sendiri. Kondisi ini umumnya
bisa terjadi dalam konteks negatif. Jadi, ketika hukum dan ketertiban dalam suatu
Negara rusak, kemudian massa pun melakukan kekerasan dan pemberontakan
terhadap otoritas Negaranya.
15. DWIKEKUASAAN
Sistem pemerintahan yang berlangsung pada dwikekuasaan ini termasuk jenis
monarki. Hanya saja, negara berada di bawah kekuasaan dua kepala Negara. Para
pemimpin ini mendelegasikan sebagian tanggung jawab yang dimiliki kepada orang
lain. selain itu, pemerintahan yang dijalankan selalu berada di bawah kedua
pemimpin.
Jadi, berikut ini adalah beberapa sistem pemerintahan Negara-Negara yang ada di
dunia berdasarkan pada kontrol kekuasaan yang ada.

METODE ANALISIS
Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam analisis ini adalah data kualitatif. Data kualitatif
yaitu yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui
berbagai macam wawancara, analisis dokumen, atau observasi. Namun dalam analisis ini data
kualitatif diperoleh dari analisis dokumen. Dalam analisis ini sumber data yang digunakan
adalah data sekunder yang merupakan data analisis yang diperoleh penulis secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan, tulisan ilmiah, atau laporan yang tersimpan dalam arsip yang
di publikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Namun data sekunder pada analisis ini
diperoleh dari bahan yang tersedia di buku, jurnal, skripsi, modul, internet dan sumber yang
lainnya yang berkaitan dengan analisis ini.

Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam analisis ini yaitu metode analisis
deskriptif. Metode ini merupakan suatu metode yang bertujuan menguraikan,
membandingkan, memberikan gambaran kepemimpinan dalam beragam budaya dan Negara
dan menerangkan suatu data kemudian dianalisis sehingga dapat membuat kesimpulan sesuai
dengan informasi dan data yang telah ada dengan berdasarkan teori-teori yang digunakan
dalam analisis yaitu teori kepemimpinan, gaya kepemimpinan, keragaman budaya, dan
Negara.

8
HASIL ANALISIS
Adapun hasil dari analisis data ini yaitu dalam gaya kepemimpinan dalam keragaman
budaya dan Negara, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan mendasar dari sikap dan perilaku
kepemimpinan pada suatu Negara atau budaya. Di samping itu, terdapat pula beberapa variasi
perbedaan tipe dan gaya kepemimpinan di dalam kelompok budaya dan di dalam Negara
yang menganut system nilai berbeda dengan Negara lainnya. Jadi, bahwa setiap
kepemimpinan Negara memiliki tradisi/budayanya sendiri dalam menjalankan
pemerintahannya menurut budaya yang sudah melekat pada masyarakat di dalam suatu
Negara tersebut.

PEMBAHASAN
Analisis Kepemimpinan dalam Beragam Budaya dan Negara
Terkait dengan analisis bagaimana hubungan suatu kepemimpinan dalam beragam
budaya dan Negara, di sini penulis mengambil salah satu contoh Negara yang sangat kuat
dengan budaya kepemimpinannya yaitu Negara Jepang. Analisis ini untuk melihat bagaimana
kepemimpinan Negara Jepang yang dilihat dari sisi budaya nya yang ada sampai saat ini.
Negara Jepang adalah Negara Kekaisaran, kepala Negaranya adalah seorang Kaisar dengan
kepala pemerintahan seorang perdana menteri. Jepang merupakan Negara yang memiliki
sistem pemerintahan Demokrasi Parlementer dan bentuk pemerintahannya Monarki
Konstitusional. Badan dan lembaga-lembaga di Negara ini terdiri dari kaisar, kabinet, dewan
negara, dan dewan pemerintah. Rakyat Jepang tidak memilih presiden secara langsung karena
kepala pemerintahan Jepang adalah Perdana Menteri, dan Perdana Menteri ditunjuk oleh
parlemen Jepang.
Sistem Monarki Kontitusional ini sangat membatasi kekuasaan Kaisar Jepang.
Sebagai kepala Negara, kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi yaitu simbol
Negara dan pemersatu rakyat. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan Perdana Menteri
dan anggota Parlemen Jepang yang terpilih, dan kedaulatannya berada di tangan rakyat
Jepang sepenuhnya. Kaisar tidak memiliki kekuasaan yang berkaitan dengan pemerintahan,
dan semua kegiatan Kaisar adalah resmi dan merupakan seremonial yang memerlukan
masukan dan nasehat dari parlemen. Selain itu, Kaisar Jepang sendiri bertindak sebagai
kepala Negara dalam urusan politik dan diplomatik. Adapun kelebihan dari sistem
pemerintahan parlementer yang dianut oleh Negara Jepang, yaitu pembuat kebijakan dapat
ditangani dengan mudah dan cepat karena penyesuaian pendapat antara eksekutif dan
legislatif. Menteri-menteri yang diangkat merupakan kehendak dari suara terbanyak di
parlemen, sehingga dapat merepresentasikan kehendak rakyat. Sistem pertanggungjawaban
jelas dalam hal pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik. Dalam menjalankan tugasnya,
para Menteri akan berhati-hati karena adanya pengawasan dari parlemen.
Dalam hal ini kelompok memaparkan contoh kepemimpinan dalam Negara Jepang
yang dilihat dari salah satu tradisi/keyakinan masyarakat Jepang yang sampai saat ini masih
hidup di tengah para pemimpin /pejabat di Negeri Jepang, yaitu Budaya Harakiri. Dalam
sejarah bangsa Jepang, harakiri tumbuh di masyarakat Tradisional kalangan samurai, prajurit
pengawal setia kekaisaran dan telah ada sejak berabad-abad silam. Harakiri merupakan ritual
bunuh diri sebagai bagian dari bushido, kode kehormatan prajurit samurai untuk membayar
rasa malu atas kekalahan, menghindari kemungkinan penyiksaan ketika jatuh ke tangan
musuh. Tradisi ini yang masih di jaga kuat oleh masyarakat Jepang.

9
Harakiri juga ada dilakukan sebagai bentuk dari hukuman mati bagi samurai yang
telah melakukan pelanggaran serius seperti pembunuhan yang tidak beralasan, pemerkosaan,
korupsi, penghianatan dan kejahatan lainnya yang tak termaafkan. Dalam perkembangannya,
harakiri tetap hidup sebagai spirit, falsafah, dan kode etik kepemimpinan dalam
pemerintahan Jepang modern. Harakiri politik sudah menjadi hal yang lumrah, karena
semangat bushido meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi. Semangat
inilah yang menjadikan Jepang dikenal sebagai bangsa beretos kerja tinggi, memiliki dedikasi
dan loyalitas yang jarang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Berpijak dari spirit inilah
Jepang mampu mengukuhkan diri sebagai salah satu Negara maju di dunia.
Adapun budaya Harakiri dalam politik yang sering ditunjukkan para pemimpin
Jepang adalah keberanian mundur dari jabatan apabila seseorang merasa gagal dalam tugas
kenegaraan. Dua contoh teranyar dari harakiri politik adalah mundurnya Perdana Menteri
Jepang Naoto Kan pada 26 Agustus 2011 akibat krisis Nuklir pasca gempa besar (Tsunami)
yang melanda Negeri itu dan ketidakpuasan publik dengan penanganan pemerintah terhadap
krisis itu. Kemudian disusul dengan mundurnya Menteri Industri Yashio Hachiro pada 12
September 2011 hanya gara-gara salah ucap dengan menyebut kata “Kota Kematian” pasca
gempa besar itu. Mundur dari jabatan merupakan tradisi bangsa jepang dalam menjaga etika
kepemimpinan khas samurai, harakiri politik. Bunuh diri kekuasaan adalah bagi pemimpin
politik dan kekuasaan Jepang adalah symbol kehormatan prajurit samurai yang telah terdidik
untuk tidak menerima kekalahan, kesalahan, dan kegagalan. Menang, benar dan suskes atau
mati yaitu demi kepentingan dan kehormatan Negara, nyawa (kepentingan pribadi) rela
dikorbankan.
Harakiri politik adalah untuk menyelamatkan kepentingan yang lebih besar dan
menjaga kehormatan sebagai ciri khas watak ksatria sebernarnya bukan hanya tradisi bangsa
Jepang. Beberapa Negara di dunia yang dikenal memiliki semangat nasionalisme tinggi tak
lepas dari sejarah yang sama. Orang-orang Jepang sangat memegang erat kebudayaannya
yang dapat bermanfaat bagi orang banyak tanpa adanya rasa Otoriter atau keuntungan
Pribadi, yaitu salah satunya budaya Harakiri. Apabila kita melihat dari budaya Negara Jepang
di atas tersebut dengan Budaya Negara Indonesia, juga termasuk soal para pemimpinnya
maka akan sangat berbanding terbalik. Jika di Jepang, para pejabat dengan rela meninggalkan
jabatannya jika ketahuan melakukan Korupsi atau kesalahan yang lainnya, rasa malu yang
mereka miliki begitu tinggi dan mahal. Sedangkan di Indonesia Korupsi merupakan suatu
kebangaan tersendiri dan tidak ada lagi rasa malu sedikitpun.
Hal ini yang patut di contoh oleh Negara Indonesia terkait budaya Harakiri Politik
Negara Jepang, yaitu terkait dengan mental budaya malu yang tinggi, yang dimiliki oleh
setiap warga Negaranya bahkan para pemimpinnya untuk rela berkorban demi kepentingan
yang lebih besar daripada kepentingan pribadinya sendiri. Apabila telah melakukan
kesalahan, maka harus menunjukkan jati dirinya dengan meninggalkan egonya demi
kepentingan bersama. Pada analisis ini dalam kepemimpinan dalam keragaman budaya dan
Negara, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan mendasar dari sikap dan perilaku pemimpin
pada suatu Negara atau budaya. Di samping itu, terdapat pula beberapa variasi perbedaan tipe
dan gaya pemimpin di dalam kelompok budaya dan di dalam Negara yang menganut system
nilai berbeda.

10
Menurut Prasetyo (2006:28), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam
proses kepemimpinan yang di implementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang
memengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Adapun gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Negara Jepang yaitu dengan sistem demokrasi yang
ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis, bawahan
cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja, dan dapat
mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006:61).
Hal ini sesuai juga dengan tradisi/budaya kepemimpinan yang ada di Negara Jepang
yaitu budaya Harakiri. Dalam budaya Harakiri atau semangat Bushido yaitu setiap pemimpin
menjaga kehormatan mereka sebagai para pemimpin yang memiliki moral yang tinggi. Setiap
kepemimpinan dalam Negara Jepang rela berkorban demi kepentingan yang lebih besar
(nasional) daripada kepentingan pribadinya sendiri dan mengutamakan mutu kerja yang
beretos kerja tinggi. Dan Semangat itulah yang dijadikan oleh pemimpin dan masyarakat
Jepang untuk mengarahkan diri mereka agar memiliki dedikasi yang penuh terhadap Negara
demi kemajuan suatu bangsa dan memiliki loyalitas terhadap pekerjaannya. Jadi, dengan
berpijak dari spirit atau semangat inilah Negara Jepang dapat menjadi salah satu Negara maju
di dunia.
Maka dari itu, kelebihan dari kepemimpinan berdasarkan budaya harakiri yang
dimiliki oleh Negara Jepang adalah bahwa setiap pemimpin memiliki mental budaya malu
yang tinggi sehingga berani mundur dari jabatan yang dipegangnya apabila ia melakukan
kesalahan dan gagal dalam menjalankan tugas kenegaraannya hal itu dilakukan untuk
menjaga kode etika kepemimpinan dan demi kepentingan bersama. Kepemimpinan
berdasarkan tradisi atau budaya harakiri Negara Jepang terhadap prediksi dalam
kepemimpinan global adalah bahwa setiap pemimpin nanti seharusnya dalam setiap Negara-
negara yang berada di kawasan Amerika, Eropa, Afrika dan Asia harus mempunyai
pemimpin yang memiliki moral yang tinggi dengan semangat nasionalisme untuk memajukan
bangsanya dengan mementingkan kepentingan nasional daripada kepentingan pribadinya dan
menjaga etika kepemimpinan demi kehormatan Negara.
Adapun gaya kepemimpinan yang diambil dari jurnal sebagai pembanding dalam
analisis ini yang di tulis oleh Jean Lau Chin (2013) yang berjudul Diversity Leadership :
Influence pf Ethnicity, Gender, and Minority Status yaitu Mayoritas Negara-negara yang
berada di Amerika Utara menjalankan budaya kepemimpinan Monarki Konstitusional yang
berarti gaya kepemimpinan parlementer yang berpusat pada keputusan parlemen atau perdana
menteri yang merupakan Negara-negara federasi dan juga yang terbentuk dari undang-
undang konfederasi dengan sistem desentralisasi. Sistem desentralisasi artinya semua
kebijakan dan keputusan tidak semua harus berdasarkan pendapat raja/ratu semua mutlak di
tangan Perdana Menteri. Negara-negara tersebut juga merupakan bekas jajahan Negara
Prancis dan Britania Raya (Inggris). Dilihat dari sisi budayanya, budaya kepemimpinan
Negara-negara ini secara besar dipengaruhi oleh budaya atau tradisi Negara Inggris dan
Prancis sebagai akibat masa kolonialnya dahulu. Jadi salah satu tradisi yang masih dipakai
hingga saat ini oleh para pemimpin di Negara Amerika Utara ialah penguasa kerajaan
merupakan ketua komandan angkatan bersenjata. Hal ini dilakukan untuk lebih mudah
mengkordinir dan memantau pergerakan pasukan militer diwilayah Negara maupun yang
bertugas di luar Negeri.

11
Dari pembahasan analisis diatas, diambil juga sebuah jurnal sebagai pembanding
untuk membandingkan suatu gaya kepemimpinan yang di tulis oleh Buba, S.P.G. & Tanko,
B.L. (2017) yang berjudul Project Leadership and Quality Performance of Contruction
Projects, yang isi membahas pengaruh gaya kepemimpinan terhadap proyek kontruksi mutu
kinerja di Nigeria. Dalam teorinya yang digunakan Bass (1985) pemimpin transformasional
dapat memotivasi pengikutnya dengan membuatnya menyadari pentingnya pekerjaan mereka
dan meyakinkan mereka untuk mengorbankan diri, tertarik untuk kepentingan kelompok dan
mendorong mereka untuk mencapainya kebutuhan yang lebih tinggi. Sejalan dengan teori
tersebut tujuan dari penelitian dalam jurnal ini mencatat bahwa untuk pemimpin proyek,
bahwa untuk memimpin proyek yang baik dan berkualitas, pemimpin harus memotivasi dan
membuat orang dalam kelompok berintegrasi menjadi satu tim hingga mereka mencapai
tujuan dari proyek tersebut. Di dalam jurnal ini dinyatakan bahwa kepemimpinan telah
terbukti menjadi faktor penting dalam keberhasilan proyek tersebut.
Adapun hubungannya dari jurnal diatas dengan contoh Negara yang diambil dalam
pembahasan yaitu Negara Jepang. Dalam kepemimpinan transformasional pemimpin
memberikan motivasi pengikutnya dan membuat mereka menyadari bahwa pentingnya
pekerjaan mereka dan rela berkorban demi tercapainya tujuan. Hal ini serupa juga pada
kepemimpinan Negara Jepang yang memegang budaya Harakiri sebagai pedoman untuk
melakukan pekerjaan atau tugas mereka, dimana pemimpin atau masyarakat Jepang
mengutamakan mutu kerjanya yang beretos kerja tinggi dan setiap pemimpin menjaga
kehormatan mereka sebagai para pemimpin yang memiliki moral yang tinggi dan rela
berkorban demi kepentingan yang lebih besar (nasional) daripada kepentingan pribadinya
sendiri. Jadi pengaruh gaya kepemimpinan transfomasional dengan budaya Harakiri sama-
sama ingin mencapai kebutuhan yang lebih tinggi yaitu mencapai tujuan dari Negara atau
dalam kelompok.

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari analisis ini, adalah :
Peran atau pengaruh budaya dalam kepemimpinan pada suatu Negara memiliki
pengaruh yang bahkan bisa berdampak positif atau bisa juga berdampak negatif bagi
kemajuan suatu Negara, organisasi atau kelompok. Hal ini tergantung bagaimana sikap,
perilaku atau gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin didalam Negara tersebut.
Sikap, perilaku, tipe atau gaya kepemimpinan dapat mencerminkan kepemimpinan seseorang
dalam menjalankan pemerintahannya yang bisa juga dipandang melalui tradisi/budaya yang
sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Negara itu sendiri. Maka dari itu, berdasarkan
jurnal pembanding yang digunakan dalam analisis ini, perlu diingat bahwa sebagian besar
Negara-negara mempunyai gaya atau tipe kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan
situasi, kondisi atau budayanya masing-masing dan pengaruh gaya kepemimpinan menjadi
faktor penting terhadap pencapaian tujuan suatu Negara, organisasi atau kelompok.

12
Saran
Saran bagi kepemimpinan dalam setiap Negara sebaiknya memiliki mental budaya
malu yang tinggi, agar apabila terjadi pelanggaran atau gagal dalam tugas kenegaraan harus
rela berkorban dan mundur dari jabatannya demi kepentingan bersama dan setiap pemimpin
harus selalu mementingkan kepentingan orang banyak dan tidak mementingkan kepentingan
pribadinya, hal ini demi memajukan suatu Negara agar dapat menjadi Negara yang banyak
disegani oleh Negara lain. Contohnya seperti Negara Jepang yang dijadikan pembahasan
dalam analisis ini.

DAFTAR PUSTAKA
Pasolong, Harbani. 2013. KEPEMIMPINAN BIROKRASI. Bandung : CV ALFABETA.
Dimyati, Hamdan. 2014. MODEL KEPEMIMPINAN & SISTEM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN. Bandung : CV PUSTAKA SETIA.
Northouse, Peter G. 2013. Kepemimpinan : Teori dan Praktik. Jakarta Barat : PT Indeks.
Ebook :
Lembaga Administrasi Negara. 2008. Kepemimpinan Dalam Keragaman Budaya.
Jakarta : LAN.
Jurnal :
Risdanti, Ndaru. 2013. Studi Lintas Budaya Kepemimpinan Gaya Korea Di Indonesia
(Pada PT. Semarang Garment). Semarang : Jurnal Bisnis Strategi. Vol.22 No. 2.
Trias Waliningsuci, M.Al Musadieq, & Djamhur Hamid. Pengaruh Budaya Organisasi dan
Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan. Diunduh dari
:ejournalfia.ub.ac.id/index.php/profit/article/download/528/918. Diakses Pada
Tanggal 01 Desember 2017, Pukul 22:40 WIB.
Wanda J.N Tumbol, Agus T. Poputra, & Treesje Runtu. 2014. Analisis Dengan
Menggunakan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan
Membeli atau Membuat Sendiri Bakso Pada Bakso Pasuruan. Manado : Jurnal
EMBA. Vol.2 No.2, Hal 1440-1447.
Skripsi :
Pribadi Darmawan Insan. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif, Lingkungan
Kerja, Kompensasi, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan. Diunduh
dari : eprints.undip.ac.id/48804/1/07_INSAN.pdf. Diakses Pada Tanggal 01
Desember 2017, Pukul 20:50 WIB.
Internet :
Taslim fitra. 2011. Kepemimpinan Dalam Keberagaman Budaya. Diambil dari :
http://taslimfitra.blogspot.co.id/2011/01/kepemimpinan-dalam-keberagaman-
budaya.html. Diakses Pada Tanggal 17 November 2017, Pukul 11.26 WIB

13
M. Hafidh Nashrullah. 2008. Kepemimpinan Dalam Konteks Lintas-Budaya. Diambil dari :
http://catatanhafidh.blogspot.com/2008/06/kepemimpinan-dalam-konteks-
lintas.html?m=1. Diakses Pada Tanggal 30 Nopember 2017, Pukul 23:45 WIB.
Alvinesta, Arfan. 2015. Perkembangan Mutakhir Tentang Kepemimpinan. Diambil dari :
http://kepemimpinan2050.blogspot.co.id/2015/12/perkembangan-mutakhir-
tentang.html. Diakses Pada Tanggal 17 November 2017, Pukul 23:22 WIB
Id Tesis. 2014. Definisi Negara Menurut Para Ahli. Diambil dari : https://idtesis.com/definisi-
negara/. Diakses Pada Tanggal 01 Desember 2017, Pukul 00:24 WIB.
Juan Dynash. 2017. Pengertian Negara, Unsur, Sifat, Fungsi, Tujuan. Diambil dari :
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-negara-unsur-
fungsi-tujuan.html. Diakses Pada Tanggal 01 Desember 2017, Pukul 00:39 WIB.
Akbar. 2014. Kepemimpinan Di Negara Jepang. Diambil dari :
https://www.slideshare.net/KhabariyAkbaruhusna/kepemimpinan-di-negara-jepang.
Diakses Pada Tanggal 01 Desember 2017, Pukul 23:16 WIB.
Kompasiana. 2015. Ritual Tebus Malu : Jepang “Seppuku”, Indonesia “Sebodo Amat”.
Diambil dari : https://www.kompasiana.com/rubensetiono/ritual-tebus-rasa-malu-
jepang-seppuku-indonesia-sebodo-amat_564c0e89799373dd11518033. Diakses Pada
Tanggal 02 Desember 2017, Pukul 00:12 WIB.
Poros Ilmu. 2017. Bentuk-Bentuk Pemerintahan Negara Di Dunia Berdasarkan Kontrol
Kekukasaan. Diambil dari : http://www.porosilmu.com/2017/09/bentuk-
pemerintahan-negara-di-dunia.html. Diakses Pada Tanggal 04 Desember 2017, Pukul
19:41 WIB.
Govicca Roni S. 2017. Bentuk Sistem Pemerintahan Dunia. Diambil dari :
https://duniasehatcom.wordpress.com/2017/05/10/bentuk-sistem-pemerintahan-di-
dunia/. Diakses Pada Tanggal 04 Desember 2017, Pukul 19:46 WIB.
Dahniar. 2013. Sistem Pemerintahan Jepang. Diambil dari :
http://dahniar1.blogspot.co.id/2013/10/sistem-pemerintahan-jepang.html. Diakses
Pada Tanggal 04 Desember 2017, Pukul 22:00 WIB.
Mike Ria F. 2017. Sistem Pemerintahan Yang Saat Ini Digunakan Di Jepang. Diambil dari :
https://www.sutekiji.com/sistem-pemerintahan-jepang/. Diakses Pada Tanggal 04
Desember 2017, Pukul 22:10 WIB.
Jurnal Internasional :
Jean Lau Chin. 2013. Diversity Leadership : Influence of Ethnicity, Gender, and Minority
Status. New York : Open Journal of Leadership. Vol. 2 No. 1, 1-10.
Buba & Tanko. 2017. Project Leadership and Quality Performance of Contruction Projects.
Malaysia : International Journal of Built Environment and Subtainability. Vol.4
No.2, hal 177.

14

Anda mungkin juga menyukai