Bab 2 Metopen Finish
Bab 2 Metopen Finish
DIAJUKAN OLEH
YULITA CITRA
1411308240378
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kualitas Pelayanan
Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan
terhadap keberhasilan suatu organisasi. Kualitas menjadi pedoman utama dalam
pengembangan dan keberhasilan implementasi program-program manajerial dan
kerekayasaan untuk mewujudkan tujuan-tujuan bisnis yang utama. Secara etimologi
tidak mudah mendefenisikan atau memberikan pengertian mengenai kualitas. Namun
demikian ada beberapa defenisi umum yang diberikan oleh beberapa pakar kualitas.
Dikemukakan oleh Josep M. Juran (Tjiptono, 2014 : 11) bahwa kualitas adalah
kecocokan untuk pemakaian (fitness for use). Defenisi ini menekankan orientasi pada
pemenuhan harapan pelanggan. Secara sederhana pengertian kualitas pelayanan
dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara pelayanan yang diharapkan konsumen
dengan pelayanan yang diterimanya (Parasuraman, Zeithami, dan Berry, 1988:240).
Menurut Zethami, Berry dan Parasuraman (dalam Tjiptono, 2014 : 12) kualitas yang
dirasakan
didefinisikan
sebagai
penilaian
konsumen
terhadap
keseluruhan
Berkaitan
dengan
masalah
kualitas
pelayanan,
pada
dasarnya
antara produksi dan konsumsi, outputnya tidak terstandar dan tidak dapat disimpan
(Kotler, 1997 : 115). Ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas layanan,
yaitu layanan yang diharapkan (expected service) dan layanan yang diterima
(perceived service). Apabila layanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan
yang diharapkan konsumen, maka kualitas layanan dipersepsikan sebagai kualitas
ideal, tetapi sebaliknya jika layanan yang diterima atau dirasakan lebih rendah dari
pada yang diharapkan, maka kualitas layanan dipersepsikan buruk. Dengan demikian
baik tidaknya kualitas layanan bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi
penyedia jasa/layanan melainkan berdasarkan pada persepsi konsumen. Seperti yang
dikemukakan Kotler (1997 : 116) bahwa kualitas harus dimulai dari kebutuhan
konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen. Persepsi konsumen terhadap
kualitas layanan itu sendiri merupakan penilaian menyeluruh konsumen atas
keunggulan suatu layanan. Terdapat 5 (lima) determinan kualitas jasa yang dapat
dirincikan sebagai berikut :
a. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan instansi untuk memberikan pelayanan
sesuai yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.
b. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kemauan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada para masyarakat dengan
penyampaian informasi yang jelas.
c. Asuransi (assurance), yaitu pengetahuan dan kesopansantunan pegawai serta
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan para
masyarakat kepada instansi.
d. Empati (emphaty), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para masyarakat dengan berupaya memahami
keinginan masyarakat. Bukti fisik (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan
dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik lembaga pemerintahan dan keadaaan
lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh
pemberi jasa. Mengukur kualitas pelayanan berarti membandingkan kinerja suatu
jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Dikemukakan oleh Lehtinen dan Lehtinen (dalam Tjiptono, 2004 : 97) bahwa ada
dua dimensi kualitas jasa, yaitu process quality (yang dievaluasi pelanggan
selama jasa diberikan) dan output quality (yang dievaluasi setelah jasa
diberikan).
pelanggan.
7) Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.
8) Security, yaitu aman dari bahaya, risiko, keragu-raguan.
9) Understanding/knowing the customer, yaitu usaha untuk memahami
kebutuhan pelanggan.
10) Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang
dipergunakan, representasi fisik dari jasa.
2. Pelayanan BPJS tingkat pertama
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, peserta BPJS Kesehatan dalam
memeroleh pelayanan kesehatan harus sesuai dengan indikasi medis. Fasilitas
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah:
a. puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
d. klinik pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama
milik TNI/POLRI;
e. rumah sakit kelas D pratama atau yang setara; dan
f. fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan fasilitas rawat inap.
Fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam pelayanan peserta BPJS Kesehatan
lebih berfokus kepada pelayanan rujukan, pelayanan medis primer atau dasar dan
pelayanan rawat inap bagi fasilitas kesehatan yang memiliki sarana rawat inap.
Peserta BPJS Kesehatan yang memerlukan rawat jalan tingkat pertama dan
pelayanan gigi harus melalui prosedur sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
fasilitas kesehatan.
5) Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh obat.
6) Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pasca
melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan atau dokter umum.
7) Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan pemeriksaan ataupun
tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka fasilitas
kesehatan tingkat pertama akan memberikan surat rujukan ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan sistem
rujukan yang berlaku.
8) Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama kali pengobatan ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan, dan selanjutnya selama masih dalam perawatan dan belum di
rujuk balik ke fasilitas kesehatan tingkat pertama tidak dibutuhkan lagi surat
rujukan. Dokter yang menangani memberi surat keterangan masih dalam
perawatan.
9) Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang
telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah
disediakan BPJS Kesehatan.
Peserta BPJS Kesehatan yang memerlukan rawat inap tingkat pertama
harus melalui prosedur sebagai berikut:
(a) Peserta datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki fasilitas
rawat inap.
(b) Fasilitas kesehatan dapat melayani peserta yang terdaftar maupun peserta yang
dirujuk dari fasilitas kesehatan tingkat pertama lain.
(c) Peserta menunjukkan identitas BPJS Kesehatan.
(d) Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta.
(e) Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan,
obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)
(f) Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masingmasing fasilitas kesehatan.
(g) Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang
telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah
disediakan BPJS Kesehatan.
(h) Peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan bila secara
indikasi medis diperlukan.
Peserta BPJS Kesehatan yang memerlukan pemeriksaan darah sesuai
indikasi medis harus melalui prosedur sebagai berikut:
1) Darah disediakan oleh fasilitas pelayanan darah yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
2) Penggunaan darah sesuai indikasi medis berdasarkan surat permintaan
darah yang ditandatangani oleh dokter yang merawat.
Gambar 2.1. Alur Pelayanan Kesehatan
3. Kepuasan
Menurut Tse dan Wilton (dalam Tjiptono, 2014 : 146) disebutkan bahwa
kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual
produk setelah pemakaiannya. Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari harapan
dan kinerja. Oliver (dalam Tjiptono, 2014 : 146) memberikan pendapat bahwa
kepuasan keseluruhan ditentukan oleh ketidaksesuaian harapan yang merupakan
perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan merupakan
fungsi positif dari harapan pelanggan dan keyakinan diskonfirmasi. Dengan
demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari
perbandingan antara harapan dan kenyataan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Linder Pelz
dalam Gotleb, Grewal dan Brown (Tjiptono, 2014 : 147) bahwa kepuasan merupakan
respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik. Sementara
Sensoris
Deproses
Indra(input
Persepsi
output
Indra di otak
(pusat syaraf)
Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah
dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian kita.
(c) Pengulangan (Repetition)
Iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian kita, walaupun
seringkali kita merasa jengkel dibuatnya. Sesuatu yang baru (novelty)
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada
sesuatu yang telah kita ketahui. Sesuatu yang menjadi perhatian orang
banyak Suatu stimulus yang menarik perhatian orang banyak akan menarik
perhatian kita.
2) Faktor Internal
Pengalaman/pengetahuan Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki
seseorang merupakan faktor yang berperan dalam menginterpretasikan
stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita
pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi.
(a) Harapan atau Expectation
Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.
(b) Kebutuhan
Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebutdapat masuk dalam
rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan menyebabkan kita
menginterpretasikan stimulus secara berbeda.
(c) Motivasi
Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang.
(d) Emosi
Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang
ada.
(e) Budaya
Seseorang
dengan
latar
belakang
budaya
yang
sama
akan
stimulus
yang
mengenai
alat
indera
atau
reseptor.Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor.Namun sebagian besar stimulus datang dari
luar individu.
1. P. Administrasi
2. P. Medis
3. P. Keperawatan
4. P. Penunjang Medis
Kepuasan
Masyarakat
Faktor Internal :
1. Pengalaman /
Pengetahuan
2. Harapan
3. Kebutuhan
4. Motivasi
5. Emosi
6. Budaya
Faktor Eksternal :
1. Kontras
2. Perubahan Intensitas
3. Pengulangan
4. Sesuatu yang baru
5. Sesuatu yang mejadi
perhatian banyak orang
PERSEPSI
Gambar 2.2. Kerangka Teori (Sumber : Modifikasi, Ilmu Perilaku, 2009, 111. Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi, 2010, 104. Panduan Layanan bagi Peserta BPJS
Kesehatan,2016,)
C. Kerangka Konsep
Kepuasan masyarakat
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan masyarakat dalam ikut serta
program BPJS kesehatan.
2. Ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap persepsi masyarakat dalam ikut serta
program BPJS.
3. Ada perbedaan pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan dan persepsi
masayarkat dalam ikut serta program BPJS.