Anda di halaman 1dari 10

B.

NOTASI ILMIAH
Ada tiga teknik yang populer yang banyak digunakan di berbagai perguruan tinggi
baik PTN maupun PTS, yakni footnote, innote, dan endnote.
1. Footnote
Footnote adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber suatu
kutipan, pendapat, buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Footnote dapat juga berisi
komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks, seperti keterangan
wawancara, pidato di televisi, dan yang sejenisnya. Gelar akademik dan gelar
kebangsawanan tidak disertakan serta nama pengarang/penulis tidak dibalik.
a. Nomor Footnote
Footnote atau catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor kutipan dengan
menggunakan angka Arab kecil (1, 2, 3, dst.) yang diketik naik setengah
spasi. Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai
dan dimulai dengan nomor satu lagi pada bab-bab berikutnya.
b. Bentuk Footnote
Dalam footnote urutan penulisannya ada beberapa macam cara. Namun, di sini
hanya disebutkan dua macam cara sebagaimana yang sering digunakan di mayoritas
perguruan tinggi. Cara pertama urutannya adalah sebagai berikut.
1) Nama pengarang koma
2) Nama buku koma
3) Nomor jilid buku (jika ada) koma
4) Nama penerbit koma
5) Nama kota tempat terbit buku koma
6) Tahun penerbitan koma
7) Halaman-halaman yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks titik.
Selanjutnya, cara kedua urutannya adalah sebagai berikut.
1) Nama pengarang koma
2) Nama buku koma
3) Nomor jilid buku (jika ada) koma
4) Nama kota tempat terbit buku titik dua
5) Nama penerbit koma
6) Tahun penerbitan koma
7) Halaman-halaman yang dikutip atau yang berkenaan dengan teks titik.
Contoh:
1
Andrew Spencer, Morphological Theory: An Introduction to Word Structure in
Generative Grammar, Blackwell Publishers, Cambridge, Massachusetts, 1993, h. 81.
Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Penerbit Nusa
Indah, Flores, NTT, 2001, h. 34.
2

Anda juga bisa menulis footnote dengan cara kedua, yaitu sebagai berikut.
Andrew Spencer, Morphological Theory: An Introduction to Word Structure in
Generative Grammar, (Cambridge, Massachusetts: Blackwell Publishers, 1993), h. 81.
1

Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Flores, NTT:


Penerbit Nusa Indah, 2001), h. 34.
2

Pada cara kedua, antara nama kota tempat terbit buku, nama penerbit, dan tahun
terbit ditempatkan di dalam kurung.

c. Footnote yang Berkaitan dengan Jumlah dan Nama Pengarang


1) Pengarang satu orang (lihat contoh di atas).
2) Pengarang dua atau tiga orang: nama pengarang dicantumkan semua.
Contoh:
3
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta,
Jakarta, 1995, h. 136.
S. Nasution dan M. Thomas, Buku Penuntun Membuat Tesis Skripsi Disertasi
Makalah, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, h. 35.
4

D. Edi Subroto, Soenardji, dan Sugiri, Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Jawa,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1991, h. 112.
5

3) Jika pengarang lebih dari tiga orang yang dicantumkan hanya nama pengarang pertama dan
di belakangnya ditulis et al. atau dkk. et al. asalnya dari et alii dengan orang lain.
Contoh:
6
Florence B. Stratemeyer, (et al.), Developing a Curriculum for Modern Living,
Bureau of Publications Teachers College, Columbia University, New York, 1957, h. 56 - 149.
7
Abboud, (et. al), Elementary Standard Arabic. Edisi II, Cambridge University Press,
Cambridge, 1986, h. 28.
4) Jika buku itu merupakan kumpulan karangan, yang dicantumkan hanya nama editornya, di
belakangnya (Ed.) atau (Editor).
Contoh:
8
John Lyons (Ed.), New Horizons in Linguistics, Cet.V, Penguin Books Ltd, Great
Britain, 1975, h.108.
Fauzie Ridjal, Lusi Margiyani, dan Agus Fahri Husein (Ed.), Dinamika Gerakan
Perempuan di Indonesia, PT Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1993, h. 220.
9

5) Jika tidak ada nama pengarang, yang dicantumkan adalah nama badan, lembaga,
perkumpulan, perusahaan, negara, dan sebagainya yang menerbitkannya.
Contoh:
10
Departemen Agama RI, Kurikulum Madrasah Aliyah: GBPP Bidang Studi Bahasa
Arab, Dirjen Binbaga Islam, Jakarta, 1994, h. 1.
6) Jika buku itu merupakan terjemahan, yang dicantumkan tetap nama pengarang aslinya, dan
di belakang nama buku dicantunkan nama penerjemah.
Contoh:

Harold H. Titus, Merilyn Smith S., dan Richard T. Nolan, Persoalan-persoalan


Filsafat, alih bahasa Rasjidi H.M., Bulan Bintang, Jakarta, 1984, h. 256.
11

Catatan:
Kata alih bahasa bisa diganti dengan kata edisi terjemahan oleh atau
terjemahan.
d. Metode Penulisan Footnote
Footnote dapat diambil dari berbagai macam sumber, seperti dari buku, majalah,
surat kabar, karangan yang tidak diterbitkan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi, interviu
(wawancara), dan ensiklopedi.
1) Buku
Contoh:
Andrew Spencer, Morphological Theory: An Introduction to Word Structure in
Generative Grammar, Blackwell Publishers, Cambridge, Massachusetts, 1993, h. 81.
12

Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Penerbit Nusa


Indah, Flores, NTT, 2001, h. 34.
13

Keterangan:
a) Nomor footnotes jauhnya tujuh pukulan tik dari garis margin teks, yakni sama dengan
permulaan alinea baru. Kalau footnotes terdiri lebih dari dua baris, baris kedua dan
selanjutnya dimulai pada garis margin teks biasa dengan jarak antarbaris satu spasi.
b) Nama pengarang menurut urutan namanya yang sewajarnya, yakni nama kecil atau
initialnya dan nama akhirnya. Pangkat dan gelar seperti, Drs., M.A., Prof., Dr., dan
sebagainya tidak usah dicantumkan.
Kalau pengarang memakai nama samaran, di antara tanda kurung besar
dicantumkan nama yang sebenarnya.
Contoh:
14
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Sejarah Ummat Islam, Penerbit
Islamiyah, Medan, 1950, h. 47.
3) Nama buku diberi garis bawah atau dicetak miring.
4) Keterangan-keterangan mengenai penerbit: nama, tempat, dan tahun penerbitan.
5) Nomor halaman yang bersangkutan.
2) Majalah
Sumber acuan dapat diambil dari artikel atau makalah yang diambil dari majalah.
Nama majalah dicetak miring atau diberi garis bawah, sedangkan judul artikel dalam
majalah tersebut diberi tanda petik ganda. Jika ada nomor majalah, ditulis dengan angka
Arab kecil (1, 2, 3, dan seterusnya) sedangkan jika ada volume atau edisi majalah ditulis
dalam angka Romawi.

Contoh:
Kusmin, Gaji Guru antara Das Sollen dan Das Sein Derap Guru Jawa Tengah,
No. 73, Februari, VII, 2006, h. 27-28.
15

Ahmad
Tarifin,
Menimbang
Paradigma
Liberalisme
dalam
Praktik
Persekolahan, Forum Tarbiyah: Jurnal Pendidikan Islam STAIN Pekalongan, No. 1, Juni,
III, 2005, h. 123.
16

3) Surat Kabar
Sumber acuan dapat pula diambil dari artikel atau makalah yang diambil dari surat
kabar atau koran. Nama surat kabar dicetak miring atau diberi garis bawah, sedangkan
judul artikel dalam majalah tersebut diberi tanda petik ganda.
17
Rokhmah Sugiarti, Meluruskan Mitos Jari-jari Perempuan, Suara Merdeka, 29
Mei 2000, h. 7.
4) Makalah
Din Syamsuddin, Peranan Golkar dalam Pendidikan Politik Bangsa, makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional Peranan Pendidikan Islam dalam Pendidikan Politik
di Indonesia yang diselenggarakan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
Semarang, 1921 Mei 1996.
18

5) Karangan yang tidak diterbitkan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi.


19
Afdol Tharik Wastono, Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa Arab, Tesis Magister
Humaniora, Perpustakaan UI Jakarta, 1997, h. 82. atau
Afdol Tharik Wastono, Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa Arab, Tesis
Magister Humaniora, Universitas Indonesia, Jakarta, 1997, h. 82.
20

6) Interviu atau Wawancara


21

Wawancara dengan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 8 April

2004.
7) Pidato di televisi
Penjelasan A. Latief dalam siaran Pembinaan Bahasa Indonesia melalui TVRI hari
Selasa, 4 Agustus 1987 pukul 20.35 WIB.
22

8) Komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks


Contoh:
Sehubungan dengan macamnya penyisip itu, teknik sisip dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu: (disadur dari Sudaryanto, 1993:68).
(i) teknik sisip pisah atau teknik SP; dan
(ii) teknik sisip tambah atau teknik ST.23
Kalimat yang dikutip tersebut harus ditulis sumbernya dalam footnote, seperti berikut
ini.

Preferensi penginggrisannya diusulkan (i) separating interruption technique untuk


teknik SP dan (ii) adding interruption technique untuk teknik ST.
23

9) Karangan dalam ensiklopedi.


a) Nama pengarang diketahui.
24
E.E. Kellet, "Spinoza", Encyclopedia of Religions and Ethics XI 1921, h. 251.
b) Nama pengarang tidak diketahui.
25
"Katalisator", Ensiklopedia Indonesia I.
e. Mempersingkat Footnote
Footnote atau catatan kaki tidak usah selalu ditulis dengan lengkap. Jika suatu
sumber telah pernah disebut dengan lengkap, yakni pada pertama kalinya, f ootnote yang
selanjutnya dapat dipersingkat dengan menggunakan singkatan ibid., op. cit., dan loc. cit.
1) Pemakaian ibid., op. cit., dan loc. cit.
Ibid., kependekan dari ibidem 'pada tempat yang sama' dipakai apabila suatu
kutipan diambil dari sumber yang sama, halaman sama atau berbeda dengan yang
langsung mendahuluinya dengan tidak disela oleh sumber lain.
Op. cit., kependekan dari opere citato 'dalam karangan yang telah disebut atau
dikutip' dipakai apabila suatu kutipan diambil dari sumber yang sama, tetapi halaman
berbeda dan telah diselingi oleh sumber-sumber lain.
Loc. cit., kependekan dari loco citato 'pada tempat yang telah disebut atau dikutip'
digunakan apabila suatu kutipan diambil dari sumber yang sama, halaman sama dan telah
diselingi oleh sumber-sumber lain.
2) Contoh pemakaian ibid., op. cit., dan loc. cit.
24
Muhammad Syahrur, Prinsip dan Dasar Hermeneutika Al-Quran Kontemporer,
Elsaq Press, Yogyakarta, 2004, h. 129.
25

Ibid., h. 147 (berarti dari buku yang tersebut di atas).

Fahruddin Faiz, Hermeneutika Al-Quran: Tema-tema Kontroversial, Elsaq Press,


Yogyakarta, 2005, h. 102.
26

Zainab Hasan Syarqawi, Fiqih Seksual Suami-Istri: Kunci Sukses Menggapai


Kebahagiaan Hidup, alih bahasa Hawin Murtadho, Media Insani Press, Solo, 1951, h. 23.
27

28

Fahruddin Faiz, op. cit., h. 109 (buku yang telah disebut di atas).

Zainab Hasan Syarqawi, loc. cit. (menunjuk kepada halaman yang sama dengan
yang disebut terakhir, yakni h. 23).
29

2. Innote
Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau
diletakkan dalam narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat.
Pada innote, ketentuannya adalah sebagai berikut.
a.
Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan.

b.
Menulis nama akhir pengarang.
c.
Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung.
d.
Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak
langsung.
Contoh:
Perkembangan bahasa merupakan hal yang sangat urgen dalam tahap perkembangan
jiwa anak. Menurut Yule (1996:178-180), perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat
tahap, yaitu (1) tahap pralinguistik (pre-language stages), (2) tahap satu kata, satu frasa (the
one-word or holophrastic stage), (3) tahap dua kata, satu frasa (the two-word stage), dan (4)
tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).
Pada contoh di atas, notasi ilmiahnya mencakup: Yule, 1996:178. Yule adalah
pengarang buku yang dikutip, 1996 adalah tahun terbit buku yang dikutip, dan 178 adalah
halaman tempat teks yang dikutip.
Perhatikan pula contoh penulisan innote di bawah ini.
Dalam hal morfem, Lyons (1968:180) mengatakan, morphemes are described as
minimal units of grammatical analysis artinya, morfem adalah unit analisis gramatikal yang
terkecil; misalnya kata unacceptable adalah terdiri dari tiga morfem, yaitu un, accept, dan able.

a.
b.
c.

1.

3. Endnote
Pada teknik endnote, nama pengarang diletakkan setelah bunyi kutipan atau
dicantumkan di bagian akhir narasi, dengan ketentuan sebagai berikut.
Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan.
Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
Menulis nama akhir pengarang, tanda koma, tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di
dalam kurung, dan akhirnya diberi titik.
Contoh:
Pada aspek penguasaan pragmatik, anak dianggap sudah dapat berbahasa pada waktu ia
mampu mengeluarkan kata-kata pertamanya, yaitu sekitar usia satu tahun. Akan tetapi,
sesungguhnya sejak masa-masa awal setelah kelahirannya, anak mampu berkomunikasi
dengan ibunya. Demikian juga orang-orang dewasa di lingkungannya pun memperlakukan
anak seolah-olah sudah dapat berbicara (Spencer dan Kass, 1970:130).
Pada contoh di atas, notasi ilmiahnya meliputi: Spencer dan Kass, 1970:130.
Spencer dan Kass adalah nama akhir pengarang buku yang dikutip, 1970 adalah tahun
terbit buku yang dikutip, dan 130 adalah halaman teks yang dikutip.
Ada
beberapa
catatan
yang
perlu
diperhatian
baik
untuk
penulisan innote maupun endnote, antara lain:
Jika diperlukan dua buku rujukan untuk kepentingan pendapat tersebut dan buku-buku itu
membicarakan hal yang sama, penampilan kutipannya sebagai berikut.

Contoh:
Selanjutnya, Spencer dan Kass (1970:128) menyatakan bahwa dari sudut pandang
psikolinguistik, pertanyaan yang paling menarik tentang pemerolehan bahasa anak adalah
bahwa pemerolehan bahasa melibatkan keahlian berbicara (skills of speaking) dan pemahaman
(understanding). Para pakar psikolinguistik harus memilah-milah antara apa yang anak ketahui
tentang bahasa dan ungkapan-ungkapan yang dia ucapkan.

2. Jika diperlukan tiga buku rujukan untuk kepentingan pendapat tersebut dan buku-buku
itu membicarakan hal yang sama, penampilan kutipannya sebagai berikut.
Contoh:
Bahasa baku memiliki tiga fitur yang sangat urgen, yaitu (1) kemantapan dinamis, (2)
cendekia, dan (3) rasional (Arifin dan Tasai, 2000:19-20; Perum Balai Pustaka, 1993:13; Chaer
dan Agustina, 1995: 254).
Perhatikan pula pemakaian tanda titik koma pada endnote di atas. Tanda titik koma
(;) pada endnote di atas, digunakan untuk memberikan batasan antara notasi ilmiah yang
satu dengan notasi ilmiah yang lain.
3. Jika nama pengarang lebih dari tiga orang, yang disebutkan hanya nama pengarang
pertama dengan memberikan et al. atau dkk. (berarti dan kawan-kawan) di belakang nama
tersebut.
Contoh:
Jika dirumuskan bagaimana hubungan arsitektur dan arsitek, Sularso, dkk. (2003:10-11)
mengatakan bahwa arsitektur adalah perpadaun ilmu dan seni, sedangkan arsitek adalah orang
yang menciptakan raung sehingga melahirkan bentuk-bentuk arsitektur yang beraneka ragam.
Penggunaan notasi ilmiah relatif berbeda antara satu perguruan tinggi dengan
perguruan tinggi yang lain. Meskipun demikian, pada umumnya mereka mengacu pada
salah satu pedoman penulisan notasi ilmiah yang ada. Bahkan, biasanya hampir di setiap
perguruan tinggi memiliki buku pedoman penulisan usulan penelitian, skripsi, tesis, atau
disertasi.
Ada dua versi dalam penulisan innote dan endnote. Pertama, mencantumkan
pengarang, tahun terbit, dan halaman teks yang dikutip. Kedua, hanya mencantumkan
nama pengarang dan tahun terbit. Namun, pada umumnya cara yang pertama lebih banyak
digunakan daripada cara yang kedua.

BIBLIOGRAFI
Ada beberapa istilah yang sepadan dengan bibliografi. Istilah-istilah tersebut adalah
daftar pustaka, daftar bacaan, daftar rujukan, dan referensi. Bibliografi berisi daftar buku,
majalah, artikel, atau wawancara yang menjadi sumber bacaan atau acuan dan
berhubungan secara erat dengan karangan yang ditulis. Daftar pustaka merupakan syarat
mutlak yang harus ada dalam suatu karya ilmiah, baik dalam makalah, paper, skripsi, tesis,
maupun disertasi. Letak daftar pustaka dalam suatu karya ilmiah adalah setelah bab
simpulan.
Tajuk DAFTAR PUSTAKA dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa

diberi tanda baca apa pun dan dituliskan di tengah-tengah kertas dengan jarak dari pinggir
atas sekitar empat sentimeter.
Dalam daftar pustaka sebagaimana yang dinyatakan Arifin (2003:57) harus
dicantumkan semua kepustakaan, baik yang dijadikan sebagai acuan atau landasan
penyusunan karya ilmiah maupun yang hanya dijadikan sebagai bahan bacaan, seperti
artikel baik yang disadur dari majalah maupun surat kabar, makalah, skripsi, disertasi, buku,
diktat, dan antologi. Daftar pustaka ditulis secara alfabetis sesuai nama-nama pengarang
atau lembaga yang menerbitkannya. Adapun urutan penulisan daftar pustaka adalah
sebagai berikut.
1. Nama penulis titik tahun terbit titik judul buku yang diberi garis bawah putus-putus atau
dicetak miring titik kemudian kota tempat terbit buku titik dua (:) nama penerbit titik.
Misalnya:
Arsyad, Azhar. 2001. Dasar-dasar Penguasaan Bahasa Arab. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sahertian, Piet A. dan Ida Aleida Sahertian. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program
Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Jika buku yang disebut di dalam daftar pustaka merupakan edisi terjemahan, setelah judul
buku disebutkan edisi terjemahan oleh di dalam kurung. Dalam edisi terjemahan tahun
terbit yang dipakai adalah tahun terbit terjemahan.
Misalnya:
Titus, Harold H, Merilyn Smith S., Richard T. Nolan. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat, (edisi
terjemahan oleh Rasjidi H.M.), Jakarta: Bulan Bintang.
3. Jika buku dalam daftar pustaka itu berupa sebuah artikel dalam sebuah kumpulan yang
disunting seorang editor (antologi), judul artikel itu diapit tanda petik ganda (tanpa garis
bawah).
Misalnya:
Susilastuti, Dewi H. 1993. Berbagai Persoalan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Dalam Fauzie
Ridjal, Lusi Margiyani, dan Agus Fahri Husein (Editor). Dinamika Gerakan Perempuan di
Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
4. Jika buku dalam daftar pustaka itu berupa karya-karya yang belum dipublikasikan,
seperti skripsi, tesis, dan disertasi, judul itu tidak perlu diberi garis bawah putus-putus
atau dicetak miring, tetapi diletakkan di antara dua tanda petik ganda.
Misalnya:
Wastono, Afdol Tharik. 1997. Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa Arab.
Jakarta: Tesis Magister Humaniora Univeritas Indonesia.
5. Jika sumber acuan dalam daftar pustaka berupa artikel yang diambil
dari majalah atau jurnal, judul artikel tidak perlu diberi garis bawah atau dicetak miring,
tetapi diapit tanda petik ganda, sedangkan yang digarisbawahi atau dicetak miring adalah
nama majalah atau jurnal dengan didahului kata Dalam.
Misalnya:
Sarbini. 2003. Islam dan Problem Sosial: Perspektif Kekerasan Politik dan Agama. Dalam Jurnal
Ilmiah Mambaul Ulum. Edisi III. Surakarta.

6. Jika sumber acuan itu berupa artikel yang diambil dari koran atau surat kabar, judul artikel
diapit tanda petik ganda sebagaimana artikel yang dikuti dari majalah, sedangkan nama
surat kabar diberi garis bawah dan didahului kata Dalam.
Misalnya:
Indrayana, Denny. 2006. Hakim Agung Wanted. Dalam Kompas. 3 Mei 2006. Jakarta.
Suksmantri, Eko. 2000. Militerisasi Sipil, Ironi di Era Reformasi. Dalam Suara Merdeka. 12 Mei
2000. Semarang.
7. Jika sumber acuan berupa hasil wawancara atau interviu, penulisannya sebagai berikut.
Sutarno. 2003. Peran Teknologi dalam Mengaktualkan Paradigma Baru Pembelajaran dan
Manusia Pembelajar.Wawancara dengan Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 3 Februari 2003.
8. Jika terdapat beberapa buku yang ditulis oleh seorang yang sama, nama penulis ditulis
yang pertama, sedangkan di bawahnya cukup ditulis : _________________
Misalnya:
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
___________________. 1993. Kamus Linguistik. Edisi III. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
9. Jika tidak terdapat nama penulis dalam buku tersebut, yang ditulis adalah nama lembaga
yang menerbitkan buku itu.
Misalnya:
Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI. 1994. Kurikulum Madrasah
Aliyah: GBPP Bidang Studi Bahasa Arab. Jakarta.
10. Jika judul berbahasa Arab, judul harus ditransliterasikan ke dalam huruf Latin dengan
mengikuti pedoman transliterasi Arab-Latin yang merupakan SKB (Surat Keputusan
Bersama) Menteri Agama Republik Indonesia No.158 tahun 1987 dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia No.0543b/U/1987 (terlampir).
Misalnya:
Gulyni, Syaikh Mustaf. 2000. Jmiu ad-Dursi al-Arabiyyah: Juz al-Awwal wa as-Sni wa asSlis. Edisi Revisi. Bairut: al-Maktabatul Asriyyah.
Muhandis, Kmil. Tanpa Tahun. Mujmu al-Mustalahati al-Arabiyyah F al-Lugati wa al-Adb.
Bairut: Dar al-Marif.
Dalam penulisan daftar pustaka ada beberapa ketentuan yang berkaitan dengan
penulisan nama pengarang, yaitu sebagai berikut.
1. Gelar akademik dan gelar kebangsawanan tidak disertakan. Misalnya, kalau pengarang
buku itu adalah Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Ed., penulisan nama dalam daftar pustaka adalah
Hadjar, Ibnu.
2. Penulisan nama pengarang/penulis, baik dari kalangan Indonesia maupun penulis buku asing
dibalik. Antara unsur-unsur nama yang dibalik itu diberi tanda koma. Misalnya, pengarang
buku tersebut adalah Elizabeth B. Hurlock, maka penulisannya adalah Hurlock, Elizabeth B.
atau Hurlock, E. B.

3. Nama penulis yang berbahasa Arab harus ditransliterasikan ke dalam huruf Latin dengan
mengikuti pedoman transliterasi Arab-Latin seperti halnya judul. Misalnya, Muhammad
Mustafa al Maragi harus ditulis Muhammad Mustaf al-Margi
4. Nama penulis buku yang terdiri dari dua atau tiga orang ditampilkan semua. Untuk nama
penulis yang dibalik hanya nama penulis pertama. Misalnya, jika penulis buku itu adalah E.
Zaenal Arifin dan S. Amaran Tasai, penulisannya adalah Arifin, E. Zaenal dan S. Amaran
Tasai atau Arifin, E. Z. dan S. A. Tasai.
5. Nama penulis yang lebih dari tiga orang yang ditulis penulis pertama kemudian koma et al.
(et alii) yang berarti dan kawan-kawan atau dan lain-lain. Misalnya, Abboud, et al.
6. Penulis yang menulis lebih dari satu buku yang ditulis buku yang paling awal diikuti tahun
berikutnya dengan penulisan seperti yang pertama.
Misalnya:
Subroto, Edi D. 1991.
____________. 1992.
7. Apabila dalam tahun yang sama penulis menulis lebih dari satu buku, dalam angka tahun
dibedakan dengan a, b, c, dan seterusnya.
Misalnya:
Sudaryanto, 1990a.
_________, 1990b.
8. Jika dalam buku itu tidak bertahun, di belakang nama pengarang dicantumkan Tanpa
Tahun.
Misalnya:
Yunus dan Bakri. Tanpa Tahun.

Anda mungkin juga menyukai