IDIOLOGI SOSIAL Kelompok faham klasik menganggap pengetahuan yang murni akan bermanfaat dalam dirinya sendiri. Secara khusus matematika merupakan unsur intrinsik berharga dalam sebuah elemen budaya. Matematika adalah pencapaian tertinggi umat manusia, ratu dari ilmu-ilmu. Pandangan idiologi sosial terhadap matematika adalah pengetahuan pemberi solusi yang kuat dan pelayanan nilai sosial serta sejarah sosial yang diperlukan. Karena matematika melihat budaya sebagai anugerah dan nilai yang dimuat dalam perubahannya memerlukan konsep pengetahuan. Faham relativistik absolutisme dan relativistik fallibilism Pendapat relativistik absolutisme berfokus pada aturan, prinsip-prinsip, bidang kepedulian yang obyektif dan obyek pengetahuan. Penalaran moral didasarkan pada kebenaran, keadilan untuk semua, tanpa memperhatikan masalah asasi dan kehawatiran individu. Nilai moral yang positif dalam relativistik fallibilism berdasar pada kebenaran sosial sebuah sistem yang tak terpisah. Kebenaran yang mempunyai nilai fundamental, persamaan, kemerdekaan dan kelompok persaudaraan dalam persahabatan Hak moralitas faham klasik didasarkan pada kesetaraan dan berpusat pada pemahaman tentang keadilan, tanggung jawab etika bergantung pada konsep keadilan, dan pengakuan terhadap perbedaan yang membutuhkan. Sementara etika hak adalah perwujudan dari penghargaan yang sama, menyeimbangkan anggapan-anggapan lain dan diri sendiri, tanggung jawab etika bersandar pada pemahaman yang melahirkan kasih sayang dan kepedulian. (Gilligan, 1982, halaman 164-165). Pada sisi lain Nilai moral yang positif berdasar pada kebenaran sosial sebuah sistem yang tak terpisah. Kebenaran mempunyai nilai fundamental, persamaan, kemerdekaan dan kelompok persaudaraan dalam persahabatan. Matematika dari epistemologi faham klasik menyediakan dasar untuk dianalisis, dibandingkan dan dievaluasi. Atas dasar nilai-nilai penekanannya pada akal,
Tugas Filsafat Pendidikan Matematika
logika dan rasionalitas. Sebagai sarana untuk membangun, membandingkan dan membenarkan pengetahuan. Setelah perubahan idiologi sosial, pernyataan di atas menjadi suatu perubahan ke arah penyesuaian diri dan konsisten pada filosofi matematika. Epistomologi menerima seluruh pengetahuan budaya-anugerah,nilai yang dimuat berhubungan dan dasar dalam aktivitas manusia dan penyelidikan (menyatakan keterangan) Dalam ideologi absolutisme filsafat matematika dipandang sebagai tubuh murni, dan pengetahuan objektif yang didasarkan pada akal dan logika, bukan otoritas. Sedangkan dalam Idiologi relativistic fallibilism filsafat matematika adalah suatu idiologi sosial konstrutivisme (membangun). Anak-anak menurut teori klasik tumbuh melalui pembentukan karakter dan dididik oleh pengalaman budaya tradisional. Pengalaman ini akan menanamkan pengalaman spiritual, moral, nilai-nilai estetika dan rasa. Masa kanak-kanak menurut teori sosial idiologi memiliki kesamaan dan seluruhnya berkembang dari stuktur lingkungan sosial dan budaya. Pemberian penghagaan dari perkembangan potensi setiap individu berpengaruh pada kekuatan menuju kemandirian dan kreatifitasnya. Tujuan pendidikannya adalah untuk menghasilkan orang terpelajar secara bebas, dengan apresiasi budaya demi dirinya sendiri, kekuatan diskriminatif dan rasa yang menyertainya. Relativistic fallibilism merumuskan salah satu tujuan pendidikan yaitu memberikan kekuasaan sepenuhnya untuk pendidikan individu Pengetahuan tertentu merupakan obyek kebenaran yang kekal dan abadi. " (Plato, 1941, halaman 230). Hanya mata pelajaran murni (termasuk matematika) yang dianggap sesuai untuk dipelajari, sedangkan pengetahuan praktis dan kerajinan manual lainya agak direndahkan . (Plato, 1941, halaman 232). Kurikulum pendidikan faham liberal meliputi tata bahasa, logika dan retorika, serta quadrivium matematika. Pembelajaran semacam ini dibudidayakan untuk kepentingan sendiri, juga memberikan akses status dan kekuasaan.
Tugas Filsafat Pendidikan Matematika
Tujuan pendidikan matematika dari orang-orang faham klasik adalah keprihatinan dengan transmisi pengetahuan matematika, budaya dan nilai-nilai. Tujuannya adalah untuk memberikan matematika murni, dengan penekanan pada struktur, tingkat konseptual dan keketatan dari subjek. Hal ini diharapkan siswa untuk menghargai nilai keindahan dan estetika dimensi matematika murni, melalui pembelajaannya. Peran guru, menurut perspektif ini harus memberikan inspirasi melalui penggajaran yang menarik, harus memperkaya latihan dengan masalah dan kegiatan tambahan. Buku pelajaran mengadaptasi pendekatan terstruktur. Pendekatan dalam kegiatan yang digunakan untuk memotivasi dan memfasilitasi pembelajaran dan pemahaman. Pengajaran mensyaratkan hubungan guru-murid baik, menguasai materi, mentransfer kepada siswa dengan efektif . Sumber belajar matematika yang sesuai di sekolah masih terbatas. Buku teks dan alat bantu tradisional seperti mistar dan kompas dapat dipakai. Kalkulator elektronik dan komputer juga dapat digunakan sebagai alat dalam matematika, tapi hanya untuk siswa yang telah menunjukkan penguasaan konsep-konsep dasar. Model, alat bantu visual, dan sumber belajar dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi dan memudahkan pemahaman. Bakat dan kejeniusan matematika yang diwariskan diidentifikasi sebagai kecerdasan murni dalam kemampuan matematika. Ada beberapa tingkatan kemampuan matematika, yang paling atas tingkat jenius, kemudian kurang mampu dan yang terakhir tidak mampu dalam matematika. Mengajar diharapkan membantu siswa untuk menyadari potensi mereka, agar kemampuan matematikannya meningkat. Karena siswa sangat bervariasi dalam kemampuan matematika, mereka perlu mempelajari matematika di sekolah. Penilaian formatif pembelajaran matematika melibatkan berbagai metode, tapi penilaian sumatif memerlukan pemeriksaan eksternal. Ini harus didasarkan pada
Tugas Filsafat Pendidikan Matematika
pandangan hierarkis materi pelajaran matematika, pada beberapa tingkatan, dan sesuai dengan kemampuan matematika siswa. Kekuatan dari pendapat faham ini adalah penekanan pada disiplin struktur organisasi dan teori matematika, dengan konsep utama menyatukan. Terkait dengan ini adalah apresiasi terhadap keindahan dan estetika matematika yang berfokus pada nilai intrinsik matematika berarti bahwa aspek-aspek penting ini tidak diabaikan, karena mereka berada dalam pendapat yang menguntungkan. Sejumlah pendapat yang mendasari ideologi faham klasik. Pertama, ada pandangan absolut matematika murni yang menyangkal hubungan antara matematika murni dan penerapannya. Kedua, Ia menyangkal bahwa matematika telah terlibat atau bertanggung jawab dalam hal yang lebih luas, seperti isu-isu sosial. Ketiga, ada asumsi terkait dengan pandangan bertingkat-tingkat dari elitis masyarakat dan sifat manusia Kelemahan pendidikan disebabkan kurikulum yang tidak tepat untuk mayoritas siswa, Kurikulum tidak dirancang dengan baik, sesuai kebutuhan atau kepentingan dalam berpikir. Pendidikan hanya melayani kepentingan penganut paham klasik, dengan mengorbankan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Kurikulum sebenarnya menampung nilai-nilai terkait, bukan menyediakan sumber baru yang direkrut untuk pengelompokan penganut paham klasik. Kurikulum sebenarnya mendidik orang-orang yang gagal untuk masuk ke kelompok yang menghormati nilai-nilai dengan demikian membantu untuk mengamankan status dan kekuasaan. Kurikulum matematika khususnya, menyiapkan siswa minoritas kecil yang akan mengajar matematika, sementara sisanya untuk berdiri dalam kekaguman saja. Tujuan pendidikan seperti ini membiarkan satu kelompok mendistorsi kelompok lain yang salah dan anti-pendidikan, melayani kepentingannya sendiri,. Hasilnya lebih banyak orang yang dirugikan daripada yang diuntungkan, ini konsekuensi yang pertama. Konsekuensi kedua adalah bahwa matematika disajikan kepada peserta didik sebagai objektif, eksternal, dingin, keras dan terpencil (Ernest, 1986, 1988b). Hal ini memiliki efek negatif kuat pada sikap dan tanggapan afektif matematika (Buerk, 1982). 4
Tugas Filsafat Pendidikan Matematika
Laporan otoritatif terbaru pada matematika telah menekankan pentingnya partisipasi aktif dalam pembelajaran dalam konteks manusiawi, khususnya pemecahan masalah, aplikasi dan penelitian kerja (Dewan Nasional Guru Matematika, 1980, 1989; Cockcroft, 1982; Her Majesty's Inspektorat, 1985). Sebaliknya, penekanan yang berlebihan pada kekerasan, struktur dan formalisme mengakibatkan tidak mengerti dan kegagalan. Ketiga, asumsi bahwa kemampuan matematika ditentukan oleh warisan, bagi mereka yang tidak seperti itu tidak dicap sebagai matematis berbakat. Hasilnya adalah untuk mengurangi tingkat pencapaian mereka dicap sebagai kemampuan rendah, merusak prestasi matematika (Ruthven, 1987). Ini juga berkontribusi terhadap masalah jender dalam matematika, di mana laki-laki dianggap berkemampuan matematika lebih baik. Pendidikan yang Progresif dan Pendidikan Umum Relativistik Fallibilish Nilai-nilai moral adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan tanggung jawab etika, konsep kesetaraan, pengakuan perbedaan yang didasarkan pada pemahaman yang melahirkan kasih sayang dan kepedulian. (Gilligan, 1982, halaman 164-165).Nilai-nilai ini berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan empati ,kepedulian. kenyamanan dan melindungi. Nilai-nilai dapat diidentifikasi dengan komponen utama dari sejumlah pasangan lain. Epistemologi pada pandangan ini adalah rasionalis, tetapi juga mencakup unsurunsur empirisme (Blenkin dan Kelly, 1981). Ini tinjauan pengetahuan sebagai bawaan, kembali diciptakan oleh individu-individu sebagai bagian dari proses pembentukan berlanjut. Pikiran di dalamnya berisi benih atau bentuk-bentuk pengetahuan yang berkembang dalam proses pematangan sebagai tanggapan terhadap pengalaman. Epistemologi ini berakar pada pemikiran Plato, Descartes, Kant, dan tradisi rasionalis. Baru-baru ini, dapat dilihat dalam karya Piaget dan Chomsky, yang melihat logika matematika dan pengetahuan linguistik masing-masing sebagai bawaan.
Tugas Filsafat Pendidikan Matematika
Filsafat matematika adalah absolut, matematika melihat kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak dan pasti, karena nilai besar melekat pada peran individu dalam mengetahui kebenaran ini. Manusia dipandang maju, dan mendekatkan diri kepada kebenaran yang matematika sempurna. Dengan demikian pandangan progresif matematika adalah absolut, absolutisme diwarnai oleh nilai-nilai kemanusiaan. Anak-anak membutuhkan
menganggap
perawatan,
memiliki
perlindungan,
hak dan
penuh
sebagai
memperkaya
individu,
pengalaman
dan untuk
memungkinkan mereka untuk mengembangkan potensi penuh mereka. Belajar dan
tumbuh melalui pengalaman fisik dan dunia sosial untuk mengembangkan kreativitas dan pengalaman pribadi. Sebagai harapan yang berkembang seorang anak telah lahir dengan semua itu. Ketika mendapatkan pengalaman yang sesuai (empirisme), ini memungkinkan untuk tumbuh penuh potensial. Teori sosial pada pendidikan umum relativisme memandang bahwa pembagian dan struktur dengan kekuatan hubungan, budaya, status dan penyebaran kesehatan, pengetahuan sosial dalam persamaan bentuk positif, perubahan hidup, dan persaudaraan untuk mengejar kebahagians Dalam pendidikan progresif tujuan pendidikan adalah untuk memperkenalkan kesadaran diri individu dengan mendorong pertumbuhan mereka melalui kreativitas, ekspresi diri dan pengalaman luas, memungkinkan mereka untuk mencapai penuh harapan. Sedangkan pendidikan umum relativisme merangkai tiga komponen pilihan tujuan pendidikan yang dapat dikenal. 1. Memberikan kekuasaan sepenuhnya untuk pendidikan individu 2. Penyebaran pendidikan dipercayaan pada lingkungan sosial, dengan menekankan prinsip egalitarian. 3. Pendidikan ditujukan untuk perubahan langkah sosial Tujuan dalam idiologi ini berorientasi sosial, dengan epistemologi dasar dalam konstruktivisme sosial, dan menekankan bagian dasar sosial Idiologi relativistik fallibilish dalam pendidikan umum diwakili oleh sebuah reformasi radikal tradisioanal yang menampilkan demokrasi dan persamaan sosial. 6
Tugas Filsafat Pendidikan Matematika
Tujuan mereka adalah pendidikan untuk semuanya. Untuk pendidikan, tujuan ini memungkinkan siswa untuk percaya dalam menjawab batasan pengetahuan yang diterima, absolute, dan ketinggian bukan pada batasan nilai budaya, melainkan budaya manusia yang menanamkan pengetahuan budaya dan pengetahuan akademik Perkembangan intelektual masa kanak-kanak menurut teori Piaget berfokus pada dua aspek utama, pertama, pengalaman anak-anak, terutama interaksi fisik dengan lingkungan. Kedua, sebagai anak mewakili pengalamannya dan tindakan mental, dan mengubah representasi ini dengan menggunakan urutan mengembangkan operasi logis. Piaget adalah konstruktivis, mengusulkan bahwa anak-anak menemukan pengetahuan mereka. Ada tiga masalah besar yang salin terkait dalam Pendidikan matematika ratus tahun yang lalu. 1. Tidak tersedianya lingkungan yang terstruktur dan tepat dalam bekerja sama untuk matematika 2. Kurangnya pembinaan aktif dan otonom dalam penyelidikan anak tehadap matematika 3. Kurang perhatian terhadap perasaan, motivasi, dan sikap melindungi dari aspekaspek negatif.