Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTRAR ISI......................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan............................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................4
2.1 Definisi Hukum.............................................................................................4
2.2 Transaksi konsumen dan Hukum...............................................................7
2.3 Bentuk-bentuk badan usaha berbadan hukum.......................................... 10

BAB 3 KESIMPULAN.......................................................................................18
3.1 Kesimpulan....................................................................................................18
Daftar Pustaka.....................................................................................................19

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini saya juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen yang telah membimbing saya menulis
dan menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini saya membahas tentang pengatar umum hukum bisnis" Karena
seperti kita ketahui bersama bahwa dalam melakukan sutu kegiatan bisnis haruslah
diperhatikan aturan-aturan yang berlaku dalam hukum yang berlaku dalam suatu negara.
Maka dibuatlah makalah ini untuk menjelaskan tentang hukum hukum yang berlaku
dalam dunia bisnis.

Saya menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna . saya hanya berharap
bahwa makalah ini dapat menjadi bacaan yang baik dan bermanfaat.

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Dewasa ini aktivitas bisnis berkembang begitu pesatnya dan terus merambah ke

berbagai bidang, baik menyangkut barang maupun jasa. Bisnis merupakan salah satu
pilar penopang dalam upaya mendukung perkembangan ekonomi dan pembangunan.
Dalam melakukan bisnis tidak mungkin pelaku bisnis terlepas dari hukum karena
hukum sangat berperan mengatur bisnis agar bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib,
aman sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis
tersebut, Maka dari itu penting untuk kita mengetahui dari mana saja sumber hukum
bisnis itu, apa saja ruang lingkup hukum itu beserta aspek nya dan bagaimana cara kita
menjadi seorang yang menggeluti dunia bisnis sesuai dengan hukum bisnis dan apa saja
fungsi dari hukum bisnis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaiman ddefinisi hukum,kaidah hukum, norma hukum?
2. Bagaimana transaksi konsumen menurut hukum?
3. Apa saja bentuk bentuk-bentuk badan usaha berbadan hukum?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui ddefinisi hukum, kaidah hukum,dan norma hukkum
2. Mengetahui transaksi konsumen,hukum konsumen,dan hukum perlindungan
konsumen
3

3. Mengetahui bentuk bentuk badan usaha berbadan hukum dan tidak berbadan
hukum

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.1 Definisi Hukum


Menurut Kamus Besar Indonesia, hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang
secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau
otoritas melalui lembaga atau institusi hukum.

Beberapa definisi hukum menurut beberapa pakar :


-

Tullius

Cicerco

(Romawi)

dalam

De

Legibus:

Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam dalam diri manusia untuk
menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
- Hugo Grotius (Hugo de Grot) dalam De Jure Belli Pacis (Hukum Perang dan
Damai),

1625:

Hukum adalah aturan tentang tindakan moral yang mewajibkan apa yang benar.
- J.C.T. Simorangkir, SH dan Woerjono Sastropranoto, SH mengatakan bahwa :
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah
laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib.
- Thomas Hobbes dalam Leviathan, 1651:
Hukum adalah perintah-perintah dari orang yang memiliki kekuasaan untuk memerintah
dan memaksakan perintahnya kepada orang lain.
- Rudolf von Jhering dalam Der Zweck Im Recht 1877-1882:
Hukum adalah keseluruhan peraturan yang memaksa yang berlaku dalam suatu Negara

- Mochtar Kusumaatmadja dalam Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum


Nasional (1976:15):
Pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai
suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam
masyarakat, tapi harus pula mencakup lembaga (institusi) dan proses yang diperlukan
untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.
Tujuan hukum adalah untuk mencapai tertib hukum, kepastian hukum dan ketentraman
sosial serta keadilan hukum.
2.1.2 Penggolongan hukum
a. Hukum menurut isinya :
Hukum publik ialah hukum yang mengatur hubungan negara dan warganya.
Contohnya : UU Lalulintas, UU Pemilu, UU Pajak
Hukum privat ialah hukum yang mengatur hubungan antar warga negara,
Contohnya : UU PT

b. Hukum menurut kekuatan yang mengikatnya :


Hukum yang mengatur dapat dikesampingkan atau dipilih. Misalnya ketika
melakukan kontrak kerjasama dengan perusahaan dari negara lain, pihak
yang bersangkutan bebas menentukan

dasar hukum negara mana yang

dipilih dengan tanpa menyalahi aturan yang ada.


Hukum yang memaksa dan tidak dapat kebebasan memilih. Misalnya ketika
melakukan pembunuhan, pelaku akan dijerat hukuman sesuai UU tanpa
kecuali.

c. Hukum menurut wujudnya :


6

Hukum objektif ialah hukum yang berlaku umum di suatu negara tertentu.
Hukum subjektif ialah hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi
seseorang.

d. Hukum menurut tempat berlakunya :


Hukum nasional ialah hukum yang hanya berlaku di suatu negara tertentu
Hukum internasional ialah hukum yang berlaku secara internasional.
Misalnya : hukum perang.

e. Hukum menurut waktu berlakunya :


Hukum positif (ius constitutum) hukum yang berlaku di negara dan waktu
tertentu, berlaku saat ini.
Hukum yang dicita-citakan (ius constituendum) hukum yang diharapkan di
masa yang akan datang.

f. Hukum menurut bentuknya :


Hukum tertulis, hukum yang memiliki bentuk fisik dan tertulis seperti UU,
KUHP.
Hukum tidak tertulis, hukum yang tidak memiliki bentuk fisik tapi juga
diterapkan di dalam masyarakat seperti hukum adat.

g. Hukum menurut penerapannya :

Hukum konkrit ialah hukum yang sudah diterapkan di suatu kasus atau
perkara.
Hukum abstrak ialah hukum yang masih hanya berupa UU yang belum
diterapkan pada suatu perkara.

h. Hukum menurut pemeliharaanya :


Hukum materil ialah hukum yang ditulis dalam UU.
Hukum formil ialah ketentuan dan tata cara menjalankan hukum.

2.1.3 Hukum dan Sumber Hukum


Hukum disebut juga norma/kaidah. Dibuat oleh pemerintah yang bersifat memaksa
tanpa kecuali demi tercapainya tertib hukum dan keadilan. Terdapat dua jenis style
hukum yakni, style hukum Eropa yang menggunakkan unifikasi dan kodifikasi dan style
hukum Amerika yang berasal dari custom/kebiasaan, dimana style hukumnya
menawarkan budaya baru kepada masyarakat dan hukumnya tidak tertulis. Style hukum
di

Indonesia

mengikuti

style

hukum

Eropa.

Unifikasi

adalah

pengelompokan/inventarisasi hukum yang sejenis ke dalam suatu kelompok. Kodifikasi


adalah penjilidan/undang-undang tertulis yang sejenis ke dalam satu kitab.

2.1.4 Sumber-sumber hukum


Secara materil, sumber hukum dapat berasal dari para ekonom, sosiolog, rohaniawan,
sejarawan, dan lainnya. Misalnya ekonom memandang hukum dari hukum permintaan
dan penawaran. Sosiolog memandang hukum sebagai fenomena yang ada dalam
masyarakat. Rohaniawan memandang hukum berasal dari kitab suci.
8

Secara formil,
o UU : dibuat presiden dan disetujui oleh DPR.
o Kebiasaan : kebiasaan yang ada di masyarakat yang dijadikan landasan.
o Yurisprudensi : keputusan hakim terdahulu yang dijadikan landasan suatu perkara.
o Traktat : perjanjian yang telah disetujui yang dijadikan landasan suatu perkara.
o Doktrin : pendapat sarjana terkemuka yang dijadikan landasan suatu perkara.

2.2.1

Transaksi konsumen, Hukum konsumen dan Hukum Perlindungan


Konsumen

Menurut UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999 menurut pasal 1 ayat 2.


Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Pengertian konsumen tersebut diasumsikan
bahwa konsumen hanya menggunakan barang/jasa untuk konsumsi atau konsumen
akhir. Adapula konsumen perantara, yakni konsumen yang membeli barang bukan untuk
dikonsumsi melainkan untuk dijual kembali
Transaksi konsumen adalah proses terjadinya peralihan kepemilikan atau penikmatan
barang/ jasa dari penyedia barang kepada konsumen. Peralihan tersebut terjadi bisa
karena jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam atau bisa juga karena pemberian
hadiah atau sumbangan.
2.2.2

Tahap-tahap transaksi konsumen

a. Tahap pra-transaksi konsumen


Pada tahap ini, konsumen mencari masih informasi mengenai barang/jasa yang
diinginkannya. Berapa harganya, bagaimana mendapatkannya, syarat-syarat yang
harus dipenuhi, dan mempertimbangkan berbagai fasilitas yang ditawarkan.
Informasi dapat didapatkan konsumen dengan secara aktif mencarinya. Tapi
9

sumber utama informasi suatu barang/jasa diperoleh dari pengusaha atau produsen.
Karena produsen yang lebih mengetahui barang buatannya sendiri. Selain itu juga
informasinya dapat diperoleh dari organisasi-organisasi konsumen dan pemerintah.
b. Tahap transaksi konsumen
Pada tahap ini, konsumen sudah melakukan transaksi dan barang pun sudah
didapatkan dan dirasakan manfaatnya. Jika transaksi tunai mungkin tidak
menimbulkan masalah yang berkepanjangan, berbeda halnya jika transaksi dengan
kredit, biasanya konsumen tidak memperhatikan atau tidak memahami perjanjian
yang disetujuinya. Umumnya, perjanjian sudah disediakan pengusaha yang sifatnya
baku atau biasa juga disebut klausula baku atau kontrak standar. Pengusaha sudah
menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi konsumen jika ingin memiliki
barang/jasa tertentu. Jika disetujui maka konsumen menandatanganinya, jika tidak
maka konsumen dapat meninggalkannya (take it or leave it). Maka dari itu dari
perjanjian ini tidak ada proses tawar-menawar dan memberatkan satu pihak yakni
konsumen.
c. Tahap purna-transaksi konsumen
Pada tahap ini, konsumen dapat menilai manfaat dari barang yang diperolehnya.
Jika konsumen merasa puas maka akan menyebabkan konsumen menjadi setia dan
tidak beralih ke merek lain, sehingga perusahaan dapat mempertahankan
langganannya.

2.2.3

Batasan dan pengertian hukum konsumen dan hukum perlindungan


konsumen

Hukum konsumen terdiri dari rangkaian peraturan perundang-undangan yang mengatur


tentang perilaku orang dalam pergaulan hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sementara Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen
yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur dan juga melindungi
kepentingan konsumen. Batasan hukum konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu
10

sama lain berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup.
Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.

Perlindungan konsumen bertujuan :


a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak- haknya sebagai konsumen.
d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi
keselamatan

2.2.4

barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan


konsumen.

Kepentingan-kepentingan konsumen

a. Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan keamanannya.


b. Promosi dan perlindungan dari kepentingan sosial ekonomi konsumen.
c. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan mereka
kemampuan untuk melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan kebutuhan
pribadi.
d. Pendidikan konsumen.
e. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif.

11

f. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang


relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk menyuarakan
pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
mereka.

2.2.5

Kemungkinan terjadinya wanprestasi

Wanprestasi adalah tidak dilakukannya kewajiban yang seharusnya dilakukan sesuai


perikatan yang telah disepakati, termasuk juga lalai dalam memenuhinya. Hal-hal yang
termasuk kategori lalai :
jika tidak terpenuhi kewajiban sama sekali
jika memenuhi sebagian kewajiban
jika memenuhi kewajiban akan tetapi terlambat memenuhinya.
Perikatan adalah berbuat/memberikan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Sumber
perikatan berasal dari perikatan itu sendiri dan KUHPerdata pasal 1233. Jika salah satu
pihak menyimpang (wanprestasi) maka bisa mendapatkan perlindungan atas dasar pasal
1243 KUHPerdata tentang penggantian biaya,rugi, dan bunga karena tidak terpenuhinya
suatu perikatan. Dalam menyelesaikan sengketa bisa melalui pengadilan atau diluar
pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atau berbuat hal tertentu untuk
menjamin hal tersebut tidak akan terulang kembali. Penyelesaian sengketa melalui
pengadilan dengan mengajukan gugatan.

2.3 Bentuk-bentuk badan usaha berbadan hukum dan tidak berbadan hukum

Unsur-unsur perusahaan :
12

Dilakukan secara terus-menerus (kontinyu).


Terbuka untuk umum.
Mencari profit.
Terdaftar menurut UU no.3
Memiliki pembukuan
Unsur-unsur badan hukum :
Memiliki harta kerakyatan, artinya kekayaan terpisah antar perusahaan dan
pemilik modal. Kekayaan diinventarisasi terpisah.
Memiliki struktur kepengurusan yang jelas
Tujuan perusahaan termuat dalam anggaran dasar dan akta pengesahan dan
dimohonkan kepada kejaksaan.

Contoh perusahaan yang berbadan hukum : BUMN, Koperasi, PT, dan lainnya.
Contoh perusahaan yang tidak berbadan hukum : Firma,CV, Perserikatan Dagang.
Perusahaan Perseorangan/Dagang
Merupakan usaha pribadi yg memikul resiko secara pribadi pula atau perseorangan.
Perusahaan dagang merupakan bentuk peralihan antara bentuk partnership dan dapat
pula di mungkinkan sebagai one man corporation atau een manszaak.
Persekutuan Perdata
Adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan yang diperoleh karenanya. Ketentuan mengenai persekutuan perdata diatur
dalam buku III, bab 8 pasal 1618 sampai dengan 1623 KUHPerdata.
Ciri dari persekutuan perdata:

13

Ada pendapatan.
Ada pembagian keuntungan.
Ada perjanjian antara 2 orang atau lebih.

Firma
Perseroan firma diatur dalam KUHDagang Pasal 16 sampai dengan Pasal 35. Perseroan
Firma merupakan suatu maatschaap (persekutuan perdata) khusus seperti yang
ditetapkan oleh

pasal 1623 KUHPerdata dan juga dapat melakukan perbuatan

perusahaan. Ketentuan mengenai persekutuan perdata menurut Pasal 1618 sampai


dengan Pasal 1652 KUHPerdata diberlakukan juga terhadap perseroan firma sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan pasal dalam KUHDagang. Pendirian Firma
diajukan ke Pengadilan Negeri. Dalam akta Firma sekurang-kurangnya terdapat :
Nama sero-sero nya.
Tempat dan kedudukan.
Maksud dan tujuan.
Direktur dan sekutunya.
Jangka waktu .
Sifat umum/khusus.
Ketentuan khusus dan ringkasan resminya.
CV
Persekutuan Komanditer pada dasarnya pengaturannya adalah sama dengan perseroan
firma yaitu Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 KUHDagang khususnya pasal 19 sampai
dengan Pasal 21 KUHDagang dan Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652 KUHPerdata
dan Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1456 KUHPerdata. Ciri khusus CV adalah terdapat
2 jenis sero yakni sero aktif, yang menjalankan perusahaan dan sero pasif yang hanya
melepas modal. Pendirian CV diajukan ke Pengadilan negeri.
14

PT
Pengaturan Perseroan Terbatas (PT) dalam Undang Undang Nomor 1 tahun 1995
adalah Badan Hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang (Pasal 1 ayat 1 UUPT).
Perseroan modal PT yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham
Tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbats pada nilai nominal semua
saham yang dimilikinya.
Nama PT: diatur dalam PP No. 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama PT. Pemakaian
nama perusahaan tersebut harus diajukan pada Menteri Kehakiman guna mendapatkan
persetujuan (diajukan bersama-sama atau terpisah dgn permohonan pengesahan akta
pendirian atau permohonan akta perubahan AD.
Pendirian PT
Harus dgn akta notaris berbahasa Indonesia.
Akta pendirian perseroan tersebut memuat AD dan keterangan lain sekurang-kurangnya:
Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan
kewarganegaraaan pendiri
Susuanan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan dan kewarganegaraan
anggota direksi dan komisaris yang pertama kali diangkat
Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham dan
nilai nominal atau nilai yang diperjanjikan dari saham yang telah ditempatkan dan
disetor pada saat pendirian.
UUPT mewajibkan setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat
perseroan didirikan.

15

Anggaran Dasar perseroan yang dimuat dalam akta pendirian perseroan sekurangkurangnya memuat:
a. Nama dan kedudukan perseroan
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan perat.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Per.uu.an yg berlaku
Jangka waktu pendirian perseroan
Besarnya jumlah modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor
Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham bila ada
Susunan, jumlah dan nama direksi dan komisaris
Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS
Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota

direksi dan komisaris


i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden
Agar mendapat status BH mk para pendiri bersama-sama kuasa mengajukan
permohonan tertulis pada Menteri Kehakiman dengan melampirkan akta pendirian PT.
Persroan memperroleh status BH setelah akta pendirian perseroan disahkan oleh
menteri. Dalam waktu 30 hari setelah akta pendirian tersebut disahkan menteri atau
setelah tanggal penerimaan laporan, direksi wajib mendaftarkan akta pendirian beserta
surat pengesahan meneteri ke dalam daftar perusahaan di kantor Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Kemudian dalam waktu 30 hari terhitung sejak
pendaftaran mengumumkan ikhtisar akta pendirian yang telah disahkan dalam tambahan
Berita Negara RI.
Modal :
Modal dasar: keseluruhan nilai nominal saham yang ada dalam perseroan. UUPT
menentukan bahwa modal dasar perseroan paling sedikit 20 juta namun untuk bidang
usaha tertentu jumlah minimum modal dapat diatur berbeda.
Modal yang ditempatkan: modal yang disanggupi para pendiri untuk disetor ke dalam
kas perseroan yang pada saat perseroan didirikan. UUPT menentukan bahwa pada saat
prndirian paling sedikit 25% dari modal harus telah ditempatkan. Sisa saham yang
belum diambil dinamakan saham simpanan atau saham portepel, maksudnya sewaktuwaktu perseroan memerlukan tambahan modal, dapat dikeluarkan saham simpanan

16

Modal yang disetor: modal perseroan yang berupa sejumlah uang tunai atau bentuk
lainnya yang diserahkan para pendiri kepada kas perseroan. UUPT menentukan bahwa
setiap penempatan modal tersebut harus telah disetor paling sedikit 50% dari nominal
setiap saham yang dikeluarkan
Organ PT :
RUPS
Memegang kekuasan tertinggi dalam perseroan dan memgang segala wewenang yang
tidak diserahkan kepada direksi dan komisaris
Wewenang RUPS:
Mengubah Anggaran Dasar.
Membeli kembali saham yang telah dikeluarkan kecuali RUPS
menyerahkan kembali kepada organ lain, yakni direksi atau komisaris.
Menambah modal perseroan, kecuali RUPS menyerahkannya kepada
komisaris.
Mengurangi modal perseroan.
Memberikan persetujuan Laporan tahunan dan Pengesahan Laporan
Keuangan atau Perhitungan Tahunan.
Menggunakan laba bersih, termasuk penentuan jumlah yang disihkan
untuk cadangan.
Memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan
perseroan dari direksi dan atau komisaris.
Mengangkat anggota direksi.
Menetapkan pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi dn besar
serta jenis penghasilan direksi, kecuali jika dilimpahkan kepada komisaris.
Memberikan persetujuan untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan utang
seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan
Memberikan keputusan untuk mengajukan permohonan pernyataan
kepailitan kepada Pengadilan Negeri.
Sewaktu-waktu memberhentikan anggota direksi dengan menyebutkan
alasannya.
Mengangkat komisaris
Memberhentikan komisaris secara tetap atau sementara
Menyetujui rancangan penggabungan dan peleburan perseroan
Memberikan persetujuan pengambilalihan
Memberikan keputusan pembubaran perseroan
Menerima pertanggungan jawab likuidator atau likuidasi yang dilakukannya.

17

Bentuk-bentuk RUPS:
a. RUPS tahunan, dilakukan untuk bertujuan untuk memberikan penilaian dan
pengambilan keputusan atas laporan direksi mengenai kegiatan PT dan hasil-hasilnya
pada tahun lalu dan rencana kegiatan tahun berikutnya. Minimal dihadiri +1
pemegang saham.
b. RUPS untuk membuat perubahan anggaran dasar, minimal dihadiri 2/3 pemegang
saham.
c. RUPS untuk melakukan penggabungan/pembubaran/take over dihadiri minimal .
pemegang saham.
Direksi
Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan
perseroan serta mewakili baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai ketentuan AD
Direksi memiliki weweang ganda yakni melaksanakan pengurusan dan perwakilan
perseroan.
Kewenangan pengurusan meliputi semua perbuatan hukum yang tercakup dalam
maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang telah ditentukan AD
Pengangkatan direksi untuk pertama kalinya tidaklah memalui RUPS tetapi dengan
mencantumkan susunan dan nama direksi dalam akta pendirian perseroan. Kemudian
untuk pengangkatan selanjutnya harus oleh RUPS. Anggota direksi diangkat untuk
jangka waktu tertentu dengan kemungkinan untuk diangkat kembali
Masa tugas direksi: sangat tergantung pada pengaturan akte pendirian atau AD
perseroan ybs. Bila RUPS memberhentikan direksi atau anggota direksi sebelum masa
tugasnya berakhir maka pemberhentian tersebut harus disertai alasannya.
Komisaris
Komisaris: organ perseroan yang bertugas untuk melakukan pengawasan secra umum
dan khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan.
Kewenangan komisaris:
18

Berdasarkan alasan tertantu dapat memberhentikan direksi untuk sementara waktu dari
jabatannya
Apabila direksi tidak ada atau berhalangan karena suatu sebab, komisaris dapat
bertindak sebagai pengurus
Pengangkatan dan masa tugas komisaris
Pengangkatan pertama kalinya dengan mencantumkan susunan dan nama komisaris
dalam akta pendirian perseroan ybs sedangkan selanjutnya harus oleh RUPS. Mengenai
jumlah sangat tergantung pada kepetingan atau kebutuhan perseroan ybs. Komisaris
diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat kembali
Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai keuntungan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Pengaturannya terdapat dalam UU No. 28
Tahun 2004.
Organ Yayasan:
Ketua pendiri yayasan
Pengurus yayasan
Pengawas yayasan
Koperasi
Koperasi diatur dalam suatu perundang-undangan terdiri dengan Stb. 1927 No. 91,
kemudian Stb. 1949 No. 179 pada jaman Nederland Indie. Sesudah Indonesia merdeka
digunakan UU Koperasi tahun 1958 No. 79 yang kemudian diganti dengan UU
Koperasi No. 14 tahun 1965 dan selanjutnya pada tahun1967 diganti dengan UU
Koperasi No. 12 tahun 1967, dan terakhir dengan UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Koperasi.

19

Organ Koperasi :
Rapat Anggota Koperasi
Pengurus Koperasi
Anggota Koperasi

20

BAB 3
PENUTUP

2.4 Kesimpulan

Hukum bisnis yaitu suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang tata cara
pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam resiko tertentu dengan usaha tertentu untuk mendapatkan
keuntungan tertentu.
Dalam kegiatan-kegiatan bisnis, hukum jelas diperlukan demi kepentingan Para pihak
Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar,
sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum). Dan hukum bisnis tersebut
harus diketahui/dipelajari oleh pelaku bisnis sehingga bisnisnya berjalan sesuai dengan
koridor hukum dan tidak mempraktikkan bisnis yang bisa merugikan masyarakat luas
(monopoli dan persaingan usaha tidak sehat).

21

DAFTAR PUSTAKA

Tiar Ramon, SH. MH, Hukum Bisnis


http://tiarramon.wordpress.com/2009/05/26/hukum-bisnis/#comments, diakses tanggal
15 Desember 2012

https://www.scribd.com/document/16045398/Hukum-Bisnis

22

Anda mungkin juga menyukai