PENDAHULUAN
penderita.
Untuk melihat tentang status penderita hipertensi (pasien lama atau baru) di
Puskesmas Rawasari.
1.5 Manfaat
1.5.1 Masyarakat
1.5.2 Puskesmas
1.5.3
2015.
Dokter Internsip
Untuk menambah pengetahuan yang akan ditunjukan dalam hubungan yang
terjadi pada gambaran hipertensi dan usia penderita, serta sebagai salah satu
syarat kelulusan dokter internsip.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).7 Hipertensi didefinisikan
oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai
faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang
tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang
dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola
konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung,
penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat
kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang
merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung
(cardiovascular).
2.2 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan
sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari
sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di
tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan
pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita
hipertensi tidak mempunyai keluhan.
2.3 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung).
Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil
pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit
secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang
melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua
denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan
diastolik.
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular,
dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol,merokok, serta
polisitemia.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular
renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koartasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII), klasifikasi
hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,
hipertensi derajat I dan derajat II.
Klasifikasi
Tekanan Sistolik
Normal
< 120
Prehipertensi
120-139
Stadium I
140-159
Stadium II
>160
Tabel 1. Hipertensi berdasarkan JNC VIII
Tekanan Diastolik
<80
80-89
90-99
>100
Klasifikasi Tekanan
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Darah
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Hipertensi berat
180
110
Hipertensi sedang
160 179
100 109
Hipertensi ringan
140 159
90 99
Hipertensi perbatasan
120 149
90 94
Hipertensi
sistolik 120 149
< 90
perbatasan
Hipertensi
sistolik > 140
< 90
terisolasi
Normotensi
< 140
< 90
Optimal
< 120
< 80
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat
karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade
kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur
akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks
baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal
juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus menurun.
C. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini
terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
D. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopresin lebih besar.
E. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,
1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
8
>30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status
gizi normal menurut standar internasional). Perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin
plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan
peningkatan tekanan darah secara terus menerus.
F. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium
yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau
6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam
dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat.
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena
budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam
dan MSG.
G. Merokok
Merokok
menyebabkan
peninggian
tekanan
darah.
Perokok
berat
dapat
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti
dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian
hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15
batang perhari.
H. Tipe kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi
hipertensi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan
hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka
bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas.
Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi
kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya aterosklerosis.
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
10
.
No
1
Sistem Organ
Jantung
Komplikasi
Infark miokard
Angina pectoris
Mata
Ensefalopati hipertensif
Retinopati hipertensif
4
5
Ginjal
Pembuluh darah perifer
11
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai
sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi
maligna.
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya
tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan
darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler sebanyak dua kali.
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi
seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
Menghambat laju penyakit ginjal.
a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan
berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak,
latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.
Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol
hipertensi.
12
13
darah diastoliknya 90 mmHg. Target terapi yaitu menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg.
5. Pada populasi yang berusia 18 tahun yang menderita diabetes, terapi farmakologi
diawali ketika tekanan darag sistoliknya 140 mmHg atau diastoliknya 90 mmHg.
Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistoliknya < 140 mmHg atau
diastoliknya < 90 mmHg.
6. Pada populasi umum yang bukan berasal dari ras berkulit hitam, termasuk yang
menderita diabetes, terapi antihipertensi awal sebaiknya termasuk diuretika tipe
tiazida, penghambat saluran kaklsium, pemhambat enzim ACE, atau penghambat
reseptor angiotensin.
7. Populasi ras berkulit hitam, termasuk mereka yang menderita diabetes, terapi
antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe tiazida atau penghambat saluran
kalsium.
8. Pada populasi berusia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi antihipertensi
awal atua tambahan hendaknya termasuk penghambat enzim ACE atau penghambat
reseptor angiotensin untuk memperbaiki fungsi ginjal. Hal ini berlaku untuk semua
penderita penyakit ginjal kronik tanpa melihat ras atau status diabetes.
9. Tujuan utama dari tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan menjaga target
tekanan darag. Jika target tekaan darah tidak tercapai dalam waktu 1 bvulan terapi,
maka dosis obat awal dapat dinaikkan atau tambahkan obat kedua dari kelompok obat
hipertensi pada rekomendasi 6 (diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium,
penghambat enzim ACE, dan penghambat reseptor angiotensin). Penilaian terhadap
tekanan darah hendaknya tetap dilakukan, sesuaikan regimen terapi hingga target
tekanan darah tercapai. Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan terapi oleh 2
jenis obat, maka tambahkan obat ke tiga dari kelompok obat yang tersedia. Jangan
menggunakan obat golongan penghambat ACE dan penghambat reseptor angiotensin
bersama-sama pada satu pasien.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat- obat antihipertensi yang tersedia
pada rekomendasi 6 oleh karena kontra indikasi atau kebutuhan untuk menggunakan
lebih dari 3 macam obat, maka obat antihipertensi dari kelompok yang lain dapat
digunakan. Pertimbangkan untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi
2.7 Prognosis Hipertensi
14
Tanpa pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target
organ yang diserangnya. Factor-faktor yang mempengaruhi prognosis seorang penderita
hipertensi adalah :
- Etiologi hipertensi; hipertensi sekunder yang ditemukan pada tahap dini akan lebih
baik prognosisnya
- Komplikasi; adanya komplikasi memperberat prognosis
2.8 Pencegahan Hipertensi
Upaya pencegahan terhadap Hipertensi meliputi :
1. Pencegahan primodial, yaitu upaya pencegahan munculnya factor predisposisi
terhadap hipertensi dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya factor
yang menjadi resiko Hipertensi.
2. Promosi Kesehatan berkaitan dengan penyakit Hipertensi
3. Proteksi spesifik yakni dengan : kurangi mengkonsumsi garam sebagai salah
satu factor risiko.
4. Diagnosis dini dengan melakukan screening dan pemeriksaan check-up
5. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan kausal
awal keluhan
6. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati.
BAB III
METODE
3.1 Jenis dan Subjek Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Mini project ini mengambil populasi
pasien hipertensi yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas Rawasari dari
bulan Januari hingga Desember 2015. Sampel di ambil dari data sekunder kunjungan
poli umum Puskesmas Rawasari. Oleh karena itu, pengambilan sampel adalah non
ranom accidental.
3.2 Analisa Data
Data sekunder didapat melalui pencatatan kunjungan poli Puskesmas Rawasari.
Data ini kemudian did olah dan dianalisa dalam bentuk grafik.
15
Hipertensi
Kejadian Hipertensi
berdasarkan Usia
Faktor Risiko
-
Faktor Genetik
Usia
Jenis Kelamin
Etnis
Obesitas
Pola asupan
makanan
16
17
berfluktuasi. Penduduk kota Jambi terdiri dari masyarakat yang heterogen, Jumlah Hasil
Proyeksi Penduduk Tahun 2013 tercatat penduduk Kota Jambi sebanyak 569.331 jiwa.
Tabel 4. Luas Wilayah dan Pembagian Daerah Adminitrasi Menurut Kecamatan
di Kota Jambi Tahun 2013
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
Kecamatan
Kota Jambi
Jambi Selatan
Jelutung
Pasar Jambi
Telanaipura
Danau Teluk
Pelayangan
Jambi Timur
Jumlah
Luas
(Km2)
77.78
34.07
7.92
4.02
30.39
15.70
15.29
20.21
205.38
Jumlah
Kelurahan
10
9
7
4
11
5
6
10
62
Jumlah RT
316
307
231
58
264
43
46
221
1.484
Presentase (%)
3,30
6,13
32,33
33,32
18
Lainnya
(pertambangan, 24,92
perggalian; Listrik, gas, air;
Bangunan
;
angkutan
perdagangan dan komunikasi,
keuangan, asuransi persewaan
dan jasa perusahaan.)
TOTAL
100%
Tabel 5. Komposisi Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha Utama Masyarakat Kota
Jambi Tahun 2015
No
Kelompok Usia
Jumlah (Jiwa)
1
0 9 tahun
194. 496
2
20- 39 tahun
200.303
3
40 59 tahun
118.275
4
Lebih dari 60 tahun
29.184
Total
540.258
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia
Presentase (%)
35.63 %
37, 07 %
21, 89 %
5, 40 %
100%
19
4. Sebelah Selatan berbatan dengan Kelurahan Suka Karya dan Kenali Asam
Bawah
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Jumlah RT
2015
2014
2015
2014
2015
2014
1
Rawasari
17.576 17.163 3.565
3.629
28
28
2
Simp. 3 Sipin
25.982 25.373 4.625
5.110
45
43
3
Beliung
8.273
8.079
1.722
1.635
16
16
4
Mayang Mangurai
18.006 17.584 5.654
3.494
46
44
Puskesmas
69.836 68.199 15.566
13.868
135
131
Tabel 7. keadaan demografik wilayah kerja Rawasari Tahun 2014 dan 2015
4.4 Sosial Budaya, Agama, Politik dan Ekonomi
Mayoritas penduduk beragama Islam (82,1%), Kristen (13%), Budha / Hindu
(3,4%) dan lain-lain (1,6%). Perilaku Masyarakat berobat ke Puskesmas Rawasari dan 4
puskesmas Pembantu, yaitu Pustu Sei. Sawang, Pustu Simpang III Sipin, Pustu Kenali
20
Permai, dan Pustu Kampung Hidayat. Dan Sebagian ke Puskesmas sekitar atau praktek
swasta. Otonomi daerah dengan dukungan pemerintah daerah cukup baik, mata
pencarian penduduk mayoritas petani dan pegawai negeri dan yang lainnya pedagang,
buruh dan pensiunan pegawai negeri.
4.5 Pendidikan
Sebagian besar penduduk berpendidikan SD sederajat, SMP Sederajat, SMA
Sederajat dan perguruan tinggi. Fasilitas pendidikan yang ada diwilayah kerja
puskesmas Rawasari adalah: TK 26 sekolah, SD / MI : 17 / 3 Sekolah, SLTP / MTS : 2 /
3 sekolah, dan SLTA / MA : 6/ 1 Sekolah . PT: 1.
4.6 Sumber Daya Kesehatan
Puskesmas Rawasari mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan dalam gedung
berupa : pelayanan Gawat Darurat Sederhana, Poli Umum, Poli Gigi, Poli Anak, Poli
Imunisasi, Poli KIA, Poli KB, Kesehatan Anak, Pojok Kesling, Pojok Gizi, Pojok
Laktasi, Klinik IMS, Pemeriksaan Labor dan Pelayanan Apotik. Pada Tahun 2015
ditambah dengan pelayanan 24 Jam. Pelayanan diluar gedung berupa : Puskesmas
Pembantu 4 buah, Posyandu 35 Pos, Posyandu Usila 3 Pos, Posbindu 1, Kelas Bumil 4
dan UKS Strata Optimal di SD 150/IV Kota Jambi.
Tabel berikut menunjukan jumlah tenaga kerja di wilayah Puskesmas Rawasari
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Tenaga
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sarjana Kesehatan
Bidan D III
Bidan D I
Sarjana keperawatan
Perawat D III
Perawat
Perawat Gigi D III
Perawat Gigi
Analisis Kesehatan
Sanitarian D III
Sanitarian D I
Gizi D III
S I Gizi
Apoteker S. I Farmasi
Asisten Apoteker D III
Jumlah
2 orang
1 orang
1 orang
6 orang
9 orang
5 orang
10 orang
5 orang
2 orang
2 orang
3 orang
4 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
Keterangan
1 Kepala Puskesmas
1 orang TKS
1 orang TKS
21
18 Asisten Apoteker
1 orang
19 Cras Program ( PCPPM)
1 orang
20 LCPK
3 orang
Tebel 8. Jumlah tenaga kerja puskesmas rawasari
22
Penyakit
Kode ICD
Jumlah Kasus
J 00
15.034
Hypertensi Essential
I 10
3.604
Nekrosis Pulpa
K 04 1
2.168
L 23
2.031
R 50
1.989
M 79
1.618
Dispepsia
K 30
1.614
Gastritis
K 29
1.524
A 09
1.510
23
10
Caries gigi
K 02
1.245
Tabel 10. Sepuluh penyakit terbanyak diwilayah Puskesmas Rawasari tahun 2014
adalah sbb
Jumlah Kasus
No.
Penyakit
Kode ICD
J 00
11.380
M 79
4.078
Hypertensi Essential
I 10
3.071
K 04
3.002
L 23
2.117
Nekrosis Pulpa
K 04 1
2.083
R 50
1.771
24
Gastritis
K 29
1.379
Sakit Kepala
R 51
1.122
10
E. 12
1.099
25
26
Berdasarkan tabel 11, pasien penderita hipertensi pada tahun 2015 memiliki jumlah
3.604 orang, dengan penderita yang baru terdeteksi hipertensi ditahun 2015 dengan
jenis kelamin Laki-laki berjumlah 169 orang dan pasien lama hipertensi berjumlah
1.366 orang sehingga total penderita hipertensi berjenis kelamin pria berjumlah 1.535
orang, sedangkan penderita hipertensi yang baru terdiagnosis ditahun 2015 jenis
kelamin perempuan memiliki angka lebih tinggi yaitu 294 orang dan pasien lama
hipertensi 1.775 orang dengan total pasien wanita hipertensi sebesar 2.069. Total
penderita baru yang terdeteksi hipertensi jenis kelamin pria dan wanita pada tahun 2015
berjumlah 463 orang. Hipertensi esensial ini merupakan penyakit ke 2 dari daftar 10
penyakit terbesar pada Puskesmas Rawasari.
Berdasarkan tabel 12, penderita hipertensi dikelompokan berdasarkan usia 15-25 tahun
memiliki penderita hipertensi yang baru terdeteksi sebanyak 7 orang pria, 1 orang
penderita yang telah lama terdeteksi hipertensi dan 3 orang wanita yang baru terdeteksi
hipertensi. pada usia 26-44 tahun penderita pria baru 55 orang dan lama 86 orang,
sedangkan penderita wanita baru terdeteksi 101 orang dan lama 252 orang, pada usia
45-60 tahun memiliki 64 orang penderita hipertensi pria yang baru terdeteksi dan 658
penderita lama sedangkan penderita pada wanita baru 139 orang dan 1.038 penderita
lama, untuk usia >60 tahun penderita baru pria 43 orang lama 621 dan penderita wanita
yang baru terdeteksi 51 orang dan 485 penderita lama.
27
BAB V
DISKUSI
5.1 Hasil
Data yang dihasilkan pada mini project ini adalah mengenai gambaran penderita
hipertensi berdasarkan usia pada tahun 2015 yaitu akan di tampilkan berdasarkan
pengelompokan usia yaitu 15 - 25 tahun, 26 - 44 tahun, 45 60 tahun, dan > 60 tahun.
Hasil ini mencangkup jumlah penderita baru dan penderita lama pada tiap bulan nya
berdasarkan jenis kelamin dan penderita berdasarkan pengelompokan usia.
1400
1177
1200
1000
800
722
664
600
536
Perempuan
353
400
141
200
0
Laki-Laki
15 - 25 tahun
26 - 44 tahun
45 - 60 tahun
> 60 tahun
hipertensi terbanyak dengan total penderita laki laki 722 orang dan perempuan 1177
orang. Pada usia > 60 tahun sebanyak 664 orang laki-laki dan 536 perempuan, pada usia
24- 44 tahun penderita hipertensi yang terdeteksi sebanyak 141 orang laki laki dan
353 perempuan, penderita paling sedikit ditemukan pada usia termuda yaitu 15 25
28
tahun sebanyak 8 orang laki laki dan 3 orang perempuan, dengan jumlah seluruh
penderita hipertensi periode 2015 sebanyak 3.604 orang.
2000
1775
1800
1600
1366
1400
1200
1000
800
600
400
200
294
169
0
Laki
Perempuan
29
50
46
45
40
36
35
30
20
15
10
5
26
24
25
17
14
35
33
26
19
15
18
13
33
12
10
18
19
15
Laki - laki
Perempuan
11
11
7
32
30
5.2 Pembahasan
Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang berusia diatas 40 tahun, namun
saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda. Sebagian besar
hipertensi primer terjadi pada usia 25 - 45 tahun dan hanya sedikit terjadi dibawah usia
20 tahun hal ini disebabkan karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan
kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang sehat seperti merokok.
Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia,
hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif, yang lebih sering pada
usia tua. pada saat terjadi penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula risiko
peningkatan penyakit yang meliputi kelainan syaraf/ kejiwaan, kelainan jantung dan
pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera dan kelainan metabolism pada
tubuh.
Dari data yang telah diteliti bahwa penderita hipertensi pada Puskesmas
Rawasari usia terendah ditemukan pada usia 15 25 tahun sebanyak 8 orang,
selanjutnya mengalami peningkatan jumlah pasien penderita hipertensi pada usia 45
60 tahun sebanyak 1.899 orang, pada usia > 60 tahun mengalami penurunan jumlah
penderita hipertensi,. pada penderita hipertensi ini harus dilakukan mengkajian lebih
lanjut faktor resiko terjadinya hipertensi pada pasien usia muda, kepatuhan terhadap
pengobatan pada setiap pasien dan pengontrolan tekanan darah serta memeriksakan
kesehatan secara berkala agar tidak jatuh pada kondisi yang lebih berat, mengingat
hipertensi menjadi urutan ke 2 dari 10 macam penyakit terbesar pada puskesmas
rawasari. Untuk menghindari kemungkinan tidak terdeteksinya penderita hipertensi
alangkah baiknya apabila setiap pasien kunjungan ke Puskesmas Rawasari dilakukan
pemeriksaan tekanan darah, dengan begitu pendataan bisa lebih akurat sebagai laporan
penderita hipertensi pada puskesmas rawasari, dan kemudian bisa dilakukannya
pendataan semua penduduk
penduduk yang memiliki usia diatas 15 tahun dan dilakukannya skrining pemeriksaan
tekanan darah.
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Penderita hipertensi pada Puskesmas Rawasari periode Januari Desember
2015 berdasarkan usia yang digolongkan menurut beberapa kelompok yaitu
15 25 tahun sebanyak 11 orang pria dan wanita, 25 44 tahun sebanyak
494 orang, 45 60 tahun sebanyak 1.899 orang merupakan usia tertinggi
yang banyak menderita hipertensi dan usia > 60 tahun sebanyak 1.200 orang,
penderita hipertensi banyak di derita oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
2. Hipertensi banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 294
orang dan laki-laki sebanyak 169 orang pada periode Januari - Desember
tahun 2016.
3. Total penderita hipertensi sebanyak 3.604 orang, dengan jumlah penderita
yang baru terdeteksi sebanyak 463 orang, penderita lama sebanyak 3.141
orang.
6.2 Saran
1. Dilakukannya pemeriksaan tekanan darah pada seluruh pasien yang berobat ke
Puskesmas Rawasari.
2. Pencatatan dan pendataan penduduk melalui RT untuk setiap kelurahan terhadap
masyarakat yang berusia diatas 15 tahun dan dilakukankan skrining pemeriksaan
tekanan darah.
3. Membuka posyandu Lansia dan melatih kader posyandu mengingat lansia
memiliki akses yang terbatas untuk sampai ke pusat pelayanan kesehatan demi
memudahkan dan mengurangi angka kesakitan akan hipertensi.
4. Memberikan informasi dan edukasi terkait hipertensi pada masyarakat sekitar
akan pemeriksaan diri terutama tekanan darah secara berkala, kepatuhan
pengobatan, dan pola hidup masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
32
33