Anda di halaman 1dari 51

ESTIMASI PANJANG BADAN BERDASARKAN

PANJANG TIBIA DAN PANJANG ULNA


PADA ANAK USIA 6 - 24 BULAN
DI KOTA BOGOR

ERNI RUKMANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Estimasi Panjang Badan
berdasarkan Panjang Tibia dan Panjang Ulna pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang besukual atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

Erni Rukmana
NIM I15140221

iv

RINGKASAN
ERNI RUKMANA. Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia dan
Panjang Ulna pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Bogor. Dibimbing oleh Dodik
Briawan dan Ikeu Ekayanti.
Kesulitan pengukuran panjang badan pada saat dilapangan adalah anak
mengalami keadaan takut dan tegang. Panjang dan tinggi badan juga biasanya
tidak bisa diperoleh atau tidak reliabel dalam anak-anak yang dirawat di rumah
sakit atau gangguan akibat penyakit. Ukuran pengganti dari panjang dan tinggi
badan dan pengukuran yang mudah sangat diperlukan untuk memperkirakan
panjang badan untuk memantau pertumbuhan linier. Estimasi panjang badan dapat
menggunakan bagian lain tubuh dari manusia yaitu panjang tibia dan panjang
ulna. Panjang tibia diukur dari sendi lutut ke sendi pergelangan kaki kiri,
sedangkan panjang ulna diukur dari Panjang tulang ulna diukur dari ujung siku
sampai pertengahan dari tulang yang menonjol di pergelangan tangan lengan kiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan estimasi panjang badan
berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan. Tujuan
khusus dari penelitian ini adalah Tujuan khusus penelitian ini adalah 1)
Menganalisis gambaran karakteristik dan perbedaan subjek dengan panjang
badan, panjang tibia, dan panjang ulna 2) Menganalisis faktor faktor yang
berhubungan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna 3)
Menganalis pengaruh panjang tibia terhadap panjang badan pada anak usia 6-24
bulan; 4) Menganalis pengaruh panjang ulna terhadap panjang badan pada anak
usia 6-24 bulan; 5) Menganalis pengaruh panjang tibia dan panjang ulna terhadap
panjang badan pada anak usia 6-24 bulan.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Maret 2016 di wilayah
Kota Bogor, Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitian berjumlah 266 anak balita
yang dipilih secara acak di wilayah Puskesmas Sindang Barang. Kriteria inklusi
yang ditetapkan adalah yang mempunyai anak usia 6-24 bulan bersedia mengikuti
penelitian, anak usia 6-24 bulan yang sehat, tidak cacat (tidak mengalami penyakit
skoliosis, cerebral palsy, dan cedera punggung, kaki dan tangan yang parah),
tidak mengkonsumsi obat pertumbuhan, tidak demam saat kunjungan studi. Satu
anak per ibu untuk menghindari kluster pengaruh dari karakteristik demografi
sosial dan genetika di rumah yang sama. Data dikumpulkan dengan cara
wawancara kuesioner dan pengukuran panjang badan menggunakan alat papang
pengukur (infantometer 0.1 cm), panjang tibia menggunakan pita pengukur (0.1
cm), dan panjang ulna menggunakan penggaris (0.1 cm). Analisis statistik yang
digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji beda
Independent T-test, Anova, Paired T-test dan korelasi Pearson dan Spearman, dan
analisis mulitivariat menggunakan regresi linier sederhana dan berganda.
Rata-rata panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna hampir sama pada
karakteristik subjek, kecuali pada kelompok subjek yang dibagi menurut usia
yaitu 6-11 bulan (31.6%) dan usia 12-24 bulan (68.4%) dan panjang badan lahir
yaitu <48 cm (24.8%) dan 48 cm (75.2%). Perbedaan rata-rata antropometri
ditunjukkan pada anak usia 6-11 bulan dan 12-24 bulan dan pada anak dengan

v
panjang badan lahir <48 cm dengan dengan panjang lahir 48 cm. Mayoritas
suku/etnis orang tua dari anak usia 6-24 bulan besukual dari sunda (79.3%).
Faktor faktor yang berhubungan dengan panjang badan, panjang tibia, dan
panjang ulna adalah usia, berat badan lahir dan pendapatan. Hubungan korelasi
berat badan lahir dan pendapatan dengan panjang badan, panjang tibia, dan
panjang ulna dinilai lemah (r = 0.0-0.19). Korelasi yang dihasilkan berat badan
lahir dengan panjang badan dan panjang tibia yaitu r = 0.13 serta panjang ulna r =
0.16; dan korelasi pendapatan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang
ulna secara berturut-turut yaitu nilai r = 0.13, r = 0.14, dan r = 0.13. Korelasi usia
dengan panjang badan (r = 0.89), panjang tibia (r = 0.84), dan panjang ulna ( r =
0.77) mempunyai hubungan korelasi yang kuat. Hasil korelasi menunjukkan
bahwa panjang tibia ( r = 0.92) dan panjang ulna (r = 0.89) mempunyai hubungan
dan korelasi yang kuat dengan panjang badan. Hasil korelasi tersebut akan
menghasilkan estimasi panjang badan. Pengukuran panjang tibia lebih mudah
digunakan dilapangan dan hasil korelasi dengan panjang badan lebih kuat
dibandingkan dengan panjang ulna.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang tibia dan panjang ulna
dapat menjadi estimasi dengan panjang badan, nilai R2 = 0.85 dan SEE = 2.15
untuk panjang tibia, dan panjang ulna dengan nilai R2 = 0.80 dan SEE = 2.48.
Estimasi panjang badan dari kedua pengukuran yaitu panjang tibia dan panjang
ulna menghasilkan nilai R2 lebih besar dibandingkan dengan satu pengukuran
yaitu dengan nilai R2 = 0.89 dan SEE = 1.84.
Jika panjang badan tidak diperoleh dari pengukuran menggunakan alat papang
pengukur, panjang tibia dan panjang ulna dapat menjadi alternatif pengukuran
yang handal dengan menggunakan alat sederhana yaitu pita pengukur dan
penggaris.
Kata kunci: panjang badan, panjang tibia, panjang ulna, estimasi, usia anak 6-24
bulan

vi

SUMMARY
ERNI RUKMANA. Estimating Body Length from Tibial Length and Ulnar
Length for Children 6-24 Month in Bogor. Supervised By Dodik Briawan and
Ikeu Ekayanti.
The difficulty of measuring the body length while the child is scared and
tense. The body length and height are also usually obtainable or unreliable in
children hospitalized due to the disease or disorder. Thus, Surrogate measure of
length or height and easy measurement is necessary to estimate length body to
monitor the linear growth. Estimated length of the body can use other parts of the
human body is of tibial length and ulnar length. Tibial length was measured from
the knee joint to the angkle joint of the lefth leg, while ulnar length measured on
the lefth arm between the ponit of the elbow (olecranon) and the mid-ponit of the
prominent bone of the wrist (styloid process).
This study aimed to estimate the length of the body based on the length of
the tibia and ulna length in children aged 6-24 months. The specific objective of
this study was 1) Analyzing the characteristic features and differences in subjects
with a body length, tibial length, and ulnar length 2) Analyze the factors related to
body length, tibial length, and ulnar length 3) Analyze the effects of tibial length
to body length in children aged 6-24 months; 4) Analyze the effects of the ulnar
length to body length in children aged 6-24 months; 5) Analyze the effects of
tibial length and ulna length to body length in children aged 6-24 months.
This study used cross sectional design. The study was conducted in
December 2015 until March 2016 in Bogor, Province of Central Java. Subjects
numbered 266 children aged 6-24 months were selected randomly in Puskesmas
Sindang Barang. The inclusion criteria specified that the mother has children aged
6-24 months were willing to participate in this study, children aged 6-24 months
are healthy, not disabled (not disease scoliosis, cerebral palsy, and wounded his
back, legs and arms severe ), did not take the drug growth, no fever while a study
visit and infant per mother to avoid cluster effects from share sociodemographic
characteristics and genetics. Data were collected by interview questionnaires and
measurements of body length using a measuring board (infantometer 0.1 cm),
tibia length using a measuring tape (0.1 cm), and ulna length using a ruler (0.1
cm). Statistical analysis used were univariate, bivariate analysis using different
test Independent T-test, ANOVA, Paired t-tests and Pearson and Spearman
correlation, and analysis mulitivariat using simple and multiple linear regression.
The average body length, tibial length and ulnar length almost the same on
the characteristics subject, except in the group of subjects who were divided
according to age 6-11 months (31.6%) and 12-24 months of age (68.4%) and birth
length <48 cm (24.8%) and 48 cm (75.2%). The average anthropometry
difference shown in children aged 6-11 months and 12-24 months and birth length
<48 cm with r 48 cm. Ethnic majority of parents of children aged 6-24 months
derived from Sunda (79.3%).
Factors related to body length, tibial length and ulnar length was age, birth
weight and income. Correlation birthweight and income with a body length, tibial
length, and ulna length was weak (r = 0.0-0.19). The resulting correlation with
birth weight and body length was r = 0.13 tibial length and ulna length length r =
0.16; and income correlations with body length, tibia length, and ulna length

vii

respectively that the value of r = 0.13, r = 0.14 and r = 0.13. Correlation of age
with a body length (r = 0.89), tibial length (r = 0.84), and ulnar length (r = 0.77)
had a strong correlation. The results showed that tibial length (r = 0.92) and the
ulna length (r = 0.89) have a relationship and a stronger correlation with body
length.
The research showed that tibial length (R2 = 0.85; SEE = 2.15) and ulnar
length (R2 = 0.80; SEE = 2.48) could be estimate body length. Estimated length
of the body with two measurement (tibial length and ulna length) produces R2
value greater than one measurement with a value of R2 = 0.89 and SEE = 1.84.
If body length were not obtained from measurements using a measuring board,
tibial length and ulna length could be an alternative reliable measurement using
simple tools..
Keywords: body length, tibial length, ulnar length, estimation, children 6-24
months of age

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016


Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ESTIMASI PANJANG BADAN BERDASARKAN


PANJANG TIBIA DAN PANJANG ULNA
PADA ANAK USIA 6 - 24 BULAN
DI KOTA BOGOR

ERNI RUKMANA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Gizi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi Pembimbing Pada Ujian Tesis :

Judul Tesis
Nama
NIM

: Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia dan


Panjang Ulna pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Bogor
: Erni Rukmana
: I151140221

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN


Ketua

Dr Ir Ikeu Ekayanti, MKes


Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Gizi

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN

Tanggal Ujian:

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 ini ialah
estimasi panjang badan, dengan judul Estimasi Panjang Badan berdasarkan
Panjang Tibia dan Panjang Ulna pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN dan Dr Ir
Ikeu Ekayanti, MKes selaku pembimbing serta Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, MSc
selaku pembahas. Disamping itu, penghargaan juga penulis sampaikan kepada
bidan wilayah Puskesmas Sindang Barang yang telah berpartisipasi dan banyak
membantu dalam pengumpulan data lapangan. Penulis berterima kasih kepada
rekan-rekan tim pengumpul data yang juga banyak membantu selama pelaksanaan
penelitian, rekan rekan pasca ilmu gizi angkatan 2014 yang semasa pendidikan
selalu saling membantu dan mendoakan, serta semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan
tesis ini. Ungkapan terima kasih disampaikan terutama kepada orang tua yaitu
Bapak Syaifuddin dan Ibu Emy Rahmini atas segala limpahan doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,

Juni 2016

Erni Rukmana

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan masalah
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
Hipotesis penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi dan anak bawah lima tahun
Pertumbuhan anak
Antropometri
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran antropometri
Panjang badan dantinggi badan
Prediktor tinggi badan
Panjang tibia
Panjang ulna
Estimasi tinggi badan
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE
Desain, tempat, dan waktu
Jumlah dan teknik penarikan subjek
Jenis dan cara pengumpulan data
Pengolahan dan analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum Kota Bogor
Karakteristik subjek
Hubungan panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna
Estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia
Estimasi panjang badan berdasarkan panjang ulna
Estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii
xiv
xiv
xiv
1
1
1
3
3
3
4
4
4
4
5
6
7
7

7
8
10
11
13
13
14
15
15

19
19
20
24
25
26
27
28
28
28
28
32
37

xiv

DAFTAR TABEL
1. Estimasi tinggi badan anak di beberapa negara
2. Jenis, cara pengukuran, dan pengolahan data
3. Rata-rata panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna berdasarkan
karakteristik subjek
4. Hubungan karakteristik subjek dengan panjang badan, panjang tibia dan
panjang ulna
5. Hubungan panjang badan dengan panjang tibia dan panjang ulna
6. Persamaan regresi estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia
7. Persamaan regresi estimasi panjang badan berdasarkan panjang ulna
8. Persamaan regresi berganda estimasi panjang badan berdasarkan panjang
tibia dan panjang ulna
9. Rata-rata panjang badan aktual dan estimasi (cm) berdasarkan panjang
tibia, dan panjang ulna

10
17
23
24
24
25
26
27
27

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Penampang tulang tibia


penampang tulang ulna
pengukuran ulna pada anak
kerangka pemikiran
pengambilan subjek

8
9
9
12
14

DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengukuran panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna
2. Hasil regresi linier sederhana dan berganda

32
33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penilaian status gizi merupakan sesuatu yang penting untuk pemantauan
pertumbuhan anak (Gibson 2005; Thaha et al. 2015). Pemantauan pertumbuhan
linier dan status gizi digunakan dalam perawatan kesehatan anak. Pertumbuhan
linear dan perubahan antropometri selama masa kanak-kanak dapat dipengaruhi
oleh faktor genetik (Pan et al. 2007), paparan lingkungan, termasuk faktor gizi,
psikososial, dan infeksi (Laurenco et al. 2012). Bagian anggota tubuh seperti
panjang dan tinggi badan juga berkaitan dengan karakteristik individu seperti usia,
jenis kelamin, dan suku (Krishan et al. 2007; Forman et al. 2014).
Panjang badan adalah ukuran linier yang penting dari ukuran tubuh untuk
menilai status gizi balita, khususnya balita stunting (WHO 2006). Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 di Indonesia menunjukkan
peningkatan prevalensi anak balita stunting yaitu mencapai 37.2 persen dari 35.6
persen pada tahun 2010. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015 di Indonesia
menunjukkan prevalensi stunting (pendek) usia 0-23 bulan yaitu 23.1 persen.
Data panjang badan digunakan dalam pemantauan pertumbuhan dan pengukuran
rutin di layanan kesehatan. Penentuan panjang badan dengan tepat dan mudah
untuk menentukan stunting sangat diperlukan. Panjang badan pada anak lebih sulit
untuk diukur dibandingkan dengan berat badan. Pengukuran berat badan dapat
dilakukan relatif andal dan akurat. Pengukuran panjang badan biasanya dilakukan
dengan menggunakan instrumen yang sulit. Data yang menggambarkan
keakuratan pengukuran panjang badan pada anak bervariasi. Penelitian Johnson et
al. (1999) menyebutkan bahwa terdapat kesalahan pengukuran saat menggunakan
papan pengukur panjang badan. Kesulitan pengukuran panjang badan pada saat
dilapangan adalah anak mengalami keadaan takut dan tegang. Panjang dan tinggi
badan juga biasanya tidak bisa diperoleh atau tidak reliabel dalam anak-anak yang
dirawat di rumah sakit atau gangguan akibat penyakit cerebral palsy (Fang et al.
2013), neuromuskuler atau deformitas sendi (Kihara et al. 2015). Panjang dan
tinggi badan selain dasar dari indeks antropometri anak dan indeks massa tubuh
(Gibson 2005; Supariasa et al. 2002; Flegal et al. 2002) juga sebagai manajemen
gizi (Forman et al. 2014), alat pengawasan untuk memantau kesehatan serta
penelitian penyakit kronis (Flegal et al. 2002), dan penentuan dosis obat melalui
luas permukaan tubuh (Verbraecken et al. 2005).
Estimasi panjang dan tinggi badan dapat diperoleh dari indikator
antropometri lainnya seperti arm span (Yousaft et al. 2003; Sah et al. 2012;
Gibson 2005), tinggi duduk dan tinggi lutut (Gibson 2005), panjang tangan dan
kaki (Guerra et.al 2014), panjang tibia (Yousaft et al. 2003; Kihara et al. 2015)
dan panjang ulna (Gauld et al. 2004; Madden et al. 2012; Dray dan Madden 2014;
Forman et al. 2014). Indikator antropometri tersebut digunakan sebagai alternatif
untuk memperkirakan tinggi badan. Panjang tibia dan panjang ulna adalah bagian
tubuh yang mudah diukur dan alat pengukuran yang digunakan sederhana yaitu
alat pita pengukur atau penggaris (Yousaft et al. 2003; Forman et al. 2014; Kihara
et al. 2015). Pengukuran panjang tibia dan panjang ulna telah banyak dilakukan
pada orang dewasa (Madden et al. 2012; Sah et al. 2012), akan tetapi hanya
sedikit penelitian yang menggunakan subjek anak-anak usia <3 tahun.

Penelitian multietnis di Amerika oleh Forman et al. (2014) menunjukkan


bahwa pengukuran pengganti dari panjang dan tinggi badan bayi dan anak usia <6
tahun dapat menggunakan panjang ulna. Panjang ulna (R2 = 0.95) berkorelasi
dengan panjang dan tinggi badan dengan mengontrol usia, jenis kelamin, dan
etnis. Penelitian Kihara et al. (2015) menunjukkan bahwa panjang tibia dapat
mengestimasi tinggi badan pada anak normal (R2 = 0.91) dan anak cerebral palsy
(R2 = 0.81) pada anak usia 3-12 tahun di Jepang. Penelitian Yousaft et al. (2003)
di India juga menunjukkan bahwa panjang tibia (R2=0.72) dapat mengestimasi
tinggi badan pada anak normal dan disable usia 2-6 tahun. Penelitian di India
utara oleh Dray dan Madden (2014) menghasilkan korelasi positif yang signifikan
antara panjang ulna dan tinggi badan pada perempuan usia 4-17 tahun dan
prediksi ulna untuk tinggi badan pada perempuan usia 11 tahun (R2 = 0.93).
Penelitian Gauld et al. (2004) di Australia menunjukkan bahwa panjang ulna
dapat menjadi ukuran pengganti dari tinggi badan pada anak-anak berusia 5-19
tahun (laki-laki: R2= 0.96, perempuan: R2 = 0.94).
Selama ini pengukuran pengganti panjang dan tinggi badan di Indonesia
masih sedikit penelitiannya. Penelitian estimasi panjang anak melalui panjang
tibia dan panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan masih belum ada. Panjang badan
anak usia 6-24 bulan diharapkan dapat diperoleh melalui panjang tibia dan
panjang ulna. Keberadaan data panjang badan dari panjang tibia dan panjang ulna
juga dapat mempermudah peneliti lain dalam menentukan indeks antropometri
anak.
Perumusan Masalah
Panjang badan lebih sulit untuk diukur dibandingkan dengan berat badan.
Pengukuran berat badan dapat dilakukan relatif andal dan akurat. Pengukuran
panjang biasanya dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sensitif.
Pengambilan data panjang badan menggunakan alat infantometer sulit digunakan
untuk mengukur panjang atau tinggi badan anak usia 6-24 bulan. Kesulitan yang
dialami dalam pengukuran panjang dilapangan adalah anak mengalami keadaan
takut dan tegang serta pada anak yang dirawat di rumah sakit atau gangguan akibat
penyakit cerebral palsy, neuromuskuler atau deformitas sendi. Penilaian status
gizi pada anak akan terjadi kesalahan, jika data tidak bisa diperoleh atau tidak
reliabel. Perlu ada alternatif pengukuran yang mudah untuk dilakukan seperti
panjang tibia dan panjang ulna.
Di Indonesia, data stunting yang berhubungan dengan panjang badan sangat
diperlukan untuk melihat status gizi berdasarkan tinggi badan menurut usia. Data
panjang badan diharapkan dapat diukur melalui panjang tibia dan panjang ulna.
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan gambaran karakteristik subjek dengan panjang
badan, panjang tibia, dan panjang ulna?
2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan panjang badan, panjang
tibia, dan panjang ulna?
3. Apakah ada pengaruh panjang tibia terhadap panjang badan anak usia 6-24
bulan?
4. Apakah ada pengaruh panjang ulna terhadap panjang badan anak usia 6-24
bulan

5. Apakah ada pengaruh panjang tibia dan panjang ulna terhadap panjang
badan anak usia 6-24 bulan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, peneliti ingin
menghasilkan estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna
pada anak usia 6-24 bulan.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan estimasi panjang badan
berdasarkan panjang tibia dan panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Menganalisis gambaran karakteristik dan perbedaan subjek dengan
panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna
2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan panjang badan,
panjang tibia, dan panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan
3. Menganalisis pengaruh panjang tibia terhadap panjang badan pada anak
usia 6-24 bulan
4. Menganalis pengaruh panjang ulna terhadap panjang badan pada anak usia
6-24 bulan
5. Menganalis panjang tibia dan panjang ulna terhadap panjang badan pada
anak usia 6-24 bulan
Manfaat Penelitian
Informasi mengenai penggunaan ukuran panjang tibia dan panjang ulna
yang dapat digunakan untuk mengestimasi panjang badan pada anak usia 6-24
bulan dan sebagai rujukan atau sumbangan referensi dalam penentuan status gizi
anak melalui indeks antrapometri anak.
Hipotesis Penelitian
1.
2.
3.

Panjang tibia dapat berpengaruh terhadap panjang badan pada anak usia 6-24
bulan
Panjang ulna dapat berpengaruh terhadap panjang badan pada anak usia 6-24
bulan
Panjang tibia dan panjang ulna dapat berpengaruh terhadap panjang badan
pada anak usia 6-24 bulan

TINJAUAN PUSTAKA
Bayi dan Anak Bawah Lima Tahun (Anak usia 1-5 tahun)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
(2014). Anak adalah seseorang dengan usia sampai 18 tahun, sedangkan 0 sampai
11 bulan disebut bayi dan anak balita merupakan anak yang berusia 12 bulan
sampai dengan 59 bulan (5 tahun kurang 1 hari). Pertumbuhan dari mulai bayi
sampai lansia merupakan proses alami. Pertumbuhan merupakan pertambahan
ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, artinya struktur tubuh dan
ukuran fisik sebagian atau keseluruhan bertambahnya, sehingga bisa diukur
melalui satuan panjang dan berat.
Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan anak seperti tinggi badan akan bertambah dari hanya 50 cm
pada saat lahir menjadi 75 cm (bertambah 25 cm) setelah berusia 1 tahun. Di
tahun kedua kehidupan, tinggi hanya bertambah 12-13 cm, untuk seterusnya
semakin lambat hingga mencapai usia remaja. Pada saat itu, tinggi badan akan
bertambah sebanyak 16-20 cm selama 2-1/2 tahun. Pertambahan berat badan juga
terjadi pada anak yang berusia 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat
sebanyak 2-2,5 kg, dan tinggi badan sebesar rata-rata 12 cm setahun (tahun kedua
12 cm, ketiga 8-9 cm) (Arisman 2004). Dikutip dari nelson textbook of pediatrics
(Needlman 2004), fase cepat sebagian besar pertumbuhan terjadi di dalam rahim
ibu. Setelah lahir, tingkat pertumbuhan secara bertahap menurun selama beberapa
tahun pertama kehidupan. Saat lahir, panjang rata-rata bayi yang baru lahir adalah
20 inci (50 cm); pada 1 tahun, tinggi rata-rata sekitar 30 inci; pada 2 tahun, tinggi
rata-rata sekitar 35 inci; dan pada 3 tahun, tinggi rata-rata sekitar 38 inci. Setelah
3 tahun dan sampai pubertas, pertumbuhan linear terus pada tingkat yang relatif
konstan 2 inci per tahun.
Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi dan
komposisi tubuh. Ada beberapa pengukuran antropometri utama salah satunya
pengukuran tinggi badan (stature). Komponen kepala, tulang belakang tulang
panggul, dan kaki. Jaringan utama yang diukur tulang. Antropometri adalah
pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penentuan status gizi
secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu: kurang energi
protein dan obesitas (Achadi 2007; Supariasa dkk 2002; Gibson 2005).
Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk
melihat pertumbuhan adalah salah satunya pengukuran linear (panjang). Dasar
pengukuran linear adalah tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan
pertumbuhan skeletal. Pengukuran linear lainnya seperti tulang biasa digunakan
untuk tujuan tertentu. Misalnya panjang lengan atas atau kaki (Achadi 2007;
Supariasa dkk 2002; Gibson 2005).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan


Ukuran tubuh yang umum dipakai untuk pengukuran adalah panjang/tinggi
badan dan berat badan. Panjang/tinggi badan umumnya digunakan untuk
mendapatkan nilai indeks z-score yang memiliki indikator gizi buruk, gizi kurang,
normal, gizi lebih, dan obesitas untuk bayi dan balita. Indeks massa tubuh dengan
mengukur tinggi badan dan berat badan digunakan untuk remaja dan dewasa pada
studi epidemiologi. Pengukuran antropometri juga digunakan di rumah sakit untuk
menentukan status gizi pasien (Gibson 2005).
Jika usia tidak diketahui, parameter pengukuran yang dapat melihat keadaan
status gizi yang telah lalu dan sekarang adalah tinggi badan (Supariasa dkk 2002).
Menurut Supariasa dkk (2002) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi genetik, obstrik (berat
badan lahir dan panjang badan lahir), dan jenis kelamin, sedangkan faktor
eksternal meliputi lingkungan, gizi, obat-obatan, dan penyakit.
1

Genetik
Kemiripan anak-anak dengan orangtua tunya dalam hal bentuk tubuh,
proporsi tubuh, dan kecepatan perkembangan berhubungan dengan genetik yang
diwariskan. Gen tidak secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, tetapi ekspresi gen yang diwariskan kedalam pola pertumbuhan
dikaitkan dengan beberapa sistem biologis. Gen berperan dalam sistem hormon
endokrin manusia yang mengatur fungsi pertumbuhan, perkembangan, fisiologi,
dan psikologi. Genetik bisa dilihat dari suku/etnis, keluarga dan lingkungan
intrauterin (Supariasa dkk 2002).
Faktor genetik yang berhubungan dengan tinggi badan oleh Sir Francais
Galton, biasanya orang tua yang tinggi memiliki anak yang tinggi pula dan orang
tua yang pendek juga sebaliknya. Beberapa penelitian juga membuktikan genetik
dalam menetapkan tinggi badan sebagat kuatitas yang heritabel untuk diketahui.
Interaksi gen dengan lingkungan juga harus dipertimbangkan dalam menetapkan
pertumbuhan dan perkembangan manusia (Pan 2007).
2 Panjang Badan dan Berat Badan Lahir
Kondisi kesehatan dan gizi baik selama kehamilan ibu akan menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan janin yang baik. Pertumbuhan dan
perkembangan janin yang bermasalah mengakibatkan panjang badan dan berat
badan lahir rendah (Keefe et al. 2008; Najahah 2014). Dalam beberapa hari
pertama kehidupan, sebagian besar bayi baru lahir akan kehilangan 5 hingga 7
persen berat tubuhnya sebelum mereka belajar menyesuaikan diri dengan kegiatan
makan dengan cara menhisap,menelan, dan mencerna. Pada usia dua tahun, tinggi
rata-rata 32 inci/81.28 cm sampai dengan 35 inci/88.cm (Santrock 2011). Panjang
badan lahir kurang dari 48 beresiko untuk menjadi pendek (Rahayu et al. 2011).
Berat badan lahir rendah kurang dari 2500 gram juga dihubungkan dengan tinggi
badan yang kurang pada balita. Panjang tungkai bawah seperti tibia dan femur
pada anak-anak dan dewasa menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah
berhubungan dengan panjang tungkai bawah.
3 Lingkungan
Anak yang pendek merupakan salah satunya karena adaptasi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung atau buruk. Faktor lingkungan berperan dalam

pertumbuhan dan mencapai tinggi badan maksimal. Peran dari lingkungan dalam
menetapkan tinggi badan dibuktikan dengan adanya bukti analisis riwayat tinggi
badan keluarga dan riwayat hidup dan studi intervensi pada negara berkembang
dimana kondisi tempat tinggal dapat ditingkatkan kesejahteraannya dengan
memberikan suplemen, makanan bergizi dan obat-obatan.
Kondisi lingkungan dalam mempengaruhi pencapaian potensi genetik tinggi
badan badan pada beberapa penelitian longitudinal menganalisis tinggi badan
dalam populasi cenderung berubah. Kecenderungan tersebut di Eropa, dimana
anak-anak dewasa lebih cepat dan rata-rata mencapai tinggi badan yang optimal
(Cole 2005). Peningkatan pada tinggi badan juga dipengaruhi banyak seperti
asupan zat gizi yang baik, penurunan penyakit, dan sanitasi serta ketersediaan
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
4 Penyakit infeksi dan Penyakit Kronis
Penyakit infeksi berhubungan dengan gangguan pertumbuhan. Pengaruh
dari penyakit infeksi adalah menurunnya asupan dan absorpsi, kehingan zat gizi
dan gangguan metabolik tubuh. Diare merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak-anak yang penyebabnya karena bakteri pathogen akibat dari kebersihan
atau sanitasi yang buruk. Diare juga sebagai penyebab dari stunting pada balita
(Guerrant et al. 2013).
5 Jenis Kelamin
Tinggi badan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan pada pupulasi yang
telah diteliti. Perbedaan tinggi badan ini sebagian besar dapat dijelaskan karena
pria memiliki kaki yang lebih panjang, walaupun tinggi tubuh bagian atas tidak
terlalu berbeda. Perbedaan tinggi badan pada laki-laki dan perempuan pastinya
berbeda juga tulang panjang seperti tibia dan tulang ulna (Ebite et al. 2008).
Perbedaan tinggi badan pada pria dan wanita dapat dihipotesiskan sebagai sexual
dimorphism, mengenai lingkungan hormon, dan komposisi kromosom seks.
Menurut penelitian Forman et al. (2014) menunjukkan bahwa nilai antropometri
yaitu panjang badan dan panjang ulna yang secara konsisten lebih kecil pada anak
perempuan dibandingkan laki-laki.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri membutuhkan latihan dan kecermatan. Kesalahan
diagnosis gangguan pertumbuhan sebagian besar karena kesalahan pengukuran.
Validitas adalah konsep yang penting dalan desain pengukuran gizi. Validitas
merupakan adequacy (kecukupan) yang setiap pengukuran atau indeks
mencerminkan parameter gizi yang menarik (Gibson 2005). Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen,
mengukur apa yang benar melalui instrumen yang tepat. Reliabilitas berhubungan
dengan konsistensi internal dan konsistensi eksternal. Konsep reliabilitas juga
terkait dengan data-data yang telah berkali-kali diambil.
Faktor yang mempengaruhi pengukuran antropometri (Supariasa et al. 2002),
adalah:
1 Alat dan Metode yang digunakan
Alat pengukuran juga harus disesuaikan misalnya tinggi badan pada anak
yang bisa berdiri dapat digunakan mikrotoa, sedangkan untuk anak yang belum
bisa berdiri bisa menggunakan infantometer. Metode adalah cara pengukuran dari

alat yang digunakan. Metode pengukuran yang benar akan menghasilkan akusukui
yang tepat.
2
Pengukur atau pengumpul data
Pengukur harus mengetahui cara mengukur panjang dan tinggi badan,
panjang ulna dan tibia. Analisis dan asumsi yang keliru dari pengukur atau
pengumpul data akan membuat kesalahan pengukuran. Pelatihan petugas yang
melakkan pengukuran harus cukup, sehingga tidak ada kesalahan pengukuran.
3
Posisi Subjek
Posisi standar tubuh dijadikan dasar pertimbangan yang sangat penting
dalam pengukuran antropometri. Gerakan-gerakan dari subjek yang diukur akan
menyebabkan ketidakakuratan pengukuran dan akan menyebabkan kesalahan dan
mengimplementasikan data antropometri.
Panjang badan dan Tinggi badan
Pengukuran panjang dan tinggi badan seseorang prinsipnya adalah
mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul tulang belakan,
dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total
tinggi (atau panjang) yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan
dengan usia dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu (Achadi
2007).
Anak yang dapat berdiri atau tinggi lebih dari 85 cm dan dewasa dapat
diukur menggunakan mikrotoa yang mempunyai ketelitian 0,1 cm atau pita ukur
yang telah dikalibesukui sebelumnya (Gibson 2005). Panjang badan dilakukan
pada balita kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sulit untuk
berdiri pada waktu pengukuran data tinggi badan (Achadi 2007; Supariasa et al.
2002; Gibson 2005).
Tinggi badan absolut anak berhubungan dengan kemungkinan adanya suatu
kondisi patologi. Sebagai contoh, seorang anak yang memiliki tinggi badan 3 SD
di bawah rata-rata lebih mungkin mengalami kondisi patologi dibandingkan
dengan anak yang memiliki tinggi badan hanya 1 SD di bawah rata-rata (Achadi
2007).
Prediktor Panjang Badan Balita
1

Panjang Tibia
Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Tibia
merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari
tulang betis/fibula. Kondil medial dan lateral terlihat di ujung atas. Permukaan
superiornya memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur
dalam formasi sendi lutut. Permukaan-permukaan tersebut halus dan di atas
permukaannya yang terdapat tulang rawan semilunar (setengah bulan) yang
membuat permukaan persendian lebih dalam untuk penerimaan kondil femur.
(Pearce 2008)
Tibia merupakan tulang panjang yang mudah diukur dibandingkan tulang
lainnya (Gupta et al. 2014). Cara pengukuran oleh Kihara et al. ( 2015) dengan
menggunakan pita pengukur adalah dengan mengukur tepi superomedial tibia ke
tepi inferior maleolus medial. Menurut Youzai et al. (2003) Panjang tibia diukur

dari sendi lutut ke sendi pergelangan kaki kiri. Penelitian Kihara et al. (2015) dan
Yousaft et al. (2003) menunjukkan bahwa panjang tibia dapat memprediksi tinggi
badan pada anak usia 3-12 tahun dan usia 2-6 tahun.

Gambar 1. Penampang tulang tibia

Panjang Ulna
Salah satu dari appendicular skeleton adalah tulang ulna dalam kerangka
gerak tubuh manusia. Tulang ulna dan tulang radius merupakan tulang sejajar
yang menunjang lengan bawah pada posisi anatomis, tulang ulna membentang
sampai radius. Olekranon membentuk tepi atas dari trochlear notch dan coronoid
prosesus membentuk tepi bawah. Lengan atas dan lengan bawah membentuk garis
lurus, olekranon mengayun sampai alekranon fossa pada permukan posterius
humerus. Pada batas fleksi, yang merupakan gerakan yang memperkecil sudut
anatra sambungan tulang, lengan atas dan lengan bawah membentun V yang rapat
dan prosesus coronoid mengayun sampai coronoid fossa pada permukaan
humerus anterior. Disamping coronoid prosesus, radial notch yang licin
menampung ujung radius pada sendi radio-ulnar proksimal (Matini et al. 2012).
Apabila dilihat secara belah lintang, bentuk dari tulang ulna adalah segetiga.
Membran
interosseous
berupa
lembaran-lembaran
berserabut
yang
menghubungkan tepi lateral dari ula ke radius. Dekat dengan pergelangan tangan,
bentuk ulna menyempit sebelum akhir dari ulnar head. Dilihat dari posterior,
permukaan samping dari ulnar head mempunyai stiloid prosesus yang pendek.
Articular disc berbentuk segetiga terikat pada prosesus stiloid; tulang rawan
tersebut memisahkan ulnar head dari tulang pergelangan tangan. Permukaan
samping ulnar head menyambung dengan ujung radius distal membentuk sendi
radio-ulnar bagian distal (Martini et al. 2012).

Gambar 2 Penampang tulang ulna


Tulang ulna merupakan tulang panjang yang sering digunakan untuk
memperkirakan tinggi badan dengan cara membentang secara paralel dengan
ujungnya pada lengan bawah. Panjang ulna adalah pengganti potensial mengukur
panjang dan tinggi karena pengukurannya tidak biasanya terhambat oleh
deformitas sendi dalam populasi khusus. Penelitian Gauld et al. (2004) di
Australia menunjukkan bahwa panjang ulna dapat menjadi ukuran pengganti dari
tinggi badan pada anak-anak berusia 5-19 tahun (laki-laki: R2 = 0.96, perempuan:
R2 = 0.94).

Gambar 3 Pengukuran pada anak


Penelitian Multietnis di Amerika oleh Forman et al. (2014) menunjukkan
bahwa pengukuran pengganti dari panjang dan tinggi badan bayi dan anak usia <6
tahun dapat menggunakan panjang ulna dengan menggunakan alat caliper,
penggaris dan grid. Panjang ulna berkorelasi dengan panjang dan tinggi badan
pada anak usia 0-3 tahun dan usia 2- 6 tahun dengan mengontrol usia, jenis
kelamin, dan etnis.

10

Estimasi Tinggi Badan Anak di beberapa Negara

Estimasi tinggi badan berdasarkan panjang tibia dan panjang badan di


beberapa negara merupakan hasil dari analisis regresi yang mempunyai koefisien
diterminan (R2) lebih dari 0.7 (Lohman et al. 1988). Estimasi tersebut diharapkan
menjadi ukuran pengganti dari tinggi badan.
Tabel 1 Estimasi Tinggi Badan Anak di beberapa Negara
No Studi
Subjek
Rumus regresi
1.

2.

3.

4.

Kihara et Laki-laki
dan
al.
Perempuan
(50
(2014)
anak
cerebral
palsy dan 38
normal di Jepang
usia 3-12 tahun)
Dray dan Perempuan
(96
Madden anak sehat usia 4(2014)
17
tahun
di
Uttarakhand India
Utara)
YousafLaki-laki
dan
zai et al. perempuan (141
(2003)
anak disabilitas
dan 162 nondisabilitas
di
India usia 2-6
tahun)
Gauld et Laki-laki
dan
al.
perempuan (2810
(2004)
anak sehat usia 519
tahun
di
Australia)

R2

Y = PTx3.25+34.45 (cm)

0.91

Perempuan 11 tahun
Y = 59.425+3.976xPU

0.93

Y = 36.9+2.00xPT+U

0.72

Perempuan
Y = 2.758 (PT)+1.717(U)
+ 36.976

0.96

Y = 4.605 (PU)+1.308(U)
+20.432

0.96

Laki-laki
Y = 2.771(PT)+1.457(U)
+37.748

0.95

Y = 4.459(PU)+1.315(U)
+28.003

0.94

*Keterangan: Y = Tinggi Badan (cm)


PT = Panjang Tibia (cm)
PU= Panjang Ulna (cm)
U = Usia (tahun)

11

Kerangka Pemikiran
Pengukuran antropometri merupakan pengukuran terhadap dimensi dan
komposisi tubuh. Ada beberapa pengukuran antropometri utama salah satunya
pengukuran tinggi badan. Parameter pengukuran yang dapat melihat keadaan
status gizi yang telah lalu dan sekarang adalah tinggi badan (Gibson 2005;
Supariasa dkk 2002). Tibia merupakan tulang panjang /tungkai bagian atas yang
mudah diukur dibandingkan tulang lainnya (Gupta et al. 2014), sedangkan tulang
ulna merupakan tulang panjang yang sering digunakan untuk memperkirakan
tinggi badan dengan cara membentang secara paralel dengan ujungnya pada
lengan bawah. Panjang ulna adalah pengganti potensial mengukur panjang dan
tinggi karena pengukurannya tidak biasanya terhambat oleh deformitas sendi
dalam populasi khusus. Menurut Supariasa et al. (2002) faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi genetik, obstrik, dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal
meliputi lingkungan, gizi, obat-obatan, dan penyakit.
Gen tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, tetapi
ekspresi gen yang diwariskan kedalam pola pertumbuhan dikaitkan dengan
beberapa sistem biologis. Interaksi gen dengan lingkungan juga harus
dipertimbangkan dalam menetapkan pertumbuhan dan perkembangan manusia
(Pan 2007). Genetik bisa dilihat dari suku/etnis, tinggi badan keluarga dan
lingkungan intrauterin (Supariasa et al. 2002).
Kondisi kesehatan dan gizi ibu selama kehamilan ibu akan menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan janin yang baik. Jika terjadi permasalahan akan
mengakibatkan berat badan lahir rendah dan panjang badan lahir rendah. Berat
badan lahir rendah banyak dihubungkan dengan tinggi badan yang kurang pada
balita. Penelitian Wardsworth et al. (2002) menunjukkan bahwa panjang tungkai
bawah seperti tibia dan femur berhubungan dengan berat badan lahir rendah.
Usia anak 6-24 bulan merupakan masa pertumbuhan yang harus
diperhatikan. Pemantauan pertumbuhan diusia tersebut adalah penting dimana,
Usia 6-11 bulan adalah waktu yang sangat rentan karena bayi baru belajar makan.
Prevalensi stunting paling banyak terjadi pada kelompok usia 12-23 bulan. Tinggi
badan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. perbedaan tinggi
badan ini sebagian dapat dijelaskan karena laki-laki memiliki kaki yang lebih
panjang. Perbedaan tinggi badan pastinya berbeda juga dengan tulang panjang
seperti tibia dan ulna (Ebite et al. 2008). Perbedaan tinggi badan pada pria dan
wanita dapat dihipotesiskan sebagai sexual dimorphism, mengenai lingkungan
hormon, dan komposisi kromosom seks.
Faktor lingkungan yang diamati dapat dilihat dari sosial ekonomi keluarga.
Menurut Yuliana (2007) sosial ekonomi adalah kedudukan, tingkat sosial
ekonomi seseorang dilihat dari pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan
pekerjaan dalam suatu kelompok serta masyarakat yang membedakan. Tingkat
pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga merupakan salah satu
penentu dari kualitas pertumbuhan anak.

12

Kerangka Pemikiran

Genetik

Penyakit
Panjang tibia

Usia

Tinggi badan

Jenis kelamin

Panjang ulna

Sosial ekonomi

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variable yang tidak diteliti


diteliti

Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak

13

METODE
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross-sectional. Tempat
penelitian di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.
Jumlah dan Teknik Penarikan Subjek
Populasi target dari penelitian adalah anak yang berusia 6-24 bulan yang
berada di wilayah Kota Bogor. Populasi terjangkau diambil dari semua anak yang
berusia 6-24 di Puskesmas Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat. Teknik
pengambilan subjek dilakukan dengan cara cluster sampling. Puskesmas Sindang
Barang mempunyai lima kelurahan, kemudian dari lima kelurahan subjek dipilih
secara acak. Cara pengambilan subjek anak usia 6-24 bulan menggunakan
rumus estimasi rata-rata populasi (Lemeshow et al. 1990):

n = 211
Keterangan:
= Simpangan baku nilai rerata dari panjang tibia yaitu 0.741 cm (Steyn dan
Henneberg 1996)
d
= Presisi yang diinginkan sebesar 0.1 (ditetapkan)
Z/2 = Tingkat kemaknaan 95% (ditetapkan)
Tingkat signifikansi yang diinginkan peneliti p<0.05 dan presisi sebesar 0.1
dapat mewakili subjek penelitian. Jumlah subjek anak usia 6-24 bulan berdasarkan
rumus diatas adalah 211 anak. Subjek dalam penelitian ditambah 10% dari jumlah
subjek untuk antisipasi drop out, sehingga jumlah subjek menjadi 242 anak.
Subjek dibagi menurut usia dan jenis kelamin. Subjek yang didapat masingmasing 12 orang di setiap bulan dengan pembagian jenis kelamin. Subjek laki-laki
dan perempuan masing-masing 6 anak menurut usia dalam hitungan bulan.
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 6-24
bulan bersedia mengikuti penelitian, anak usia 6-24 bulan yang sehat, tidak cacat,
tidak demam saat kunjungan studi. Satu anak per ibu untuk menghindari kluster
pengaruh dari karakteristik demografi sosial dan genetika di rumah yang sama.
Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Sindang Barang, Kota Bogor.
Total populasi Balita 0-24 bulan yang terdapat di wilayah Puskesmas sindang
barang berjumlah 3451 Balita, hal ini hampir sama dengan persentase densitas
balita 0-2 tahun di Kota Bogor. Anak usia 6-24 bulan yang diambil dari lima
kelurahan yaitu Kelurahan Sindang Barang, Bubulak, Situ Gede, Balumbang Jaya,
dan Margajaya. Rata-rata subjek mewakili populasi anak usia 6-24 bulan di lima

14

kelurahan tersebut. Pengambilan data dilakukan di Posyandu dengan bantuan


kader dengan jumlah Posyandu 33 Posyandu dari 64 Posyandu di wilayah
tersebut. Subjek yang hadir di Posyandu berjumlah 394 usia 6-24 bulan. Data
lengkap anak yang didapatkan dari jumlah anak yang usia 6-24 bulan adalah 360
anak. Jumlah subjek tersebut kemudian dibagi menurut usia dan jenis kelamin.
Sehingga subjek yang didapat masing-masing 14 orang di setiap bulan dengan
pembagian jenis kelamin. Subjek laki-laki dan perempuan masing-masing 7 anak
menurut usia dalam hitungan bulan. Total yang didapatkan dari penelitian adalah
266 anak usia 6-24 bulan yang sudah disesuaikan menurut usia hitungan bulan dan
jenis kelamin.
64 Posyandu 5
kelurahan

Random
33 Posyandu 5
kelurahan

394 anak hadir


360 anak data
lengkap

6 bulan = 18 anak
7 bulan = 20 anak
8 bulan = 20 anak
9 bulan = 23 anak
10 bulan = 20 anak

11 bulan =
12 bulan =
13 bulan =
14 bulan =
15 bulan =

16 anak
19 anak
23 anak
19 anak
19 anak

16 bulan = 17 anak
17 bulan = 22 anak
18 bulan = 19 anak
19 bulan = 17 anak
20 bulan = 16 anak

21 bulan = 19 anak
22 bulan = 20 anak
23 bulan = 14 anak
24 bulan = 19 anak

Random

7 Anak lakilaki/golongan usia

7 Anak perempuan
/golongan usia

266 anak (laki-laki dan


perempuan)

133 Anak lakilaki

133 Anak
perempuan

Gambar 5 Pengambilan subjek

15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dari data sekunder dan data primer. Data sekunder
yang dikumpulkan dari studi literatur dan data anak balita yang ada di Posyandu,
sedangkan data primer yang dikumpulkan data karakteristik subjek (nama, jenis
kelamin, tanggal lahir, usia, alamat dan asal daerah/suku dan sosial ekonomi) serta
data pengukuran panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna. Pengukuran
panjang badan pada anak yang belum bisa berdiri dengan infantometer (0.1 cm).
Panjang tibia dan panjang ulna diukur dengan alat pita pengukur (0.1 cm) dan
penggaris. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu dua orang dari
lulusan sarjana gizi dan sebelum penelitian dilakukan telah mendapatkan pelatihan
terlebih dahulu. Masing-masing pengumpul data mempunyai tugas dalam
pengambilan data. Peneliti akan mengukur dan membaca ukuran panjang badan,
tibia, dan ulna. Dua pengukur lainnya memegang subjek dan mencatat hasil
pengukuran. Setiap pengukuran dilakukan dua kali/pengulangan. Nilai rata-rata
dari tiap antropometri di kalkulasi jika dua pengukuran tersebut sesuai tidak lebih
dari 0.2 cm untuk panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna. Dengan kata
lain, tambahan pengukuran dilakukan dan rata-rata dari dua pengukuran atau
paling mendekati yang digunakan (Forman et al. 2014).
Tahapan pengumpulan data yang dilaksanakan dilapangan adalah: 1)
pelaksanaan tahap pertama yaitu penyaringan subjek dengan pengisian kuesioner
riwayat kesehatan anak (anak tidak sedang dalam penanganan dokter, tidak
mengkonsumsi obat pertumbuhan, tidak mengalami penyakit skoliosis, cerebral
palsy, dan cedera punggung, kaki dan tangan yang parah) oleh tim peneliti untuk
mengetahui kesehatan subjek; 2) pengukuran variabel utama yaitu panjang badan,
tibia dan ulna setelah didapatkannya subjek dari tahap pertama; 3) tahapan yang
terakhir dari penelitian ini adalah mewawancarai karakterisrik subjek seperti asal
daerah, pendidikan terakhir orang tua dan pendapatan keluarga.
Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat di Tabel 2.
Pengolahan dan Analisis Data
Data diperiksa (tahap editing) untuk mengecek atau memperbaiki isian
formulir atau kuesioner, meliputi data identitas subjek dan data pengukuran
(panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna). Setelah data diperiksa, data
diolah melalui tahap coding, entry, cleaning, kemudian di analis data. Pengolahan
data dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Data dianalisis menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS 16.00.
Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat dilakukan untuk
mendiskripsikan semua variabel setiap variabel menggunakan tabel distribusi
frekuensi. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel. Uji yang dipakai adalah uji beda (Indenpendent T-test, Paired T-test, dan
Anova) dan uji korelasi Pearson dan Spearman. Uji korelasi di simbolkan dengan
huruf r (koefisen korelasi). Analisis statistik yang dipakai adalah analisis regresi
linier sederhana dan berganda. Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk
menghasilkan model regresi yang paling sesuai dari variabel penelitian.

16

Keterangan:
Y = panjang badan (variabel dependen)
= konstanta
x1 = panjang tibia
x2 = panjang ulna
Statistik deskriptif dari antropometri disajikan dalam bentuk rata-rata,
standar deviasi, dan frekuensi yang sesuai dengan karakteristik subjek. Uji
normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Uji normolitas di penelitian
ini menunjukkan antropometri panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna
terdistribusi normal. Uji beda karakteristik subjek berdasarkan panjang badan,
panjang tibia, dan panjang ulna menggunakan uji Indipendent-T-Test dan Anova.
Hubungan panjang badan dengan panjang tibia dan ulna dianalisis dengan uji
korelasi Pearson dan Spearman.
Persamaan estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang
ulna diperoleh dengan menggunakan uji multivariat yaitu regresi sederhana dan
regresi berganda. Regresi berganda terpenuhi apabila syarat-syarat terpenuhi dari
regresi berganda (Riyanto A 2012). Analisis regresi berganda harus memenuhi
syarat seperti:
1. Asumsi univariat
Variabel numerik terutama variabel dependen harus berdistribusi normal.
2. Asumsi bivariat
Korelasi variabel dependen dengan independen dengan uji bivariat,
variabel yang masuk kandidat adalah variable yang p-value <0.25
3. Asumsi multivariat
Asumsis yang harus dipenuhi adalah:
a. Asumsi ekstensi
Nilai dari variabel independen dan dependen adalah variabel random
yang mempunyai mean dan variabel tertentu. Bila residual
menunjukkan mean=0.00. Subjek yang harus diambil harus dilakukan
secara random.
b. Asumsi independensi
Masing-masing nilai Y bebas satu sama lain atau nilai tiap individu
berdiri sendiri. Asumsi bisa dilihat dari uji Durbin Watson, nilai
Durbin -2 s/d +2 berarti asumsis terpenuhi.
c. Asumsi Linieritas
Cara mengetahui asumsi ini dapat diketahui dari uji Anova, bila
hasilnya signifikan (p value <alpha) maka model berbentuk linier.
d. Asumsi Homoscedascity
Varian nilai variabel dependen sama untuk semua nilai variabel
independen. Homoscedasticity dapat diketahui dengan melakukan
pembuatan plor residual. Bila titik tebaran tidak berpola tertentu dan
menyebar merata disekitar garis titik nol.
e. Asumsi Normalitas
Variabel dependen mempunyai distribusi normal untuk setiap
pengamatan, dapat diketahui dari Normal P-P Plot residual.

17

f. Asumsi colinerity
Antar variabel independen tidak terdapat korelasi, dengan melihat nilai
VIP atau tolerance, jika nilai VIP <10 maka tidak terjadi kolineritas.
Pengukuran yang sesuai dengan model prediksi dilihat R square (R2) dan
Standar Error of the Estimate (SEE) dihitung untuk setiap persamaan. Menurut
kriteria validasi direkomendasikan oleh Lohman et al. (1988), SEE valid dengan
batas < 3.5 dan harus >0.7 untuk R square (R2). Pengolahan data yang dilakukan
meliputi entry, coding, cleaning, dan analisis data menggunakan Microsoft Excel
2010 dan SPSS 16. Signifikansi statistik ditetapkan pada two-tailed nilai p<0.05.

No Variabel
1
Panjang
badan

Panjang
tibia

Panjang
ulna

Usia

Jenis
kelamin
Suku/Etnis

Sosial
ekonomi

Berat
badan
lahir
Panjang
badan
lahir

Tabel 2 Jenis, cara pengukuran, dan pengolahan data


Cara Pengukuran
Skala Referensi
Pengukuran panjang badan menggunakan Ratio Gibson
infantometer/papan pengukur. Anak
2005
tempatkan pada papan pengukur, dengan
bantuan ibu si anak, baringkan si anak di
permukaan kesuku yang rata. Kepala dan
kaki anak diposisi ujung kedua papan
pengukur dan tekan lutut dan pegang
kepala anak (cm)
Panjang tibia diukur dari sendi lutut ke Ratio Kihara
sendi pergelangan kaki kiri dengan
2015;
menggunakan pita pengukur. (cm)
Youzafzai
2003
Panjang tulang ulna diukur dari ujung Ratio Forman
siku (prosesus olekranon) sampai
2014
pertengahan dari tulang yang menonjol di
pergelangan tangan (prosesus stiloid)
lengan kiri menggunakan penggaris. (cm)
Dihitung berdasarkan bulan penuh sejak Ratio Supariasa
lahir sampai tanggal pengukuran,
2002
minimal 6 bulan sampai dengan 24 bulan
Jenis kelamin diketahui dari penampilan Nomi- fisik yang bersangkutan
nal
Suku/Etnis diketahui dengan cara Nomi- wawancara suku dan asal daerah dari nal
orang tua
Sosial ekonomi diukur melalui variabel Notoatmpendapatan keluarga, tingkat pendidikan
djo 2005
dan pekerjaan dengan cara wawancara
Berat badan bayi ketika lahir atau paling Ratio
lambat sampai bayi berumur 1 hari yang
dilihat dari KMS atau buku KIA
Panjang badan bayi ketika lahir atau Ratio
paling lambat sampai bayi berumur 1 hari
yang dilihat dari KMS atau buku KIA

18

Definisi Operasional
Panjang badan adalah ukuran tubuh mulai dari kaki sampai kepala yang
diukur pada balita kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sulit
untuk berdiri pada waktu pengukuran data tinggi badan.
Tibia merupakan tungkai bawah diukur dari sendi lutut ke sendi
pergelangan kaki kiri.
Ulna merupakan tungkai atas dari ujung siku (prosesus olekranon) sampai
pertengahan dari tulang yang menonjol di pergelangan tangan (prosesus stiloid).
Usia adalah lama hidup seseorang yang dihitung dalam bulan penuh sejak
lahir.
Jenis Kelamin adalah status gender yang dapat diketahui dari penampilan
fisik.
Suku/Etnis adalah kelompok tertentu terikat pada sistem nilai budaya
karena kesamaan suku, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi kategori
tersebut.
Sosial ekonomi adalah kedudukan, tingkat sosial ekonomi seseorang dilihat
dari pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan dalam suatu
kelompok serta masyarakat yang membedakannya dengan orang lain.
Berat badan lahir adalah berat badan bayi ketika lahir atau paling lambat
sampai bayi berumur 1 hari yang dilihat dari KMS atau buku KIA.
Panjang badan lahir adalah Panjang badan bayi ketika lahir atau paling
lambat sampai bayi berumur 1 hari yang dilihat dari KMS atau buku KIA.

19

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Kota Bogor
Geografi dan Pemerintahan
Kota Bogor adalah salah satu kota yang berda di Provinsi Jawa Barat.
Secara geografis Kota Bogor terletak pada koordinat Jakarta. Wilayah Kota Bogor
berbatas dengan:
Sebelah Utara
: Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong
Gede dan Kecamatan Sukaraja.
Sebelah Barat
: Wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
Sebelah Timur
: Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan
Ciawi Kabupaten Bogor.
Sebelah Selatan
: Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor.
Secara astronomis wilayah Kota Bogor terletak 1060-48 Bujur Timur dan 60- 36
lintang selatan dengan jarak + 56 km dari kota.
Luas wilayah Kota Bogor memiliki luas 11.850 Ha atau 11.850 km2. Dari
luas wilayah tersebut yang terdistribusi ke dalam kegiatan penggunaan lahan
permukiman, pertanian, sosial dan kegiatan lainnya. Wilayah pemerintahan Kota
Bogor teridiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Puskesmas Sindang Barang
terletak di Kecamatan Bogor Barat, wilayah kerjanya meliputi lima kelurahan
yaitu Kelurahan Sindang Barang, Bubulak, Margajaya, Balumbang Jaya, dan Situ
Gede.
Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Bogor adalah 1030720 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 8698 jiwa. Penduduk Kecamatan Bogor Barat sebesar 228 860 jiwa
dengan komposisi jumlah laki-laki sebesar 116138 jiwa dan 112722 jiwa
perempuan. Jumlah penduduk dengan kelompok usia 0-4 tahun sebesar 85402
dengan jumlah laki-laki 43086 jiwa dan perempuan 42314 jiwa (BPS Kota Bogor
2014). Data dari sasaran program KIA 2014 Kota Bogor jumlah balita 0-2 tahun
sebesar 56859 jiwa. Jumlah balita 0-2 tahun di Kecamatan Bogor Barat adalah
12628 jiwa, sedangkan jumlah balita 0-2 tahun di Puskesmas Sindang Barang
sebesar 3451 jiwa. Puskesmas Sindang Barang mempunyai populasi balita 0-2
tahun yang tinggi dibandingkan dengan Puskesmas yang lain di Kota Bogor.
Densitas balita 0-2 tahun di Puskesmas Sindang Barang sebanding dengan balita
0-2 tahun di Kota Bogor. Jumlah rumah tangga di Kecamatan Bogor Barat adalah
sebanyak 52843 rumah tangga dengan rata-rata banyaknya anggota rumah tangga
426 jiwa (Dinkes Kota Bogor 2014).
Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kota Bogor antara lain meliputi 18


Rumah Sakit dan 24 Puskesmas dan Posyandu sebanyak 961 buah (Dinkes Kota

20

Bogor 2014). Puskesmas Sindang Barang mempunyai 64 Posyandu. Puskesmas


Sindang Barang memiliki tenaga kesehatan sebanyak 2 orang Dokter Umum, 1
orang Dokter Gigi, 6 orang Bidan, 7 orang Perawat, 1 orang Perawat Gigi, 1
tenaga Teknik Kefarmasian, 1 Kesehatan Masyarakat, 1 Kesehatan Lingkungan,
dan 1 orang Tenaga Pelaksana Gizi (Dinkes Kota Bogor 2014).
.
Karakteristik Subjek
Usia Anak
Usia anak dalam penelitian ini adalah 6-24 bulan, dimana subjek dibagi
menurut usia dan jenis kelamin. Jumlah subjek adalah 266 anak. Anak laki-laki
dan perempuan berjumlah 133 anak dibagi menurut usia dalam hitungan bulan,
sehingga didapatkan di usia 6 bulan berjumlah 7 laki-laki dan 7 perempuan.
Tujuan dari pembagian subjek menurut jenis kelamin dan usia dalam hitungan
bulan adalah untuk melihat gambaran subjek terwakili disetiap usia dan jumlah
subjek tersebar rata agar homogen. Usia 6-24 bulan merupakan usia anak yang
pengukurannya menggunakan papan pengukur atau infantometer (Gibson 2005).
Pengukuran anak di usia 6-24 bulan biasanya lebih sulit daripada anak yang sudah
bisa berdiri. Jika diketahui panjang badan di usia tersebut bisa menggambarkan
panjang badan dan bisa kejar tumbuh diusia berikutnya (Gibson 2005; Johnson
1995). Usia 6-24 bulan adalah usia yang rentan terjadinya kependekan. Data
Kemenkes (2013) di Indonesia menunjukkan peningkatan prevalensi anak balita
stunting yaitu mencapai 37.2 persen. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015 di
Indonesia menunjukkan prevalensi anak stunting usia 0-23 bulan yaitu 23.1
persen. Anak baduta (0-2 tahun) pendek lebih besar dibanding anak balita (0-5
tahun). Usia 6-11 bulan adalah waktu yang sangat rentan karena bayi baru belajar
makan (Academy for Educational Development of Africa 2004). Anak pendek atau
panjang badan tidak sesuai dengan usia paling banyak terjadi pada kelompok usia
12-23 bulan (Kemenkes 2010). Schmidt et al. (2002) menyimpulkan bahwa
pertumbuhan linier mulai tersendat-sendat anak berusia 6-7 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata panjang badan,
panjang tibia, dan panjang ulna di usia 6-11 bulan (31.60%) berbeda dengan usia
12-24 bulan (68.40%). Penelitian Forman et al. (2014) menunjukkan hal yang
sama bahwa karakteristik subjek usia 0-11.9 bulan lebih kecil panjang badan dan
panjang ulna dibandingkan dengan usia 12-23.9 bulan. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan hubungan dan korelasi yang kuat antara usia dengan panjang
badan, panjang tibia, dan panjang ulna. Usia akan mempengaruhi pertumbuhan
linier. Pertumbuhan liner akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
Menurut nelson textbook of pediatrics (Needlman 2004), pertumbuhan terjadi di
dalam rahim ibu merupakan fase cepat. Pertumbuhan anak seperti tinggi badan
akan bertambah 25 cm setelah berusia 1 tahun. Di tahun kedua kehidupan, tinggi
hanya bertambah 12-13 cm, untuk seterusnya semakin lambat hingga mencapai
usia remaja. Tinggi badan akan bertambah sebanyak 16-20 cm selama 2-1/2
tahun.
Sebaran data, rata-rata dan standar deviasi antropometri dan hubungan
karakteristik subjek dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna pada
anak usia 6-24 bulan ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4

21

Jenis Kelamin
Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 3 bahwa tidak ada perbedaan
panjang badan laki-laki dan perempuan pada pada anak usia 6-24 bulan. Uji
hubungan dan korelasi juga menunjukkan hal yang sama bahwa jenis kelamin
tidak berhubungan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna. Usia
kurang dari 2 tahun laju pertumbuhan laki-laki dan perempuan hampir sama
cepatnya sampai pada anak berusia 9 tahun (Arisman 2004). Rata-rata
antropometri (panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna) secara konsisten
lebih kecil pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Penelitian Forman et al.
(2014) menunjukkan bahwa nilai antropometri konsisten lebih kecil pada anak
perempuan dibandingkan laki-laki. Perbedaan tinggi badan pada pria dan wanita
dapat dihipotesiskan sebagai sexual dimorphism, mengenai lingkungan hormon,
dan komposisi kromosom seks (Ebite et al. 2008).
Panjang Badan dan Berat Badan Lahir
Berat badan dan panjang badan lahir yang optimal merupakan hasil
kesehatan dan status gizi ibu yang baik selama kehamilan. Ibu yang selama
kehamilan mengalami kekurangan energi kronis, anemia, hipertensi dan penyakit
infeksi beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan panjang
lahir rendah (Keefe et al. 2008; Najahah 2014).
Panjang badan dan berat badan lahir diambil melalui data sekunder untuk
melihat riwayat lahir. Panjang badan lahir bayi menggambarkan pertumbuhan
linier bayi selama dalam kandungan. Ukuran linier yang rendah biasanya
menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein
yang diderita waktu lampau (Supariasa et al. 2002). Persentase panjang lahir
kurang dari 48 cm pada penelitian ini adalah 24.80 persen. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa panjang badan, panjang tibia dan ulna pada anak yang
panjang lahir kurang dari 48 cm berbeda dengan panjang badan lahir lebih dari
atau sama dengan 48 cm. Anak yang lahir kurang dari 48 cm beresiko untuk
menjadi anak pendek (Rahayu et al. 2011). Rata-rata nilai antropometri anak
yang pendek lebih rendah daripada anak yang normal, akan tetapi tidak ada
hubungan panjang badan lahir dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang
ulna yang ditunjukkan pada Tabel 4. Pengukuran panjang badan lahir lebih sulit
dibandingkan dengan berat badan lahir, diantaranya menyangkut tentang validitas
alat ukur panjang badan, validitas pengukuran, validitas waktu/ hari mengukur
setelah dilahirkan. Berat badan lahir rendah banyak dihubungkan dengan tinggi
badan yang kurang pada balita.
Berat badan lahir rendah banyak dihubungkan dengan tinggi badan yang
kurang pada balita. Berat badan lahir berhubungan dengan risiko penyakit kronis
di kemudian hari (Bogin dan Baker 2012). Panjang tungkai bawah seperti tibia
dan femur pada anak-anak dan dewasa menunjukkan hubungan berat badan lahir
(Wadsworth et al. 2002) dan berat lahir muncul terkait dengan relatif panjang
tungkai bawah di masa kecil (Bogin dan Baker 2012). Data berasal dari negaranegara berpenghasilan tinggi, sejauh mana mereka mewakili pola di
berpenghasilan rendah dan menengah negara tidak diketahui. Pertumbuhan dalam
dua tahun pertama kehidupan mungkin sangat berpengaruh dalam menetapkan

22

pertumbuhan berikutnya (Stein et al. 2010). Penelitian ini menunjukkan bahwa


tidak ada perbedaan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna antara berat
anak badan lahir rendah (<2.5 kg) dengan berat badan lahir normal (2.5 kg), akan
tetapi nilai antropometri (panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna) secara
konsisten lebih kecil pada anak berat badan lahir rendah dibandingkan berat
badan lahir normal. Hal yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 4 bahwa ada
hubungan berat badan lahir dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang
ulna, namun kekuatan korelasi yang didapat lemah (r = 0.00-0.19).
Suku/Etnis
Suku/etnis ayah anak untuk menentukan suku/etnis subjek. Mayoritas orang
tua dari anak usia 6-24 bulan dari sunda. Suku sunda paling banyak diukur dari
penelitian ini 79.3 persen. Sementara suku lainnya dari sumatera yaitu palembang,
medan, lampung dan padang. Analisis data suku dari sumatera digabungkan
karena jumlah subjek yang kecil untuk etnis sumatera. Rata-rata antropometri dari
masing-masing kelompok etnis tidak terlalu jauh berbeda. Hasil analisis statistik
juga menunjukkan tidak ada perbedaan dan tidak ada hubungan panjang badan,
panjang tibia, dan panjang ulna pada setiap suku/etnis sunda, jawa, betawi, dan
lainnya. Hal ini serupa dengan penelitian Devison (2009) di Medan bahwa tidak
ada hubungan suku/etnik terhadap tinggi badan dan panjang ulna. Perbedaan
suku/etnis akan berbeda jika diteliti setiap negara dan suku/etnis berbeda seperti
kelompok hispanik dan non-hispanik (Forman et al. 2014).
Sosial Ekonomi Orang tua Subjek
Menurut Notoadjmojo (2005) sosial ekonomi adalah adalah kedudukan,
tingkat sosial ekonomi seseorang dilihat dari pendapatan keluarga, tingkat
pendidikan dan pekerjaan dalam suatu kelompok serta masyarakat yang
membedakannya dengan orang lain. Menurut
penelitian Yuliana (2007)
menunjukkan bahwa faktor yang berperan dalam pertumbuhan anak yaitu
pendidikan orang tua, pengetahuan gizi ibu, besar keluarga, gaya pengasuhan
orang tua, dan pendapatan per kapita. Faktor lingkungan berperan dalam
pertumbuhan dan mencapai tinggi badan maksimal. Tabel 3 menunjukkan
gambaran sosial ekonomi dari pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan
keluarga. Sebagian besar ibu berpendidikan dibawah sama dengan 12 tahun yaitu
50.90 persen dan pendidikan ibu sebagian besar menjadi ibu rumah tanggga 90.60
persen. Sebagian kecil pendapatan keluarga diatas UMR (Rp. 2 658 155) yaitu
39.10 persen.
Pola asuh anak yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Tingkat
pendidikan orang tua terutama pendidikan ibu akan mempengaruhi perilaku ibu
dalam menyediakan dan pemilihan bahan pangan keluarga sehari-hari, sehingga
mempengaruhi pola pemberian makan anak yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi balita (Smart 2011). Ibu yang bekerja
akan menunjang pendapatan ekonomi keluarga sehingga ketahanan pangan tingkat
keluarga dapat tercapai. Disisi lain, ibu yang bekerja akan mempunyai waktu yang
lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh dan memberikan ASI (Asari et
al. 2005). Masalah gizi yang terjadi di masyarakat pada umumnya sangat
tergantung pada pendapatan per hari. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang

23

paling menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi.


Pendapatan berkaitan dengan daya beli bahan makanan pada praktek pemberian
makan balita yang akhirnya mempengaruhi pemenuhan asupan makan balita yang
penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan antropometri (panjang
badan, panjang tibia, dan panjang ulna) antara pendidikan ibu (kurang dari atau
sama dengan 12 tahun dan lebih dari 12 tahun) , pekerjaan ibu (IRT dan Non-IRT),
dan pendapatan keluarga (Rendah kurang dari Rp. 2 658 155 dan lebih dari sama
dengan Rp. 2 658 155). Akan tetapi, Hasil penelitian ini menunjukkan ada
hubungan pendapatan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna,
namun korelasi yang dihasilkan lemah (r = 0.0-0.19).
Tabel 3 Perbedaan panjang badan, panjang tibia dan panjang ulna berdasarkan
karakteristik subjek pada anak usia 6-24 bulan1
n (%)
PB (cm)
PT (cm)
PU (cm)
Total subjek
266 (100.00) 75.19 5.61
15.42 1.56
10.89 0.95
Usia (bulan)
6-11
84 (31.60) 69.13 2.95
13.83 0.89
9.98 0.59
12-24
182 (68.40) 77.99 4.15
16.16 1.22
11.31 0.77
P2
<0.05
<0.05
<0.05
Jenis kelamin
Laki-laki
133 (50.00) 75.76 5.64
15.51 1.56
11.05 0.97
Perempuan
133 (50.00) 74.62 5.54
15.33 1.55
10.73 0.91
P2
>0.05
>0.05
<0.05
Panjang lahir
<48 cm
66 (24.80) 72.30 5.06
14.66 1.51
10.44 0.82
48 cm
200 (75.20) 76.14 5.47
15.67 1.49
11.04 0.94
P2
<0.05
<0.05
<0.05
Berat Lahir
<2.5 kg
21 (7.9) 73.61 6.12
15.05 1.76
10.64 1.02
2.5 kg
245 (92.10) 75.33 5.56
15.45 1.54
10.91 0.94
P2
>0.05
>0.05
>0.05
Suku/Etnik
Sunda
211 (79.30) 75.22 5.57
15.43 1.54
10.91 0.94
Jawa
27 (10.20) 75.04 5.59
15.29 1.56
10.91 1.02
Betawi
16 (6.00) 74.83 5.76
15.05 1.85
10.66 0.90
Lainnya
12 (4.50) 75.24 6.81
15.54 1.73
10.72 1.03
P3
>0.05
>0.05
>0.05
Pendidikan Ibu
<12 tahun
135 (50.80) 75.04 5.53
15.31 1.62
10.88 0.96
>12 tahun
131 (49.20) 75.35 5.71
15.54 1.49
10.90 0.94
P2
>0.05
>0.05
>0.05
Pekerjaan Ibu
IRT
241 (90.60) 74.99 5.53
15.37 1.66
10.86 1.55
Non-IRT
25 (9.40) 77.12 6.12
15.92 1.54
11.17 1.06
P2
>0.05
>0.05
>0.05
Pendapatan Keluarga
Rendah<2 658 155
162 (60.90) 75.08 5.48
15.39 1.54
10.87 0.91
Tinggi 2 658 155
104 (39.10) 75.36 5.83
15.48 1.59
10.92 1.01
P2
>0.05
>0.05
>0.05
1
Nilai rata-rata standar deviasi. Panjang badan, Panjang tibia, dan panjang ulna dari anak
usia 6-24 bulan. PB adalah panjang badan; PT adalah panjang tibia; dan PU adalah panjang
ulna.
2
Uji Independent T-test, p value <0.05
3
Uji Anova, p value <0.05

24

Tabel 4 Hubungan karakteristik subjek dengan panjang badan, panjang tibia dan
panjang ulna pada anak usia 6-24 bulan1
Variabel

PB
PT
PU
p-Value
r
p-Value
r
p-Value
r
Usia2
0.00*
0.86
0.00*
0.84
0.00*
0.07
Jenis kelamin3
0.12
-0.09
0.35
-0.57
0.01
-1.15
Panjang lahir2
0.16
0.08
0.07
0.11
0.13
0.09
Berat lahir2
0.02*
0.13
0.02*
0.13
0.00*
0.16
Suku/etnik3
0.74
-0.02
0.91
-0.00
0.27
-0.06
Pendidikan ibu2
0.68
0.02
0.26
0.06
0.80
0.01
Pekerjaan ibu3
0.12
0.09
0.13
0.09
0.21
0.07
Pendapatan keluarga2
0.02*
0.13
0.02*
0.14
0.02*
0.13
1
Korelasi karakteristik subjek dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna dari anak
usia 6-24 bulan. PB: panjang badan; PT: panjang tibia; dan PU: panjang ulna; *: p value <0.05
2
Uji korelasi Pearson
3
Uji korelasi Spearman

Hubungan Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia dan Panjang


Ulna pada Anak Usia 6-24 Bulan
Bagian tubuh, seperti tulang panjang bagian bawah belum diteliti dengan
baik. Panjang dari anggota badan dan terutama segmen distal (ulna dan radius,
tibia dan fibula) sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan pada awal
kehidupan dibandingkan lingkar kepala. Panjang tibia telah diusulkan untuk
menjadi indikator yang sensitif dari kondisi awal kehidupan (Pomeroy et al.
2012). Panjang tibia dapat digunakan pada saat panjang badan tidak diketahui
ukurannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang kuat antara
panjang tibia dan panjang badan. Hubungan yang dihasilkan kuat antara panjang
tibia dengan panjang badan, karena panjang tibia merupakan tulang panjang
bagian bawah dan bagian dari pengukuran panjang badan. (Pomeroy et al. 2012).
Sehingga persamaan regresi dapat diperoleh dengan memasukkan variabel
panjang tibia dan usia didalam regresi linier.
Tabel 5 Hubungan panjang tibia dengan panjang badan1
Variabel
Panjang tibia
Panjang ulna

Panjang badan
p-Value
r
0.00
0.92
0.00
0.89

Korelasi Pearson, p<0.05

Tulang ulna merupakan tulang panjang yang sering digunakan untuk


memperkirakan tinggi badan. Penelitian yang dilakukan di Ebite et al. (2008) dan
Gauldt et al. (2004) membuktikan bahwa panjang tulang ulna reliabel dan presisi
dalam memprediksi tinggi badan seseorang. Buku Panduan MUST (Malnutrition
Universal Screening Tool 2004) pada orang dewasa di Amerika sudah menjadikan
panjang ulna menjadi ukuran pengganti tinggi badan orang dewasa dengan
menggunakan tabel perhitungan baku. Penelitian tentang hubungan panjang ulna
dengan panjang badan pada anak kurang dari 3 tahun sudah diteliti di Amerika
oleh Forman et al. (2014). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa panjang ulna
dapat diukur menggunakan baik kaliper, penggaris, dan grid dan membuktikan
bahwa panjang ulna dapat menjadi estimasi panjang badan.

25

Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang ulna dan usia mempunyai hubungan


dan korelasi yang kuat dengan panjang badan (0.89). Hasil korelasi tersebut tidak
jauh berbeda dengan hasil penelitian Forman et al. (2014) menunjukkan bahwa
panjang ulna berkorelasi kuat dengan panjang badan (r=0.85) pada anak usia
kurang dari 3 tahun. Hubungan panjang badan yang ditunjukkan pada Tabel 5
bahwa kekuatan (r) yang dihasilkan tibia jauh sedikit lebih tinggi dibandingkan
panjang ulna, akan tetapi koefisien varian (KV) pada masing masing pengukuran
menunjukkan panjang ulna lebih sedikit homogen (8.72%) dibandingkan dengan
panjang tibia (10.12%).
Hasil korelasi merupakan salah satu syarat dari persamaan regresi linear
untuk menghasilan rumus estimasi yang tepat yang akan digunakan pada anak
usia 6-24 bulan dalam mengestimasi panjang badan melalui panjang ulna.
Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia
pada Anak Usia 6-24 Bulan
Panjang tibia adalah bagian dari pengukuran panjang badan. Prinsip
pengukuran panjang badan adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri
dari kaki, panggul tulang belakan, dan tulang tengkorak (Achadi 2007). Tibia
merupakan tulang panjang bagian bawah yang mudah diukur dibandingkan tulang
lainnya (Gupta et al. 2014). Pengukuran panjang tibia dapat menggunakan kaliper
(Gupta et al. 2014; Pompey et al. 2012), akan tetapi pengukuran panjang tibia
dapat menggunakan alat yang mudah yaitu pita pengukur (Kihara et al. 2015;
Yousaft et al. 2003).
Tabel 6 Persamaan regresi estimasi panjang badan berdasarkan panjang tibia pada
anak usia 6-24 bulan
Persamaan

R2

SEE

Total
PT
PB = 24.02 + 3.31 (PT)
0.85
PT
PB = 33.60 + 2.39 (PT) + 0.31 (U)
0.88
Laki-laki
PT
PB = 24.44 + 3.30 (PT)
0.84
PT
PB = 36.05 + 2.19 (PT) + 0.37 (U)
0.88
Perempuan
PT
PB = 23.91 + 3.30 (PT)
0.86
PT
PB = 32.19 + 2.50 (PT) + 0.26 (U)
0.88
*PB = Panjang badan, PT = Panjang tibia, PU = Panjang ulna, U = Usia (bulan), SEE=
Error of the Estimate

2.15
1.95
2.22
1.92
2.06
1.91
Standar

Penelitian Kihara et al. (2015) dan Yousaft et al. (2003) menunjukkan


bahwa panjang tibia dapat memprediksi tinggi badan pada anak usia 3-12 tahun
dan usia 2-6 tahun. Penelitian-penelitian tentang hubungan dan sebelumnya juga
sudah dilakukan pada orang dewasa untuk melihat panjang tibia untuk
mengestimasi panjang badan. Penelitian panjang tibia pada anak usia dibawah
kurang dari 24 bulan belum banyak diteliti. Penelitian sebelumnya hanya melihat
pertumbuhan tulang tibia (Stein dan Heinberg 1996) dengan teknik pengukuran
yang berbeda yaitu dengan papan oesteometrik dari anak usia 5 bulan - 17 bulan.
Penelitian Jonsthon et al. (1962) juga melihat pertumbuhan tulang tibia. Penelitian
tersebut belum menghubungkan panjang tibia dengan panjang badan.

26

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang tibia mampu mengestimasi


panjang badan dengan melihat R2 dan SEE yang dihasilkan. Hasil regresi pada
subjek laki-laki dan perempuan menghasilkan R2 yang besar dan SEE yang kecil
yaitu R2 = 0.85 dan SEE = 2.15. Penelitian Kihara et al. (2015) di Jepang dan
Yousaft et al. (2003) di India dengan teknik pengukuran yang sama dengan pita
pengukur pada anak usia 2-6 tahun dan usia 3-12 tahun dengan mengestimasi
panjang badan berdasarkan panjang tibia. Penelitian Kihara et al. (2015)
menunjukkan bahwa estimasi panjang badan dapat menggunakan panjang tibia
pada anak normal yaitu R2 = 0.91 dan SEE = 4.91 cm tanpa memasukkan usia
kedalam model regresi. Hasil penelitian Yousaft et al. (2003) menghasilkan R2 =
0.72 dan SEE = 6.6 cm dan usia dimasukkan dalam model regresi. Penelitian di
Autralia oleh Gauld et al. (2004) bahwa panjang tibia dapat menjadi ukuran
pengganti dari tinggi badan pada anak-anak berusia 5-19 tahun (laki-laki: R2 =
0.96 dan SEE = 3.79, perempuan: R2 = 0.95 dan SEE = 3.38 cm) dengan
memasukkan usia kedalam model regresi.
Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Ulna
pada Anak Usia 6-24 Bulan
Panjang ulna adalah pengganti potensial mengukur panjang dan tinggi
karena pengukurannya tidak terhambat oleh deformitas sendi dalam populasi
khusus (Forman et al. 2014). Penelitian ini menghasilkan model regresi dari
panjang ulna yang berkorelasi kuat dengan panjang badan. Hasil model regresi
yang menghasilkan R2 besar dan SEE yang kecil dari persamaan total subjek (lakilaki dan perempuan) yaitu R2 = 0.80 dan SEE = 2.48 cm.
Tabel 7 Persamaan regresi estimasi panjang badan berdasarkan panjang ulna pada
anak usia 6-24 bulan
Persamaan

R2

SEE

0.80
0.88

2.48
1.95

0.79
0.87

2.54
1.98

Total
PU
PB = 17.71 + 5.27 (PU)
PU
PB = 32.44 + 3.31 (PU) + 0.44 (U)
Laki-laki
PU
PB = 18.42 + 5.18 (PU)
PU
PB = 34.94 + 3.04 (PU) + 0.47 (U)
Perempuan
PU
PB = 15.90 + 5.46 (PU)
PU
PB = 30.30 + 3.44 (PU) + 0.41 (U)
*PB = Panjang badan, PT = Panjang tibia, PU = Panjang ulna, U = Usia
Estimate of Error

0.81
2.40
0.88
1.93
(bulan), SEE = Standar

Penelitian yang dilakukan Forman et al. (2014) di Amerika multietnis


mendapatkan hasil bahwa pengukuran pengganti dari panjang dan tinggi badan
bayi dan anak usia <6 tahun dapat menggunakan panjang ulna. Panjang ulna (R2 =
0.95 dan SEE 2.75 cm) berkorelasi dengan panjang dan tinggi badan pada anak
usia 0-3 tahun mengontrol usia, jenis kelamin, dan etnis (hispanik dan nonhispanik). Penelitian Dray dan Madden (2014) di India Utara menunjukkan
korelasi positif yang signifikan antara panjang ulna dan tinggi badan pada
perempuan usia 4-17 tahun dan prediksi ulna untuk tinggi badan pada perempuan
usia 11 tahun (R2 = 0.93 dan SEE tidak ditampilkan). Penelitian di Autralia oleh

27

Gauld et al. (2004) bahwa panjang ulna dapat menjadi ukuran pengganti dari
tinggi badan pada anak-anak berusia 5-19 tahun (laki-laki: R2 = 0.96 dan SEE =
3.89 cm, perempuan: R2 = 0.94 dan RMSE = 3.78 cm) dengan memasukkan usia
ke dalam model persamaan regresi.
Hasil penelitian ini menghasilkan beberapa model regresi dari panjang tibia
untuk mengestimasi panjang badan. Penelitian ini mampu digunakan dilapangan
jika panjang badan tidak bisa dihasilkan. Pemilihan persamaan regresi disesuaikan
menurut data dilapangan yang didapatkan.
Estimasi Panjang Badan berdasarkan Panjang Tibia dan
Panjang Ulna pada Anak Usia 6-24 Bulan
Persamaan regresi berganda yang disajikan pada Tabel 8 menunjukkan
bahwa kedua pengukuran panjang tibia dan panjang ulna yang dihasilkan mampu
digunakan untuk mengestimasi panjang badan dengan R2 yang besar dan SEE
lebih kecil .
Tabel 8 Persamaan regresi berganda untuk estimasi panjang badan berdasarkan
panjang tibia dan panjang ulna
Persamaan
R2
Total
PB = 17.60 + 2.10 (PT) + 2.31 (PU)
0.89
PB = 26.17 + 1.48 (PT) + 2.04 (PU) + 0.25 (U)
0.91
Laki-laki
PB = 17.85 + 2.08 (PT) + 2.31 (PU)
0.88
PB = 28.19 + 1.45 (PT) + 1.86 (PU) + 0.29 (U)
0.91
Perempuan
PB = 17.45 + 2.12 (PT) + 2.28 (PU)
0.89
PB = 25.09 + 1.53 (PT) + 2.09 (PU) + 0.23 (U)
0.90
*PB = Panjang badan, PT = Panjang tibia, PU = Panjang ulna, U = Usia (bulan), SEE
Estimate of Error

SEE
1.84
1.69
1.89
1.70
1.81
1.68
= Standar

Penelitian panjang tibia dan panjang ulna hanya sedikit yang meneliti
ukuran pengganti dari panjang badan dari dua pengukuran tersebut. Penggunaan
dua parameter yaitu panjang tibia dan panjang ulna lebih baik dibandingkan satu
parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang tibia dan panjang ulna
mempunyai hubungan korelasi yang kuat dan persamaan yang dihasilkan mampu
mengestimasi panjang badan pada anak usia 6-24 bulan baik pada anak laki-laki
mau pun pada perempuan.
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata panjang aktual dan estimasi dari
panjang tibia, panjang ulna, dan kedua pengukuran (panjang tibia dan ulna)
didapatkan bahwa dua pengukuran panjang ulna dan panjang tibia beda rata-rata
yang dihasilkan 0.03 cm dari panjang aktual.
Tabel 9 Rata-rata panjang badan aktual dan estimasi (cm) pada anak usia 6-24
bulan1
Variabel
Panjang badan
Estimasi dari panjang tibia
Estimasi dari panjang ulna
Estimasi dari panjang tibia dan panjang ulna
1
Uji Paired T-test, P<0.05

Rerata SB
75.19 5.61
75.07 5.17
75.12 5.03
75.16 5.30

28

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Rata-rata panjang badan, panjang tibia, dan panjang ulna hampir sama
pada karakteristik subjek, kecuali pada kelompok subjek yang dibagi menurut usia
yaitu 6-11 bulan (31.6%) dan usia 12-24 bulan (68.4%) dan panjang badan lahir
yaitu <48 cm (24.8%) dan 48 cm (75.2%). Anak usia 6-11 bulan dan panjang
badan lahir <48 cm mempunyai rata-rata antropometri (panjang badan, panjang
tibia, dan panjang ulna) lebih rendah dibandingkan dengan anak usia 12-24 bulan
48 cm.
Faktor faktor yang berhubungan dengan panjang badan, panjang tibia, dan
panjang ulna adalah usia, berat badan lahir dan pendapatan. Hubungan korelasi
berat badan lahir dan pendapatan dengan panjang badan, panjang tibia, dan
panjang ulna dinilai lemah (r = 0.0-0.19). Korelasi yang dihasilkan berat badan
lahir dengan panjang badan dan panjang tibia yaitu r = 0.13 serta panjang ulna r =
0.16; dan korelasi pendapatan dengan panjang badan, panjang tibia, dan panjang
ulna secara berturut-turut yaitu nilai r = 0.13, r = 0.14, dan r = 0.13. Korelasi usia
dengan panjang badan (r = 0.89), panjang tibia (r = 0.84), dan panjang ulna ( r =
0.77) mempunyai hubungan korelasi yang kuat. Hasil korelasi menunjukkan
bahwa panjang tibia ( r = 0.92) dan panjang ulna (r = 0.89) mempunyai hubungan
dan korelasi yang kuat dengan panjang badan. Hasil korelasi tersebut akan
menghasilkan estimasi panjang badan. Pengukuran panjang tibia lebih mudah
digunakan dilapangan dan hasil korelasi dengan panjang badan lebih kuat
dibandingkan dengan panjang ulna.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang tibia dan panjang ulna
dapat menjadi estimasi dengan panjang badan, nilai R2 = 0.85 dan SEE = 2.15
untuk panjang tibia, dan panjang ulna dengan nilai R2 = 0.80 dan SEE = 2.48.
Estimasi panjang badan dari kedua pengukuran yaitu panjang tibia dan panjang
ulna menghasilkan nilai R2 lebih besar dibandingkan dengan satu pengukuran
yaitu dengan nilai R2 = 0.89 dan SEE = 1.84.
Saran
Panjang badan sangat diperlukan untuk melihat status stunting berdasarkan
panjang badan menurut usia. Jika panjang badan tidak diperoleh dari pengukuran
menggunakan alat papan pengukur, panjang tibia dan panjang ulna dapat menjadi
alternatif pengukuran yang handal dengan menggunakan alat sederhana yaitu pita
pengukur dan penggaris. Perlu dilakukannya penelitian di multidaerah dan
perluasan wilayah berbagai subjek yang representatif guna menghasilkan estimasi
panjang badan pada anak 6-24 bulan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Academy for Educational Development of Africa. 2004. Guidelines for
Appropriate Complementary Feeding of Breastfed Children 624 Months of

29

Age. Washington DC: Bureau for Global Health of the United States Agency
for International Development (USAID).
Achadi E 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
Penerbit. Buku Kedokteran EGC.
Astari LD, Nasoetion A, Dwiriani CM. 2005. Hubungan karakteristik keluarga,
pola pengasuhan, dan kejadian stunting anak usia 6-12 bulan. Media Gizi dan
Keluarga. 29(2):40-46.
Bogin B, Baker J. 2012. Low birth weight does not predict the ontogeny of
relative leg length of infants and children: an allometric analysis of the
NHANES III sample. Am J Phys Anthropol. 148:487494.
Cole TJ. 2000. Secular trends in growth. The Proceedings of the Nutrition Society.
59: 317-324.
Corkins MR, Lewis P, Cruse W, Gupta S, Fitzgerald J. 2002. Accuracy of infant
admission lengths. Pediatrics. 109: 110811.
Devison RJ. 2009. Penentuan tinggi badan berdasarkan panjang lengan bawah
[Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Dray J, Madeden AM. 2014. Relationship between height and ulna length in girls
aged 4-17 years from Uttarakhand, Northern India (Abstract). European
Journal of Nutrition & Food Safety. 4(3): 267-268.
Doull IJ, McCaughey ES, Bailey BJ, Betts PR. 1995. Reliability of infant length
measurement. Arch Dis Child. 72: 520521.
Ebite LE, Ozoko TC, Eweka AO. 2008. Height: ulna ratio: a method of stature
estimation in a rural community in Edo State, Nigeria. The International
Journal of Forensic Science. 3(1).
Fang FS, Bell KL. 2013. Assessment of growth and nutrition in children with
cerebral palsy. European Journal of Clinical Nutrition.67:S5S8.
Flegal KM, Wei R, Ogden C. 2002.Weight-for-stature compared with body mass
indexfor-age growth charts for the United States from the Centers for Disease
Control and Prevention. Am J Clin Nutr.75:7616.
Forman MR. Zhu Y, Henandez M, Himes JH, Dong Y, Danish RK, James KE,
Caulfield, Kerver JM, Arab L, Voss P et al. 2014. Arm span and ulnar length
are reliable and accurate estimates of recumbent length and height in a
multiethnic population of infants and children under 6 years of age. J Nutr.
144: 14801487.
Gauld LM, BN Johanna, Robertson CF. 2004. Height prediction from ulna length.
Developmental Medicine & Child Neurology. 46: 475480
Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assessment. Second Edition. New York:
Oxford University Press.
Guerra RS, Fonseca I, Pichel F, Restivo MT, Amaral TF. 2014. Hand length as an
alternative measurement of height. European Journal of Clinical
Nutrition.68:229-243.doi:10.1038/ejcn.2013.220
Guerrant RL, DeBoer MD, Moore SR, Scharf RJ, Lima A. 2013. The
impoverished guta triple burden of diarrhoea, stunting and chronic disease.
Nature
Reviews
Gastroenterology
and
Hepatology.
10:220229.doi:10.1038/nrgastro.2012.249

30

Gupta P, Kumar P, Gaharwar A, Ansari H, Hussein M. 2014. Correlation of


percutaneous length of tibia with body height and estimation of stature in
living North Indian males. Sch. J. App. Med. Sci. 2(2D):848-852
Johnson TS, Engstrom JL, Haney SL, Mulcrone SL. 1999. Reliability of three
length measurement techniques in term infants. Pediatr Nurs.25: 137.
Johnson TS, Engstrom JL, Warda JA, Kabat M, Peters B. 1998. Reliability of
length measurements in full-term neonates. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs.
27: 2706.
Johnston, Francis E. 1996. Growth of the long bones of infants and young children
at Indian Knoll. American Journal of Physical Anthropology. 20 (3): 249-254.
[Kemenkes]. Kementerian Keseharan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan, Dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
[Kemenkes]. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Laporan Hasil Pemantauan Status
Gizi 2015. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
[Kemenkes]. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013.
Keefe CJL, Couch SC, Philipson EH. 2008. Handbook Of Nutrition And
Pregnancy. USA: Humana Press. P: 27 -28.
Kihara K, Kawasaki Y, Yagi M, Takada S. 2015. Relationship between stature
and tibial length for children with moderate-to-severe cerebral palsy. Brain
and Development. 37(9) : 853-857
Krishan K. 2007. Anthropometry in Forensic Medicine and Forensic Science.
Forensic Antrhopometry: The Internet Journal of Forensic Science. 2 (1).
Lemeshow S, David W, Hosmer Jr, Klar J, Lwanga SK. 1990. Adequacy of
sample size in health studies. University of massachusetts and world health
organization.
Madden AM, Tsikura T, Stott DJ. 2012. The estimation of body height from ulna
length in healthy adults from different ethnic groups. Journal of Human
Nutrition and Dietetics. 25: 121128.
Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. 2012. Fundamentals of Anatomy &
Physiology. Ninth edition. San Fransisco: Pearson.
Najahah I. 2014. Faktor risiko panjang lahir bayi pendek di ruang bersalin RSUD
Patuh Patut Patju Kabupaten Lombok Barat. Media Bina Ilmiah. 8:16-23.
Needlman RD. 2004. Part 2: Growth And Development. In: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, Editor. Nelson Textbook Of Pediatrics 17th
Edition. ISBN 0-7216-9556-6.
Notoatmodjo S. 2005. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Pan L, Ober C, Abney M. 2007. Heritability estimation of sex-specific effects on
human quantitative traits. Genetic epidemiology. 31: 338-347.
Pearce EC. 2008. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Pomeroy E, Stock JT, Stanojevic S, Miranda JJ, Cole TJ, Wells JCK. 2012. Tradeoffs in relative limb length among peruvianchildren: extending the thrifty
phenotype hypothesis to limb proportions. PLoS One. 7:e51795.

31

Rahayu LS, Sofyaningsih M. 2011. Pengaruh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
dan pemberian asi eksklusif terhadap perubahan status stunting pada balita di
kota dan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten [Prosiding seminar nasional].
Riyanto A. 2012. Penerapan Analisis Multivariat Dalam Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sah RP, Kumar A, Bhaskar RK. Body height and its estimation utilizing arm span
measurements in population of Birgunj Area of Nepal: An Anthropometric
study. Journal of College of Medical Sciences-Nepa. 9 (4): 9-13.
Smart J. 2012. Disability Across the developmental life span : for the
rehabilitation counselor. New York : Springer Publising Company, LLC.p
195-207.
Schmidt MK, Muslimatun S, West CE, Schultink W, Gross R, Hautvast JGAJ.
2002. Nutritional status and linear growth of Indonesian infants in West Java
are determined more by prenatal environment than by postnatal factors. J Nut.
132:2202-2207.
Stein AD, Wang M, Martorell R, Norris SA, Adair LS, Bas I, Sachdev HS,
Bhargava SK, Fall CHD, Gigante DP, Victora CG, on Behalf of the Cohorts
Group. 2010. Growth patterns in early childhood and final attained stature:
data from five birth cohorts from low- and middle-income countries. Am J
Hum Biol. 22:353359.
Steyn M, Henneberg M. 1996. Skeletal growth of children from the iron age site
at K2 (South Africa). American Journal Of Physical Anthropology. 100:389396.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Edisi Revisi. Jakarta:
EGC.
Thaha AR, Siagian C, Surjadjaja M, Ruswiyani E. 2015. Stunting phenomenon in
indonesia: who and why. repository.unhas.ac.id.
Todorovic V, Russell C, Stratton R, Ward J,
Elia M. 2003. The
MUSTexplanatory booklet. Redditch: BAPEN.
Verbraecken J, Heyning PVD, Backer WD, Gaal LV. 2005. Body surface area in
normal-weight, overweight, and obese adults. A comparison study.
Metabolism Clinical and Experimental. 55:515 524.
Wadsworth ME, Hardy RJ, Paul AA, Marshall SF, Cole TJ. 2002. Leg and trunk
length at 43 years in relation to childhood health, diet and family
circumstances; evidence from the 1946 national birth cohort. Int J Epidemiol
31:383390.
[WHO] World Health Organization. 2006. Multicentre Growth Reference Study
Group. WHO Child Growth Standards: Length/height-for-age, weight-for-age,
weight-for-length, weight-for-height and body mass index-for-age: Methods
and development. Geneva: World Health Organization.
Yousaft AK, Filteau SM, Wirz SL, Cole TJ. 2003. Comparison of armspan, arm
length and tibia length as predictors of actual height of disabled and
nondisabled children in Dharavi, Mumbai, India. European Journal of Clinical
Nutrition. 57:12401244.
Yuliana. 2002. Pengaruh penyuluhan gizi dan stimulasi psikososial terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah [disertasi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

32

LAMPIRAN
1) Pengukuran Panjang Badan, Panjang Tibia, dan Panjang Ulna

33

34

2)

Regresi linier panjang badan berdasarkan panjang tibia dan panjang


ulna
1. Regresi linier panjang badan berdasarkan panjang tibia (PT) pada anak
usia 6-24 bulan
Model
Rsquare
0.85

SEE

DW

Unstandardized
coefficients
B
SE

Sig

Colinearity
statistics
Tolerance
VIF

2.15
1.89
Totalsubjek
(n=266)
(Constant)
4.02
1.31
0.00
PT
3.17
0.08
0.00 1.00
1.00
0.84
2.22
1.89
Laki-laki
(n=133)
(Constant)
24.44
1.92
0.00
PT
3.30
0.12
0.00 1.00
1.00
0.86
2.06
1.95
Perempuan
(n=133)
(Constant)
23.91
1.77
0.00
PT
3.30
0.11
0.00 1.00
1.00
*Ket: SEE = standard Error of the Estimate, DW = Durbin-Watson, SE = Standard Error

2. Regresi linier panjang badan berdasarkan panjang tibia (PT) dan usia (U)
pada anak usia 6-24 bulan
Model
Rsquare
0.88

SEE

DW

Unstandardized
coefficients
B SE

Colinearity statistics
Sig

Tolerance

VIF

1.95 1.95
Totalsubjek
(n=266)
(Constant)
33.60
1.72
0.00
PT
2.39
0.14
0.29
3.45
U
0.31
0.04
0.29
3.45
0.88
1.92 1.98
Laki-laki
(n=133)
(Constant)
36.05
2.40
0.00
PT
2.19
0.19
0.29
3.42
U
0.37
0.05
0.29
3.42
0.88
1.91 2.06
Perempuan
(n=133)
(Constant)
32.19
2.41
0.00
PT
2.50
0.20
0.28
3.52
U
0.26
0.05
0.28
3.52
*Ket: SEE = standard Error of the Estimate, DW = Durbin-Watson, SE = Standard Error

35

3. Regresi linier panjang badan berdasarkan panjang ulna (PU) pada anak
usia 6-24 bulan
Model
Rsquare
0.80

SEE

DW

Unstandardized
coefficients
B
SE

Colinearity statistics
Sig

Tolerance

VIF

2.48 1.61
Totalsubjek
(n=266)
(Constant)
17.71
1.74
0.00
PU
5.27
0.16
1.00
1.00
0.79
2.54 1.49
Laki-laki
(n=133)
(Constant)
18.42
2.53
0.00
PU
5.18
0.22
1.00
1.00
0.81
2.40 1.81
Perempuan
(n=133)
(Constant)
15.90
2.46
0.00
PU
5.46
0.22
1.00
1.00
*Ket: SEE = standard Error of the Estimate, DW = Durbin-Watson, SE = Standard Error

4. Regresi linier panjang badan berdasarkan panjang ulna (PU) dan Usia (U)
pada anak usia 6-24 bulan
Model

Totalsubjek
(n=266)
(Constant)
PU
Laki-laki
(n=133)

Rsquare
0.88

SEE

DW

1.95

1.91

Unstandardized
coefficients
B
SE

32.44
3.31
0.44
0.87

1.98

1.79
0.19
0.03

Sig

Colinearity
statistics
Tolerance VIF

0.00
0.40
0.40

2.47
2.47

1.83

(Constant)
34.94 2.65
0.00
PU
3.04
0.29
0.37
2.68
U
0.47
0.05
0.37
2.68
0.88
1.93 2.02
Perempuan
(n=133)
(Constant)
30.30 2.60
0.00
PU
3.55
0.29
0.40
2.49
U
0.41
0.04
0.40
2.49
*Ket: SEE = standard Error of the Estimate, DW = Durbin-Watson, SE = Standard Error

36

5. Regresi linier panjang badan berdasarkan panjang tibia (PT) dan panjang
ulna (PU) pada anak usia 6-24 bulan
Model
Rsquare
0.89

SEE

DW

Unstandardized
coefficients
B
SE

Colinearity statistics
Sig

Tolerance

VIF

1.84 2.06
Totalsubjek
(n=266)
(Constant)
17.60
1.29
0.00
PT
2.10
0.14
0.25
3.88
PU
2.31
0.23
0.25
3.88
0.88
1.89 1.96
Laki-laki
(n=133)
(Constant)
17.85
1.88
0.00
PT
2.08
0.20
0.27
3.69
PU
2.31
0.32
0.27
3.69
0.89
1.81 2.17
Perempuan
(n=133)
(Constant)
17.45
1.86
0.00
PT
2.21
0.21
0.22
4.37
PU
2.28
0.36
0.22
4.37
*Ket: SEE = standard Error of the Estimate, DW = Durbin-Watson, SE = Standard Error

6. Regresi linier panjang badan berdasarkan panjang tibia (PT), panjang ulna
(PU) usia (U) pada anak usia 6-24 bulan
Model
Rsquare
0.91

SEE

DW

Unstandardized
coefficients
B
SE

Sig

Colinearity
statistics
Tolerance
VIF

1.69 2.09
Total subjek
(n=266)
(Constant)
26.17
1.68
0.00 0.18
5.56
PT
1.48
0.15
0.25
3.99
PU
0.25
0.03
0.28
3.55
U
0.91
1.70 2.00
Laki-laki
(n=133)
(Constant)
28.19
1.88
0.00
PT
1.45
0.20
0.19
5.08
PU
1.86
0.32
0.25
3.96
U
0.29
0.05
0.27
3.68
0.90
1.68 2.20
Perempuan
(n=133)
(Constant)
25.09
2.41
0.00
PT
1.53
0.23
0.15
6.27
PU
2.09
0.33
0.22
4.43
U
0.23
0.05
0.27
3.58
*Ket: SEE = standard Error of the Estimate, DW = Durbin-Watson, SE = Standard Error

37

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Kotanegara, Sumatera Selatan tanggal 02 Agustus
1991, sebagai anak ke -4 dari 5 bersaudara pasangan Syaifuddin dan Emy
Rahmini. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Ilmu Gizi, Universitas
Diponegoro, Semarang dan lulus tahun 2013. Tahun 2014, penulis diterima di
Program Studi Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai