Anda di halaman 1dari 10

PONED

Pengertian
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan
pelayanan untuk menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric
neonatal yang meliputi segi :
Pelayanan obstetric : pemberian oksitosin parenteral,
antibiotika perenteral dan sedative perenteral, pengeluaran plasenta
manual/kuret
serta
pertolongan
persalinan
menggunakan
vakum
ekstraksi/forcep ekstraksi.
Pelayanan neonatal : resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian
antibiotika parenteral, pemberian antikonvulsan parenteral, pemberian bic-nat
intraumbilical/Phenobarbital untuk mengatasi ikterus, pelaksanaan thermal
control untuk mencegah hipotermia dan penganggulangan gangguan
pemberian nutrisi
PONED dilaksanakan di tingkat puskesmas, dan menerima rujukan dari
tenaga atu fasilitas kesehatan di tingkat desa atau masyarakat dan merujuk ke
rumah sakit.
PPGDON (Pertolongan Pertama pada kegawatdaruratan obstetric dan
neonatal).
Kegiatannya adalah menyelamatkan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan
neonatal dengan memberikan pertolongan pertama serta mempersiapkan
rujukan. PPGDON dilaksanakan oleh tenaga atau fasilitas kesehatan di tingkat
desa dan sesuia dengan kebutuhan dapat merujuk ke puskesmas mampu
PONED atau rumah sakit.
Kebijaksanaan
Ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan untuk ibu hamil beserta
janinnya sangat menentukan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir.
Misalnya, perdarahan sebagai sebab kematian langsung terbesar dari ibu
bersalin perlu mendapat tindakan dalam waktu kurang dari 2 jam, dengan
demikian keberadaan puskesmas mampu PONED menjadi sangat strategis.
Kriteria
Puskesmas mampu PONED yang merupakan bagian dari jaringan
pelayanan obstetric dan neonatal di Kabupaten/ Kota sangat spesifik daerah,
namun untuk menjamin kualitas, perlu ditetapkan beberapa criteria
pengembangan :
1.
Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan. Diutamakan
puskesmas dengan tempat perawatan/ puskesmas dengan ruang rawat inap.
2.
Puskesmas sudah berfungsi/ menolong persalinan.
3.
Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan
Melayani sekitar 50.000 100.000 penduduk yang tercakup oleh
puskesmas (termasuk penduduk di luar wilayah puskesmas PONED).
Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar
dan puskesmas biasa ke puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam
dengan transportasi umum setempat, mengingat waktu pertolongan hanya 2
jam untuk kasus perdarahan.

4.
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia, sekurangkurangnya seorang dokter dan seorang bidan terlatih GDON dan seorang
perawat terlatih PPGDON. Tenaga tersebut bertempat tinggal di sekitar lokasi
puskesmas mampu PONED.
5. Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia sekurangkurangnya :
a.
Alat dan obat
b.
Ruangan tempat menolong persalinan
Ruangan ini dapat memanfaatkan ruangan yang sehari-hari digunakan oleh
pengelola program KIA.
Luas minimal 3 x 3 m
Ventilasi dan penerangan memenuhi syarat
Suasana aseptik bisa dilaksanakan
Tempat tidur minimal dua buah dan dapat dipergunakan untuk
melaksanakan tindakan.
c.
Air bersih tersedia
d.
Kamar mandi/ WC tersedia
6. Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang
utama yaitu : perdarahan, eklampsi, infeksi, partus lama, abortus, dan sebab
kematian neonatal yang utama yaitu : asfiksia, tetanus neonatorum dan
hipotermia.
Penanggung jawab
Penanggung jawab puskesmas mampu PONED adalah dokter.
Dukungan Pihak Terkait
Dalam pengembangan PONED harus melibatkan secara aktif pihak-pihak
terkait, seperti :
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
Organisasi Profesi : IBI. IDAI, POGI, IDI
Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Distribusi PONED
Untuk satu wilayah kabupaten/ kota minimal ada 4 puskesmas mampu
PONED, dengan sebaran yang merata. Jangkauan pelayanan kesehatan
diutamakan gawat darurat obstetric neonatal (GDON) di seluruh kabupaten/
kota.
Kebijaksanaan PONED
Pada lokasi yang berbatasan dengan kabupaten/ kota lain, perlu dilakukan
kerjasama kedua kabupaten/ kota terebut.
Pelaksanaan PONED
Persiapan pelaksanaan
Dalam tahap ini ditentukan :
Biaya operasional PONED

Lokasi pelayanan emergensi di puskesmas


Pengaturan petugas dalam memberikan pelayanan gawat darurat
obstetric neonatal.
Format-format
- Rujukan
- Pencatatan dan pelaporan (Kartu Ibu, Partograf, dll)
Sosialisasi
Dalam pemasaran social ini yang perlu diketahui oleh masyarakat
antara lain adalah jenis pelayanan yang diberikan dan tariff pelayanan.
Pemasaran social dapat dlaksanakan antara lain oleh petugas kesehatan dan
sector terkait, dari tingkat kecamatan sampai ke desa, a.l dukun/ kader dan
satgas GSI melalui berbagai forum yang ada seperti rapat koordinasi tingkat
kecamatan/ desa, lokakarya mini dan kelompok pengajian dan lain-lainnya.
Alur pelayanan di puskesmas mampu PONED
Setiap kasus emergensi yang datang ke puskesmas mampu PONED
harus langsung ditangani, setelah itu baru pengurusan administrasi
(pendaftaran, pembayaran alur pasien.
Pelayanan gawat darurat obstetric dan neonatal yang diberikan harus
mengikuti prosedur tetap (protap).
PENCATATAN
Dalam pelaksanaan PONED ini, diperlukan pencatatan yang akurat baik
ditingkat Kabupaten/ Kota (RS PONED) maupun di tingkat puskesmas.
Format-format yang digunakan adalah yang sudah baku seperti :
a)
Pencatatan System Informasi manajemen Puskesmas (SP2PT)
b)
KMS ibu hamil/ buku KIA
c)
Register Kohort Ibu dan Bayi
d) Partograf
e)
Format-format AMP
Tingkat Puskesmas
Formulir Rujukan maternal dan Neonatal (Form R)
Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan di desa maupun bidan swasta,
untuk merujuk kasus ibu maupun neonatus.
Formulir Otopsi Verbal Maternal dan Neonatal (Form OM dan OP).
Form OM digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/ bersalin/nifas yang
meninggal. Sedangkan Form OP digunakan untuk otopsi verbal bayi baru lahir
yang meninggal. Untuk mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara
terhadap keluarga yang meninggal oleh petugas puskesmas.
PELAPORAN
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan
menggunakan format yang terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :
a)
Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form RS)
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan
kematian (serta sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir.
Laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Form
Puskesmas).
Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan
jumlah kasus yang dirujuk ke RS Kabupaten/ Kota.

b)
Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes
Propinsi. Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan
neonatal yang ditangani oleh RS kabupaten/ Kota dan puskesmas, serta
tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi/ gangguan.
PEMANTAUAN
Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional satu
tingkat diatasnya secara berjenjang dalam satu kesatuan system.
Hasil pemantauan harus dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-masing
dan menjadi dasar untuk melakukan perbaikan serta perencanaan ulang
manajemen pelayanan melalui :
Pemanfaatan laporan
Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian kinerja dan
pembinaan
Umpan Balik
Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Puskesmas PONED atau
disampaikan melalui pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak
secara berkala di Kabupaten/ Kota dengan melibatkan ketiga unsur pelayanan
kesehatan tersebut diatas. Umpan balik dikirimkan kembali dengan tujuan
untuk melakukan tindak lanjut terhadap berbagai masalah yang ditemukan
dalam pelaksanaan PONED.
EVALUASI
Evaluasi pelaksanaan pelayanan PONED dilakukan secara berjenjang dan
dilaksanakan pada setiap semester dalam bentuk evaluasi tengah tahun dan
akhir tahun. Kegiatan evaluasi dilakuan melalui pertemuan evaluasi Kesehatan
Ibu dan Anak.Hasil evaluasi disampaikan melalui Pertemuan Pemantapan
Sistem Rujukan kepada pihak yang terkait baik lintas program maupun lintas
sektoral dalam untuk dapat dilakukan penyelesaian masalah dan rencana
tindak lanjut.
Beberapa aspek yang dievaluasi antara lain :
Masukan (input)
o Tenaga
o Dana
o Sarana
o Obat dan alat
o Format pencatatan dan pelaporan
o Prosedur Tetap PONED
o Jumlah dan kualitas pengelolaan yang telah dilakukan termasuk
Case Fatality Rate
Proses
o Kualitas pelayanan yang diberikan
o
Kemampuan, ketrampilan dan kepatuhan tenaga pelaksana
pelayanan terhadap Prosedur Tetap PONED
o Frekuensi pertemuan Audit maternal Perinatal di Kabupaten/ Kota
dalam satu tahun

Keluaran (output)
o Kuantitas
- Jumlah dan jenis kasus PONED yang dilayani
- Proporsi kasus terdaftar dan rujukan baru kasus PONED di tingkat
RS Kabupaten/ Kota
o Kualitas
- Case Fatality Rate
- Proporsi jenis morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
- Response time
PONEK
PONEK (Pelayanan obstetric dan neonatal emergensi komprehensif)
Kegiatannya disamping mampu melaksanakan seluruh pelayanan PONED, di
RS kabupaten/kota untuk aspek obstetric , ditambah dengan melakukan
transfusi dan bedah sesar. Sedangkan untuk aspek neonatus ditambah
dengan kegiatan PONEK (Pelayanan obstetric dan neonatal emergensi
komprehensif)
Kegiatannya disamping mampu melaksanakan seluruh pelayanan PONED, di
RS kabupaten/kota untuk aspek obstetric , ditambah dengan melakukan
transfusi dan bedah sesar. Sedangkan untuk aspek neonatus ditambah
dengan kegiatan (tidak berarti perlu NICU) setiap saat. PONEK dilaksanakan di
RS kabupaten/kota dan menerima rujukan dari oleh tenaga atau fasilitas
kesehatan di tingkat desa dan masyarakat atau rumah sakit.
STRATEGI PELAKSANAAN
Melaksanakan Perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu dan paripurna
melalui 10 (sepuluh) langkah sebagai berikut :
1. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu dan bayi termasuk pemberian ASI eksklusif dan Perawatan
Metode Kangguru (PMK) untuk bayi Berat Badan Lahir Rendah.
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan
maternal dan neonatal
3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi
baru lahir dengan Inisiasi menyusu dini dan kontak kulit ibu-bayi.
4. Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK)
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk
membantu ibu menyusui yang benar, dan pelayanan neonatus sakit
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring
rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang
8. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi lainnya
9. Menyelenggarakan Audit Maternal dan Perinatal Rumah Sakit secara
periodik dan tindak lanjut
10. Memberdayakan Kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti
pemberian ASI eksklusif dan PMK.
LINGKUP PELAYANAN RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM

Upaya Pelayanan PONEK :


1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sektio
saesaria
4. Perawatan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi Ruang lingkup pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal pada PONEK terbagi atas 2 kelas, antara lain
:

KRITERIA UMUM RUMAH SAKIT PONEK


Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik
secara umum maupun emergency obstetrik neonatal.
Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di rumah
sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus.
Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan pasien
kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.
Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetrik dan
neonatal.
Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, di kamar bersalin
kurang dari 30 menit, pelayanan darah kurang dari 1 jam.
Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi,
bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum.
Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu
kurang dari 30 menit.
Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas
sewaktu-waktu,meskipun on call.
Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain
dokter kebidanan, dokter anak, dokter / petugas anestesi, dokter penyakit
dalam, dokter spesialis lain serta dokter
umum, bidan dan perawat.
Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK, seperti
Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat dan
alat penunjang yang selalu siap
tersedia.
Perlengkapan
Semua perlengkapan harus bersih (bebas, debu, kotoran, bercak, cairan dll)
Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
Semua perlengakapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau tidak
stabil)
Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besar
Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi baik
Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan steker
menempel kokoh)
Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan unit ini.

KRITERIA KHUSUS
1. SUMBER DAYA MANUSIA
Memiliki tim PONEK esensial yang terdiri dari :
1 dokter Spesialis Kebidanan Kandungan
1 dokter spesialis anak
1 dokter di Unit Gawat Darurat
3 orang bidan ( 1 koordinator dan 2 penyelia)
2 orang perawat
Tim PONEK Ideal ditambah :
1 Dokter spesialis anesthesi / perawat anesthesi
6 Bidan pelaksana
10 Perawat (tiap shift 2-3 perawat jaga)
1 Petugas laboratorium
1 pekarya kesehatan
1 Petugas administrasi

*
*
*
*

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

PRASARANA DAN SARANA


Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaranaan PONEK
harus dipenuhi hal-hal sebagi berikut :
Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
Ruang pulih / observasi pasca tindakan
Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi
internal
a. Kriteria Umum Ruangan :
1). Struktur Fisik
Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m
Lantai harus porselen atau plastik
Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilapis keramik.
2). Kebersihan
Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran bdapat terlihat dengan
mudah
Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah
sakit
Hal tersebut berlaku pula untuk Lantai, mebel, perlengkapan, instrumen,
pintu, jendela,dinsing, steker listrik dan langit-langit.
3). Pencahayaan
Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik
Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar seranggga tidak masuk
Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan
semua lampu berfungsi baik
Tersedia peralatan gawat darurat
Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus
4). Ventilasi
Ventilasi, termasuk jendela, harus cukup jika dibandingkan dengan ukuran
ruang.
Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik.
Suhu ruangan harus dijaga 24-26 C.

*
*
*
*
*
*

*
*
*
*
*

Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri).


5). Pencucian tangan
Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau disinfektan yang
dikendalikan dengan siku atau kaki.
Wastafel, keran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai
(dari lantai dan dinding).
Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka.
Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang dipasang
kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak ada kawat terbuka.
Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan tangan,
diletakkan di sebelah
Westafel.
b. Kriteria Khusus Ruangan
1) Area Cuci Tangan di ruang di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur adalah 6 meter
dengan wastafel
2). Area resusitasi dan stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus / UGD
Paling kecil, ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam Unit Perawatan
Khusus.
Kamar PONEK di unit gawat darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat
lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayi.
Tujuan kamar ini ialah : memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi
kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila
perlu menolong partus darurat serta resusitasi.
Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, dan inkubator.
Kamar PONEK membutuhkan :
ruang berukuran 15 m
berisi : lemari dan torli darurat
tempat tidur bersalin serta tiang infus.
inkubator transpor
pemancar panas
meja , kursi
aliran udara bersih dan sejuk
pencahayaan
lampu sorot dan lampu darurat.
Mesin isap
defibrilator
oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding (outlet)
lemari isi: perlengkapan persalinan, vakum, vorsep, kuret, obat/infus.
alat resusitasi dewasa dan bayi
wastafel dengan air mengalir dan antiseptik
alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
nurse station dan lemari rekam medik
USG mobile.

Dukungan Pihak Terkait

Dalam pengembangan PONEK harus melibatkan secara aktif pihak-pihak


terkait, seperti :
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
Organisasi Profesi : IBI. IDAI, POGI, IDI
Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
PENCATATAN
Dalam pelaksanaan PONEK ini, diperlukan pencatatan yang akurat baik
ditingkat Kabupaten/ Kota (RS PONEK)
Format-format yang digunakan adalah yang sudah baku seperti :
a)
Pencatatan System Informasi manajemen Puskesmas (SP2PT)
b)
KMS ibu hamil/ buku KIA
c)
Register Kohort Ibu dan Bayi
d) Partograf
e)
Format-format AMP
Tingkat Rumah Sakit
Formulir Maternal dan Neonatal (Form MP)
Formulir ini mencatat data dasar semua ibu bersalin/ nifas dan bayi baru lahir
yang masuk ke RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh bidan atau perawat.
Formulir Medical Audit (Form MA)
Form ini dipakai untuk menulis hasil/ kesimpulan data dari audit maternal dan
audit neonatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas di
bagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk
kasus anak neonatal).
PELAPORAN
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan
menggunakan format yang terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :
a)
Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form RS)
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan
kematian (serta sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir.
Laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Form
Puskesmas).
Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan
jumlah kasus yang dirujuk ke RS Kabupaten/ Kota.
b)
Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes
Propinsi. Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan
neonatal yang ditangani oleh RS kabupaten/ Kota dan puskesmas, serta
tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi/ gangguan.
PEMANTAUAN
Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional satu
tingkat diatasnya secara berjenjang dalam satu kesatuan system.
Hasil pemantauan harus dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-masing
dan menjadi dasar untuk melakukan perbaikan serta perencanaan ulang
manajemen pelayanan melalui :
Pemanfaatan laporan

Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian kinerja dan


pembinaan
Umpan Balik
Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke RS PONEK atau
disampaikan melalui pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak
secara berkala di Kabupaten/ Kota dengan melibatkan ketiga unsur pelayanan
kesehatan tersebut diatas. Umpan balik dikirimkan kembali dengan tujuan
untuk melakukan tindak lanjut terhadap berbagai masalah yang ditemukan
dalam pelaksanaan PONEK.
EVALUASI
Evaluasi pelaksanaan pelayanan PONEK/ dilakukan secara berjenjang
dan dilaksanakan pada setiap semester dalam bentuk evaluasi tengah tahun
dan akhir tahun. Kegiatan evaluasi dilakuan melalui pertemuan evaluasi
Kesehatan Ibu dan Anak.Hasil evaluasi disampaikan melalui Pertemuan
Pemantapan Sistem Rujukan kepada pihak yang terkait baik lintas program
maupun lintas sektoral dalam untuk dapat dilakukan penyelesaian masalah
dan rencana tindak lanjut.
Beberapa aspek yang dievaluasi antara lain :
Masukan (input)
o Tenaga
o Dana
o Sarana
o Obat dan alat
o Format pencatatan dan pelaporan
o Prosedur Teta PONEK
o Jumlah dan kualitas pengelolaan yang telah dilakukan termasuk
Case Fatality Rate
Proses
o Kualitas pelayanan yang diberikan
o
Kemampuan, ketrampilan dan kepatuhan tenaga pelaksana
pelayanan terhadap Prosedur Tetap PONEK
o Frekuensi pertemuan Audit maternal Perinatal di Kabupaten/ Kota
dalam satu tahun

Keluaran (output)
o Kuantitas
- Jumlah dan jenis kasus PONEK yang dilayani
- Proporsi kasus terdaftar dan rujukan baru kasus PONEK di tingkat
RS Kabupaten/ Kota
o Kualitas
- Case Fatality Rate
- Proporsi jenis morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
- Response time

Anda mungkin juga menyukai