Anda di halaman 1dari 9

Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Pengukuran kinerja adalah alat untuk menilai kesuksesan organisasi. Dalam konteks
organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk mendapatkan
legitimasi dan duk ungan publik. M asyarakat akan menilai kesuksesan organisasi sek tor
publik melalui kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan publik yang relatif
murah dan berkualitas. Pelayanan publik tersebut menjadi bottom line dalam organisasi
sektor publik.
Pengukuran kinerja sektor publik digunakan untuk menilai prestasi manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya. Penguk uran kinerja sangat penting untuk menilai
Akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih
baik.
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial
dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and
punishment system.
Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik (Mardiasmo:2004) :
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud:
1. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan.
3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban
publik dan memperbaiki komunikasi kelembagan.
Dengan demikian, melalui pengukuran kinerja organisasi, dasar pengambilan keputusan
yang masuk akal dapat dikembangkan dan dipertanggungjawabkan oleh perusahaan.
Oleh pihak legislatif, ukuran kinerja digunakan untuk kelayakan biaya pelayanan (cost of
service) yang dibebankan kepada masyarakat penggguna jasa publik. Masyarakat tentu
tidak mau terus menerus ditarik pungutan sementara pelayanan yang mereka terima tidak
ada peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik. Masyarakat menghendaki

pemerintah dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah
(do more with less).
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang
dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif dan sifat output yang
dihasilkan lebih banyak bersifat intagible output.
Tujuan Serta Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja secara umum adalah :
Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pencapaian kinerja. Maka untuk dapat
mencapai kinerja yang baik diperlukan tujuan yang jelas. Bila dilakukan secara
berkesinambungan pengukuran kinerja akan memberikan umpan balik sehingga upaya
perbaikan yang terus menerus akan mencapai keberhasilan yang perusahaan inginkan
untuk kedepannya. Menurut Mardiasmo (2004:122) dalam bukunya Akuntansi Sektor
Publik bahwa tujuan pengukuran kinerja sektor publik adalah :
Secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:
a. Mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);
b. Mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur
perkembangan pencapaian strategi;
c. Mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
memotivasi untuk mencapai goal congruence;
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.
e. Untuk menciptakan Akuntabilitas Publik. Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat
untuk mendorong terciptanya Akuntabilitas Publik. Pengukuran kinerja menunjukan
seberapa besar kinerja manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi dan
kinerja lainya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Kinerja tersebut harus diukur
dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja.
Setelah tujuan pengukuran kinerja dicapai maka perusahaan akan mendapat manfaat
langsung yaitu seperti yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2004:122) dalam bukunya
Akuntansi Sektor Publik, bahwa:

Manfaat pengukuran kinerja sektor publik dapat diuraikan sebagai berikut:


a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen.
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya
dengan target kinerja serta serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki
kinerja.
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara objektif atas
pencapaian yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah
disepakati.
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki
kinerja organisasi.
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

Dengan demikian menurut kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan skema
indikator kinerja perlu adanya artikulasi dari tujuan, visi, misi, sasaran dan hasil program
yang dapat diukur dan jelas manfaatnya. Karena akurasi keputusan dapat dihasilkan dengan
dukungan informasi yang baik. Dengan adanya pengukuran kinerja sektor publik
memberikan manfaat yang pasti terhadap jalannya kinerja pemerintah.

Informasi yang Digunakan untuk Pengukuran Kinerja


1. Informasi Finansial.
Penilaian kinerja finansial dilakukan dengan menganalisisvarians antara kinerja aktual
dengan yang dianggarkan.

Analisis Varians secara garis besar :


1.
2.
3.
4.

Varians Pendapatan (revenue variance)


Varians Pengeluaran/Belanja ( expenditure variance )
Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
Varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance)

Setelah analisis varians dilanjutkan dengan mengidentifikasi sumber penyebab terjadinya


varians tersebut (apa, siapa/bagian mana, kenapa, dan bagaimana). Keterbatasan analisis
varians diantaranya adalah kesulitan menetapkan batasan besarnya varians.
2. Informasi Non Finansial.
Informasi non-finasial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian
manajemen. Teknik pengukuran komprehensif yang banyak dikembangkan oleh berbagai
organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard.
Pengukuran dengan metode Balanced Scorecard melibatkan empat aspek, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Perspektif finansial (finansial perspective),


Perspektif kepuasan pelanggan (custumer perspective,
Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency), dan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).

Jenis informasi nonfinasial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci (key variable) atau
sering dinamakan sebagai key succes factor, key result factor, atau pulse point. Variabel kunci
adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi sebab kesuksesan
organisasi.
Karakteristik variabel kunci antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi;


Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat;
Perubahannya tidak dapat diprediksi;
Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera;
Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara
(surrogate)

Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengembangkan variabel kunci yang sudah
teridentifikasi menjadi indikator kinerja. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor
keberhasilan utama organisasi dan indikator kunci. Indikator kinerja penting untuk
mengetahui apakah aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif.
Penentuan indikator kinerja perlu dipertimbangkan komponen berikut :

Biaya pelayanan (cost of service);


Indikator biasanya diukur dalam bentuk biaya unit.

Penggunaan (utilization);
Indikator penggunaan membandingkan antara supply of service (pelayanan yang
ditawarkan) dengan public demand (permintaan publik)

Kualitas dan Standar pelayanan (quality and standards);


Indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang paling sulit
diukur.

Cakupan pelayanan (coverage);


Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat kebijakan atau
peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan
tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

Kepuasan (satisfaction).
Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.

Indikator Kerja dan Pengukuran Value for Money


Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah sulitnya mengukur output, karena output yang
dihasilkan tidak selalu berupa output yang berwujud, akan tetapi lebih banyak berupa
intagible output. Istilah ukuran kinerja (mengacu pada penilaian kinerja secara langsung)
pada dasarnya berbeda dengan istilah indikator Kinerja (mengacu pada penilaian kinerja
secara tidak langsung).
Mekanisme untuk menentukan indikator kinerja sebagai berikut :

Sistem perencanaan dan pengendalian


Spesifikasi teknis dan standardisasi
Kompetensi teknis dan profesionalisme
Mekanisme ekonomi dan dan mekanisme pasar
Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman (reward &
punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar terkait dengan
penggunaan sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for money

Mekanisme sumber daya manusia

Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain:

Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi;


Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan;
Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial;
Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan;
Untuk menunjukkan standar kinerja;
Untuk menunjukkan efektivitas;
Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling

baik untuk mencapai target sasaran; dan


Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk
dilakukan penghematan biaya.

Permasalahan teknis yang dihadapi saat pengukuran ekonomi, efisiensi dan efektivitas (value
for money) organisasi adalah bagaimana membandingkan input dengan output untuk
menghasilkan ukuran efisiensi yang memuaskan jika output yang dihasilkan tidak dapat
dinilai dengan harga pasar. Solusi praktis atas masalah tersebut adalah dengan cara
membandingkan input finansial (biaya) dengan output nonfinansial, misalnya biaya unit (unit
cost statistics).

Pengukuran Value for Money


Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa ini adalah: ekonomi,
efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik. Tujuan yang dikehendaki oleh
masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu:
ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna)
dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya
dimaksimalkan (maximizing benefits and minimizing costs), serta efektif (berhasil guna)
dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Ekonomi : pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan
dalam satuan moneter.
Efisiensi : pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input
yang rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input
yang dikaitkan dengan standard kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Efektivitas : tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Pengembangan Indikator Value for Money


Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi)
2. indikator kualitas pelayanan (efektivitas).

Langkah langkah Pengukuran Value for Money


Dalam melakukan pengukuran Value for Money perlu adanya langkah langkah penguk uran
Value for Money agar hasil dari pengukuran Value for Money mencapai hasil yang diinginkan
oleh perusahaan publik. Untuk lebih jelas mengenai bagaimana langkah langkah
pengukuran Value for Money berikut langkah langkahnya. Menurut Mardiasmo (2004) :

Pengukuran Ekonomi

Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan


pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan.
Ekonomi merupakan ukuran relatif.

Pengukuran Efisiensi
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output
dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Dalam pengukuran kinerja Value for Money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Efisiensi alokasi, merupakan alokasi yang terkait dengan kemampuan untuk
mendayagunakan sumber daya input pada tingk at kapasitas optimal.
2. Efisiensi teknis (manajerial), merupaka efisiensi yang terkait dengan
kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkatan output
tertentu

Pengukuran Efektivitas
Efektivitas merupakan ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuanya, maka oragnisasi
tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting adalah bahwa
efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh melebihi dari yang telah dianggarkan, bisa juga
dua kali lebih besar dari apa yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat
apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau proyek terhadap masyarakat. Outcome
lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa
mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas
output dan dampak yang dihasilkan. Pengukuran outcome memiliki dua peran, yaitu:
a.

Peran retrospektif
Peran retrospektif, terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, analisis
retrospektif menberikan bukti terhadap realisasi yang baik (good
management). Bukti tersebut da pa t m enjadi dasar untuk menetapkan terget
di masa yang akan datang dan mendorong untuk menggunakan praktik yang
terbaik. A ta u da pa t juga digunakan untuk membantu pembuat keputusan
dalam menentuk an program atau proyek yang perlu dilaksanakan dan metode
terbaik mana yang perlu digunakan untuk melaksanakan program tersebut.

b.

Peran prospektif

Peran prospektif, terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan


datang. Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome digunakan untuk
mengarahkan keputusan alokasi sumber daya publik.

Estimasi Indikator Kinerja

Kinerja tahun lalu


merupakan benchmark (perbandingan) bagi unit tersebut untuk melihat seberapa besar
kinerja yang telah dilakukan

Expert Judgment
menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja.

Trend
Trend digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh
waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.

Regresi

Anda mungkin juga menyukai