Anda di halaman 1dari 4

Kesempurnan Sistem Full Day School.

Kabar bahwa Bapak Muhadjir Effendy, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru
menganjurkan sistem Full Day School secara nasional dari jenjang SD, SMP, dan SMA (entah
sampai SMA atau tidak) membuat saya ingin menulis beberapa kritikan dari analisa yang pernah
saya alami sebagai seorang pelajar.
Pertama, sistem full day school yang bapak maksud ini seperti apa? Apakah penambahan jam
belajar dari masuk jam 07.00 pagi dan pulang pada sore hari jam 17.00 ?
Bapak tidak akan bisa melakukannya. Kenapa?
1. Di Indonesia Masih Ada sekolah Pagi dan Sore
Saya pernah menjadi seorang murid SD di sekolah pagi, dimana gedung tempat saya
bersekolah terbagi menjadi dua sekolah: sekolah pagi dan sekolah sore. Bahkan, berbeda
pula kepala sekolah dan guru-gurunya. Tidak, saya tidak sekolah di daerah-daerah
terpencil. Ini sekolah yang berada di Jakarta, tepatnya di sekitar daerah Grogol.
Sekolah Pagi: Jam 07.00 12.00
Sekolah Sore: Jam 12.00 17.00
Dengan fakta di lapangan yang seperti itu, apakah Bapak yakin akan menerapkan sistem
full day school secara nasional? Saya rasa tidak.
2. Akses perjalanan ke Sekolah yang buruk dan Pendidikan yang masih belum merata
Bapak pasti pernah kan lihat potret anak sekolah yang harus menyebrangi sungai,
menyebrangi jembatan yang bahkan sudah mau rubuh, dan berjalan berkilo-kilometer
demi dapat belajar di sekolah mereka yang jauh dari rumahnya? Ini membuktikan
pendidikan di Indonesia masih belum terdistribusi secara merata. Daripada Bapak-bapak
sibuk membuat kebijakan baru yang meresahkan lebih baik memikirkan anak-anak
seperti mereka, bukankah pendidikan yang layak adalah hak setiap orang?
Bayangkan kalau anak yang harus menyebrangi jembatan yang mau rubuh, menyebrang
sungai itu baru pulang dari sekolah jam 5 sore mimpi buruk sekali saya rasa. Saya
tidak tahu apakah mereka saat pulang melewati jalan yang sama atau tidak, tapi miris
sekali jika sistem pendidikan full day di berlakukan dan mereka harus melewati jalan
yang berbahaya itu pada sore hari. Saya tidak bisa membayangkannya, betapa
beruntungnya saya disbanding mereka.
3. Keadaan Ekonomi Keluarga, Banyak Anak yang Tidak Bisa Sekolah
. sebanyak 2,5 juta anak Indonesia yang seharusnya bersekolah tidak dapat menikmati
pendidikan: 600.000 anak usia sekolah dasar dan 1.9 juta anak usia sekolah menengah pertama
(13-15 tahun). UNICEF (http://www.unicef.org/indonesia/id/education.html)

Seberapa banyak anak Indonesia yang harusnya sekolah tapi nyatanya tidak? Banyak pak.
Bahkan di kota sebesar Jakarta masih ada anak yang tidak bisa sekolah karena faktor
ekonomi. Mereka harus bekerja demi membantu orang tua mereka, ada anak yang seperti
itu. Ada anak yang setelah pulang sekolah harus membantu orang tuanya bekerja untuk
membeli sesuap nasi.
Baca kisah Rizky disini: http://www.dream.co.id/orbit/kisah-penjual-roti-cilik-getarkanhati-netizen-151218c.html
Baca kisah Rizal disini: https://hello-pet.com/salut-bocah-penjual-makanan-keliling-initak-mau-dikasih-uang-lebih-109708
Jadi, anak pulang jam lima sore, orang tuanya bisa jemput sehingga anak kita tetap ada
yang bertanggung jawab setelah dilepas oleh pihak sekolah,
"Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya
dan tidak menjadi 'liar' di luar sekolah ketika orang tua mereka masih belum pulang dari
kerja," kata Mendikbud usai menjadi pembicara dalam pengajian untuk keluarga besar
Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (7/8) kemarin seperti
dilaporkan Antara.

(http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160808135054-20-149886/alasan-menterimuhadjir-usulkan-full-day-school/)
Alih-alih mengatakan agar seorang anak tidak ngayap main kemana-mana dan tidak
jelas setelah pulang sekolah, tapi Bapak lupa sama anak-anak yang seperti mereka. Apa
anak-anak di Indonesia itu beruntung semua bisa sekolah? Enggak.
Apa anak-anak di Indonesia itu beruntung semua memiliki orang tua yang mengerti
pendidikan itu penting? Enggak.
Mereka tetap bersyukur masih bisa sekolah meski waktu mainnya terbuang untuk
membantu orang tuanya.
4. Psikologis anak-anak
Membuat anak seharian di sekolah tidak akan lantas membuat anak tersebut jadi pintar
dan bisa berdaya saing secara global seperti yang diimpikan. Karena anak mudah sekali
bosan. Saat saya bersekolah dulu, banyak dari teman-teman saya yang cabut dari sekolah
tanpa rasa takut. Saya pikir anak-anak jaman sekarang akan makin membenci sekolah
jika peraturan aneh ini nekat diterapkan. Bahkan ketika saya SD, SMP dan SMA tidak
ada jam yang terlewat tanpa berpikir Kapan sih pulangnya? Capek, mau pulang. Saya
rasa bosan itu manusiawi, namun miris sekali jika peraturan ini diterapkan, karena bagi
anak-anak yang mudah sekali bosan bukan hanya terhadap pelajaran tapi juga tempat,
rasanya seperti dipenjara.

Kondisi dimana seorang anak merasa tertekan tidak akan pernah baik untuk
menghasilkan SDM yang berdaya saing secara global, please.
Gaya belajar di sekolah Indonesia itu membosankan sekali. Jadi saya pikir tidak ada yang
salah dengan jam belajar di Indonesia. Finlandia sebagai negara yang memiliki sistem
pendidikan terbaik hanya belajar 4 sampai 5 jam saja, tanpa PR, dan Ujian Nasional yang
bikin stress tapi anak-anak di Finlandia pintar. Kenapa? Apa Bapak tidak penasaran?
Kenapa tidak mencontoh model pendidikan yang sudah terlihat keberhasilan dibanding
melakukan percobaan pada anak orang lain.. (http://www.hipwee.com/feature/sekolahcuma-5-jam-tanpa-pr-ujian-nasional-kenapa-orang-finlandia-bisa-pintar/)
Jika ingin melakukan inovasi untuk melakukan perubahan, rubahlah bagaimana proses
belajar yang sangat tidak kreatif dan membosankan di Indonesia ini. Bukan jam
pelajarannya. Sangat penting membuat seorang anak menyukai belajar dibanding
memaksanya belajar, dan sayangnya pendidikan di Indonesia belum berhasil membuat
anak suka belajar.
5. Kegiatan di luar sekolah
Bagi anak-anak yang beruntung keadaan ekonominya pasti memiliki kegiatan di luar
sekolahnya, seperti les musik, bahasa asing, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya yang
memang diberikan oleh orang tuanya.
Mereka-mereka yang memiliki kegiatan les di luar sekolah mau les jam berapa kalau
sekolah sudah full day? Jangan jawab sabtu dan minggu karena dua hari itu adalah hari
untuk berlibur seperti yang Bapak katakan. By the way, anak-anak di lingkungan saya
tinggal, SD saja mengikuti les di rumah untuk dibantu mengerjakan PR nya. Apakah
dengan sistem full day school ini anak-anak di jamin agar tidak membawa PR atau tugas
ke rumah? Kalau begitu banyak bimbel yang akan tutup, dan tentu saja ini mempengaruhi
lagi-lagi perekonomian masyarakat yang bekerja membuka bimbel
6. Persetujuan Pihak Sekolah
Sistem ini sangat meragukan bahkan hanya untuk di uji cobakan kepada anak manusia,
Pak. Bahkan saya ragu kalau guru-guru di Indonesia mau mengajar full day.
1. Mereka punya kehidupan pribadi mereka juga punya keluarga yang harus diurus
(anak)
2. Sudah sejahtera kah guru di Indonesia yang mencubit murid saja dilaporkan ke polisi
dan di penjara? Belum.
7. Kemacetan
Jam 5 adalah jam dimana orang-orang pulang kerja, bisa dibayangkan bagaimana
macetnya Jakarta pada jam-jam ini, lalu jika sistem ini diberlakukan. Makin parah
saja macet yang akan terjadi. Tingkat stress akan makin tinggi terumata di kota besar
seperti Jakarta karena setiap ada kebijakan baru tentang pendidikan pasti sekolah di
Jakarta dijadikan percobaan..

Dari semua kesempurnaan sistem full day school di atas apakah ada yang salah? Iya, saya
baru menyadari kalau saya salah menulis judul. Sudahlah, berhenti melakukan percobaan
pada anak manusia yang tidak bersalah. Itu bisa mempengaruhi hidupnya.
Kekhawatiran mengenai pulang sekolah anak main gak jelas atau malah pacar-pacaran
saya rasa bukan salah jam sekolahnya, tapi lebih ke pendidikan moral di Indonesia yang
entah makin tidak bisa dikendalikan. Bagaimana ingin membuat anak bermoral jika
banyak sinetron anak sekolah pacaran? Dan untuk menangani hal ini butuh kerja sama
dari berbagai pihak. Tentu bukan menambah jam sekolah yang makin bikin anak benci
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai