Anda di halaman 1dari 3

Apa Itu GSI (Gerakan Sayang Ibu) ?

Submitted by admin on Sat, 02/08/2014 - 16:34


Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh
masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak
terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan
dan nifas serta penurunan angka kematian bayi.
Gerakan Sayang Ibu perlu dilakukan karena :

SDM yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan suatu


pembangunan.

Pembentuakan kualitas SDM yang berkualitas ditentukan dari janin


dalam kandungan, karena perkembangan otak terjadi selama hamil
sampai dengan 5 tahun.

Kesehatan Ibu dan Anak factor paling strategis untuk meningkatkan


mutu SDM.

Angka Kematian Ibu ( AKI ) karena hamil, bersalin dan nifas di


Indonesia tergolong tinggi diantara Negara2 ASEAN.

Tingginya AKI dan AKB di Indonesia memberikan dampak negatif pada


berbagai aspek.

Kematian Ibu menyebabkan bayi menjadi piatu yang pada akhirnya


akan menyebabkan penurunan kualitas SDM akibatnya kurangnya
perhatian, bimbingan dan kasih sayang seorang ibu.

Dasar Pelaksanaan :

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984, tentang Pengesahan Konvensi


Mengenai Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan;

Kesepakatan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, Menteri


Kesehatan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada tanggal 12
Maret 2002;

Maksud dan Tujuan :

Menyegarkan dan meningkatkan pengetahuan Satgas GSI tentang


berbagai program Gerakan Sayang Ibu ( GSI ) dari stake holder
terkait.

Menyegarkan dan meningkatkan pengetahuan Satgas Gerakan Sayang


Ibu ( GSI ) tentang peran stake holder terkait dalam Gerakan Sayang
Ibu.

Identifikasi Masalah yang menyebabkan kematian Ibu faktor


determinan yang perlu diperhatikan antara lain :

Kondisi sosial Ekonomi keluarga meliputi : pendapatan ( daya beli ),


derajat pendidikan ibu,m pengetahuan keluarga dan masyarakat
tentang kesehatan.

Kesehatan reproduksi : umur, paritas, status perkawinan.

Tingkat partisipasi masyaraka.t Potensi institusi dan peran serta


masyarakat.

Kondisi sosial budaya masyarakat ( nilai-nilai budaya yang mendukung


dan menghambat ).

Komitmen politik dan pemerintah daerah : Gubernur, Bupati/Walikot,


Camat dan Kepala Desa/Lurah.

Komitmen para pelaksana : PLKB, Bidan, dll

Jenis-Jenis Intervensi yang dapat dilakukan oleh Daerah :


Setiap Daerah memiliki variasi alternatif pemecahan masalah yang berbeda-beda. Untuk itu
jenis-jenis intervensi yang dilakukan disesuaikan dengan sosial budaya, ekonomi dan tingkat
pendidikan keluarga dan masyarakat.
Karena melalui GSI diharapkan akan dapat menekan angka kematian ibu dan bayi, beberapa
sebab kematian ibu dan bayi yang menonjol disebabkan oleh : pendarahan, eklamsia (keracunan
kehamilan), infeksi, penanganan abortus yang tidak aman dan partus (Persalinan) yang lama.
Angka kematian ibu dan bayi yang tinggi juga disebabkan oleh adanya hal-hal diluar medis
seperti kurang adanya kesetaraan gender, nilai budaya di masyarakat yang merendahkan
perempuan.

Masalah tersebut mengakibatkan rendahnya perhatian suami/laki-laki terhadap masalah ibu


melahirkan serta kurangnya kemampuan untuk membuat keputusan bagi kesehatan diri sendiri.
Selanjutnya dikatakan bahwa GSI adalah gerakan percepatan penurunan angka kematian ibu dan
bayi yang dilaksanakan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat, untuk lebih
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian dalam upaya interaktif dan sinergis.
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan dan anak, akan tetapi
pada saat ini kesehatan ibu dan anak khususnya bayi baru lahir, merupakan tugas bersama antara
pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi perempuan dan organisasi
profesi. Disamping itu strategi Pemerintah dalam meningkatkan percepatan penurunan angka
kematian ibu dan bayi ini juga dilakukan program advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE) bagi bidan, LPM, PKK, PLKB, tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pendataan ibu
hamil serta pengembangan rujukan oleh masyarakat serta peningkatan kualitas kesehatan kepada
masyarakat. Disamping ada SIAGA ( siap, antar, jaga ) oleh pemerintah juga telah
dikembangkan P 4 K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) yang
dimaksudkan untuk menuju persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.
Selain itu juga untuk meringankan warga dalam hal pembayaran, biaya
persalinan tersebut dicicil melalui tabungan ibu bersalin (tabulin). Cicilan
dibayar sejak seorang ibu positif hamil sampai tiba saatnya melahirkan.
Besar cicilan disesuaikan kemampuan masing-masing keluarga. Ada yang
mencicil Rp 200 seminggu atau lebih. Uang itu disimpan pada bidan desa.
Bila saat melahirkan tiba namun tabulin belum mencapai Rp 175.000, ibu
bersangkutan boleh mencicil sisa biaya setelah melahirkan.
Menurut Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) warga yang belum sanggup mencicil akan
ditalangi. Dana talangan diambil dari tabulin para ibu lain. Para ibu hamil di desa itu juga
diperiksa secara periodik (antenatal care) oleh bidan desa. Setiap ibu hamil mendapat kartu hasil
pemeriksaannya sesuai dengan status kesehatannya. Misalnya, kartu warna merah untuk ibu
hamil yang kondisinya kritis. Kartu kuning untuk ibu hamil yang mempunyai faktor risiko, dan
kartu hijau untuk kehamilan normal.
Diharapkan langkah langkah tersebut merupakan langkah preventif untuk menekan angka
kematian ibu. Oleh sebab itu program Gerakan Sayang Ibu kali ini, diharapkan menjadi
momentum untuk memperhatikan dan memprioritaskan peningkatan gizi pada ibu hamil.
Harapannya Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsa Kuat dapat terwujud

Anda mungkin juga menyukai