Anda di halaman 1dari 17

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bendung
Bendung merupakan salah satu apa yang disebut dengan Diversion Head
Work, yaitu bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang berfungsi untuk
menyadap air dari suatu sungai sebagai sumbernya.
Bendung adalah suatu bangunan konstruksi yang terletak melintang
memotong suatu aliran sungai dengan tujuan untuk menaikkan elevasi muka
air yang kemudian akan digunakan untuk mengaliri daerah irigasi. Hal ini
harus dibedakan dengan waduk yang bersifat menampung dan menyimpan air.
Pada hakekatnya bendung dapat disamakan sebagai bangunan pelimpah
( spillway ) pada bendungan ( Over Flow Weir Type).
Tujuan dan fungsi dari dibangunnya bendung antara lain :
a. Menaikkan elevasi muka air sehingga daerah irigasi yang bisa
dijangkau lebih luas.
b. Memasukkan air dari sungai kesaluran irigasi melalui saluran
pengambilan ( intake )
c. Mengontrol sedimentasi yang masuk ke saluran melalui kantong
lumpur
d. Mengurangi fluktuasi debit sungai
e. Menyimpan air dalam waktu singkat dan relatif kecil
2.2 Syarat-Syarat Konstruksi Bendung
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan bendung adalah
sebagai berikut :
a. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu
banjir dan gaya-gaya lainnya.
b. Konstruksi bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung
tanah dibawahnya.
c. Bendung harus dapat menahan rembesan ( seepage) yang
disebabkan oleh aliran sungai sendiri dan aliran air yang meresap
kedalam tanah.
d. Tinggi ambang ( puncak/cres ) bendung harus dapat memenuhi
tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah
irigasi.

I Gede Mega Antara / 1304105015

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


e. Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa
pasir, kerikil dan batu-batuan dari sebelah hulunya tanpa
menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.
f. Lokasi bendung harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Bendung dibangun pada profil sungai yang teratur serta
mempunyai kelandaian ( I ) yang kecil, sehingga penggerusan
yang terjadi saat banjir tidak terlalu besar.
2. Bendung dibangun pada bagian sungai yang lurus atau
belokan dengan jari-jari yang besar dan pengaliran yang tetap
arahnya sehingga tidak terjadi penggerusan tepi.
3. Bendung dibangun pada lokasi yang memiliki kondissi tanah
dasar yang kuat da cukup kedap air, tanggul banjir sependek
mungkin dan mudah dihubungkan dengan saluran pembawa
( saluran primer ).
4. Apabila lokasi sungai berbelok-belok maka bendung dibangun
pada sudeetan ( coupure ) yang seideal mungkin. Bendung yan
dibangun di sudetan, setelah pembangunannya selesai sungai
lama ditimbun.
2.3 Data Dalam Perencanaan Bendung
Data yang dibutuhkan dalam perencanaan bendung dalam suatu jaringan
irigasi adalah sebagai berikut :
a. Data Kebutuhan Air Irigasi : merupakan data jumlah air yang
dibutuhkan dan meliputi jumlah air yang diperlukan untuk irigasi
pertanian.
b. Data Topografi : meliputi peta seluruh daerah aliran sungai, peta
situasi untuk letak bangunan utama, gambar potongan memanjang
dan melintang sungai baik di bagian hulu maupun di bagian hilir
dari kedudukan bagnunan utama.
c. Data Hidrologi : meliputi data aliran sungai termasuk data banjir
yang andal. Data ini harus mencakup beberapa periode ulang,
daerah hujan, tipe tanah dan vegetasi yang terdapat di daerah aliran.
d. Data Morfologi : meliputi kandungan sedimen, kandungan sedimen
dasar ( bedload ) , kandungan sedimen melayang ( suspended load )

I Gede Mega Antara / 1304105015

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


termasuk distribusi ukuran butir, perubahan yang terjadi didasar
sungai secara horizontal dan vertical, kandungan kimia sedimen.
e. Data Geologi : meliputi kondisi umum permukaan tanah, keadaan
geologi lapangan, kedalaman tanah keras, sesar, kelulusan
( permeabilitas ) tanah, dan bahaya gempa bumi.
f. Data Mekanika Tanah : meliputi bahan pondasi, tegangan ijin tanah,
sumber bahan timbunan dan parameter lain yang berkaitan dengan
mekanika tanah.
g. Standar perencanaan : peraturan dan strandar yang telah ditetapkan
secara nasional seperti SNI tentang beton, baja, kayu dan lain
sebagainya.
h. Data Lingkungan
2.4 Pembagian Bendung
2.4.1

Berdasarkan Cara Pembendungannya


Pembendungan air tidak hanya terdapat puncak pelimpah yang
permanen saja, tetapi dapat juga dilengkapi dengan pintu pengatur yang
bekerja di atas puncak ambang bendung. Berdasarkan hal tersebut, maka
bendung dapat dibagi menjadi :

1.

Bendung Tetap
Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya dilakukan
oleh sebuah puncak pelimpah yang permanen. Meskipun bendung
juga dilengkapi dengan pintu, tetapi bagian dari pintu ini lebih kecil
dalam pelaksanaan pembendungan air.

2.

Bendung Gerak ( Barrage )


Jika

seluruh

pembendungan

pembendungan

atau

dilakukan

pintu.

oleh

sebagian
Pada

besar

dari

Barrage

yang

pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh pintu, maka pada


waktu banjir pintu tersebut dibuka sehingga peluapannya akan
menjadi minimum/ berkurang. Jenis-jenis bendung gerak antara
lain:
a. Bendung gerak dengan pintu sorong atau radial
b. Bendung gerak otomatis
c. Bendung gerak karet

I Gede Mega Antara / 1304105015

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


2.4.2

Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsinya bendung dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, seperti berikut ini :

1.

Bendung Pengarah ( Diversion Weir ).


Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau tanpa
pintu penutup dan terletak melintang atau memotong kedalaman
dasar sungai. Fungsinya adalah untuk membelokkan air sungai ke
saluran primer.

2.

Bendung Penahan.
Fungsinya adalah untuk menyimpan air banjir atau menahan air
banjir pada saat banjir datang sebagai penahan atau pengontrol
banjir.

2.5 Bangunan Yang Terdapat Pada Bendung


Bangunan yang terdapat pada bendung tetap antara lain sebagai berikut :
1. Tubuh Bendung ( Weir )
Tubuh Bendung adalah bagian yang selalu atau boleh dilewati air
baik dalam keadaan normal maupun air banjir.
Tubuh bendung harus aman terhadap:
a.

Tekanan air.

b.

Tekanan akibat perubahan debit yang mendadak.

c.

Tekanan gempa.

d.

Akibat berat sendiri.

Konstruksi tubuh bendung biasanya terbuat dari pasangan batu kali


atau dari beton.
2.

MercuBendung
Mercu Bendung adalah bagian teratas tubuh bendung diman aaliran
dari udik dapat melimpah ke hilir.Fungsi mercu bendung adalah
mengatur tinggi air minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk
membatasi tinggi genangan yang akan terjadi di udik bendung. Letak
mercu bendung bersama-sama tubuh bendung diusahakan tegak lurus
arah aliran yang menuju bendung terbagi merata. Di Indonesia
umumnya digunakan dua jenis mercu yaitu :

I Gede Mega Antara / 1304105015

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


a. Mercu Tipe Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisiensi
debit yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan dengan
koefisiensi bendung ambang lebar. Pada sungai, ini akan
banyakmemberikan keuntungan karena bangunan ini akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga
koefisiensi debit menjadi lebih tinggikarena lengkung
streamline dan tekanan negatif pada mercu.
b. Mercu Tipe Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bandung
ambang tajam aerasi. Oleh karena itu mercu ini tidak akan
memberikan tekanan subatmosfir pada permukaan mercu
sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana. Untuk
debit yang lebih rendah,air akan memberikan tekanan ke
bawah pada mercu.
3.

Bangunan Intake
Bangunan Intake adalah suatu bangunan pada bendung yang
berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan
sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah
masuk ke intake.

4. PintuPembilas
Pintu Pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung
yang terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Dibuat
pintu pembilas guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke
dalam saluran irigasi.
Ada empattipe pintu pembilas, yaitu:

Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan.

Pembilasbawah.

I Gede Mega Antara / 1304105015

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Shunt undersluice.

Pengambilanbawahtipeboks.

5. Kantong Lumpur.
Berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih
besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya
ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahanbahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian
dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur
dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu
ke sungai sebelah hilir.
6. BangunanPelengkap.
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan
ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :

Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran


sungai.

Pengoperasian pintu.

Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk


tenaga eksploitasi dan pemeliharaan.

Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama


mudah dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk
umum.

I Gede Mega Antara / 1304105015

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

6
7

1
2
8

5
3
4

I Gede Mega Antara / 1304105015

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Gambar 2.1 Layout Bendung

Keterangan :
1. Mercu bendung.

2. Tubuh Bendung.
3. Pintu Pembilas.
4. Intake.
5. Pintu Intake.
6. Kantong lumpur.
7. Kolam Olakan.
8. Dinding penahan Tanah
2.6 Tahapan Perencanaan Bendung
2.6.1 Menentukan Tinggi Bendung ( P )
Tinggi Bendung ( P ) adalah jarak antara lantai muka sampai
puncak bendung. Belum ada ketemtuan yang tegas mengenai harga P,
tetapi jika dilihat dari segi stabilitas bendung maka tinggi bendung yang
dianjurkan maksimum 4 meter dan minimum 0,5H ( H = tinggi energia
diatas mercu bendung ).
Peil lantai muka sama dengan peil dasar sungai. Apabila bendung
dibangun di coupure, peil lantai muka sama dengan peil dasar sungai
lama/asli, kecuali tinggi bendung lebih dari 4 meter, peil lantai muka

I Gede Mega Antara / 1304105015

10

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


dapat dibuat lebih tinggi sepanjang tidak mengganggu konstruksi pintu
pengambilan.
Tinggi bendung ini akan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti elevasi sawah tertinggi dan terjauh, tinggi genangan di sawah,
kehilangan tekanan selama perjalanan dan elevasi sungai di lokasi
bendung.

2.6.2

Menentukan Lebar Bendung ( B )


Lebar Bendung ( B ) adalah jarak antara tebok pangkal atau
tembok tepi kedua sisi sungai, gar tidak mengganggu aliran sungai maka
lebar bendung yang ideal adalah sama dengan lebar sungai. Lebar
bendung yang terlalu kecil menyebabkan terjadinya kenaikan air yang
cukup tinggi diatas mercu bendung sedangkan bendung yang dibangun
terlalu lebar, bahan pasangan yang dibutuhkan menjadi sangat banyak
dan juga menyebabbkan terjadi pengendapan di muka bendung. Dengan
mempertimbangkan

hal

tersebut

maka

lebar

bendung

dibuat/

direncanakan dengan ukuran B Bn (Bn = Lebar Sungai).


Lebar Efektif Bendung ( Bef ) adalah lebar bendung yang
bermanfaat untuk melewatkan banjir. Dengan adanya beberapa pilar
pintu pembilas maka lebar bendung efektif menjadi lebih kecil dari lebar
bendung. Pada saat banjir pintu pembilas ditutup, ujung atas pintu
pembilas tidak boleh lebih tinggi dari mercu bendung sehingga air dapat
lewat diatasnya. Kemampuan pintu pembilas untuk melewatkan banjir
dianggap hanya 80% saja sehingga lebar bendung efektif dapat dicari
dengan rumus berikut :

Bef = B b t + 0.80 b
= B t 0.20 b
Dimana :
Bef

= Lebar efektif bendung

= Lebar bendung ( B = 1,2 Bn )

I Gede Mega Antara / 1304105015

11

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


b

= Jumlah lebar pintu pembilas ( Lebar pintu ( b ) = 1/10 B )

= Jumlah tebal pilar


Tebal pilar pasangan batu dapat diambil : 2m 3m
Tebal pilar beton dapat diambil : 1m 2m

2.6.3

Perencanaan Mercu Bendung dan Kolam Olak


Di Indonesia ada dua jenis mercu bendung yang umum dipakai
yaitu mercu tipe bulat dan mercu tipe ogee. Kedua jenis mercu tersebut
dapat dipakai dari konstruksi beton maupun pasangan batu kali ataupun
kombinasi dari kedua bahan tersebut.

Gambar 2.2Bentuk-bentuk mercu bendung

1. Mercu Tipe Bulat


Bendung dengan mercu tipe bulat memiliki harga koefisien debit
jauh lebih besar ( 44 % ) dibandingkan dengan koefisien debit
bendung ambang lebar.
Jari-jari ( r ) mercu bendung tipe bulat dapat diambil antara 0,3
0,7 H1 jika bahan yang digunakan adalah pasangan batu dan jarijarinya dapat diambil sebesar 0,1 0,7 H1 jika bahan yang
digunakan adalah beton. ( H1 = tinggi energi diatas mercu ).
2. Mercu Tipe Ogee
Untuk menentukan penampang melintang bendung, kita harus
membedakan bagian hulu bendung ( upstream ) dan bagian hilir
bendung ( downstream ). Kedua bagian tersebut dipengaruhi oleh
tinggi air diatas mercu ( Hd ) dan tinggi bendung ( P ). Untuk

I Gede Mega Antara / 1304105015

12

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


mencari bagian downstream dapat menggunakan persamaan dari
U.S.Army Corps of Engineers.
Setelah perencanaan mercu bendung, maka selanjutnya adalah
menentukan dalamnya penggerusan atau dalamnya kolam olak ( T ). Untuk
menentukan dalamnya kolam olak dapat digunakan rumus SCHOKLITSCH :

T =

4,75 0,2 0,57


.h .q
d 0,32

Keterangan :
h = beda tinggi muka air di hulu dan di hilir (m)
d

= diameter batu yang jatuh ke dalam kolam olak (mm)

= kedalaman penggerusan (m)

Untuk menentukan panjangnya penggerusan ( scouring length ) atau


panjang

kolam

olak

dapat

menggunakan

persamaan

ANGERHOLZERFORMULA :
(v1 2 g Hd )

2P
Hd
g

L =

Keterangan :
v1 = kecepatan aliran pada kolam olak (m/dt)
Hd = tinggi air maksimum dari puncak mercu (m)

2.6.4

= tinggi bendung (m)

= gravitasi

Perencanaan Creep Line


Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan perbedaan
tekanan, selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena
sifat air mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut
Creep Line, maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus
diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu dinding

I Gede Mega Antara / 1304105015

13

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


vertikal.Untuk menentukan Creep Line, dapat dicari dengan rumus atau
teori:
1. Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran
adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.

L
C Bligh

2. Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa
energi yang diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertikal
lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1,
sehinggadapatdianggap :

Lv +

1
Lh C Lane
3

Catatan :
Jika 45 , maka dianggap bidang vertikal
Jika 45 , maka dianggap bidang horisontal
Dimana adalah kemiringan bidang terhadap garis horisontal
Dengan mengikuti langkah diatas maka akan didapat dua panjang
Creep Line yang berbeda yakni menurut Lane dan menurut Bligh dimana
panjang Creep Line yang digunakan di dalam perencanaan adalah diambil
yang terbesar.

2.6.5

Perhitungan Stabilitas Bendung


Dalam peninjauan stabilitas bendung, untuk menyederhanakan

perhitungan maka dibuat anggapan sebagai berikut :


1. Penijauan dilakuakn pada titik yang paling lemah ( Pot. 1-1 dan 2-2
pada gambar ).
2. Lapisan puddle ( kedap air ) tetap berfungsi dengan baik.
3. Titik guling pada peninjauan vertical adalah titik A ( pada gambar ).
4. Konstruksi bagian depan bendung akan penuh lumpur setinggi
mercu bendung.

I Gede Mega Antara / 1304105015

14

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


5. Harus diperhitungkan sekurang-kurangnya pada dua keadaan muka
air yaitu muka air normal dan muka air banjir.
6. Ditijau pula pada potongan mendatar yaitu pada bagaian atas lantai
muka ( tiap 1 m ) dan di bagian bawah lantai muka pada dua
potongan terlemah.

Gambar 2.3 Potongan Bendung


Dalam peninjauan stabilitas bendung, ada beberapa syarat-syarat yang
harus dipenuhi yaitu :
1. Pada konstruksi dengan pasangan batu, maka tidak boleh terjadi
tegangan Tarik, berarti resultant gaya yang bekerja pada tiap
potongan harus terletak pada bidang inti ( kern ).
2. Momen penahan ( Mr/Mt ) yang bekerja harus lebih besar dari pada
momen pengguling ( Mo/Mg ) dengan faktor keamanan 1,50 2,00.
3. Konstruksi tidak boleh tergeser, dengan faktor keamanan 1,50
2,00.
Ada beberapa gaya yang bekerja pada bendung yang berupa gaya tekan
yaitu sebagai berikut :
1. Gaya Berat
Gaya berat adalah gaya yang berasal dari berat konstruksi yang
berarah vertical kebawah dan garis kerjanya melalui titik berat
konstruksi. Untuk memeudahkan perhitungannya dalam stabilitas
maka penampang bendung biasanya dibagi menjadi bentuk bangun
datar ( segiempat, segitiga, trapezium dll ).
2. Gaya Gempa
Untuk daerah yang memiliki banyak gunung berapi maka gaya
gempa harus diperhitungkan terhadap konstruksi. Gaya gempa dapat
diperoleh dengan mengalikan berat konstruksi ( G ) dengan

I Gede Mega Antara / 1304105015

15

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


koefisien gempa ( f ). Koefisien gempa memiliki nilai yang berbeda
sesuai dengan arah kerja gaya gempa dan kondisi lokasi. Berikut
adalah nilai dari koefisien gempa :
a. Untuk tanah lunak dan permeabel : fv = 0,10 dan fh = 0,20.
b. Untuk tanah cadas atau batu : fv = 0,05 dan fh = 0,10.
3. Tekanan Lumpur
Apabila bendung sudah beroperasi maka akan terjadi endapan
lumpur di depan bendung dimana tinggi endapan dianggan setinggi
bendung.
4. Gaya Hidrostatis
Dalam syarat-syarat stabilitas, maka harus ditinjau dalam keadaan
banjir dan pada keadaan air normal ( air didepan setinggi mercu dan
dibelakang kosong ). Pada keadaan banjir ditinjau terhadap mercu
tenggelam dan tidak tenggelam.
5. Uplift Pressure
Uplift pressure merupakan gaya tekanan hidrostatis yang bekerja
pada setiap titik di dasar bendung denga arah tegak lurus. Gaya ini
akan selalu berusaha mencongkel bendung sehingga bentuk dan
stabilitas bendung harus mampu menahan gaya keatas tersebut.

Ux =

Hx

Lx
L

. H

Dimana :
Hx

= tinggi energi di muka bendung (m)

Lx

= jarak rayapan dari hulu sampai X (m)

= total rayapan (m)

= beda tinggi energi (m)

Ux

= uplift pressure di titik x (t/m2)

I Gede Mega Antara / 1304105015

16

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Gambar 2.4 Perhitungan Uplift Pressure


2.6.6

Perencanaan Pintu
Pintu pengambilan berfungsi untuk mengatur banyaknya air yang
masuk dan mencegah masuknya benda-benda padan dan kasar ke dalam
saluran. Pada suatu bendung pintu pengambilan bisa hanya satu buah
maupun dua buah yaitu di sebelah kiri dan kanan sisi sungai tergantung
daerah irigasi yang ingin diairi. Terkadang untuk pengambilan dengan
debit yang kecil, pengambilan air bisa dilewatkan melalui goronggorong pada tubuh bendung.
Pintu pengambilan biasanya dibuat miring dari arah aliran sungai
dengan sudut ( ) antara 45 - 60 dan disesuaikan dengan kondisi
bendung. Tinggi ambang pengambilan sangat bergantung dari material
yang terbawa oleh sungai. Sebagai pegangan tinggi ambang minimum
yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Tinggi ambang 0,50 m , jika sungai membawa lumpur dengan Vmin
= 1 m/dt
b. Tinggi ambang 0,75 1,00 m , jika sungai membawa pasir dan
kerikil dengan Vmin = 1,50 m/dt
c. Tinggi ambang 1,00 1,50 m, jika sungai membawa batu-batu
dengan Vmin = 2,00 m/dt
Bangunan pembilas adalah bangunan yang dibuatuntuk mencegah
masuknya bahan sedimenkasar ke dalam jaringan saluran irigasi.
Kecepatan pembilasan sangat ditentukan oleh diameter butiran dari
material yang hanyut. Pintu pembilas direncanakan pada kondisi pintu
dibuka sebagian dan pada kondisi pintu dibuka penuh.

2.6.7

Perencanaan Kantong Lumpur


Kantong lumpur merupakan perbesaran dari penampang melintang
saluran primer sampai panjang tertentu baik diperdalam maupun
diperlebar dengan tujuan untuk mengurangi kecepatan aliran dan
memberikan kesempatan pada sedimen untuk mengendap.

I Gede Mega Antara / 1304105015

17

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


Dalam perencanaan kantong lumpur sangat dipengaruhi oleh keadaan
topografi terutama dalam pemilihan lokasi maupun untuk menempatkan
kemiringan dasar kantong lumpur yang cukup efektif untuk membilas
endapan ( kehilangan energy harus cukup tinggi ). Data yang diperlukan
dalam perencanaan kantong lumpur meliputi :
1. Ukuran butir
2. Volume sedimen ( jumlah sedimen yang masuk antara periode
pembilasan ).
3. Penyebaran kearah vertikal.
4. Sedimen layang dan sedimen dasar.
Untuk mendimensi kantong lumpur perlu diperhatikan gambar berikut ini :

Gambar 2.5 Kantong Lumpur


Partikel yang masuk ke kolam pada A, dengan kecepatan endap
partikel w dan kecepatan aliran v harus mencapai dasar pada C. ini berakibat
bahwa, partikel selama waktu ( H/w ) yang diperlukan untuk mencapai dasar
akan bergerak ( berpindah ) secara horizontal sepanjang jarak L dalam waktu
L/v. Kondisi diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
, dimana
, sehingga
Persamaan diatas dapat digunakan untuk membuat perkiraan awal kemudian
dikoreksi dengan persamaan berikut :
0,5

2
Q
v ( H 0,2 )
LB= .
. .
w 7,51 w
H
Keterangan :
H = Kedalaman aliran saluran ( m ).
w = Kecepatan endapan partikel sedimen ( m/dt ).
L = Panjang kantong lumpur ( m ).
v = Kecepatan aliran air ( m/dt ).
Q = Debit aliran ( m/dt ).
B = lebar kantong lumpur ( m ).
= perbandingan jumlah sedimen diendapkan ( D ) dengan

sedimen yang diangkut ( T ).


= 0 untuk D/T = 0,5

I Gede Mega Antara / 1304105015

18

Perancangan Irigasi dan Bangunan Air


= 1,2 untuk D/T = 0,95
= 1,55 untuk D/T = 0,98
Dimensi kantong lumpur sebaiknya juga harus sesuai dengan kaidah
bahwa L/B >8 untuk mencegah agar aliran tidak meander di dalam kantong
lumpur.

I Gede Mega Antara / 1304105015

19

Anda mungkin juga menyukai