Anda di halaman 1dari 4

A.

Definisi Income Smoothig


Menurut Belkaoui perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari
tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke
periode-periode yang kurang menguntungkan.Income Smoothing adalah bentuk manajemen
pendapatan yang merefleksikan akibat atau hasil ekonomi, bukan karena hasil-hasil tersebut,
melainkan karena manajemen menghasilkan kualitas laba atau keuntungan yang lebih rendah
karena pendapatan tidak menggambarkan kinerja ekonomi suatu bisnis selama periode tertentu.

B. Tujuan Income Smoothing


Perataan laba mempunyai tujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan
guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
harga pasar perusahaan.
Menurut Foster dalam penelitian Dwimulyani dan Abraham, tujuan perataan laba adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang
akan datang.
2. Memprediksi citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko
yang rendah.
3. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemajuan manajemen.
4. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
5. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
C. Dimensi-dimensi Perataan

Dimensi perataan pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk melakukan perataan
angka income. Dascher dan Malcolm membedakan antara perataan riil dan perataan artifisial
sebagai berikut :
Perataan riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar
efek perataannya terhadap income. Sedangkan perataan artifisial merujuk pada prosedur
akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari satu
periode ke periode yang lain.
Kedua tipe perataan tersebut mungkin tidak dapat dibedakan untuk kedua tipe tersebut. Uji
operasional disarankan adalah mencocokkan kurva dengan arus dua income dihitung dengan
dua cara :
a) Mengeluarkan variabel manipulatif yang mungkin dan
b) Memastikannya.
Selain perataan riil dan artifisial, juga dikenal perataan klasifikator sebagai dimensi perataan
yang ke tiga. Barnet et.al membedakan tiga dimensi sebagai berikut :
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa atau pengakuan.
2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu.
3. Perataan melalui klasifikasi (sehingga disebut perataan klasifikator).

D. Teknik Perataan Laba


Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba diantaranya ialah (Sugiarto, 2003:
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi.atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen
dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen
sendiri (accruals) misalnya biaya riset dan pegembangan.

2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai


wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu.
Misalnya: jika penjualan meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset
dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba.
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan
pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya jika pendapatan non-operasi
sulit didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan
operasi atau pendapatan non-operasi.

Obyek income Smoothing


Sasaran dalam melakukan perataan laba dapat difokuskan pada aktivitas yang umumnya
dilakukan oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi aliran dana atau informasi. Artinya untuk
menciptakan laporan keuangan yang diinginkan, manajemen dapat memasukkan informasi yang
seharusnya dilaporkan pada periode yang telah lalu atau yang akan datang ke dalam laporan
periode saat ini atau sebaliknya.Beberapa unsur dalam laporan keuangan yang sering kali
dijadikan sasaran untuk melakukan perataan laba, antara lain.
1. Unsur Waktu
Perataan laba yang melalui periode waktu tertentu dapat dilakukan dengan tiga cara :
a. Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya kejadian tertentu melaui kebijakan yang
dimiliki untuk mengurangi variasi laba yang dilaporkan.
b. Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu utnuk beberapa periode
akuntansi.
c. Manajemen memilki kebijakan sendiri untuk mengklaisfikasikan pos-pos laba atau rugi
tertentu dalam kategori yang berbeda.
2. Unsur Penjualan, yaitu:

a.

Pada saat pembuatan faktur penjualan, misalnya pihak manajemen melakukan transaksi
penjualan yang sebenarnya terjadi untuk periode yang akan datang tetapi pembuatan
fakturnya dilakukan dan dilaporkan sebagai penjualan pada periode saat ini.

b.

Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
penghasilan perusahaan periode saat ini menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya
dilaporkan.

c.

Dengan cara downgrading (menurunkan nilai produk), misalnya dengan cara


menuliskan dalam faktur penjualan bahwa produk yang dijual termasuk dalam
kelompok produk rusak atau cacat, sehingga harga yang tercantum menjadi lebih rendah
dari harga yang sebenarnya terjadi. Dengan hasil akhir dalam laporan keuangan bahwa
penghasilan dari penjualan perusahaan menjadi lebih rendah dari penjulan yang
seharusnya terjadi.

3. Unsur Biaya, Yaitu:


a. Mencegah faktur pembelian misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau pesanan
dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dan selanjutnya
dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda, sehingga kemudian dilaporkan
ke dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda.
b. Dengan memecah faktur pembelian juga memungkinkan terjadinya peningkatan biaya
angkut barang dan atau peningkatan baiaya administrasi yang semula hanya satu kali
menjadi beberapa kali.
c. Mencatat biaya dibayar dimuka (prepayment) sebagai biaya. Misalnya melaporkan sewa
dibayar dimuka untuk periode yang akan datang sebagai biaya sewa untuk periode saat
ini.

Anda mungkin juga menyukai