sehingga inhibisi enzim ini akan menginhibizi juga sintesis mycolic acid.
Spectrum antibakteri : bacteriocidal melawan mycobacterium intraselular dan
ekstraselular yang tumbuh secara aktif.
Resistensi : berhubungan dengan beberapa mutasi kromosom, seperti mutasi atau delesi
KatG yang menyebabkan prodrug isoniazid tidak dapat di aktivasi kemudian mutasi pada
acyl carrier protein atau produksi berlebih pada acyl carrier. Tidak Resistensi silang antar
obat anti tuberculosis.
Farmakokinetik : cepat di absorpsi dengan pemberian oral, absorpsi terhambat bila
pemberian oral disertai makanan berkarbohidrat dan antacid. Obat berdifusi pada semua
cairan tubuh, sel, dan material kaseosa. Level obat pada CSF sama dengan serum. Obat
cepat berpenetrasi pada sel dan efektif melawan bakteri intraselular. Dimetabolisme di
hati secara acetylasi, isoniazid di acetylasi oleh N acetyl transerase menjadi N
acetylisoniazid lalu di biotranformasi menjadi isonicotinic acid dan monoacetylhidrazine
yang berhubungan dengan hepatotoksik. Laju acetylasi berbeda pada setiap orang
tergantung pada genetiknya. Slow acetylated dikarakteristikan dengan rendahnya hepatic
N acetyltranferase. 50 70 % dosis isoniazid Diekskresika diurin dalam 24 jam berupa
metabolite. Pengurangan dosis direkomendasikan untuk slow acetylators with hepatic
failure.
Efek samping :
- Insiden efek samping isoniazid diperkirakan 5.4% pada lebih dari 2000 pasien.
- Reaksi yang paling tampak adalah rash (2%), fever (1.2%), jaundice (0.6%), dan
peripheral neuritis (0.2%) (most commonly paresthesias of feet and hands) bisa
diatasi dengan pemberian suplemen pyridoxine atau vitamin B6.
rashes.
Hematological reactions juga bisa terjadi (agranulocytosis, eosinophilia,
thrombocytopenia, anemia).
Arthritic symptoms (back pain; bilateral proximal interphalangeal joint
involvement; arthralgia of the knees, elbows, and wrists; and the "shoulder-hand"
RIFAMPICIN
Golongan : antituberculotic agent
Indikasi : treatment tuberculosis
Kontraindikasi : hipersensitivitas pada rifampicin, diberikan bersama ritonavir boosted
squinavir karena meningkatkan hepatotoksisitas,
MOA : rifampicin menginhibisi DNA dependent RNA polymerase yang menyebabkan
terhambatnya sintesis RNA dan menyebabkan kematian sel.
Spectrum antibakteri : rifampicin memiliki aktivitas antimicrobial lebih luas disbanding
isoniazid dan bersifat bactericidal untuk intraselular dan ekstraselular mycobacterium.
Resistensi : mutasi pada rifampicin bisa disebabkan karena mutasi pada affinitas bakteri
DNA dependent RNA polymerase pada obat atau karena penurunan permeabilitas bakteri
terhadap obat
Farmakokinetik :
- Pemberian rifampin secara oral menghasilkan puncak konsentarsi pada plasma
-
siklus enterohepatik
Half-life rifampin bervariasi dari 1.5 - 5 jam.
30% diekskresikan di urine sebagai metabolis dan 60%-65% di feces.
Rifampin didistribusikan ke seluruh tubuh dengan konsentrasi yang efektif pada
seluruh cairan tubuh, termasuk CSF. Sehingga obat ini dapat menyebabkan warna
merah pada urine, feces, saliva, sputum, airmata dan keringat sehingga pasien