Setelah Bekerja
dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 hingga pukul 07.00 pagi, jika menurut keterangan
dokter bekerja antara waktu kerja tersebut akan membahayakan kandungan maupun diri
perempuan yang bersangkutan.
3. Ketentuan Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Diluar
organisasi/perusahaan
dilarang
menggunakan
tenaga
kerja
asing.
Organisasi/perusahaan yang ingin menggunakan tenaga asing harus memperoleh izin terlebih
dahulu dari menteri/pejabat terkait dan juga harus membuat perencanaan penggunaan tenaga
asing tersebut yang disahkan oleh menteri/pejabat terkait. Rencana penggunaan tenaga asing
tersebut harus memuat antara lain:
a. Alasan penggunaan tenaga kerja asing.
b. Jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja asing dalam struktur organisasi.
c. Jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing.
d. Penunjukan tenaga kerja warga Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing yang
dipekerjakan.
4. Ketentuan Penggunaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh
Organisasi /perusahaan dapat menggunakan jasa dari penyedia jasa pekerja/buruh
(outsourcing) untuk melaksanakan pekerjaan yang bukan kegiatan pokok organisasi/perusahaan
yang bersangkutan. Pekerjaan yang bukan kegiatan pokok organisasi/perusahaan adalah
kegiatan penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi usaha pokok
(core business) suatu organisasi/perusahaan, seperti pelayanan kebersihan (cleaning service),
penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering), atau jasa pengamanan (security).
Penyedia jasa pekerja/buruh yang akan digunakan oleh perusahaan harus berbadan hukum
dan memiliki izin usaha dari instansi terkait dengan bidang ketenagakerjaan. Hubungan kerja
antara perusahaan dengan penyedia jasa pekerja/buruh dilakukan melalui perjanjian kerja yang
dibuat secara tertulis dan merupakan perjanjian kerja untuk waktu tertentu.
C.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis atau secara lisan. Perjanjian kerja yang dibuat
secara tertulis harus memuat sekurang-kurangnya tentang:
Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha.
Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh.
Jabatan atau jenis pekerjaan.
Tempat pekerjaan.
Besarnya upah dan cara pembayarannya.
Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh.
Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja.
Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.
Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis harus dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perjanjian kerja yang telah ditanda tangani oleh
pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah,
kecuali atas persetujuan para pihak terkait. Dan segala hal dan/atau biaya yang diperlukan bagi
pelaksanaan pembuatan perjanjian kerja menjadi tanggungjawab pengusaha.
a.
b.
c.
d.
e.
PHK karena permintaan penguduran diri yang diajukan sesuai dengan persyaratan
di atas tidak memerlukan penetapan dari pengadilan hubungan industrial. Bentuk
kedua PHK oleh pekerja adalah PHK karena permohonan kepada pengadilan
hubungan industrial. Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan pemutusan
hubungan kerja kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
dalam hal pengusaha melakukan perbuatan:
Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja/buruh.
Membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 bulan berturut-turut.
Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja/buruh.
Memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang diperjanjikan.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Masa Kerja
Kurang dari satu tahun
Satu tahun atau lebih tetapi kurang dari dua tahun
Dua tahun atau lebih tetapi kurang dari tiga tahun
Tiga tahun atau lebih tetapi kurang dari empat tahun
Empat tahun atau lebih tetapi kurang dari lima tahun
Lima tahun atau lebih tetapi kurang dari enam tahun
Enam tahun atau lebih tetapi kurang dari tujuh tahun
Tujuh tahun atau lebih tetapi kurang dari delapan tahun
Delapan tahun atau lebih
Besarnya
Pesangon
1 bulan upah
2 bulan upah
3 bulan upah
4 bulan upah
5 bulan upah
6 bulan upah
7 bulan upah
8 bulan upah
9 bulan upah
Tabel 1
Perhitungan Uang Pesangon
Masa Kerja
Tiga tahun atau lebih tetapi kurang dari enam tahun
Enam tahun atau lebih tetapi kurang dari sembilan tahun
Sembilan tahun atau lebih tetapi kurang dari dua belas tahun
Dua belas tahun atau lebih tetapi kurang dari lima belas tahun
Lima belas tahun atau lebih tetapi kurang dari delapan belas tahun
Delapan belas tahun atau lebih tetapi kurang dari dua puluh satu tahun
Dua puluh satu tahun atau lebih tetapi kurang dari dua puluh empat tahun
Dua puluh empat tahun atau lebih
Besarnya
Penghargaan
2 bulan upah
3 bulan upah
4 bulan upah
5 bulan upah
6 bulan upah
7 bulan upah
8 bulan upah
10 bulan upah
Tabel 2
Perhitungan Uang Penghargaan Masa Kerja
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama.
2. Besarnya Uang Pesangon, Uang Penghargaan, dan Uang Pengganti Hak
Pada dasarnya pekerja/buruh berhak atas uang pesangon, uang penghargaan masa
kerja, dan uang pengganti kerugian jika terjadi pemutusan hubungan kerja. Namun
demikian, besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang
pengganti kerugian tergantung pada jenis dan penyebab PHK. Berikut beberapa
ketentuan pokok yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
menyangkut besarnya pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja,
dan uang pengganti kerugian jika terjadi PHK.
a. Jika terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat terjadi perubahan status, penggabungan,
peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan maka ada dua kemungkinan skema
pembayaran uang pesangon, uang penghargaan, dan uang pengganti hak.
1) Jika pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, maka pekerja/buruh berhak
atas uang pesangon sebesar satu kali sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (2) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003; uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali sesuai ketentuan Pasal
156 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003; dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
2) Jika pengusaha tidak bersedia menerima pekerja/buruh di perusahaannya, maka
pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar dua kali sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat
(2); Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali
sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003; dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
b. Jika terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat dari penutupan perusahaan yang
disebabkan oleh perusahaan mengalami kerugian selama dua tahun secara terus-menerus,
atau keadaan memaksa (force majeur), maka pekerja/buruh berhak atas uang pesangon
sebesar satu kali sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003;
uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (3) UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003; dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat
(4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.