Kelompok 4
Kelompok 4
PEMBAHASAN
A. Investasi
Investasi disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal.
Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran
penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menembah kemampuan produksi barangbarang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang
modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan
jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk
menggantikan barang-barang modal yang lamayang telah haus dan perlu didepresiasikan
Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang
dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan dalam investasi (atau
pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaranpeneluaran berikut :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralartan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan
pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan
barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan
pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga jenis komponin investasi tersebut dinamakan investasi bruto,
yaitu ia meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam
perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi
bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat investasi neto.
B. Penentu-penentu tingkat investasi
berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga) yang
membelanjakan bagian terbesar dari pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa
yang mereka butuhkan, penanaman-penanaman modal melakukan investasi bukan untuk
memenuhi kebutuhan mereka tetapin untuk mencari keuntungan. Dengan demikian
banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan
tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para penguasa. Disamping di tentukan oleh
1
harapan di masa depan untuk memperoleh untung , beberapa faktor lain juga penting
peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam
perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah :
1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
2. Suku bunga.
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
4. Kemajuan teknologi.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
Bagaimana berbagai faktor di atas akan mempengaruhi kegiatan investasi
dibicarakan dalam uraian-uraian berikut. Terlebih dahulu akan diperhatikan hubungan
di antara ramalan keuntungan yang akan diperoleh dengan suku bunga dan tingkat
investasi (faktor dalam 1 dan 2) sesudah itu akan diperhatikan faktor-faktor lain yang
menentukan investasi.
C. Tingkat pengambilan modal
Pendapatan yang diterimadari suatu kegiatan menanam modal biasanya akan
diterima dalam beberapa tahun. Mungkin dealam dua tahun peretama keuntungan
belum diperoleh, dean baru semenjak tahun ketiga hasil perjualan melebihi
pengeluaran. Seterusnya, walaupun keuntungan dalam tahun ketiga adalah sama
dengan tahun keenam (misalnya jumlahnya adalah seratus juta rupiah), dari segi
pandangan perusahaan nilai keuntungan sebenarnya adalah berbeda. Keuntungan di
tahun ketiga adalah lebih bernilai dari keuntungan keenam, oleh karena nilai sekarang
dari keuntungan tersebut berbeda.
1. Menghitung nilai sekarang dari pendapatan yang diperoleh di masa depan atau
menghitung tingkat pengambilan modal (keuntungan) merupakan cara yang
digunakan perusahaan-perusahaan untuk menilai kesesuaian dari suatu investasi
yang akan dilakukan.
Sesuatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila
nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar daripada nilai
sekarang modal yang diinvestasikan. Nilai sekarang pendapatan di masa depan
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
NS =
Y1
Y2
Y3
Yn
+
+
++
(1+r ) (1+r )2 ( 1+ r ) 3
(1+ r)n
Y1
Y2
Y3
Yn
+
+
++
(1+r ) (1+r )2 ( 1+ r ) 3
(1+ r)n
kepada jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengambilan modal yang
diramalkan akan diperoleh, analisis makroekonomi membentuk suatu kurva yang
dinamakan efisiensi investasi marjinal (marginal efficiency of investment). Berdasarkan
hal-hal yang dihubungkannya, efisiensi investasi marjinal dapat didefinisikan sebagai:
suatu kurva yang menunjukkan hubungan di antara tingkat pengembalian dan jumlah
modal yang akan diinvestasikan. Untuk memperjelas arti konsepefisiensi
investasi
marjina, dalam gambar 4.2 ditunjukkaan satu contoh dsari kurva efisiensi investasi
marjinal (MEI).
investasi
yang
harus
dlakukan
kita
perlu
menghubunhkan kurva MEI dengan suku bunga, yaitu seperti yang terdapat dalam
2 Ibid hal 126
4
Gambar 4.3. pada suku bunga sebesar r1 terdapat investasi I1yang mempunyai tingkat
pengambilan modal sebanyak r1 atau lebih. Maka pada suku bunga sebanyak r 1investasi
yang akan dilakukan perusahaan adalah I1 Apabila suku bunga adalah r1 diperlukan
modal sebanyak I1 untuk mewujudkan investasi yang mempunyai tingkat pengambilan
modal r1 atau lebih. Dengan demikian pada suku bunga sebanyak r1 investasi yang akan
dilakukan sebanyak I13
F. Bentuk dan hedudukan fungsi invetasi
Dalam analisis makroekonomi yang diperhatikan adalah investasi otonom. Investasi
otonom berarti pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional.
Dengan kata lain, tinggi rendahnya pedapatan nasional tidak menentukan jumlah
investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Berdasarkan pandangan ini maka
kurve investasi berbentuk sejajar dengan sumbu datar, yaitu seperti yang digambarkan
oleh kurve I I dan I dalam Gambar 4.4. 4
Analisis
makrekonomi
tidaklah
mengabaikan
pengaruh
tingkat
pendapatan
keadaan yang akan mendorong pertumbuhan investasi. Makin baik keadaan masa depan,
makin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para penguasa.oleh sebab itu
mereka akan lebih mendorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau sedang
dirumuskan dan direncanakan.
H. Present Value
Nilai sekarang atau present value adalah berapa nilai uang
saat ini untuk nilai tertentu di masa yang akan datang. Present
value atau nilai sekarang bisa di cari dengan menggunakan rumus
future value atau dengan rumus berikut ini :
P = Fn/ ( 1 + r )
Keterangan :
Fn
= Suku bunga
-360.n
I. Future Value
Nilai yang akan datang atau future value adalah nilai uang di
massa yang akan datang dengan tingkat bunga tertentu.Future
value atau nilai yang akan datang dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Fn = P ( 1 + r )
Keterangan:
Fn
= Suku bunga
360.n5
moneter adalah
proses
mengatur persediaan
atau lebih
sejahtera.
"margin
bertujuan
untuk
mencapai
keseimbangan
internal
Apabila
terganggu,
maka
kestabilan
kebijakan
dalam
kegiatan
moneter
dapat
perekonomian
dipakai
untuk
moneter
adalah
upaya
untuk
mencapai
tingkat
moneter
mengurangi/membatasi
ketat (tight
jumlah
uang
money
policy)
beredar.
untuk
Kebijakan
ini
moneter
longgar (easy
money
policy)
untuk
gairah
untuk
berusaha,
maka
akan
pemerintah
kepada
masyarakat.
Surat
berharga
tingkat
bunga
bank
sentral,
serta
sebaliknya
10
Kredit selektif
Politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara memperketat pemberian kredit
Politik sanering
Ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI
pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang
dari
Rp.1.000
menjadi
Rp.1
11
Sikap masyarakat, baik masyrakat eksternal (wajib pajak) maupun masyarakat internal
(aparatur perpajakan).
Pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya pikul dan daya beli masyarakat sekaligus
meningkatkan kemampuan wajib pajak membayar pajak.
Fungsi regulerend adalah fungsi untuk mengatur yang digunakan pemerintah
dibidang ekonomi, moneter, sosial, budaya maupun politik agar tercapai tujuan yaitu
memperoleh dana-dana yang akan digunakan untuk investasi publik sehingga secara tidak
langsung dapat menyalurkan penghasilan swasta (private saving) ke arah sektor-sektor
yang produktif maupun digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran yang
menghambat pembangunan. Jadi fungsi regulerend adalah fungsi pajak untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu pemerintah. Contohnya adalah pengaturan dalam bidang ekonomi,
misalnya pemerintah tidak menghendaki industri dalam negeri mengalami gulung tikar
karena kalah bersaing dengan industri luar negeri maka untuk mencegah hal tersebut
pemerintah lalu membuat peraturan berupa pengenaan tarif yang tinggi bagi hasil
produksi luar negeri yang akan masuk (impor) ke Indonesia. Dengan menerapkan tarif
tinggi maka tentu harga barang-barang dari luar akan lebih tinggi hargnya sehingga sulit
dijangkau oleh sebagian basar anggota masyarakat, dibanding dengan produksi dalam
negeri yang harganya lebih murah. Jadi tujuan yang ingin dicapai pemerintah dalam
lewat tarif yang tinggi ini adalah untuk melindungi industri dalam negeri. Namun ada
saat-saat tertentu pemerintah memberikan kebijakan mengenai tax holiday atau
pembebasan pajak dalam masa tertentu bagi investor asing. Dengan memberikan tax
holiday maka diharapkan banyak investor asing menanamkan modalnya yang sangat
dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Peraturan yang berhubungan dengan
penanaman modal adalah:
masyarakat yang cenderung untuk hidup mewah sehingga mungkin terjadi gangguan
sosial. Untuk itu terhadap barang mewah seperti seperti mobil dan barang-barang lain
yang dianggap mewah dikenakan tarif pajak yang tinggi, sehingga konsumen yang ingin
hidup mewah pasti memikul beban yang makin tinggi. Sehingga secara teorits terjadi
redistribusi pendapatan dalam masyarakat dan sesuai dengan anjuran pemerintah untuk
12
bisa
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
sekaligus
meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Mengenai insentif pajak dan daya saing investasi, para investor sudah lama
merindukan paket kebjakan insentif dari pemerintah. Isinya, paket kebijakan yang bersifat
memberi kemudahan baik dalam soal perizinan, pajak, kepabeanan, suku bunga dan lainlain. Hal tersebut diharapkan dapat menurunkan biaya produksi, biaya modal dan
meningkatkan daya saing. Pemikiran tersebut realistis, mengingat jika investasi berjalan
baik, industri berkembang, menyerap tenaga kerja, daya beli rakyat meningkat, dan dari
mereka akan mengalir pembayaran pajak. Secara tidak langsung penduduk miskin dapat
dikurangi, melalui pemanfaatan pajak oleh berbagai institusi/ departemen lain. Problem
daya saing investasi (penanaman modal) memang tidak dapat lagi dianggap remeh sebab
ada beragam keterkaitan yang melingkupinya, termasuk sektor perpajakan dan adanya
tuntutan koordinasi pusat-daerah dalam hal membuat regulasi. Untuk negara berkembang
pemberian insentif (pajak) harus selektif karena sangat mahal dan dapat menciptakan
13
Sistem Hukum yang terdiri dari substansi, aparatur dan legal culture.
14
15
Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan untuk Usaha Patungan dalam rangka
Penanaman Modal Asing.
Dalam rangka mengatasi kendala-kendala mengenai penanaman modal dan selaras
dengan ikut sertanya Indonesia dalam GATT/WTO, maka Pemerintah mengajukan
Rancangan Undang-Undang Investasi yang baru ke Parlemen. Setelah mendapat
persetujuan Parlemen, Presiden menandatanganinya sebagai UU No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal yang sudah jauh lebih baik di bandingkan dengan undangundang sebelumnya. Substansi dalam undang-undang ini ada beberapa hal baru,
dimana ada yang tidak diatur seperti perlakuan yang sama terhadap penanam modal,
tanggung jawab penanam modal, sanksi bagi penanam modal, hak atas tanah,
larangan pemegang saham nominee, penyelanggaraan urusan penanaman modal,
koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal dan kawasan ekonomi khusus.
Selain memuat ketentuan yang bersifat memberi insentif, UU No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal juga menyebutkan beberapa ketentuan yang bersifat
pembatasan, yaitu penanaman modal asing harus memprioritaskan tenaga kerja
Indonesia dan pemegang saham nominee di larang. Larangan pemegang saham
nominee merupakan substansi baru dalam peraturan perundang-undangan
penanaman modal di Indonesia. Tujuan pengaturan larangan pemegang saham
nominee adalah untuk menghindari terjadinya perseroan yang secara normatif dimiliki
seseorang tetapi secara materi atau substansi pemilik perseroan tersebut adalah orang
lain. Secara teknis, praktek kepemilikan saham melalui nominee dilakukan oleh dua
pihak. Satu pihak karena sesuatu pertimbangan tidak dapat atau dapat menjadi pemilik
saham, tetapi tidak menjadi pemilik saham pada perseroan sehingga menggunakan
pihak lain sebagai nomineenya. Dalam keadaan lain, pihak-pihak tertentu sebenarnya
dapat menjadi pemegang saham PT Indonesia tertentu. Pada dasarnya yang
bersangkutan adalah warga negara Indonesia yang dapat menjadi pemilik saham.
Tetapi, karena berbagai pertimbangan (diantaranya menghindari public exposure yang
berlebihan) yang bersangkutan tidak memunculkan nama sendiri sebagai pemegang
saham pada perseroan namun memilih menggunakan nominee untuk mewakili
kepentingannya.Terlepas dari prokontra lahirnya UU No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman
Modal,
pada
kenyataannya
undang-undang
ini
telah
mampu
16
Untuk itu, dalam rangka pelaksanaan UU No. 25 Tahun 2007 perlu di lakukan
sinkronisasi peraturan perundang-undangan agar lebih relevan.
Insentif dan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Investasi adalah pengeluaran penanam modal atau perusahaan untuk membeli barangbarang modal dan perlengkapan produksi yang akan menambah kemampuan
memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi pada
hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana yang ada saat ini dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.
Pasar modal (capital modal) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka
panjang dan merupakan pasar yang konkret. Dana jangka panjang adalah dana yang
jatuh temponya lebih dari satu tahun. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu
tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi tempat efek-efek diperdagangkan
yang disebut bursa efek. Pengertian bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem
yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian efek adalah setiap surat berharga
(sekuritas) yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya: surat pengakuan utang, surat
berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti utang, bukti right
(right issue), dan waran (warrant).
Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976
tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang
dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67).
Menurut UU tersebut, bursa adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai
kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang
dikategorikan sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim
dikenal sebagai efek.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtar karyawan, Thomas F. Dernburg, 2002 Makro Ekonomi,: Erlangga
Eugene A. Diulio, Ph.D, 2000 Teori Makro Ekonomi, Erlangga,
18
Sadono Sukirno, Jakarta 2012, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Tiga,
PT Raja Grafindo Persada,
https://www.google.com/search?
q=kesimpulan+modal+dan+investasi&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefoxb-ab
19