Ekonomi Indonesia
Ekonomi Indonesia
Disusun oleh :
Marifatul Iza (E20152129)
KATA PENGANTAR
Segenap puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT. karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini disusun
salah satunya untuk memenuhi tugas Ekonomi Indonesia yang dibimbing oleh Dosen
Suprianik SE. M,Si.
Kesuksesan ini dapat kami dapatkan tentunya karena bantuan banyak pihak. Kami
ucapkan banyak terimakasih kepada Dosen kami yang sudah membimbing kami dan segenap
Mahasiswa IAIN jember yang juga membantu penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang ada dalam makalah
ini. Kami akan menampung segala kritik dan saran dari pembaca untuk selanjutnya akan
kami jadikan bahan pertimbangan untuk menyempurnakan makalah kami.
Akhirnya kami selaku penyusun makalah berharap semoga makalah ini dapat menjadi
tambahan ilmu dan bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan dan meningkatkan pelayanan kepada
wajib pajak dan untuk lebih memberikan kepastian hukum serta mengantisipasi
perkembangan di bidang teknologi informasi dan perkembangan yang terjadi dalam
ketentuan-ketentuan material di bidang perpajakan telah dilakukan beberapa kali
perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.Tercatat Dalam sejarahnya Indonesia sudah 3 kali mengeluarkan
kebijakan pengampunan Pajak , yaitu pada tahun 1964, 1984 dan 2008.
Dalam transisi pemberlakuan Undang-Undang perpajakan, yaitu Undang-Undang
Nomor. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan terdapat
keringanan yang diberikan bagi Wajib Pajak, adapun bentuk keringanan pajak tersebut
adalah semacam bentuk pengampunan pajak, bentuk pengampunan pajak tersebut
tercantum/termuat dalam Pasal 37 A, yang isinya sebagai berikut:
1) Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih
harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu
1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini, dapat diberikan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas
keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2) Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini diberikan Penghapusan sanksi administrasi atas
pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali
terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan yang
disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan lebih bayar.
Ketentuan baru dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 37 A memberikan fasilitas pengampunan
pajak kepada Wajib Pajak, yaitu dengan Kebijakan yang dikenal sebagai "Sunset Policy".
Tujuan utama Sunset Policy adalah peningkatan penerimaan pajak dan peningkatan
kepatuhan pajak. Dengan program ini diharapkan dapat menghasilkan tambahan bagi
penerimaan pajak yang selama ini belum atau kurang dibayar untuk mendongkrak tax
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH:
pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
1. Iuran dari rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang (bukan
2.
3.
barang).
Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
4.
oleh pemerintah.
Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oelh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
a) Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi), contoh: Pajak Kendaran Bermotor dan
Bea Baik Nama Kendaraan Bermotor.
b) Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota), contoh: Pajak Hotel dan
Restoran (pengganti Pajak Pembangunan I), Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
dan Pajak Penerangan Jalan.
F. Tata Cara Pemungutan Pajak
1. Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
a. Stelsel nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan
atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan
lebih relistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada
akhir periode(setelah penghasilan riil diketahui).
b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Misalnya, penghasilan suatu tahun yang dianggap sama dengan tahun sebelumnya,
sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkam besarnya pajak yang
terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat
dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila
besarnya pajak manurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut anggapan maka
Wajib Pajak harus menambah. Sebaiknya, jika lebih kecil, kelebihannya dapat
diminta kembali.
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun
dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dam negeri.
b. Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak
bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan
Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wjaib Pajak
luar negeri.
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System
Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
I. Pengertian Pengampunan Pajak
Sebagaimana diberitakan, demi menarik pulang sebagian dari sekitar Rp 3.000 triliun
lebih uang masyarakat Indonesia yang tersimpan di perbankan Singapura, pemerintah
berniat menawarkan pengampunan pajak atau dikenal juga dengan Tax Amnesty. Seperti
yang kita ketahui Tax amnesty merupakan bentuk pengurangan atau penghapusan Sanksi
Pajak dari Wajib Pajak (WP). Tax amnesty sendiri terbagi dalam 2 jenis, yaitu: 1) Soft Tax
Amnesty atau lebih dikenal dengan Sunset Policy; dan 2) Hard Tax Amnesty.
a. Soft Tax Amnesty (Sunset Policy)
Soft Tax Amnesty merupakan pengurangan atau penghapusan Sanksi Adminsitratif
pajak dari Wajib Pajak. Sanksi Administratif ini dapat berupa:
1) Denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang
berkaitan dengan kewajiban pelaporan.
2) Bunga adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang
berkaitan dengan kewajiban pembayaran pajak.
3) Kenaikan adalah sanksi administrasi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang harus
dibayar, terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam
ketentuan material.
Dasar Hukum Soft tax amnesty ada pada Pasal 37 A UU KUP, yang berbunyi:
1)
2)
Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini diberikan Penghapusan sanksi administrasi atas
pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali terdapat data atau
bahwa akan ada Penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan yang saat ini masih
dirancang di badan legislatif.
J. Syarat-syarat Pengampunan Pajak
Agar Wajib Pajak (WP) berhak mendapat pengampunan ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi. Dasar hukum Syarat-syarat ini diatur dalam pasal 2 Keputusan Presiden
Nomor 26 tahun 1984 tentang Pengampunan Pajak dan Pasal 4 UU KUP, yaitu:
a.
Mendaftarkan diri pada Kantor Inspeksi Pajak dalam wilayah Wajib Pajak
bertempat tinggal atau berkedudukan, bagi yang belum mempunyai nomor pokok
wajib pajak;
b.
Menyampaikan pernyataan tertulis mengenai jenis pajak dan tahun pajak yang
dimintakan pengampunan;
c.
Menyampaikan daftar kekayaan benar bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
menyelenggarakan pembukuan;
d.
Menyampaikan Neraca yang benar bagi Wajib Pajak orang pribadi dan
menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak badan;
e.
Apabila ada salah satu syarat yang tidak dipenuhi, maka pengampunan Pajak dengan
sendirinya gugur. yang dimaksud dengan pengisian SPPT benar, lengkap dan jelas adalah:
1)
2)
3)
Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsurunsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
SPT yang telah diisi dengan benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib disampaikan ke
kantor pelayanan pajak (KPP) tempat WP terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh DJP.
K. Hambatan dalam Pelaksanaan Pengampunan Pajak
aktif,
meliputi
usaha
masyarakan
untuk
menghindari,
Penghindaran pajak ini menyebabkan permintaan akan barang yang dikenakan pajak
berkurang, yang berakibat meningkatnya penabungan, atau bertambahnya permintaan
akan barang lain dan sekaligus terjadi penambahan dalam produksi barang terakhir dan
berkurangnya barang-barang yang dikenakan pajak berat.
Penyeludupan pajak adalah usaha aktif Wajib Pajak dalam hal mengurangi,
menghapus, manipulasi ilegal terhadap utang pajak atau meloloskan diri untuk tidak
membayar pajak sebagaimana yang telah terutang menurut aturan perundangundangan.
Melalaikan pajak menurut R. Santoso Brotodihardjo merupakan upaya menolak untuk
membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas-formalitas yang
harus dipenuhinya.
Dalam Pelaksanaan Pengampunan Pajak di Indonesia sendiri masih banyak
hambatan-hambatan yang terjadi. ada tiga faktor utama yang menghambat pelaksanaan
pengampunan pajak di Indonesia, yaitu:
a) Masih Awamnya pengetahuan WP terhadap perundang-undangan Perpajakan.
Ketidaktahuan mengenai perundang-undangan perpajakan merupakan suatu
hambatan yang sering dihadapi oleh fiskus, sebagai aparat pelaksanan
Pengampunan Pajak, hal ini disebabkan oleh masih tidak pro aktifnya Wajib Pajak
atau masih kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk mencari tahu mengenai
perkembangan hukum pajak yang berlaku di Indonesia, yang pada akhirnya dapat
memberikan dampak negatif terhadap pelaksanaan Pengampunan Pajak.
b) Kurangnya sosialisasi dari fiskus juga merupakan penghambat yang sangat
mendasar. pada pelaksanaan Pengampunan Pajak tahun 2008, DJP baru mulai
melakukan sosialisasi pada bulan Juli 2008, padahal
seharusnya sosialisasi
dilakukan segera pada saat Kebijakan Pengampunan Pajak diterbitkan, yaitu pada
bulan Januari 2008.
c) WP cenderung memanfaatkan kebijakan pengampunan pada hari-hari terakhir
Pengampunan Pajak. masih berkaca pada tahun 2008, WP membeludak pada harihari terakhir pengampunan pajak, hal ini tentu menjadi salah satu penghambat
dalam pelaksanaan pengampnan Pajak, karena jumlah fiskus yang melayani WP
tidak sebanding dengan jumlah WP yang sangat banyak.
L. Upaya-upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan Pengampunan Pajak