pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Di dalam rongga
kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis yaitu sirkulus willisi.
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kirakira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak
dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum menjadi arteri serebri
anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur
seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus
kolosum, dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan pariet
Alis serebri termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri
media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis, dan frontalis korteks
serebri.
2. Definisi
Stroke/ gangguan pembuluh darah otak (CVD) merupakan kondisi suatu keilangan
fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke bagian
otak (Brunner & Suddarth, 2000) atau merupakan suatu kelainan otak baik secara
fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis pembuluh
darah serebral atau dari sistem pembulu darah di otak (Doengoes, 2000).
Strpke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak yang biasanya diakibtakan oleh
trombosis, embolisme, iskemia, dan hemoragi (Smeltzer, 2002).
3. Faktor Risiko
a. Hipertensi
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Kadar hematokrit tinggi
d. Diabetes mellitus
e. Pemakaian kontrasepsi oral
f. Penurunan tekanan darah berlebihan dalam jangka panjang
g. Obesitas, perokok, alkoholisme
4. Etiologi
a. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak dan leher).
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama. Trombosis serebral adalah penyebab yang umum pada serangan stroke.
b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri seperti
endokarditis, infeksi, penyakit jantung rematik, dan infark miokard serta
infeksi pulmonal adalah tempat-tempat asal emboli. Embolus biasanya
dengan
tepat
dan
dengan tepat
Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi ;ingkungan
melalui indera).
6. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus willisi: arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau
semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak
terputus selama 15 sampai 20 menit akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses
patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di
dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1)
Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti atrosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembuluh darah, atau peradangan; (2) Berkurangnya
perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok hiperviskositas darah; (3)
gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau
ruang subarachnoid. Berdasarkan patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan
dijabarkan dibawah ini:
a. Stadium prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala stroke. Stadium
ini umumnya penderita sudah mempunyai faktor risiko atau memiliki gaya
hidup yang mengakibatkan penderita menderita penyakit degeneratif.
b. Stadium patogenesis yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk lesi patologik
sampai saat lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi otak di sini adalah akibat
adanya lesi pada otka. Lesi ini umumnya mengalami pemulihan sampai
akirnya terdapat lesi yang menetap. Secara klinis defisit neurologik yang
terjadi juga mengalami pemulihan sampai taraf tertentu.
c. Stadium pasca patogenesis, yaitu stadium ini secara klinis ditandai dengan
defisit neurologik yang cenderung menetap. Usaha yang dapat dilakukan
adalah mengusahakan adaptasi dengan lingkungan atau sedapat mungkin
lingkungan beradaptasi dengan keadaan penderita. Sehubungan dengan
penatalaksanaannya maka stadium patogenesis dapat dibagi menjadi tiga fase,
yaitu:
-
Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsung selama 0-3/
12 jam pasca onset. Penatalaksanaan fase ini lebih ditujukan untuk
menegakkan diagnosis dan usaha untuk membatasi lesi patologik
yang terbentuk
Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam-14 hari pasca onset.
Penatalaksanaan pada fase ini ditunjukkan untuk prevensi terjadinya
komplikasi, usaha yang sangat fokus pada restorasi/ rehabilitasi dini
7. Pengkajian
a. Riwayat
- Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
masih baik.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat ipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
mellitus.
Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi
bervariasi
Pemeriksaan integumen
Kulit : jika klien kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan kembali lambat. Di
samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed
penurunan refleks batuk dan menelan atau adanya hambatan jalan napas.
-
parese wajah.
Pemeriksaan motorik:
hampir
selalu
terjadi
kelumpuhan/
infark
Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secaa
- Edema serebral
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan:
- Kerusakan neuromuskuler
- Kelemahan, parestesia
- Paralisis spastis
- Kerusakan perseptual/ kognitif
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
- Kerusakan sirkulasi serebral
- Kerusakan neuromuskuler
- Kehilangan tonus otot/ kontrol otot fasial
- Kelemahan/ kelelahan
Diagnosa Keperawatan
Perubahan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan
gangguan oklusif, trombus
embolus, hemoragik, interupsi
aliran darah, vasopasme
serebral, edema serebral
Ditandai dengan :
Ds:
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
MANDIRI
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
serebral
Do:
Perubahan tingkat
kesadaran
vital
Defisit sensori, bahasa,
intelektual dan emosi
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
KOLABORASI
Berikan oksigen
Antikoagulasi
Antihipertensi
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
kerusakan jaringan
Perlunakan feses
Kriteria Evaluasi
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
, diharapkan selama
3x24jam klien
mampu:
Ditandai dengan :
- Mempertahankan
posisi optimal dari
fungsi yang
dibuktikan oleh
tidak adanya
Ds:
MANDIRI
Kaji kemampuan secara fungsional
kerusakan awal dan dengan cara yang
teratur
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
kontraktur/
footdrop
- Mempertahankan/
meningkatkan
kekuatan dan
fungsi bagian
tubuh yang terkena
atau kompensasi
- Mendemonstrasika
n teknik/ perilaku
yang
memungkinkan
melakukan
aktivitas
- Mempertahankan
integritas kulit
Intervensi
Rasional
Do:
Ketidakmampuan
bergerak
Kerusakan koordinasi
Keterbatasan rentang
gerak
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
penyembuhannya lambat
Penurunan kekeuatan
otot
KOLABORASI
Berikan tempat tidur dengan matras
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Ditandai dengan :
Ds:
Kriteria Evaluasi
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 3x24jam
diharapkan klien
dapat:
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Do:
Kerusakan artikulasi :
tidak dapat bicara
(disatria)
Ketidakmampuan untuk
Rasional
NO
Diagnosa Keperawatan
bicara, menemukan dan
menyebutkan kata-kata,
mengidentifikasi objek :
ketidakmampuan
memahami bahasa
tertulis atau ucapan
Ketidakmampuan
menghasilkan
komunikasi tertulis
Tujuan
Intervensi
Rasional
kebutuhan terapi