DEFLEKSI BATANG
1.1
1.1.1
Teori Penunjang
Persamaan diferensial kurva defleksi
Defleksi adalah perubahan yang berupa lendutan yang dihitung dari kondisi awal
tanpa beban
terjadi pada batang yang ditumpu dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
EI.
EI.
d2y
mx
dx 2
................................................................................. (1.1 )
dy
EI mdx C1
dx
Mdx.dx C x C
1
EIy.
Dimana :
X dan y = adalah sistem koordinat
E
Mx
C1 dan C2 adalah konstanta integrasi yang harus dievaluasi dari kondisi balok tertentu
dan pembebanannya.
1
M
ds
ds
EI
............................................................................................ (1.4 )
Karena defleksi yang terjadi sangat kecil maka dapt dituliskan ds=dx sehingga :
d
M
dx
EI
....................................................................................................... (1.5 )
Persamaan ini kalau ditafsir dari grafis diatas maka d adalah sama dengan luas
bidang elemen Mdx yang diarsir pada diagram momen lentur dibagi dengan flextural
regidity beam (EI).
Persamaan diatas berlaku untuk elemen-elemen yang kecil sehingga sudut antara
garis singgung dititk A dan B akan didapat dengan menjumlahkan elemen-elemen, sehingga
secara inntegral dapat dituliskan dengan :
B
AB
M
dx
EI
.................................................................................................( 1.6 )
AB
(luas ) AB
EI
............................................................................................... (1.7 )
Jarak vertikal antara garis singgunng yang melalui titk D dan E yang berpotongan dengan
garis vertikal yang melalui titik B adalh dt. Setiap segitiga yang terbentuk ini dianggap
sebagai busur lingjaran dengan jari-jari x dengan sudut d.
Dt = x d
Untuk jarak penyiimpangan di titik B adalh merupakan penjumlahan dt dari setiap elemenelemen kecil dari titik A sampai titik B sehingga bisa ditulliskan sebagai berikut :
B
t AB BB ' xd x
M
1
dx
x( Mdx )
EI
EI A
.................................................. ( 1.8)
1.1.2
R A X 3 P ( x a ) 3 R A L3 P( L a ) 3
x
6 EI
6 EI
6 LEI
6 LEI
..........................................( 1.9 )
M A 2M C (a b) M B .b
6 A1 a1 6 A2 a 2
6 EI c c
L1
L2
b
a
. (1.10)
Momen inersia
I=
bh3
12 ...........................(1.11)
1.1.3
(d 4 )
64
.......................(1.12)
Nama Bagian :
1
1.1.4
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui teori dasar defleksi batang uji, untuk benda uji dengan bentuk
circular
2.
3.
1.3
1.
2.
3.
4.
Berikan beban pada batang uji dengan massa beban 230 gram dengan jarak ( a ),
200 mm, kemudian a = 250 mm,dan a = 300 mm,
5.
Melakukan percobaan yang sama sebanyak 4 kali dengan penambahan beban 230
gram pada setiap percobaan berikan jarak ( a ) seperti langkah 4
6.
1.4
(N)
(mm)
(mm)
(N/mm2)
(mm)
(d 4 )
64
percobaan
(mm)
2,3
4,6
6,9
9,2
300
250
200
300
250
200
300
250
200
300
250
200
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
1,97x10
1,97x106
1,97x106
1,97x106
1,97x106
1,97x106
1,97x106
1,97x106
1,97x106
1,97x106
1,97x106
1,97x106
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
Keterangan :
I = Momen Inersia
P = F = m x g = pembebanan yang terjadi
m = massa (kg)
7
(mm )
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
0.56
0.52
0.44
1.08
0.98
0.84
1.67
1.60
1.51
2.60
2.30
2.05
Perhitungan
Untuk P = 2,3 N
Untuk a = 300 mm
P = 2,3 N
I = 63,62 mm4
E = 1,97x106 N/mm2
0
RA.600 - P.300
0 = RA.600 2,3(300)
RA =
690
600
RA = 1,15 N
0 P.300 RB.600
2,3.300 RB .600
0=
RB =
Cek :
690
600
RB = 1,15 N
0 RA F RB
= 1,15 2,3 + 1,15
= 0 (artinya sistem ini reaksinya sudah benar)
Dengan menggunakan persamaan berikut, maka defleksi teoritis dapat dicari (dengan P = 2,3
N dan a = 300 mm) :
R A X 3 P( L a ) 3 R A L3 P( L a ) 3
x
6 EI
6 EI
6 LEI
6 LEI
1,15.300 3
2,3(300 300) 3
1,15.600 3
2,3(600 300) 3
300
6.1,97.10 6.63,62 6.1,97.10 6.63,62 6.600.1,97.10 6.63,62 6.600.1,97.10 6.63,62
= 0,246 mm
Untuk mempercepat perhitungan, maka dengan bantuan Microsoft Excell perhitungan
yang banyak dapat dicari dengan mudah. Berikut ini adalah hasil dari seluruh perhitungan
yang disajikan dalam tabel.
Tabel 1.2 Hasil Defleksi Batang Circular teoritis
P
teoritis
(N)
(mm)
(mm)
(N/mm2)
(mm4)
(mm)
2.3
4.6
6.9
9.2
300
250
200
300
250
200
300
250
200
300
250
200
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
63.62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
0.246
0.27
0.3
0.289
0.296
0.36
0.33
0.402
0.49
0.37
0.467
0.585
Grafik Defleksi
0.6
0.5
0.4
(mm)
teori
0.3
percobaan
0.2
0.1
0
300
a (mm)
250
200
10
1.2
1
0.8
(mm)
teori
0.6
percobaan
0.4
0.2
0
300
250 a
(mm)
200
1.8
1.6
1.4
1.2
(mm)
1
teori
0.8
percobaan
0.6
0.4
0.2
0
300
a (mm)
250
200
11
3
2.5
2
(mm)
teori
1.5
percobaan
1
0.5
0
300
250
a (mm)
200
Grafik Defleksi
12
2.5
Teoritis P = 2.3 N
Teoritis P = 4.6 N
Teoritis P = 6.9 N
Percobaan P = 2.3 N
Percobaan P = 4.6 N
(mm)
1.5 Teoritis P = 9.2 N
1
0.5
Percobaan P = 6.9 N
a (mm)
200
Percobaan P = 9.2 N
250
300
13
2.5
(mm)
jarak 200
mm
teoritis
jarak 250
mm
teoritis
jarak 300
mm
teoritis
1.5
jarak 200
mm
percobaan
F (N)
jarak 250
mm
percobaan
jarak 300
mm
percobaan
0.5
2.2999999999999998
diberikan padanya.
Posisi Pengukuran, karena garis pengukuran tidak berimpit atau sejajar dengan garis
2.1
Teori Penunjang
Bila suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
soal-soal
perpindahan
kalor
secara
kuantitatif
15
radiasi. Pada peristiwa konduksi, panas akan berpindah tanpa diikuti aliran
medium perpindahan panas.
Panas akan berpindah secara estafet dari satu partikel ke partikel
yang
lainnya
perpindahan
dalam
panas
medium
terjadi
tersebut.
karena
Pada
terbawa
peristiwa
aliran
konveksi,
fluida.
Secara
Ada
beberapa
alat
penukar
panas
yang
umum
Konduksi
Konduksi adalah proses di mana panas atau kalor mengalir dari
konduksi yang harus diukur tegak lurus terhadap arah aliran panas.
dT/Dx, yaitu: gradien suhu terhadap penampang tersebut, yaitu
perubahan suhu T terhadap jarak dalam arah aliran panas x.
(1 1)
Laju aliran panas qk dinyatakan dalam Btu/h,
gradien suhu dT/dx dalam F/ft. Konduktivitas termal k adalah sifat bahan
17
dan menunjukkan jumlah panas yang mengalir melintasi satuan luas jika
gradien suhunya satu. Jadi bahan yang mempunyai konduktivitas termal
yang tinggi dinamakan konduktor (conductor), sedangkan bahan yang
konduktivitas termalnya rendah disebut isolator (insulator).
Logam (misalnya: tembaga) biasanya merupakan konduktor panas
yang baik. Hal ini disebabkan adanya logam kimia yang lebih kuat dari
ikatan kovalen dan ikatan ionik serta memiliki elektron bebas dan berasal
dari struktual kristal. Sedangkan fluida (liquid dan gas) merupakan
konduktor yang buruk. Hal ini disebabkan karena jarak antar atom pada
gas sangat jarang sehingga dengan adanya tumbukan beberapa atom
dapat menurunkan konduksi dan densitas fluida menurun jika konduksi
terjadi. Berikut adalah tabel beberapa bahan dengan
konduktivitas
termalnya:
18
21
Diketahui :
Di Tanya :
q
A
dT
dx
k
=
=
=
=
=
30 watt
7,06 X 10-4 m2
10,5 K
0,12 m
?
dT
q=kA
dx
( qA ) .( dTdx )
k=
0,12
)
( 7,0630x 10 ) .( 10,5
k=
k =485,63
watt
.K
m
Di Tanya :
q
A
dT
dx
k
=
=
=
=
=
q=kA
50 watt
7,06 X 10-4 m2
25,1 K
0,12 m
?
dT
dx
( qA ) .( dTdx )
k=
0,12
)
( 7,0650x 10 ) .( 25,1
k=
k =338,58
watt
.K
m
q
A
= 30 watt
= 7,06 X 10-4 m2
23
Di Tanya :
dT
dx
k
= 19,1 K
= 0,12 m
=?
q=kA
dT
dx
( qA ) .( dTdx )
k=
k=
k =266,97
30
0,12
.
4
19,1
7,06 x 10
)( )
watt
.K
m
30 watt = 485,63
watt
.K
m
watt
.K
m
watt = 485,63
watt
.K
m
watt
.K
m
2.2.13.
Diskusi
Dari praktikum diatas didapat perbandingan hasil konduktivitas
thermal antara hasil perhitungan dengan data percobaan dan data dalam
tabel pada landasan teori, tabel berikut merupakan perbandingan
konduktivitas termal antara percobaan dan konduktivitas seharusnya.
Tabel 2.2.1 tabel perbandingan nilai konduktivitas termal hasil percobaan
dan teoritis
NO
MATERIAL
NILAI KONDUKTIVITAS
NILAI KONDUKTIVITAS
TERMAL PERCOBAAN (
TERMAL TEORI (
watt
.K
m
watt
.K
m
1
2
3
lebih
besar
daripada
data
teoritis
yang
seharsnya,
terjadinya
penyimpangan yang terlalu besar ini dapat disebabkan oleh, antara lain :
25
BAB III
FLASH POINT & FIRE POINT
3.1 Teori Penunjang
Secara umum bahan bakar dibedakan menjadi :
1. Bahan bakar padat, antara lain : batu bara, kayu, dan ampas.
2. Bahan bakar cair antara lain : bensin, solar, minyak tanah.
3. Bahan bakar gas antara lain : natural gas, petroleum gas, biogas.
Bahan bakar cair merupakan hydrocarbon komponen yang didapat dari sumber alam
maupun secara buatan. Beberapa keunggulan bahan bakar cair dibandingkan bahan bakar
padat antara lain :
26
Alat-Alat Praktikum :
Flash point tester, dengan asesoris : 1 test inset with cover and cup,1
3.
Aditif, menggunakan Diesel Fuel Testment dan Injector Cleaner with antigel
atau cold flow improver, FL. oz ( 236 ml ) ; atau aditif lainnya.
4.
Gas LPG
TERMOMETER
PENGADUK
GAS ELPIJI
SHUTTER
PEMATIK
KATUP
CAWAN
SUMBER
TEGANGAN
KONDUKTOR
27
28
29
90
80
70
60
T (C)
temperatur
50
flash point
40
fire point
30
20
10
0
0
Aditif (ml)
4
12
Gambar 3.3 Grafik hubungan Zat Aditif dengan Flash dan Fire Point
Secara teoritis penambahan Zat aditif dapat mempercepat temperatur Flash & Fire
Point bahan bakar (solar), hal ini di karenakan pada zat aditif mempunyai susunan rantai
30
carbon yang panjang, sehingga dengan penambahan zat aditif pada bahan bakar, maka bahan
bakar tersebut akan lebih mudah untuk terbakar.
Dari grafik dapat dilihat hubungan antara temperatur dengan zat aditif dimana dengan
penambahan zat aditif maka temperatur untuk Flash Point dan Fire Point akan menurun , dari
grafik juga dapat dilihat bahwa temperatur untuk terjadinya Fire Point lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur untuk terjadinya Flash Point untuk penambahan zat aditif
dan bahan bakar yang sama. Sehingga dapat disimpulkan penambahan zat aditif dapat
mempercepat terjadinya flash dan fire point.
31
BAB IV
IMPACT JET
4.1 Teori Penunjang
Impact jet merupakan suatu percobaan untuk menentukan gaya-gaya yang
dihasilkan oleh sebuah jet air diatas permukaan suatu plat. Jet cairan menumbuk sebuah
plat atau pembelok maka akan mengalami perubahan kecepatan yang sebanding dengan
perubahan momentum dimana merupakan penerapan dari Hukum Newton II mengenai
gerakan.
Pada percobaan ini dapat digunakan bentuk bidang tumbuk yaitu plat. Gaya yang
bekerja pada sebuah mesin impact jet dapat berupa gaya normal dan gaya reaksi.
Penentuan besar gaya tersebut dan perhitungan lainnya dapat dicari melalui persamaan
berikut :
Luasan Jet :
A1 dengan diameter 5 mm adalah :
d2
4
.( 4.1 )
2
(0,005)
= 1,9634 10-5 m2
A2 dengan diameter 8 mm adalah :
d2
4
( 4.2 )
(0,008)
= 5,0265 10-5 m2
32
( Newton )
dimana :
A = luas penampang melintang dari Jet (m2)
F = gaya normal (Newton)
V = kecepatan Jet (m/s)
= kerapatan massa Jet Air (kg/m3)
4.2 Tujuan Praktikum
1.
Mengetahui gaya yang dihasilkan oleh sebuah jet air yang menumbuk permukaan
sebuah plat atau pembelok yang merupakan laju perubahan momentum.
2.
Alat-Alat Praktikum :
1. Impact of Jet dengan ukuran :
Panjang
= 225 mm
Massa = 3 kg
Lebar
= 160 mm
Tinggi = 450 mm
33
Plat
Skema Percobaan :
Keterangan :
1. Beban pembalans berupa butiran-butiran timah
2. Bidang tumbukan yang dapat diganti-ganti (dalam hal ini datar)
3. Nozzel diameter 5 mm
4. Bak penampung air yang jatuh dari nozzle
5. Tabung kaca yang berisi sekala untuk membaca jumlah air yang keluar dari
nozzle yang ditampung di bak penampung ( liter )
6. Bak sumber air
7. Tekanan inlet ( bar )
8. Pompa
9. Tekanan Outlet ( bar )
10. Tabung kaca
11. Tiang penyeimbang antara semperotan air dengan beban pembalans
12. Katup berupa keran
34
katup
pengontrol
aliran
sehingga
diperoleh
kondisi
kesetimbangan antara gaya aksi jet air dengan gaya reaksi massa
pemberat diatas talam.
29
4. Perhatikan bentuk dari jet air yang dibelokkan diatas permukaan bidang
tumbuk
5. Catat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai volume 10 liter.
6. Kurangi massa diatas talam, atur kembali katup pengontrol aliran,
lakukan kembali kegiatan No.4 sampai No.5.
7. Ulangi kegiatan No.6 sebanyak 4 kali percobaan.
8. Tutuplah katup pengontrol, matikan pompa.
4.4 Hasil dan Pembahasan
4.4.1 Hasil Praktikum
Untuk nozel dengan diameter 5 mm pada plat datar, data-data yang diperoleh
dari hasil percobaan di laboratorium dapat dilihat dari tabel berikut
1
2
3
4
5
20,29
65
61
60
58
55
30,19
35,59
50,48
55,88
Tekanan (Bar)
Inlet
Outlet
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.4.2 Pembahasan
a. Menentukan kecepatan dari jet (m/s)
Untuk menentukan kecepatan jet yaitu dengan cara mengalikan besar aliran air
tiap menit dengan nilai tertentu.
A1
.d 2
4
3,14 x(0,005) 2
4
= 1,963 10-5 m2
Kapasitas Aliran
Q1
= 10 lt / t1
= 10 / 65
= 0,153 lt/s
5
m3
= 15,3 x10
Q2
= 10 lt / t2
= 10 /61
= 0,163 lt/s
5
m3
= 16,3 x10
Q3
= 10 lt / t3
= 10 / 60
= 0,167 lt/s
5
m3
= 16,7x10
Q4 = 10 lt / t4
= 10 / 58
= 0,172 lt/s
5
m3
= 17,2 x10
Q5 = 10 lt / t5
= 10 / 55
= 0,182 lt/s
5
18,2x10
m3
31
v1
Q1
A1
5
15,3 x 10
5
1,963 x 10
m
= 7,79
Q2
A1
v2
16,3 x 105
1,963 x 105
m
= 8,30
Q3
A1
v3
16,7 x 10
5
1,963 x 10
m
= 8,50
Q4
v4 = A 1
5
17,2 x 10
5
1,963 x 10
m
= 8,76
s
32
Q5
V5 = A 1
5
18,2 x 10
5
1,963 x 10
m
= 9,27
( Newton )
k = 2A
Asumsi : = 1000 kg/m3
k 2 1000 kg
m3
1.963 10 5 m 2
Velocity
33
Force
aliran (Q)
No
m
s
m3
sekon
(Newton)
7.79
2.42
8.30
2.75
8.50
2.89
8.76
3.06
9.27
3.43
15,3x10
16,3 x10
16,7 x10
17,2 x10
18,2 x10
GRAFIK
F (N)
4
3.43
3.5
3
2.75
2.89
3.06
2.42
2.5
2
1.5
1
0.5
0
7.79
8.3000000000000007
8.5
8.76
V9.27
(m/s)
Grafik 4.1 Grafik Hubungan Velocity -Force Untuk diameter 5mm Datar
Analisis Grafik :
Dari gambar 4.1 diatas dapat dianalisis hubungan kecepatan jet dengan gaya jet
adalah berbanding lurus dengan semakin tinggi kecepatan maka akan menghasilkan
gaya yang makin besar begitu pula dengan gaya yang besar akan menghasilkan
kecepatan yang besar.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Untuk praktikum defleksi batang :
Tabel 5.1 data hasil praktikum defleksi batang.
P
teoritis
percobaan
(N)
(mm)
(mm)
(N/mm2)
(mm4)
(mm)
(mm)
63.62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
63,62
0.246
0.27
0.3
0.289
0.296
0.36
0.33
0.402
0.49
0.37
0.467
0.585
0.56
0.52
0.44
1.08
0.98
0.84
1.67
1.60
1.51
2.60
2.30
2.05
2.3
4.6
6.9
9.2
300
250
200
300
250
200
300
250
200
300
250
200
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
600
1.97x10
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
1.97x106
Jika dilihat dari pembahasan diatas terlihat bahwa terjadi perbedaan antara Defleksi
secara teoritis dengan defleksi hasil percobaan.Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :
35
Batang penumpu, karena mengalami deformasi (perubahan bentuk) oleh beban yang
diberikan padanya.
Posisi Pengukuran, karena garis pengukuran tidak berimpit atau sejajar dengan garis
Lalu dari praktikum perpindahan panas konduksi linier didapat data sebagai
berikut:
Dari praktikum diatas didapat perbandingan hasil konduktivitas
thermal antara hasil perhitungan dengan data percobaan dan data
dalam
tabel
perbandingan
pada
landasan
konduktivitas
teori,
termal
tabel
berikut
antara
merupakan
percobaan
dan
konduktivitas seharusnya.
Tabel
5.2
tabel
perbandingan
nilai
konduktivitas
termal
hasil
MATERIAL
NILAI KONDUKTIVITAS
NILAI KONDUKTIVITAS
TERMAL PERCOBAAN (
TERMAL TEORI (
watt
.K
m
watt
.K
m
1
2
3
Praktikum flash point dan fire point didapat data dan kesimpulan sebagai berikut:
Dari pengujian diatas didapatkan hasil sebagai berikut :
Temperatur 0 C
Flash Point
Fire Point
63.5
77
66
66
4
60
12
58
Tabel 5.3 Hasil percobaan Flash dan Fire point
75
71
90
80
70
60
50
T (C)
temperatur
flash point
40
fire point
30
20
10
0
0
Aditif (ml)
4
12
Grafik 5.1 Grafik hubungan Zat Aditif dengan Flash dan Fire Point
Kesimpulan penambahan Zat aditif dapat mempercepat temperatur Flash & Fire
Point bahan bakar (solar), hal ini di karenakan pada zat aditif mempunyai susunan rantai
karbon yang panjang, sehingga dengan penambahan zat aditif pada bahan bakar, maka
bahan bakar tersebut akan lebih mudah untuk terbakar. Dimana dengan penambahan zat
aditif maka temperatur untuk Flash Point dan Fire Point akan menurun seiring dengan
penambahan zat aditif
Untuk praktikum impact jet didapat data dan kesimpulan sebagai berikut:
Velocity
Force
No
m3
sekon
m
s
37
(Newton)
7.79
2.42
8.30
2.75
8.50
2.89
8.76
3.06
9.27
3.43
15,3x10
16,3 x10
16,7 x10
17,2 x10
18,2 x10
GRAFIK
F (N)
4
3.43
3.5
3
2.75
2.89
3.06
2.42
2.5
2
1.5
1
0.5
0
7.79
8.3000000000000007
8.5
8.76
V9.27
(m/s)
Gambar 5.2 Grafik Hubungan Velocity -Force Untuk diameter 5mm Datar
Kesimpulannya hubungan kecepatan jet dengan gaya jet adalah berbanding lurus
dengan semakin tinggi kecepatan maka akan menghasilkan gaya yang makin besar
begitu pula dengan gaya yang besar akan menghasilkan kecepatan yang besar.
5.2 Saran
Dalam praktikum fenomena dasar, sebaiknya dilakukan dengan prosedur yang
lebih baik lagi, dengan perawatan dan kalibrasi alat-alat uji maupun alat ukur akan
mengakuratkan data-data yang didapat dalam praktikum ini.dan juga alat yang di
gunakan dalam keadaan layak pakai tidak kotor ataupun banyak debunya.
38
Selain itu dalam pelaksanaan praktikum fenomena dasar ini, Alat perpindahan
panas yang baru harus di betulkan kembali agar normal untuk di gunakan buat
praktikum.karena dengan kondisi alat yang error bisa menghambat jalannya praktikum
fenomena dasar tersebut.
39
DAFTAR PUSTAKA
40