Anda di halaman 1dari 3

SERUNYA DACIL KE LIBARU SUNGKAI

Oleh : Muhamad Lutfi Pratama


Seringkali
pembangunan
kesehatan di daerah terpencil relatif
tertinggal dibanding daerah lainnya.
Biasanya masih terdapat bayi dan
anak balita yang belum diimunisasi
di daerah terpencil. Ibu yang
melahirkan hampir semua hanya
ditolong oleh dukun kampung.
Salah satu sebab utamanya adalah
akses yang minim ke fasilitas
kesehatan dan tidak adanya tenaga
kesehatan di sana.
Pelayanan daerah terpencil
(dacil) merupakan salah satu
kegiatan luar gedung yang dilaksanakan oleh Puskesmas Uren Kecamatan Halong
Kabupaten Balangan. Puskesmas Uren mempunyai 7 desa dampingan dan ada desa yang
mempunyai beberapa anak desa atau dusun dengan topografi perbukitan yang membuat
daerahnya susah dijangkau.
Dacil yang dilaksanakan Puskesmas Uren pada tahun 2015 ini antara lain yaitu di
Dusun Libaru Sungkai (Anak Desa Binuang Santang), Dusun Tanjungan Jalamu (Anak Desa
Marajai), Dusun Kurihay dan Dusun Sawang (Anak Desa Mamigang), serta Dusun Ambata
(Anak Desa Uren). Jarak antara Puskesmas Uren ke Wilayah tersebut bervariasi dan
mempunyai medan kesulitan masing-masing.
Pada hari Kamis, 28 Mei 2015, sesuai jadwal yang disepakati oleh Puskesmas Uren
dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Balangan, kami mengadakan dacil bagi
masyarakat di Dusun Libaru Sungkai. Dari Puskesmas Uren, tim terdiri dari Rudy Krisna
(Kepala Puskesmas), dr. Winphy, Yusli, Pauzi, Faturrahman, Aneta, Khairiyah, Norma, Lutfi,
serta Tirtha. Dari Dinkes yaitu Hanny Rahfani, Herry, Didit dan Syaukani.
Kami juga ditemani oleh Pak Mulyani perwakilan pihak Kecamatan Halong dan Pak
Otan selaku tokoh masyarakat setempat. Sehari sebelum jadwal keberangkatan, tim sudah
menyiapkan bahan kontak seperti bahan makanan, alat masak maupun obat-obatan yang
diperlukan pada saat kegiatan nantinya. Hal ini tentu saja penting dikarenakan tim akan
menginap di desa dan tidak memungkinkan untuk pulang pada hari itu juga
Perjalanan direncanakan dimulai pukul 14.00 WITA. Sebelum itu tim menyantap
makan siang terlebih dahulu. Tim berangkat dari Puskesmas Uren menggunkan dua mobil
yaitu mobil Puskesmas Keliling (ambulans) serta mobil dari Dinkes. Untuk menuju ke desa
Binuang Santang memakan waktu kira-kira 45 menit.
Walaupun jalannya cukup sulit tetapi masih mampu dilewati oleh mobil. Setelah
sampai di desa Binuang Santang, tim mencari tempat untuk memarkir mobil dan
mengeluarkan semua perlengkapan yang akan dibawa. Jalan untuk menuju Dusun Libaru
Sungkai harus kami lanjutkan dengan berjalan kaki.
Sebagian barang akan dibawa oleh porter. Itu istilah yang kami berikan untuk
masyarakat yang bertugas membawakan barang bawaan, khususnya obat-obatan dan box
imunisasi yang lumayan berat. Porter ini membawa barang dengan menggunakan sepeda
motor yang tentu saja sudah dimodifikasi untuk wilayah perbukitan. Sedangkan untuk
barang pribadi tentu saja dibawa oleh masing-masing tim.

Dacil bagi kami selain menjalankan tugas juga bisa untuk menjadi ajang refreshing
karena kita bisa langsung melihat alam apalagi untuk yang hobby travelling atau naik
gunung. Tim dacil pada awalnya beriringan, perlahan mulai terpecah dikarenakan tenaga
setiap orang berbeda. Tentu saja di tiap rombongan yang terpisah harus ada minimal 1
orang yang sudah hapal kondisi jalan yang ditempuh untuk menghindari kejadian tersesat.
Pemandangan di sisi jalan hanya berupa ilalang dan kebanyakan adalah tanaman
karet. Hal ini tidak mengherankan karena mayoritas masyarakat Balangan berprofesi
sebagai petani karet. Sesekali kami beristirahat untuk sekedar meluruskan kaki,
mengeringkan keringat, mimum air maupun untuk berfoto. Air mineral 2 botol yang pada
awalnya dirasa cukup tanpa terasa habis di tengah perjalanan. Pada siang itu keadaaan
cukup terik sehingga membuat tenaga tim cukup terkuras.
Di tengah perjalanan untuk sampai ke Dusun Libaru Sungkai, kami harus melalui jalan
atau daerah yang terkenal dengan nama gunung buta. Entah siapa yang menamakannya
demikian. Di sinilah tenaga dan kesabaran kami benar-benar terkuras. Bagaimana tidak,
jalannya selalu menanjak dan membuat otot kaki terasa pegal. Beruntung tidak ada teman
yang sampai pingsan.
Ketika menemukan aliran air seperti sungai, perasaan kami begitu senang. Beberapa
orang membasuh muka untuk memberikan kesegaran. Ada tanda tanya di dalam hati,
karena beberapa teman sedang asyik menyusuri sungai. Setelah diperhatikan dengan
seksama, ternyata mereka sedang melihat dan mencari-cari batu, karena kita tahu pada
waktu itu lagi booming batu akik. Dan kejadian yang cukup lucu lagi, karena ada salah
seorang teman yang membawa palu. Sepertinya dari awal sudah berniat untuk mencari batu
akik.
Pada akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, terlihatlah rumahrumah warga di Dusun Libaru Sungkai yang menandakan bahwa perjalanan kami sudah
sampai di tempat tujuan. Rumahnya tersusun rapi dan mempunyai model atau desain yang
sama. Rumah warga di Dusun Libaru Sungkai merupakan bantuan pemerintah untuk
Masyarakat Komunitas Adat Terpencil (MKAT) yang didiami sekitar 80 KK.
Kedatangan kami disambut oleh ketua RT dan disiapkan tempat untuk menginap yaitu
di balai adat setempat. Pada dacil tahun sebelumnya, tim juga bisa bermalam di ruang SD,
tetapi dikarenakan pada esok hari ada ulangan di SD tersebut, maka tempat menginap
disiapkan di balai adat.
Ketika kami datang, hari sudah mulai gelap. Tim beristirahat sejenak, kemudian
menyusun barang bawaan dan mengatur tempat untuk tidur nantinya. Perjalanan yang jauh
tentu membuat kami lelah dan merasa tidak nyaman karena kotor maupun keringat. Kami
pun kemudian membersihkan diri di sungai.
Sungai hanya berjarak sekitar 200 meter dari tempat kami menginap. Jangan heran,
rumah warga tidak ada yang mempunyai kamar mandi maupun WC. Sangat sulit bagi kita
yang tidak terbiasa dengan keadaan tersebut. Sungainya tidak terlalu dalam pada saat
musim kemarau, hanya selutut orang dewasa. Airnya dingin ditambah hembusan angin,
membuat tubuh menggigil. Padahal ingin sekali berlama-lama berendam di sana.
Sebelum memulai kegiatan pelayanan kesehatan, bagi yang beragama Islam tidak
lupa kami melaksanakan shalat Magrib dan Isya. Tentu kewajiban tidak boleh ditinggalkan di
manapun kita berada. Beberapa orang yang tidak Shalat, bertugas membuat makan malam,
seperti memasak nasi, mie instan, sarden, dan telur dadar.
Sekitar pukul 20.00 WITA, masyarakat sudah mulai datang dan berkumpul. Terlihat
masyarakat sangat bersemangat dan antusias. Kami pun segera menyiapkan obat-obatan
maupun peralatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemeriksaan kesehatan,
imunisasi bayi, balita dan ibu hamil, pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, penyuluhan
kesehatan, perbaikan gizi dan pemeriksaan gigi.

Setiap petugas sudah mempunyai tugas masing-masing. Kami beruntung, karena di


Dusun Libaru Sungkai mempunyai genset yang sesekali dipakai untuk keperluan penting,
sehingga pada saat kegiatan berlangsung masih ada penerangan walaupun lampu
seadanya. Kami juga mempersiapkan diri dengan membawa headlamp atau lampu yang
diikatkan ke kepala sehingga membantu penglihatan di malam hari.
Pada keesokan paginya, pelayanan kesehatan dibuka kembali untuk warga yang
belum sempat mendapat pelayanan di malam hari sebelumnya. Pada pagi hari itu juga ada
4 orang anak yang mendapat sirkumsisi atau disunat.
Di sekolah SD yang hanya berstatus SDK (Sekolah Dasar Kecil), kami juga melakukan
penyuluhan kesehatan. Materi yang diberikan berupa PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat),
kesehatan gigi dan mulut, serta tentang kecacingan. Kegiatan penyuluhan kesehatan kami
lakukan di halaman sekolah.
Kegiatan dimulai dengan permainan untuk supaya suasana tidak tegang dan materi
yang disampaikan mudah diterima oleh siswa. Untuk materi PHBS ditekankan berupa cara
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan untuk materi kesehatan gigi dan mulut ditekankan
berupa cara menggosok gigi yang baik dan benar. Setiap siswa diberikan 1 buah sikat gigi.
Untuk menambah keseruan, praktik CTPS dan menggosok gigi kami lakukan di sungai.
Setelah semua kegiatan pelayanan kesehatan selesai, pihak Dinkes menyerahkan
bantuan atau bingkisan kepada masyarakat yang diwakilkan oleh Ketua RT. Waktu sudah
menunjukkan pukul 11.00 WITA, tim pun bersiap untuk pulang. Semua barang bawaan dicek
supaya tidak ada yang tertinggal.
Tidak lupa kami semua berfoto bersama masyarakat. Kami sangat berterima kasih
atas kerjasama yang baik dari Kepala Desa, Ketua RT, warga desa dalam kegiatan dacil kali
ini. Semoga kegiatan dacil dapat menjadi program rutin Puskesmas Uren dan Dinkes
Kabupaten Balangan dan semakin baik setiap tahunnya. Dan pada akhirnya, semoga visi
Kabupaten Balangan yaitu melanjutkan pembangunan menuju Balangan yang mandiri dan
sejahtera dapat terlaksana.

Anda mungkin juga menyukai