Anda di halaman 1dari 7

1

Definisi

Penyakit Dangue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropadborn
virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictuse dan Aedes aegypti).
Sampai sekarang dikenal ada 4 jenis virus dangue yang dapat menimbulkan penyakit, baik
demam dangue maupun demam berdarah. Demam Berdarah Dangue adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dangue I, II, II, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albocpitus.
2

Etiologi

Penyebab penyakit demam berdarah dangue pada seseorang adalah virus dangue
termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada di Indonesia, dan dilaporkan bahwa serotip virus
DEN-3 sering menimbulkan wabah (Syahruman, 1988). Virus DEN termasuk dalam kelompok
virus yang relative labil terhadap suhu dan faKtor kimiawai lain serta masa viremia yang pendek.
Virus DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh
suatu selubung dari lipid yang mengandung 2 protein yaitu selubung protein E dan protein
membrane M.
3

Patofisiologi

Virus dangue dianggap sebagai antigen yang akan bereaksi dengan antibody, membentuk
virus antibody kompleks (komplek imun) yang akan mengaktifasi komplemen. Aktifasi ini akan
menghasilkan anafilaktosin C3A dan C5A yang akan merupakan mediator yang mempunyai efek
farmakologis cepat dan pendek. Bahan ini bersifat fasoaktif dan prokoagulant sehingga
menimbulkan kebococran plasma (hipovolemik syok dan perdarahan.
Sebagai respon terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi selain
mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivitasi
sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan
menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan
kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin
di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain.
Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system)
sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet
faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID = koagulasi intravaskular
deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi
penurunan factor pembbekuan. Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi
trombosit, sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di
sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi factor Hageman sehingga terjadi aktivasi
sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat
terjadinya syok.

Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositpenia, penurunan faktor
pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dankerusakan dinding endotel kapiler.
Akhirnya perdarahan akan mempercepat syok yang terjadi.
4

Klasifikasi
WHO (1997) membagi DBD menjadi 4 :
a Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda dan gejala klinis (nyeri
ulu hati, mual, muntah, hepatomegali), tanpa perdarahan spontan, trombositopenia dan
b

hemokonsentrasi, uji tourniquet positif.


Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain seperti mimisan,

muntah darah dan berak darah.


Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah, sianosis disekitar mulut, hidung dan jari

d
5

(tanda-tand adini renjatan).


Renjatan berat (DSS) / Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

Manifestasi Klinis
a. Demam

Demam berdarah dengue biasanya ditandai dengan demam yang mendadak tanpa sebab
yang jelas, continue, bifasik. Biasanya berlangsung 2-7 hari (Bagian Patologi Klinik, 2009). Naik
turun dan tidak berhasil dengan pengobatan antipiretik. Demam biasanya menurun pada hari ke3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi lemah, ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin
dan lembab. Masa kritis pda hari ke 3-5. Demam akut (38-40 C) dengan gejala yang tidak
spesifik atau terdapat gejala penyerta seperti , anoreksi, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang
sendi dan kepala.

b. Perdarahan
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam. Bentuk
perdarahan dapat berupa: uji tourniquet positif yang menandakan fraglita kapiler
meingkat (Bagian Patologi Klinik, 2009). Kondisi seperti ini juga dapat dijumpai pada

campak, demam chikungunya, tifoid, dll. Perdarahan tanda lainnya ptekie, purpura,
ekomosis, epitaksis dan perdarahan gusi, hematemesisi melena. Uji tourniquet positif jika
terdapat lebih dari 20 ptekie dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian volar
termasuk fossa cubiti.
c. Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai ikterus.
Umumnya bervariasi, dimulai dengan hanya dapat diraba hingga 2-4 cm di bawah
lengkungan iga kanan (Bagian Patologi Klinik, 2009). Derajat pembesaran hati tidak
sejajar dengan beratnya penyakit namun nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan
dengan adanya perdarahan.
d. Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan ke-7 sakit.
Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya mempunyai prognosa buruk
(Bagian Patologi Klinik, 2009). Kegagalan sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi
terasa cepat dan lemah disertai penurunan tekanan nadi kurang dari 20 mmHg. Terjadi
hipotensi dengan tekanan darah kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan
pasien terlihat gelisah.

Pemeriksaan Penunjang
a Darah
1 Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) ( 100000/I)
2 Hematokrit meningkat 20%, merupakan indikator akan timbulnya renjatan. Kadar
trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DBD dengan dua
kriteria tersebut ditambah terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta
dikonfirmasi secara uji serologi hemaglutnasi

Gambar: Perubahan Ht, Trombosit, dan LPB dalam perjalanan DHF


3
4
5
6
7
8
9
10

Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.


Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga
Masa perdarahan memanjang
Protein rendah (hipoproteinemia)
Natrium rendah (hiponatremia)
SGOT/SGPT beisa meningkat
Asidosis metabolic
Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan

Urine
Kadar albumine urine positif (albuminuria) (Vasanwala, Puvanendran, Chong, Ng,
Suhail, Lee, 2011).
Foto thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan
dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.

USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan sebagai pertimbangan
karena tidak menggunakan system pengion (Sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus

berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG
dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnose penyakit yang mungkin muncul lebh
berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
e

pancreas.
Diagnosis Serologis
1 Uji hemaglutinasi inhibisi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standard pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitive namun
tidak spesifik

artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi.

Antibody HI bertahan dalam tubuh lama sekali (>48 tahun) sehingga uji ini baik
digunakan pada studi serologi-epidemioligi. Untuk diagnosis pasien, Kenaikan titer
konvalesen 4x lipat dari titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum
akut atau konvalesen daianggap sebagai presumtif (+) atau di dugan keras positif
2

infeksu dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk, 2011).


Uji komplemen fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh
tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja

(sekitar 2-3 tahun).


Uji neutralisasi
Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya memamkai cara
Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari
plaque yang terjadi. Anti body neutralisasi dapat dideteksi dalam serum bersamaan
dengan antibody HI tetapi lebih cepat dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan
lama (>4-8 tahun). Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama sehingga tidak rutin
digunakan (Vasanwala dkk, 2011).

IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)


Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke-4-5 infeksi virus dengue karena
IgM sudah timbul kamudian akan diikuti IgG. Bila IgM negative uji ini perlu diulang.
Apabila hari sakit ke-6 IgM msih negative maka dilaporkan sebagai negative. IgM
dapat bertahan dalam darah samapi 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji
Mac Elisa sedikit di bawah uji HI dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya memerlukan
satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI (Vasanwala dkk,

2011).
Identifikasi Virus

Cara diagnostic baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction


(RTPCR) sifatnya sangat sensitive dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat
didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari
specimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk. Sensitifitas
PCR sama dengan isolasi virus namun PCR tidak begitu dipengaruhi oleh
penanganan specimen yang kurang baik bahkan adanya antibody dalam darah juga
tidak mempengaruhi hasil dari PCR (Vasanwala dkk, 2011).

Gejala Klinis
Demam 2-7 hari
Uji Tourniquet (+) atau perdarahan spontan
Laboratorium: Ht tidak meningkat, Trombositopenia ringan

Pasien tidak dapat minum


sien masih dapat minum
i Minum banyak 1-2 liter/ hari atau 1 swndok makan tiap 5 menit
Penatalaksanaan
s minum: air putih,7 teh manis,
jus buah, susu, oralit
suhu > 380 C beri Paracetamol
Pasang Infus NaCl 0,9%: dektrose 5%(1:3)
Alur Tersangka
DBD
kejang beri anti convulsi
Tetesan rumatan sesuai Berat badan
Periksa Ht, Hb, tiap 6 jam, trombosit tiap 6-12 jam
Tersangka DBD

Monitor gejala klinis dan laboratorium


Perhatikan tanda syok
Palpasi nadi perifer
Ujur diuresis
Awasi perdarahan
Periksa Hb,Ht dan trombosit tiap 6-12 jam

HT naik dan / atau trombosit turun

Infus ganti RL (tetesan disesuaikan)


8
9
Perbaikan klinis dan laboratorium:
10
11
Pulang (Kriteria memulangkan pasien)
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik, secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil, jumlah > 50.000/uL
3 hari setelah syock teratasi, tidak dijumpai distress nafas

Brasier. A. R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S. (2012). A threecomponent biomarker panel for prediction of dengue hemorraghic fever. Am. J. Trop. Med.
Hyg. 86(2): 341-348.
Danny, Wiradharma. 2009. Diagnosis cepat demam berdarah dengue. Jurnal Kedokteran
Trisakti., 18 (2): 78 79
DepKes, RI.,(2005). Pedoman Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai