Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BIOMATERIAL

RESUME JURNAL
Treatment of a Spinal Cord Hemitransection Injury with Keratin

Biomaterial Hydrogel Elicits Recovery and Tissue Repair


DAN
Design of Biomaterials to Enhance Stem Cell Survival When

Transplanted Into
The Damaged Central Nervous System

ARDHITA SETIAWAN 12510060


EKI RIANA

125100601111028

GRACELIA

1251006071110

KHOIRUNNISA

125100607111001

SOFYAN KURNIAWAN

1251006071110

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

JURNAL 1
1. Latar Belakang
Lebih dari 2,5 juta orang di seluruh dunia pernah mengalami cedera tulang belakang
atau SCI, dimana sekitar 12.000 kasus baru setiap tahun terjadi di Amerika Serikat. Sebagian
besar kasus ini disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor dan terjatuh. Akibat yang
ditimbulkan dari cedera ini adalah korban dapat mengalami cacat berat seumur hidup,
imobilitas, dekubitus, dysreflexia otonom, nyeri neurogenik, dan masalah pernapasan. Selain
itu, kebanyakan kasus SCI akan mengganggu kinerja kandung kemih dan fungsi usus karena
saraf yang mengendalikan proses ini berasal dari segmen pada posisi lebih rendah dari
sumsum tulang belakang yang selanjutnya akan terputus dari masukan otak. Sejak tahun
1980-an, pilihan pengobatan SCI masih terbatas dan harapan hidup pasien relatif kecil.
Penggunaan natrium methylprednisolone steroid suksinat (MPSS) telah menjatuhkan harapan
dan semangat banyak dokter karena kurangnya perbaikan neorologis dan efek samping serius
yang ditimbulkan.
2. Aplikasi Biomaterial Yang Digunakan
Pada jurnal penelitian ini digunakan keratin biomaterial hidrogel sebagai pengobatan
spinal cord injury hemitransection atau cedera tulang belakang.
Keratin biomaterial dibuat dari rambut manusia dimana biomaterial ini sangat berguna
dan dapat diolah menjadi hidrogel, pelapis, film, dan sponges. Keratin biomaterial hidrogel
memiliki sifat kimia, fisik, dan biologi yang unik dan telah menunjukkan kemampuan yang
signifikan untuk memperbaiki cedera saraf perifer dibandingkan dengan biomaterial
konvensional. Studi ini menggunakan biomaterial pengisi lain seperti asam hyluronic,
kolagen, fibrin gel, perancah, serta berbagai perangkat tubular yang dibuat dari polimer
sintesis dan alami yang sangat menjanjikan.
Studi ini menggunakan pengisi biomaterial keratin hidrogel karena dapat meningkatkan
regenerasi saraf perifer dengan cara mempromosikan keterikatan dan proliferasi dan
mengarut gen yang berkontribusi terhadap sel proliferasi dan diferensiasi.

3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Penelitian


3.1.
Keratin Hidrogel
Pada proses persiapan keratin hidrogel ini, rambut manusia dioksidasi menggunakan
asam perasetat dan diikuti dengan pencucian melalui teknik ionisasi air untuk
menghapus sisa oksidan. Protein keratin yang larut selanjutnya diekstraksi dalam
hidroksimetil aminomethane dasar di air. Setelah itu dikumpulkan untuk didialisis dan
dinetralkan dengan menggunakan NaOH, lyophilized, dan tanah. Setelah dinetralkan,
bubuk keratin disterilkan dengan 25 kGy. Sedangkan untuk membentuk hidrogel,
keratin lyophilized yang steril dilarutkan menjadi 15% dengan fosfat buffered saline
(PBS).
3.2.

Tikus Spinal Cord Injury Hemisection


Sebanyak 25 tikus secara acak dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan yakni dengan
perlakuan menggunakan keratin hidrogel dan dengan menggunakan pengobatan
garam. Semua prosedur dilakukan di bawah kondisi steril. Pada langkah awal, tikus
dibius menggunakan isoflurane (1,5% - 2%) dan oksigen. Sayatan sepanjang 2 cm
dibuat bersama tingkat vertebrata toraks. Lamina yang direseksi dan dura meter itu
menorehkan untuk mengekspos susmsum tulang belakang. Setelah itu, 100 uL
hidrogel keratin atau saline ditempatkan menuju jeda. Kemudian setelah luka dijahit
dan ditutup, tikus diberi pijatan di bagian perut dan kandung kemih sebanyak 3-4 kali
sehari untuk membantu pencernaan.
Analisis Cystometric
Penelitian Cystometric dilakukan pada 3 minggu dan 6 minggu setelah cedera

3.3.

hemisection. Kandung kemih kateter ditanamkan melekat pada 2 arah katup yang
terhubung ke transduser tekanan dan pompa infus. Analisis dilakukan selama periode
waktu 25 menit. Setelah dianalisis, kandung kemih segera dipanen dan ditimbang
secara individual.
3.4.
Evaluasi Fungsi Hind Limb Locomotor
Pada proses ini evaluasi dilakukan dengan menggunakan treadmill dan sistem
perangkat lunak TreadScan.
3.5.
Persiapan Histologi/Jaringan
Tali tulang belakang dibedah, dihapus, dan disimpan dalam sukrosa 30% selama 24
jam pada suhu 4oC. Tali kemudian dipotong menjadi segmen 2 cm, tertanam dalam
senyawa jaringan beku. Flash beku yang digunakan adalah cairan nitrogen yang
disimpan dalam suhu -80oC. Masson pewarnaan trichrome dilakukan untuk
menjelaskan pembentukan bekas luka dan organisasi jaringan.
Analisa Statistik
Perbandingan antara kelompok pengobatan dianalisis secara stastistik dengan

3.6.

menggunakan v5.0 Prism.

4. Hasil Penelitian
4.1.
Pengaruh Perawatan dengan Keratin
Kaplan-Meier kurva survival menunjukkan bahwa pengobatan dengan menggunakan
hidrogel keratin memberikan tingkat ketahanan hidup lebih tinggi dibandingkan
dengan pengobatan saline.
Cystometry dan Pemulihan Fungsi Kandung Kemih
Perwakilan Cystometrograms (CMGS) pada 6 minggu setelah cedera hemisection dari

4.2.

kelompok perlakuan dan kontrol usia yang sama menunjukkan pemulihan yang
berbeda pada tikus.
Pengaruh Perawatan Keratin pada Fungsi Motor Hind Limb
Pengobatan keratin membuktikan dapat meningkatkan pemulihan beberapa properti

4.3.

alami secara signifikan.


Analisis Histologis
Pengobatan keratin hidrogel menunjukkan pemulihan yang luar biasa sehingga

4.4.

anatomi mendekati normal. Dari catatan khusus didapatkan berkurangnya bekas luka
glial, di mana hampir sama sekali tidak ada dan terbatas ke bagian lesi kabelnya.
5. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa potensi keratin merupakan pengobatan
berbasis biomaterial dalam aplikasi SCI yang efektif. Secara umum, pengobatan
keratin tampak dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dibandingan dengan
pengobatan garam. Tikus yang diobati dengan keratin juga memiliki pemulihan fungsi
kandung kemih yang lebih pesat.

JURNAL 2
1. Latar Belakang
Sepanjang kehidupan, kematian sel organisme terjadi pada saat proses dikendalikan
untuk menghilangkan sel-sel yang rusak atau tua. Mekanisme ini disebut dengan
apoptis. Selama kehidupan normal tingkat kematian sel diimbangi dengan proses
produksi atau regenerasi sel-sel baru. Namun, setelah cedera pada tubuh terdapat
peningkatan kematian sel akibat apoptosis dan nekrosis. Tidak seperti apoptosis,

nekrosis tidak diprogram dan tidak terkendali. Ketika sel-sel mati dari nekrosis,
mereka tidak memulai respon imun yang sama seperti sel apoptosis dan ini
menyebabkan pelepasan organel berbahaya, seperti lisosom.
2. Mekanisme Kematian Sel
............................
3. Pengujian In Vitro Biomaterial untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup Sel
............................
4. Peningkatan Kelangsungan Hidup Sel In Vivo
............................................
5. Peningkatan Kelangsungan Hidup Sel Menggunakan Biomaterial untuk Sel
Transplantasi ke Otak
..................................................
6. Peningkatan Kelangsungan Hidup Sel Menggunakan Biomaterial untuk Sel
Transplantasi ke Sumsum Tulang Belakang
.................................................
7. Kesimpulan
....................................................

Anda mungkin juga menyukai