Anda di halaman 1dari 6

Pengertian donor organ

Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada
tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
Syarat tersebut melipui kecocokan organ dari donor dan resipen. (cybeer_fox, 2008)
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki
daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak
berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan
harapan hidup penderitan hampir tidak ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang
yang akan menerima jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari
tubuhnya sendiri. Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital
seperti ginjal, jantung, dan mata. namun dalma perkembangannya organ-organ
tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu ornag yang sangat
memerlukannya. (Sajjarotul, 2011)
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ adalah
rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh
manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh. Pengertian lain
mengenai transplantasi organ adalah berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri
dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang
tidak berfungsi dengan baik. (Diansiljian, 2011)
Etik Keperawatan
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik
keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat
dengan teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi Perawat bertindak
melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal . Seorang perawat dalam
meeeenjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang
prinsip-prinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya. Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka hal yang
menjadi pertimbangan adalah seseoranhg melakukan transplantasi tersebut
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja pasien diyakinkan
bahwa

keputusan

yang

diambilnya

adalah

keputusan

yang

telah

dipertimbangkan secara matang. (Diansiljian, 2011)


b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi. (Diansiljian, 2011)
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. (Diansiljian, 2011)
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus
diupayakan semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. (Diansiljian,
2011)
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan

kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan


objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,
dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa doctors knows best
sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya. (Diansiljian, 2011)
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa
dalam memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai
pertimbangan yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil
bagi pihak pendonor maupun resipien, tidak meruguikan pihak manapun serta
berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh
melanggar nilai-nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh
nilai tersebut adalah, keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan
berharga. Jika seorang perawat menjunjung tinggi nilai tersebut dalam
prakteknya, niscaya seorang perawat tidak akan begitu mudah membantu
melaksanakan praktek transplantasi organ hanya dengan motivasi komersiil.
(Diansiljian, 2011)
Peran perawat dalam donor organ
Orang yang berkompeten secara legal bebas untuk mendonorkan tubuh atau organ mereka
untuk manfaat medis. Hukum negara bagian memastikan bahwa perawat dapat bertindak sebagai saksi

ketika individu ingin memberikan persetujuan untuk donor organ atau tubuh. Perawat harus
mewaspadai tentang kebijakan dan prosedur institusi dan hukum di negara ketika mereka diminta
untuk melayani sebagai saksi untuk individu yang ingin mendonorkan organ.
Karena banyaknya praktik illegal yang sering dilakukan di rumah sakit, maka perawat sebagai
tenaga kesehatan yang profesional harus mampu bertindak sebagai pelindung hak pasien dari praktik
illegal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang lain.

Peraturan perundang-undangan
Prosedur pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaksanaan transplantasi diatur
dalam Pasal 34 yang berbunyi:
Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan
tertentu.
Pasal 34 Ayat (2): Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan donor dan ahli waris atau
keluarganya.
Pasal 34 Ayat (3): Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981, tentang
bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut adalah :
Pasal 1
a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis
sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang sama dan
tertentu.
c) Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan tubuh
manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat
dan jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

d) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang lain untuk
keperluan kesehatan.
e) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yag berwenang
bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah berhenti.

Pasal 10
Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuanketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus dengan persetujuan
tertulis penderita dan keluarga yang terdekat setelah penderita meninggal dunia.

Pasal 11
a) Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh
mentri kesehatan.
b) Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang merawat
atau mengobati donor yang bersangkutan.

Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medic dengan
dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan dua
orang saksi.
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari
korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga
terdekat.
Pasal 15
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh calon
donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-akibat dan kemungkinan
yang dapat terjadi . dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa calon donor yang
bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.

Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi material
apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan
dari luar negeri

Kelemahan dan kelebihan transplantasi organ

Teknik transplantasi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang
menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Salah satu transplantasi yang paling
sering dilakukan oleh manusia yaitu transfuse darah. Biasanya dalam melakukan transplantasi
organ melibatkan beberapa hal yang sangat penting yakni;
a.
b.
c.
d.
e.

Pencarian donor yang sesuai


Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan.
Pemakaian obat-obat immunosupresan yang paten
Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
Kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian.

Teknik transplantasi ini merupakan satu-satunya peluang agar orang-orang yang memiliki
kerusakan organ atau organ tersebut tidak dapat bekerja dengan baik sebagaimana fungsinya.
Transplantasi paling baik dilakukan bila organ atau jaringan penggantinya berasal dari tubuh
keluarganya sendiri karena memiliki stuktur yang sama sehingga mencegah terjadinya
rejeksi. Akan tetapi jika organ atau jaringan yang berasal dari orang lain maka akan
memungkinkan seseorang mengalami rejeksi serta komplikasi yang dapat mengakibatkan
kematian. (vera, 2000)

Anda mungkin juga menyukai