Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi
sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu
atau beberapa tahapannya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu
tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik
didalam tanah dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional
yang memakai pupuk nitrogen dan sebagainya.
Pertanian terpadu juga merupakan suatu system berkesinambungan dan tidak berdiri
sendiri hasil dari alam akan kembali ke alam. Tanaman hortikultura merupakan tanaman
yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuahan vitamin dan mineral,
Sayuran hijau bermanfaat sebagai sumber vitamin dan mineral yang penting bagi
pemenuhan gizi masyarakat.

Dengan bertambahnya penduduk, meningkatnya

pendapatan dan pendidikan akan mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap


pentingnya nilai gizi dan kesehatan.Hal ini juga didukung dengan penjelasan Nurhidyati,
(2008) bahwa sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan
empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu,
sistem pertanian masukan luar rendah, dan sistem pengendalian hama terpadu sedangkan
beberapa alternatif yang dapat dikemukakan dalam usaha mewujudkan pertanian
berkelanjutan melalui pertanian secara terpadu adalah dengan cara: sistem tanam ganda,
komplementari hewan ternak dan tumbuhan, usaha terpadu peternakan dan perkebunan,
agroforestry, pemeliharaan dan peningkatan sumberdaya genetik dan pengelolaan hama
terpadu
Salah satu bentuk usaha tani yang dapat mendukung pembangunan pertanian di
wilayah pedesaan adalah integrasi tanaman ternak. Ciri utama dari pengintegrasian
tanaman dengan ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan antara
tanaman dengan ternak. Keterkaitan tersebut terlihat dari pembagian lahan yang saling
terpadu dan pemanfaatan limbah dari masing masing komponen. Saling keterkaitan
berbagai komponen integrasi merupakan faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan
pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan.
Konsep pertanian terpadu ini perlu digalakkan, untuk menunjang pola pertanian organik
yang ramah lingkungan, juga mampu meningkatkan usaha peternakan.
1.2. Rumusan Masalah
1

1. Bagaimana analisis usaha dan analisa produksi sistem pertanian campuran?


2. Bagaimana analisis usaha dan analisa produksi sistem produksi tanaman-ternak?
3. Bagaimana analisis usaha dan analisa produksi model pertanian tekno-ekologis
(ekosistem lahan sawah)?
4. Bagaimana analisis usaha, integrasi sederhana dan kompleks antar tanaman pakan
ternak dan tanaman pangan serta analisa produksi model pertanian tekno-ekologis ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisa produksi sistem pertanian campuran.
2. Untuk mengetahui analisa produksi sistem produksi tanama-ternak
3. Untuk mengetahui analisa produksi model pertanian tekno-ekologis (ekosistem
lahan sawah).
4. Untuk mengetahui, integrasi sederhana dan kompleks antar tanaman pakan ternak
dan tanaman pangan serta analisa produksi model pertanian tekno-ekologis
(ekosistem lahan perkebunan-ternak).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mixed Farming

Lahan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi beragam, antara lain
sebagai medium tumbuh tanaman untuk penyediaan bahan pangan, cadangan air,
rekreasi, permukiman dan bangunan lain. (Nurcholis, 2011)

Sistem usahatani pada lahan pekarangan umumnya berupa campuran aneka


komoditas, di antaranya buah-buahan, tanaman perkebunan/tua, sayur-sayuran,
tanaman rempah dan obat, tanaman hias, ternak dan ikan. Tanaman sayuran yang
umum dijumpai adalah Cabe Merah, Cabe Rawit, Saledri, dan Keladi. (Winardi,
2013)

Pertanaman campuran merupakan sitem pertanaman yang menanam lebih dari satu
jenis tanaman pada satu petak dalam musim tanam yang lama. Pertanaman
campuran ini komposisinya sangat beraneka tergantung pada petani. Pertanaman
campuran merupakan sitem pertanaman tradisional yang sudah sering dilakukan
petani berskala kecil. (Nurhidayati, dkk, 2008)

Alasan lain petani melakukan usaha tani campuran adalah karena kebiasaan
(tradisi), untuk memaksimalkan penerimaan dari sumber daya yang terbatas, dan
meningkatkan manfaat keterkaitan antar cabang usaha, seperti tanaman dan ternak
(sumber pakan), ternak dan tanah (kesuburan), serta tanaman dan tanaman
(tumpang sari) (Soedjana,T.D, 2007)
Di pasaran terdapat dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik dan organik. Pupuk
anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis
dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Sedangkan pupuk
organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan
organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan
organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Dewant,F.G,2013)

2.2. Sistem Produksi Makanan Ternak

Prinsip keterpaduan dalam SPT yang harus diperhatikan, yaitu diperlukan


keanekaragaman fungsional yang dapat dicapai dengan mengkombinasikan spesies
tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam
interaksi sinergetik dan positif, dan bukan hanya kestabilan yang dapat diperbaiki,
namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input yang lebih rendah.
(Nurcholis, 2011)
3

Usahatani berbasis tanaman memberikan hasil samping berupa pakan bagi


usahatani perikanan dan peternakan. Demikian pula sebaliknya, usaha perikanan
dan peternakan memberikan hasil samping berupa pupuk bagi usahatani tanaman.
(Prajitno, D, 2009)

Ciri utama komplementasi tanaman-ternak adalah adanya sinergisme atau


keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani
memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik, kemudian memanfaatkan
limbah pertanian sebagai pakan ternak. (Rahmatika, W, 2010)

Pada sistem seperti usaha tani terintegrasi, tanaman menghasilkan hijauan pakan
ternak untuk menghidupi ternak yang akan menghasilkan tenaga untuk pengolahan
lahan (membajak), pupuk, dan daging. (Soedjana, 2006)

Kombinasi peternakan dan aktivitas pertanian telah banyak membantu petani seluruh
dunia di masa lalu, dengan menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk untuk tanaman,
dan residu tanaman digunakan sebagai pakan ternak. (Nurhidayati, dkk, 2008)

2.3. Model Pertanian Tekno-Ekologis (Ekosistem, Lahan, Sawah)

Pengaruh silikat terhadap tanaman ialah dapat memperbaiki daya tumbuh,


meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, memperlancar
penyerapan hara dan juga membantu penghematan pemakaian air pada tanaman.
(Haryono, 2013)

Rata-rata luas lahan sawah perkepala keluarga (per farm) hanya 0,32 ha.Pada lahan
ini diusahakan tanaman padi (monocrop) dengan pola umum padi. (Kapa, 2010)

Pertanian terpadu merupakan suatu sistem berkesinambungan dan tidak berdiri


sendiri serta menganut prinsip segala sesuatu yang dihasilkan akan kembali ke
alam. Ini berarti limbah yang dihasilkan akan dimanfaatkan kembali menjadi
sumber daya yang dapat menghasilkan. Contohnya tanaman padi, beras yang
dihasilkan merupakan bahan pangan utama, sementara jeraminya dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak terutama sapi. (Ali, dkk, 2011)

Persiapan lahan dilakukan dengan mengolah tanah secara minimum menggunakan


traktor sebanyak satu kali kemudian diratakan menggunakan cangkul. (Madalia,
dkk, 2011)

Pada pengolahan tanah konservasi proses pencampuran tanah terjadi lebih sedikit,
sehingga mempengaruhi bentuk dan penempatan pupuk dalam tanah. Pupuk akan
tetap tinggal pada permukaan tanah. Residu-residu tanaman yang berada di
4

permukaan tanah menyebabkan tanah tetap lembab, merangsang pertumbuhan akar


di sekitar permukaan tanah dan memperbaiki serapan hara dari lapisan tanah di
bawahnya. (Nurhidayati, dkk, 2008)
2.4. Model Pertanian Tekno-Ekologis (Ekosistem, Lahan, Perkebunan-Ternak)

Limbah tebu yang berupa pucuk daun dan daun rogesan sangat digemari oleh
ternak sapi. Salah satu strategi untuk memotivasi petani menanam tebu
dikembangkan program integrasi tebu ternak. Limbah tanaman tebu pada on
farm, yaitu daun pucuk dan daun rogesan belum dimanfaatkan secara optimal,
terutama dalam sistem integrasi tebu-ternak. (Romli, dkk, 2012)

Pucuk tebu bisa diolah menjadi pakan ternak sapi dengan harga jual antar Rp 300400 per kg dan harga ekspor 0.5 dollar Amerika. (Misran, 2005)

Kemudian diberikan pupuk Phonska (NPK 15-15-15) sebanyak 100 kg ha-1, atau
0,8 g per tanaman. (Madalia, dkk, 2011)

Kendala penggunaan pucuk dan ampas tebu untuk pakan adalah sangat rendahnya
kecernaan karena kandungan lignoselulosa yang sangat tinggi. Kandungan lignin
pada ampas tebu sebesar 24,2 % dan kandungan lignin pada pucuk tebu sebesar 14
% . Upaya peningkatan nilai kecernaan dapat ditempuh dengan penggunaan jamur
Phanerochaete chrysosporium yang menghasilkan enzim ekstraseluler, peroksidase
(LiP), mangan peroksidase (MnP) dan Lakase. Enzim yang dihasilkan berperan
dalam pelapukan kayu, pendegradasi sampah, serta lignin. (Prasetyo, dkk, 2013)

Peranan PGPR dalam merangsang pertumbuhan tanaman terjadi melalui


peningkatan luas permukaan akar, yang pada gilirannya akan meningkatkan
kemampuan tanaman menyerap hara sehingga pertumbuhan tanaman meningkat.
Untuk tanaman tebu digunakan Enterobacter, sp. (Nurhidayati, dkk, 2008)

BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Lokasi Praktikum
Lokasi yang kami ambil untuk praktikum yaitu beberapa desa yang berada di
kecamatan Karang Ploso, Malang, Jawa Timur. Lokasi yang kami pilih ada 3 antaralain :
1. Jln. Balai Desa Kepuharjo RT/RW 07/01 no.64 Kangrengan, Ngijo, Karang Ploso,
Malang.
2. Ds. Ngenep RT/RW 02/09, Karang Ploso, Malang.
3. Ds. Kepuharjo, Karang Ploso, Malang.
3.2. Materi Praktikum
Materi yang akan kami lakuan yaitu adalah sebagai berikut :
3.2.1. Mixed Farming
Nama Responden

: Pak Suyono

Alamat

: Jln. Balai Desa Kepuharjo RT/RW 07/01 no.64 Kangrengan, Ngijo,


Karang Ploso, Malang

No. Hp

: 08970404381

Jenis tanaman

: cabai dan tomat

3.2.2. Sistem Produksi Makanan Ternak


Nama Responden

: Pak Oon

Alamat

: Ds. Ngenep RT/RW 02/09, Karang Ploso, Malang

No. Hp

: 082345691277

Jenis Tanaman

: 1. rumput gajah (Pennisetum purpureum)


2. kelorwono (Gliricidae maculata)
3. singkong karet (Manihot esculenta)
4. singkong (Manihot utilissima)

Jenis ternak

: 1. Kambing peranakan etawah


2. kambing boer
3. domba ekor gemuk

Teknologi

: chopper

3.2.3. Model Pertanian Tekno-Ekologis (Ekosistem, Lahan, Sawah)


Nama Responden

: Pak Cecep

Alamat

: Ds. Kepuharjo, Karang Ploso, Malang

No. Hp

: 085731649001

Jenis tanaman

: padi

Jenis ternak

: ayam

Teknologi

: Traktor dan mesin penggiling

3.2.4. Model Pertanian Tekno-Ekologis (Ekosistem, Lahan, Perkebunan-Ternak)


Nama Responden

: Pak Cecep

Alamat

: Ds. Kepuharjo, Karang Ploso, Malang

No. Hp

: 085731649001

Jenis tanaman

: tebu

Jenis ternak

: sapi

Teknologi

: sabit

3.3. Metode Praktikum


Lokasi penelitian di kota Malang ,teknik pengambilan sampel Responden dipilih
secara purposive sampling dimana petani yang melakukan pertanian terpadu tanaman dan
ternak, selanjutnya untuk pemilihan Kecamatan dan Desa yang petaninya melakukan
pertanian terpadu tanaman holtikultura dan ternak. Lokasi yang kami ambil untuk
praktikum yaitu beberapa desa yang berada di kecamatan Karang Ploso, Malang, Jawa
Timur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan acak
secara purposive dengan tujuan masing-masing.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. MIXED FARMING
Nama Responden

: Pak Suyono

Alamat

: Jln. Balai Desa Kepuharjo RT/RW 07/01 no.64 Kangrengan, Ngijo,


Karang Ploso, Malang

No. Hp

: 08970404381

Tabel 1.
No

Keterangan

Jumlah pengamatan

.
1.
2.
3.
4.

Luas lahan
Jenis tanaman
Jenis pupuk yang digunakan
Produksi per panen

3000 m2
cabai dan tomat
Pupuk buatan pabrik/ MES, pupuk organik
Kurang lebih 8 ton

Tabel 2. Pengeluaran
No
1.
2.
3.

Keterangan
Pembelian bibit tomat
Pembelin pupuk
Pembayaran tenaga kerja

4
5.

Volume
540 garm
100 kg
3 orang x 4 minggu

Harga satuan
Rp. 8.000,00
Rp. 6.500,00
Rp. 50.000,00

Total
Rp. 4.320.000,00
Rp. 650.000,00
Rp. 600.000,00

penanaman dan pemanenan


Pembelian bibit cabe
540 gram
Pembiayaan
pengolahan 2 orang

Rp. 6000,00
Rp.

Rp. 3.240.000,00
Rp. 300.000,00

lahan

150.000,00
Total

Rp. 9.110000,00

Tabel.3
No Keterangan
1. Pendapatan cabe
2. Pendapatan tomat

Volume
8 ton per panen
8 ton per panen
Total

Harga satuan
Rp. 937.500,00
Rp. 937.500,00

Total
Rp. 7.500.000,00
Rp. 7.500.000,00
Rp.15.000.000,00

Tabel 4. Rincian Biaya


No

Pengeluaran

Pendapatan

Keuntungan

.
1.

Rp. 9.110000,00

Rp.15.000.000,00

Rp.15.000.000,00- Rp.9.110000,00
=Rp.5.890.000,00

Pembahasan

Gambar 1.
Lahan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi beragam, antara lain
sebagai medium tumbuh tanaman untuk penyediaan bahan pangan, cadangan air, rekreasi,
permukiman dan bangunan lain. (Nurcholis, 2011) sehingga banyak digunakan oleh
masyarakat kabupaten Malang, Kecamatan Karangploso sebagai medium untuk tumbuh
berbagai jenis tanaman pangan.
Salah satu lahan yang kami amati yaitu berada di daerah Jalan Balai Desa
Kepuharjo yang dimilik oleh bapak Suyono. Luas lahan yang dimiliki yaitu 3000m2
dengan jenis tanaman tomat dan cabai. Menurut Winardi (2013), Sistem usahatani pada
lahan umumnya berupa campuran aneka komoditas, di antaranya buah-buahan, tanaman
perkebunan/tua, sayur-sayuran, tanaman rempah dan obat, tanaman hias, ternak dan ikan.
Tanaman sayuran yang umum dijumpai adalah Cabe Merah, Cabe Rawit, Saledri, dan
Keladi. Lahan dengan penanaman dua atau lebih jenis tanaman ini disebut dengan mixed
farming. Hal ini juga dikemukakan oleh Nurhidayati, dkk (2008) yang menyatakan bahwa
pertanaman campuran merupakan sitem pertanaman yang menanam lebih dari satu jenis
9

tanaman pada satu petak dalam musim tanam yang lama. Pertanaman campuran ini
komposisinya sangat beraneka tergantung pada petani. Pertanaman campuran merupakan
sitem pertanaman tradisional yang sudah sering dilakukan petani berskala kecil.
Dengan luas lahan tersebut, biasanya digunakan pupuk buatan pabrik (MES) dan
pupuk organic. Dalam 1 tahun biasanya dapat dipanen 3 kali. Pada musim penghujan, hasil
panen tidak maksimal. Contohnya pada tahun ini, hanya dihasilkan masing-masing kurang
dari 8 ton tomat dan cabai. Biasanya, jika cuaca baik, maka produksi maksimal yang
dihasilkan masing-masing tanaman tersebut adalah 8 ton. Sehingga pada musim penghujan
pendapatan petani menurun dan modalpun tak kembali., sesuai dengan penjelasan
Dewant,F.G, (2013) di pasaran terdapat dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik dan
organik. Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau
biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Sedangkan pupuk
organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang
berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat dibentuk
padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah.
Pada saat kami melakukan kunjungan ke seorang petani di daerah Karangploso,
petani tersebut menggunakan sistem pertaniannya secara mix farming atau pertanian
campuran dengan menanam tanaman cabai dan tomat dalam satu lahan yang dimiliki
petani tersebut karena bertujuan untuk memaksimalkan kebutuhan , hal ini sesuai dengan
penjelasan Soedjana,T.D, (2007) bahwa alasan lain petani melakukan usaha tani campuran
adalah karena kebiasaan (tradisi), untuk memaksimalkan penerimaan dari sumber daya
yang terbatas, dan meningkatkan manfaat keterkaitan antar cabang usaha, seperti tanaman
dan ternak (sumber pakan), ternak dan tanah (kesuburan), serta tanaman dan tanaman
(tumpang sari)

4.2. SISTEM PRODUKSI MAKANAN TERNAK


Nama Responden

: Pak Oon

Alamat

: Ds. Ngenep RT/RW 02/09, Karang Ploso, Malang

No. Hp

: 082345691277

Tabel 5.
10

No

Keterangan

Jumlah pengamatan

.
1.
2.

Luas lahan
Jenis tanaman

1 Ha
- rumput gajah (Pennisetum purpureum)
-kelorwono (Gliricidae maculata)
-singkong karet (Manihot esculenta)
-singkong (Manihot utilissima)

3.

Jenis ternak

-Kambing peranakan etawa


-kambing boer
-domba ekor gemuk

4.
5.
6.

Jenis pupuk yang digunakan


Produksi ternak
Produksi tanaman per panen

Pupuk organik
150 ternak
- rumput gajah = 21 kg
-kelorwono 17 kg
-singkong karet 8 kg
-singkong 10 kg

6.

Jenis teknologi yang digunakan

Chopper

Tabel 6.
No Keterangan
1. Bibit kambing etawa

Volume
Harga satuan
-2 ekor betina -Rp.4.000.000,00

Total
-Rp. 8.000.000,00

induk
2.

Domba ekor gemuk

-1ekor pejantan -Rp. 4.000.000,00


-4 ekor betina -Rp. 1.500.000,00

-Rp. 4.000.000,00
-Rp. 6.000.000,00

induk
-2 ekor pejantan
3.

Kambing Boer

-Rp. 2.250.000,00

-Rp. 4.450.000,00

-2 ekor betina -Rp. 2.500.000,00

-Rp. 5.000.000,00

induk
4
5.
6.

Kulit kopi
Ampas bir
Pembayaran tenaga kerja

-1ekor pejantan
1 bak colt t
1 drum
5 orang/bulan
Total

-Rp. 2.500.000,00
Rp. 650.000,00
Rp. 550.000,00
Rp. 500.000,00

-Rp. 2.500.000,00
Rp. 650.000,00
Rp. 550.000,00
Rp. 2.500.000,00
Rp. 33.650.000,00

Tabel 7.
11

No Keterangan
1. Penjualan Kambing

Volume
Boer 20 ekor

Harga satuan
Rp. 2.550.000,00

Total
Rp.51.000.000,00

3.

setiap hari raya qurban


Penjualan domba ekor gemuk 25 ekor

Rp. 2.000.000,00

Rp. 50.000.000,00

2.

setiap hari raya qurban


Penjualan singkong

Rp. 6000,00

Rp. 180.000,00
Rp. 101.180.000

30 kg
Total

Tabel 8.
No

Pengeluaran

Pendapatan

Keuntungan

.
1

Rp. 33.650.000,00

Rp. 101.180.000

Rp. 67.530.000,00

Pembahasan

\
Gambar 2.
Luas lahan yang dimiliki yaitu 1 ha, dengan hasil produksi rumput gajah 80 kg,
kelorwono 55 kg, daun singkong karet 8 kg dan daun singkong 10 kg di musim penghujan.
Tanaman ini digunakan untuk pakan ternak kambing jenis peranakan etawah dan boer serta
domba ekor gemuk yang masing-masing berjumlah 300, 300 dan 150.
Usahatani berbasis tanaman memberikan hasil samping berupa pakan bagi
usahatani peternakan. Demikian pula sebaliknya, peternakan memberikan hasil samping
berupa pupuk bagi usahatani tanaman (Prajitno, D, 2009). Hal ini dinyatakan pula oleh
Nurhidayati, dkk (2008) bahwa kombinasi peternakan dan aktivitas pertanian telah banyak
membantu petani seluruh dunia di masa lalu, dengan menggunakan kotoran ternak sebagai
pupuk untuk tanaman, dan residu tanaman digunakan sebagai pakan ternak.

12

Gambar 3.
Pada penanaman pakan ternak ini menggunakan pupuk organic dari feses yang
dihasilkan ternak. Sehingga hubungan antara ternak dan tanaman tersebut bersinergi. Hal
ini sesuai dengan Nurcholis (2011) yang menyatakan bahwa prinsip keterpaduan dalam
SPT yang harus diperhatikan, yaitu diperlukan keanekaragaman fungsional yang dapat
dicapai dengan mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling
melengkapi dan berhubungan dalam interaksi sinergetik dan positif, dan bukan hanya
kestabilan yang dapat diperbaiki, namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input
yang lebih rendah. Begitu pula menurut Rahmatika, W (2011) yang menyatakan bahwa ciri
utama komplementasi tanaman-ternak adalah adanya sinergisme atau keterkaitan yang
saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani memanfaatkan kotoran ternak
sebagai pupuk organik, kemudian memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak.
Hal ini didukung juga oleh Soedjana (2006) yang menyatakan bahwa pada sistem seperti
usaha tani terintegrasi, tanaman menghasilkan hijauan pakan ternak untuk menghidupi
ternak yang akan menghasilkan tenaga untuk pengolahan lahan (membajak), pupuk, dan
daging.

Gambar 4.
Cara pemberian pakan pada ternak ini yaitu semua bahan pakan ini di chopper
terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak. Chopper yang digunakan adalah chopper
rakitan petani dengan hasil tanaman setelah di chopper yaitu sepanjang 2-5cm. Bahan
bakar yang digunakan yaitu solar dengan 1 liter solar biasanya digunakan kurang lebih 1
13

minggu. Apabila saat musim kemarau petani lebih memilih untuk membeli pakan limbah
berupa kulit kopi.

4.3. MODEL PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS (EKOSISTEM, LAHAN, SAWAH)


Nama Responden

: Pak Cecep

Alamat

: Ds. Kepuharjo, Karang Ploso, Malang

No. Hp

: 085731649001

Tabel 9.
No

Keterangan

Jumlah pengamatan

.
1.
2.
3.
4.

Luas lahan
Jenis tanaman
Jenis ternak
Jenis pupuk yang digunakan

3600 m2
Padi
Ayam
-Pupuk pabrik hijau (TSP)

Produksi telur
Produksi tanaman per panen
Jenis teknologi yang digunakan

-Pupuk urea
75 kg
2-6 ton
-Traktor dan Alat penggiling padi

5.
6.
6.

Tabel 10.
No
1.
2.
3.
4

Keterangan
Pembelian benih padi
Pembelian pupuk urea
Pembelian pupuk
Pembelian
bibit
ayam

5.

petelur
Pembayaran

6.

pengolahan sawah
Sewa traktor

1kali

Pembelian pakan ayam

pengolahan
-Menir padi dan -Rp. 0,00

7.

Volume
10 kg
100 kg
50 kg
2 box DOC

pekerja 2 orang

dedak

Harga satuan
Rp. 9000,00
Rp. 1.800,00
Rp. 2.000,00
Rp. 800.000,00

Total
Rp. 90.000,00
Rp. 180.000,00
Rp. 100.000,00
Rp. 1.600.000,00

Rp. 150.000,00

Rp. 300.000,00

Rp. 300.000,00

Rp. 300.000,00
-Rp. 0,00

padi

(hasil sendiri)
-pakan

buatan -Rp. 10.000,00

80 kg (pellet)
Total

Rp. 800.000,00
Rp. 3.370.000,00

Tabel 11.
No Keterangan

Volume

Harga satuan

Total
14

1.
2.

Penjualan beras
Penjualan telur ayam

4 ton
75 kg
Total

Rp. 9.500,00/kg
Rp. 18.500,00

Rp.38.000.000,00
Rp. 1.387.000,00
Rp. 39.387.500,00

Tabel 12.
No

Pengeluaran

Pendapatan

Keuntungan

.
1

Rp.3.370.000,00

Rp. 39.387.500,00

Rp. 36.017.500,00

Pembahasan

Gambar 5.
Luas lahan yang dimiliki yaitu 3600m2 dengan hasil 2-6 ton per panen. Lahan ini
hanya ditanami dengan tanaman padi saja. Hal ini sesuai dengan Kapa (2010) yang
menyatakan dalam penelitiannya yaitu rata-rata luas lahan sawah perkepala keluarga (per
farm) hanya 0,32 ha. Pada lahan ini diusahakan tanaman padi (monocrop) dengan pola
umum padi.

15

Gambar 6.
Sebelum dilakukan pembibitan dan penanaman, lahan dibajak menggunakan
traktor. Persiapan lahan dilakukan dengan mengolah tanah secara minimum menggunakan
traktor sebanyak satu kali kemudian diratakan menggunakan cangkul (Madalia, dkk, 2011).
Hal ini diperlukan agar tanah mengalami perombakan kembali unsure-unsur yang ada di
dalamnya. Sesuai dengan pendapat Nurhidayati (2008) yang menyatakan bahwa pada
pengolahan tanah konservasi proses pencampuran tanah terjadi lebih sedikit, sehingga
mempengaruhi bentuk dan penempatan pupuk dalam tanah. Pupuk akan tetap tinggal pada
permukaan tanah. Residu-residu tanaman yang berada di permukaan tanah menyebabkan
tanah tetap lembab, merangsang pertumbuhan akar di sekitar permukaan tanah dan
memperbaiki serapan hara dari lapisan tanah di bawahnya. Untuk mempercepat
pengolahan lahan, biasanya bapak Cecep juga menyewa 1-2 traktor dan pekerja lagi untuk
mempercepat pengolahan.
Pemupukan menggunakan pupuk pabrik hijau TSP ( 18kg) dan urea (30kg). Petani
ini juga memiliki ternak ayam sejumlah 1200 ekor yang salah satu bahan pakannya
menggunakan limbah dari padi tersebut yaitu berupa menir. Untuk limbah seperti jerami,
diberikan pada pekerja yang memiliki ternak sapi. Hal ini sesuai dengan Ali, dkk (2011)
yang menyatakan bahwa pertanian terpadu merupakan suatu sistem berkesinambungan
dan tidak berdiri sendiri serta menganut prinsip segala sesuatu yang dihasilkan akan
kembali ke alam. Ini berarti limbah yang dihasilkan akan dimanfaatkan kembali menjadi
sumber daya yang dapat menghasilkan. Contohnya tanaman padi, beras yang dihasilkan
merupakan bahan pangan utama, sementara jeraminya dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak terutama sapi.
Alat-alat yang digunakan antara lain traktor sebanyak 1 buah dan alat penggilingan.
Hambatan yang biasa dialami yaitu cuaca, hama, gulma dan jamur. Pada musim kemarau,
kurangnya air menyebabkan lahan kering dan saat musim penghujan biasanya banyak
tumbuh jamur, hama berupa tikus, wereng dan burung, serta gulma-gulma yang tumbuh
ikut menyerap sebagian nutrisi padi sehingga pertumbuhan padi pun tidak maksimal.
Menurut Haryono (2013) adanya pengaruh silikat terhadap tanaman ialah dapat
memperbaiki daya tumbuh, meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan
penyakit, memperlancar penyerapan hara dan juga membantu penghematan pemakaian air
pada tanaman. Sehingga, agar saat musim penghujan, sebaiknya perlu digunakan silikat
agar tahan dari serangan hama dan penyakit serta pertumbuhan padi menjadi maksimal.

16

Penghasilan petani pada saat musim kering tentunya lebih rendah dari musim
hujan. Hal ini diakibatkan karena pada saat kemarau lahan menjadi kering dan padi pun
ikut mongering karena pada dasarnya padi adalah tumbuhan basah.

4.4. MODEL PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS (EKOSISTEM, LAHAN,


PERKEBUNAN-TERNAK)
Nama Responden

: Pak Cecep

Alamat

: Ds. Kepuharjo, Karang Ploso, Malang

No. Hp

: 085731649001

Tabel 13.
No

Keterangan

Jumlah pengamatan

.
1.
2.
3.
4.

Luas lahan
Jenis tanaman
Jenis ternak
Jenis pupuk yang digunakan

1 Ha
Tebu
Sapi
-Pupuk ZA

Produksi tanaman per panen

-Pupuk organik
3 ton

5.

Tabel 14.
No
1.
2.
3.
4

Keterangan
Pembelian bibit tebu
Pembeian pupuk ZA
Pembelian pupuk organik
Pembayaran pegawai

Volume
1 colt T
100 kg
100 kg
8 orang
Total

Harga satuan
Rp. 450.000,00
Rp. 1.400,00
Rp. 500,00
Rp. 400.000,00

Total
Rp. 450.000,00
Rp. 140.000,00
Rp. 50.000,00
Rp. 3.200.000,00
Rp. 3.840.000,00

Tabel 15.
No Keterangan
1. Penjualan tebu

Volume
3 ton
Total

Harga satuan
Rp. 8.000,00/kg

Total
Rp.24.000.000,00
Rp.24.000.000,00

Tabel 16.
No

Pengeluaran

Pendapatan

Keuntungan

.
1

Rp. 3.840.000,00

Rp.24.000.000,00

Rp.20.160.000,00

17

Pembahasan

Luas lahan yang dimiliki 1ha dengan hasil 300 ton per panen. Pupuk yang
digunakan antaralain pupuk ZA (3kg), Ponska (110kg) dan pupuk organic (200kg). Hal ini
sesuai dengan Madalia (2011) yang menyatakan pada penelitiannya diberikan pupuk
Phonska (NPK 15-15-15) sebanyak 100 kg ha-1, atau 0,8 g per tanaman. Peranan PGPR
dalam merangsang pertumbuhan tanaman terjadi melalui peningkatan luas permukaan akar,
yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan tanaman menyerap hara sehingga
pertumbuhan tanaman meningkat. Untuk tanaman tebu digunakan Enterobacter, sp.
(Nurhidayati, dkk, 2008)
Biasanya pucuk daun tebu tersebut diberikan pada pekerja yang memiliki ternak
sapi berjenis kacokan (keturunan dari berbagai jenis peranakan) karena di desa Kepuharjo,
kecamatan Karangploso, Malang ini para peternak tidak memiliki kesadaran dalam
mengawinkan ternaknya, hanya asal mengawinkan saja.

Gambar 7.
Menurut Romli, dkk (2012) limbah tebu yang berupa pucuk daun dan daun rogesan
sangat digemari oleh ternak sapi. Salah satu strategi untuk memotivasi petani menanam
tebu dikembangkan program integrasi tebu ternak. Limbah tanaman tebu pada on farm,
yaitu daun pucuk dan daun rogesan belum dimanfaatkan secara optimal, terutama dalam
sistem integrasi tebu-ternak. Begitu pula menurut Misran (2005) yang menyatakan bahwa
Pucuk tebu bisa diolah menjadi pakan ternak sapi dengan harga jual antar Rp 300-400 per
kg dan harga ekspor 0.5 dollar Amerika.

18

Gambar 8.
Kendala penggunaan pucuk tebu untuk pakan adalah sangat rendahnya kecernaan
karena kandungan lignoselulosa yang sangat tinggi. Kandungan lignin pada ampas tebu
sebesar 24,2 % dan kandungan lignin pada pucuk tebu sebesar 14 % . Upaya peningkatan
nilai kecernaan dapat ditempuh dengan penggunaan jamur Phanerochaete chrysosporium
yang menghasilkan enzim ekstraseluler, peroksidase (LiP), mangan peroksidase (MnP) dan
Lakase. Enzim yang dihasilkan berperan dalam pelapukan kayu, pendegradasi sampah,
serta lignin (Prasetyo, dkk, 2013). Untuk itu, para pekerja tani ini belajar untuk
memfermentasikan pucuk tebu selama musim kemarau untuk persediaan pakan dan juga
agar menambah palabilitas dan kecernaan untuk ternaknya.
Produk utama hasil tebu tersebut dijual ke pengepul terlebih dahulu sebelum
dikirim ke pabrik Kebonagung, Malang.

19

Anda mungkin juga menyukai