Anda di halaman 1dari 9

Fibusi (JoF) Vol.3 No.

1, April 2015

KARAKTERISASI CEBAKAN MINERAL SULFIDA BERDASARKAN


HASIL METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DAN INDUKSI
POLARISASI DAERAH JAMPANG KABUPATEN SUKABUMI
DikaAriesandra1, Dadan Dani Wardhana2*, Mimin Iryanti3*

1,2Jurusan
3

Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas


Pendidikan Indonesia (UPI), Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung 40154, Indonesia

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jl. Sangkuriang, Bandung, Indonesia

Dikafisika97@gmail.com
ABSTRAK

Daerah Jampang Kabupaten Sukabumi termasuk ke dalam formasi Jampang yang


didominasi dengan batuan gunung api pembawa sulfur, sehingga daerah tersebut sangat
berpotensi mineral sulfida pembawa logam bernilai ekonomis tinggi seperti emas, perak,
tembaga, nikel, timah dan logam lainnya. Oleh karena itu, banyak kegiatan eklplorasi yang
dilakukan di daerah penelitian. Untuk mengurangi persentasi kegagalan dan kerugian
ketika dilakukan pemboran pemanfaatan, maka digunakan metode geolistrik resistivitas
dan Induksi polarisasi untuk melakukan karakteristisasi cebakan mineral sulfida. Hasil dari
metode resistivitas dan induksi polarisasi berupa penampang 2D dari variasi nilai
reisitivitas dan chargeabilitas yang diinversi menggunakan perangkat lunak res2dinv. Nilai
yang diperoleh bervariasi, untuk resistivitas diperoleh rentang nilai 0 sampai >10.000 m,
sedangkan variasi nilai chargeabilitas diperoleh rentang 0 sampai 500 msec. Mineral
sulfida di daerah penelitian merupakan hasil alterasi yang menyebabkan mineralisasi. Zona
alterasi yang terdapat di daerah penelitian diantaranya alterasi silsifikasi yang ditandai
dengan nilai resistivitas tinggi (10.000 m) dikarenakan terdapat intrusi batuan beku
seperti andesit, basalt dan batuan tuffa vulkanik yang tersedimentasi pada batupasir
berasosiasi dengan kuarsa yang membentuk urat dan membawa mineral sulfida seperti pirit
dan kalkopirit sehingga menujukkan nilai chargeabiltas yang tinggi pula (250msec). Zona
alterasi argilik pun mendominasi pada daerah ini yang menyebabkan mineralisasi, ditandai
dengan nilai resistivitas rendah (<100 m) didominasi dengan batuan teralterasi kuat
seperti shale yang berasosiasi dengan mineral sulfida yang diindikasikan dengan nilai
chargeabilitas tinggi. Dari karakteristik tersebut disimpulkan bahwa daerah penelitian
termasuk ke dalam endapan hipotermal dengan karakteristik cebakan yang terbentuk
berupa urat dan mineralisasi terjadi di dekat intrusi.
Kata Kunci: Cebakan mineral sulfida, metode resistivitas, metode induksi polarisasi, zona
alterasi, mineralisasi.

Dika Ariesandra, Karakterisasi Cebakan Mineral Sulfida Berdasarkan Hasil Metode

ABSTRACT
Characterization of sulfide Mineral Deposits Based On Result of Geoelectric Methode
Resistivity And Induced Polarization Of Jampang Area Sukabumi District.

ABSTRACT
Jampang area at Sukabumi district belong to the formation Jampang dominated by
volcanic rocks sulfur carrier, so that the area is a potential carrier of metal sulphide
minerals of high economic value such as gold, silver, copper, nickel, tin and other metal.
Therefore, a lot of exploration activities in rhe area of research. To reduce the percentage
of failure and loss when done drilling utilization, then use the method of geolelectric
resistivity and induced polarizationto characterize sulphide mineral deposits. Result of
resistivity and induced polarization method is pseudosection 2D variation value of
resistivity and chargeability were inverted using the software Res2DInv. Values obtained
varied, for resistivity values obtained range of 0 to >10.000m, while variations
chargeability values obtained range from 0 to 500msec. Sulphide minerals in the area of
research is the result of alteration which causes the mineralization. Alteration zones
located in the research area include silsifikasi alteration zone are characterized by high
resistivity values (>10.000m) because there are igneous intrutions such as andesite,
basalt, and tuff volcanic rocks in sedimentary rock like sandstone associated with quartz
veins that form and bring the sulphide minerals that shows the high chargeability
value(>250msec). Argilic alterasion zone also dominated at research area causes
mineralization, with low resistivity value (<100 m) dominated by alteration rocks such
as shale associated with sulphide minerals indicated by high chargeability value. From the
characteristic of the research area cocluded than the area include in the hypothermal
deposits with characteristic that are formed in theform of vein deposits and mineralization
occurs near the intrusion.
Keyword : sulphide mineral deposits, resistivity method, induced polarization method,
alteration zone, mineralization.

PENDAHULUAN

Daerah
Jampang
Kabupaten
Sukabumi merupakan salah satu daerah
yang kaya akan sumber daya alamnya
terutama mineral sulfida. Hal ini sudah
dibuktikan oleh beberapa tim peneliti yang
melakukan penelitian di beberapa daerah di
sekitar
Jampang.
Mineral
sulfida
merupakan mineral pembawa bijih logam
yang bernilai ekonomis tinggi seperti besi,
timah hitam, tembaga, emas dan perak,
sehingga sangat bermanfaat baik pada
bidang industri juga kebutuhan investasi

seperti perhiasan. Daerah penelitian kali ini


pun dilakukan di daerah Jampang,
dikarenakan daerah ini memiliki sungai
yang hulu sungainya satu garis dengan
sungai lain seperti Ciemas, Cikotok dan
daerah lainnya. Selain itu daerah penelitian
banyak masyarakat sekitar yang mencari
logam yang bernilai ekonomis tinggi
dengan cara pendulangan.
Cebakan mineral sulfide terbentuk
secara tersebar sehingga tidak jarang
kegiatan eksploitasi mengalami kerugian
ii

Fibusi (JoF) Vol.3 No.1, April 2015

akibat kesalahan menentukan leak titik


pengeboran pemanfaatan. Oleh karena itu
digunakan metode geolistrik resistivitas
dan induksi polarisasi untuk mendapatkan
penampang kondisi bawah permukaan
tanah agar dapat diketahui karakteristik
cebakan mineral sulfide yang terbentuk,
sehingga dengan mudah diketahui tipe
seperti apa endapan hidrotermal yang
terbentuk dan mineral sulfide apa yang
berasosiasi di daerah tersebut. Hasil
penampang resistivitas dan chargeability
yang diperoleh dapat digunakan sebagai
titik acuan letak pengeboran pemanfaatan.
Tujuan
Mengetahui karakteristik cebakan
mineral sulfide di daerah Jampang
Kabupaten
Sukabumi
berdasarkan
interpretasi penampang bawah permukaan
dari anomali nilai resistivitas dan
chargeability batuan, sehingga dapat
diketahui mineral sulfide yang berasosiasi
dengan batuan di daerah penelitian.
Metode resistivitas adalah salah satu
metode
geofisika
yang
bertujuan
mempelajari sifat fisis batuan atau objek
yang terdapat di bawah permukaan.
Metode ini bertujuan menggambarkan
distribusi nilai resistivitas di bawah
permukaan bumi dari hasil pengukuran
yang dilakukan di permukaan bumi.
Parameter fisis yang didapatkan berupa
nilai resistivitas semu. Metode ini
menganggap
bahwa
bumi
bersifat
homogeny isotropis yang sesungguhnya
bumi bersifat heterogen anisotropis, oleh
karena itu parameter yang didapatkan
berupa nilai resistivitas semu () dengan
satuan m. Untuk mencari nilai resistivitas
semu digunakan rumus:
(1)

Konfigurasi elektroda yang digunakan


yaitu konfigurasi elektroda dipole-dipole,
karena elektroda ini mampu memberikan
penampang secara vertikal dan horizontal
seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Konfigurasi Dipole- dipole


(Irwan idrus, 2011)
Pengukuran
dilakukan
dengan
memindahkan elektroda potensial dan
elektroda arus tetap, kemudian untuk
pengukuran kedalaman (n) selanjutnya
dengan memindahkan elektroda arus
diikuti dengan pemindahan elektroda
potensial sepanjang lintasan seterusnya
hingga pengukuran elektroda arus di titik
terakhir di lintasan tersebut. Konfigurasi
elektroda dipole-dipole memiliki faktor
geometri berikut:
(2)
Sehingga untuk mengetahui resistivitas
semu dengan menggunakan konfigurasi
dipole-dipole,
didapatkan
persamaan
dibawah ini:
(3)
Besar kecilnya nilai resistivitas
batuan dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor seperti, porositas, permeabilitas,
salinitas, air elektrolit, nbatuan lempung
dan kandungan mineral konduktif yang
terdapat dalam batuan. Berikut adalah tabel
nilai resistivitas batuan:

merupakan beda potensial pada


Dengan
elektroda potensial dalam satuan volt, I
merupakan arus dengan satuan ampere dan
K adalah faktor geometri. Faktor geometri
didapatkan sesuai dengan konfigurasi
elektroda
pada
saat
pengukuran.
iii

Dika Ariesandra, Karakterisasi Cebakan Mineral Sulfida Berdasarkan Hasil Metode

Tabel 1. Nilai Resistivitas Batuan


Sumber: Telford dkk., 1990

Metode induksi polarisasi merupakan


metode geolistrik yang pada pinsipnya
sama yaitu melihat respon dari batuan
permukaan tanah setelah diinjeksikan arus
dari permukaan. Metode induksi polarisasi
terbukti mampu menutupi kekuranngan
dari metode resistivitas dalam kasus
indentifikasi keberadaan mineral di dalam
batuan.
Efek
polarsasi
terinduksi
merupakan elemen dasar yang terjadi pada
metode IP, dimana ketika elektroda arus
(C1,C2 atau A,B) dialiri arus listrik searah
(DC) maka pada elektroda potensial (P1,P2
atau M,N) akan menglami beda potensial,
ketika sumber arus dimatikan pada waktu
t 0 maka nilai beda potensial tidak langsung
kembali ke nol, melainkan secara perlahan
mengalami peluruhan menuju nol dalam
waktu tertentu. Lamanya peluruhan
bergantung pada mineral sulfida yang
terdapat pada pori batuan, peluruhan
tersebut ditujukkan oleh gambar 2.

Gambar 2. Grafik Penurunan beda


potensial
Sumber: Keller and Frischnecth, 1996

Penurunan beda potensial terhadap


waktu tersebut merupakan keluaran dari
metode pengukuran IP yang disebut
dengan chargeability. Setiap penurunan
beda
potensial
diukur
dengan
mengintegrasikan beda potensial ketika
arus dimatikan (t 0 ) dan waku ketika arus
kembali nol (t 1 ). Sehingga chargeability
dirumuskan sebagai berikut:
(4)
Besar
kecilnya
nilai
chargeability
tergantung pada penyebaran atau difusi
ion-ion menuju mineral-mineral logam dan
pergerakan ion-ion di dalam pore-filling
electrolyte. Oleh karena itu, semakin besar
nilai chargeability maka semakin besar
potensi daerah tersebut akan mineral
sulfidanya. Berikut adalah Tabel 2 yang
menunjukkan variasi nilai chargeability
batuan
Tabel 2. Nilai Chargeability Batuan
Sumber: Telford dkk., 1990

Cebakan mineral sulfide merupakan


endapan mineral yang mengandung logam
seperti besi, tembaga, timah, seng dan
lainnya yang berasosiasi dengan unsur
sulfur atau belerang (S), terbentuk akibat
adanya mineralisasi yang diakibatkan oleh
alterasi batuan. Alterasi merupakan proses
pengubahan komposisi batuan yang
diakibatkan oleh aktifitas hidrotermal
seperti intrusi fluida hidrotermal atau
fluida magmatik pembawa mineral sulfide
yang mengisi rekahan atau pori batuan
sehingga terbentuk intrusi batuan beku
yang membentuk singkapan di atas
permukaan. Singkapan tersebut biasanya
berupa urat kuarsa berasosiasi dengan
iv

Fibusi (JoF) Vol.3 No.1, April 2015

sulfida. Untuk mengetahui jenis mineral


sulfide apa saya yang terdapat di suatu
tempat maka harus dilakukan karakterisasi
cebakan mineral sulfide di suatu tempat,
sehingga diketahui mineral sulfide apa saja
yang berasosiasi dengan endapan tersebut.
Contoh mineral sulfide pembawa bijih
yang memiliki nilai ekonomis diantaranya
Bornit dan Kalkopirit merupakan sumber
bijih tembaga, Galena merupakan sumber
timah hitam, Sfalerit merupakan bijih
sumber logam seng, pirit merupakan bijih
sumber besi namun terkadang pembawa
emas, dan mineral sulfide lainnya. Endapan
mineral dibagi menjadi tiga (Lindgreen,
1933), yaitu:
1.
Endapan
hipotermal,
Asosiasi
mineral yang terbentuk berupa
mineral
sulfida
seperti
pirit,
kalkopirit, galena dan sfarefit.
2.

Endapan
mesotermal,
Asosiasi
mineral yang terbentuk berupa
mineral sulfida Au, Cu, Ag, Sb dan
oksida Sn.

3.

Endapan epitermal, Asosiasi logam


mineralnya emas (Au) dan (Ag)
dengan mineral pengotornya kalsit,
kuarsit dan kuarsa.

METODE
Metode penelitian difokuskan pada
pengolahan data resistivitas dan induksi
polarisasi hasil pengukuran oleh tim
peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) dengan menggunakan perangkat
lunak Res2DInv dan Rockwork 15. Lokasi
daerah penelitian ditunjukkan oleh gambar
3.

Gambar 3. Lokasi Daerah Penelitian dan


Peta Lintasan
Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), 2009
Seperti pada Gambar 3, lintasan yang
digunakan sebanyak 6 lintasan dengan
masingmasing panjang lintasan sejauh
1050 meter, dengan spasi 25 dan
menggunakan 42 elektroda. Data yang
diperoleh penulis merupakan data sekunder
yang memiliki informasi nilai resistivitas
semu dan nilai chargeability semu dari
batuan di daerah penelitian. untuk
mendapatkan
nilai
resistivitas
dan
chargeability sebenarnya maka diperlukan
inversi dengan perangkat lunak. Berikut
secara sngkat pengolahan data dengan
menggunakan perangkat lunak Res2Dinv
dan Rockwork 15.
1.
Pre-Processing
Proses
ini
merupakan
proses
mempersiapkan data sekunder. Data
yang didapatkan merupakan data
dengan format .STG sehingga
diperlukan AGI Administrator untuk
mengubah format menjadi format
.DAT. Setelah
format .DAT
diperoleh maka selanjutnya dilakukan
pembuatan notepad sebagai input dari
Res2DInv. Notepad yang dibuat
memuat informasi nama lintasan,
spasi elektroda, konfigurasi yang
digunakan (dipole-dipole = 3), nilai
resistivitas semu, nilai chargeability
semu dan topografi
2.
Processing
Proses yang dilakukan secara singkat
dijelaskan sebagai berikut:

Dika Ariesandra, Karakterisasi Cebakan Mineral Sulfida Berdasarkan Hasil Metode

1. Edit Bad Datum Point, dilakukan agar


nilai RMS error tidak terlalu tinggi
sehingga penampang yang dihasilkan
dapat merepresentasikan daerah bawah
permukaan tanah daerah penelitian
2. Inversi dengan Least Squareinversion,
inversi dilakukan untuk medapatkan
nilai resistivitas dan chargeability
sebenarnya dari batuan sekitar.
3. Save in .XYZ format, langkah ini
dilakukan untuk membuat input dari
perangkat lunak Rockwork
4. Interpolasi dengan Rockwork 15,
interpolasi dilakukan agar bentuk
cebakan mineral sulfida tergambar
dengan baik sehingga dapat dijadikan
sebagai titik acuan letak pengeboran
Hasil yang didapatkan yaitu berupa variasi
nilai resistivitas dan chargeability batuan
bawah permukaan yang disajikan dalam
penampang 2D dan 3D. Penampang yang
didapatkan akan diinterpretasi dengan data
pendukung seperti kondisi geologi dan
literatur dari berbagai sumber.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh berupa penampang
2D dari nilai resistivitas dan chargeability
seperti pada gambar 4 dan gambar 5. Nilai
variasi resistivitas di daerah penelitian
diperoleh bervariasi, sehingga berdasarkan
tabel resistivitas batuan yang terdapat di
daerah penelitian berupa:
1.
Shale dan batuan teralterasi kuat (<
100m)
2.

Batuan Batupasir (100-2000 m)

3.

Batu konglomerat (2000 - >10.000


m)

4.

Batuan piroklastik dan breksi (>


10.000 m)

1.

Zona mineralisasi rendah (< 100


msec)

2.

Zona mineralisasi sedang (100 msec


250 msec)

3.

Zona mineralisasi tinggi (


msec)

> 250

Mineralisasi diakibatkan oleh adanya


alterasi karena aktivitas hidrotermal. oleh
karena itu salah satu karakteristik cebakan
mineral sulfide dilihat dari alterasi apa
yang menyebabkan mineralisasi di daerah
penelitian. Zona-zona alterasi terhadap
nilai resistivitas dan induksi polarisasi
diantaranya:
1.
Zona Alterasi argilik secara umum
memiliki ciri ciri resistivitas rendah
sedang yang disebabkan oleh
adanya mineral lempung berasosiasi
dengan IP sedang tinggi.
2.
Zona Alterasi propilitik secara umum
memiliki ciri ciri resistivitas tinggi
karena
adanya
mineral
klorit
berasoisasi dengan IP sedang
tinggi.
3.
Zona Alterasi silisifikasi secara
umum memiliki ciri ciri resistivitas
sedang tinggi karena kekompakkan
batuan dan mineral silika berasosiasi
dengan IP yang sedang tinggi

Begitupun dengan nilai chargeability yang


didapatkan
dari
daerah
penelitian
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

vi

Fibusi (JoF) Vol.3 No.1, April 2015

Zona mineralisasi yang dibentuk oleh


batuan
bernilai
resistivitas
rendah
(<100m) dan chargeability tinggi
merupakan hasil dari proses alterasi argilik.
Alterasi argilik ditandai dengan mineral
sulfide yang terkonsentrasi pada batuan
terlaterasi kuat. Pada penampang 2D,
alterasi ini ditandai dengan warna biru
pada gambar 4. Namun untuk nilai
resistivitas rendah belum tentu dapat
dikategorikan sebagai batuan yang
mengandung mineral sulfide, seperti pada
lintasan kedua., terdapat anomaly rendah di
dekat permukaan hal itu bisa saja
merupakan rembesan air permukaan
dikarenakan pada lintasan kedua intrusi
batuan terputus pada kedalaman 200 meter,
sehingga proses mineralisasi dapat terhenti.
Oleh karena banyaknya ketidakpastian
yang diberikan oleh penampang 2D
resistivitas, maka digunakan data dukung
penampang chargeability yang dapat
menunjukkan keberadaan mineral sufida di
bawah permukaan tanah.
.
Gambar 4 Variasi Nilai Resistivitas
Nilai resistivitas yang didapatkan di
daerah penelitian bervariasi yaitu dai 0 >10.000 m. Keberadaan mineral sulfide
di daerah penelitian ditandai dengan
adanya intrusi fluida hidrotermal berupa
batuan beku yang mengalami sedimentasi
dan terkonsentrasi pada batuan sedimen
seperti batuanpasir dan batuan vulkanik
padat lainnya. Intrusi di daerah penelitian
ditandai dengan batuan yang memiliki nilai
resistivitas tinggi (>2000m) ditandai
dengan warna kuning hingga keunguan yag
nai ke permukaan, zona mineralisasi yang
terbentuk di daerah tersebut diakibatkan
oleh proses alterasi silsifikasi. Alterasi
silsifikasi ditadai dengan nilai resistivitas
tinggi
dan
chargeability
tinggi,
chargeability
tinggi
(>150
msec)
diakibatkan oleh alterasi silsifikasi
membentuk urat kuarsa pembawa mineral
sulfide yang beasosiasi dengan logam besi,
emas, timah dan lainnya.

Gambar 5 Variasi Nilai Chargeability


Variasi nilai chargeabiliy pada
gambar 5 menunjukkan adanya pola yang
sama atau menerus dimana dari lintasan
pertama yang paling atas sampai lintasan
keenam yang paling bawah memiliki zona
vii

Dika Ariesandra, Karakterisasi Cebakan Mineral Sulfida Berdasarkan Hasil Metode

mineralisasi yang terletak di daerah yang


sama yaitu di daerah yang di beri tanda
lingkaran pada gambar 5. Pada daerah
penelitian miineralisasi dekat dengan
daerah intrusi seperti pada penampang
resistivias yang sudah dijelaskan di gambar
4. Terdapat nilai chargeability tinggi
(>150msec) yang ditunjukkan dengan
warna merah hingga keunguan di daerah
nilai resistivitas tinggi pula (>10.000m)
yang ditandai dengan warna kuning hingga
keunguan, hal ini tidak sesuai dengan
gejala pada umumnya, yaitu adanya
mineral mengakibatkan respon nilai
resistivitas yang rendah dan nilai
chargeability yang tinggi. Hal ini
diakibatkan oleh adanya kandungan
mineral sulfide yang berasosiasi dengan
batuan beku yang merupakan hasil intrusi
aktivitas hidrotermal, namun batuan beku
tersebut mengalami sedimentasi dan
terkomposisi dalam batuan pasir, sehingga
memiliki nilai resistivitas yang relating
tinggi dan nilai chargeability batu pasir
yang relative tinggi pula. Lintasan kedua di
daeah
penelitian,
penampang
2D
chargebility tidak menunjukkan adanya
zona
mineralisasi,
kemungkinan
dikarenakan
daerah
tersebut
tidak
mengalami alterasi batuan, ditunjukkan
pada gambar 4 nilai resistivitas lintasan
kedua pada kedalaman 200 meter, intrusi
batuan yang massif terputus. Namun pada
penampang lintasan kedua memberikan
respon anomaly rendah (>100 m), hal ini
diperkirakan bukan dikarenakan adanya
mineral konduktif namun dikarenakan
adanya rembesan air permukaan.
Dari hasil analisis penampang 2D
chargeability, seperti yang sudah disebtkan
sebelumnya bahwa zona mineralisasi
cenderug ada di daerah yang sama, hal ini
menimbulkan hipotesa awal bahwa bentuk
dari cebakan mineral sulfide di daerah
penelitian berua urat. Oleh karena itu
dengan menggunakan perangkat lunak
Rockwork
15,
penampang
2D
chargeability
diinterpolasi
agar
mendapatkan bentuk dari cebakan mineral

sulfide yang jelas, dan nantinya dapat


dijadikan sebagai acuan titik pegeboran
pemanfaatan.

Gambar 6. Penampang 3D Chargeability


Hasil interpolasi dicocokan dengan peta
lintasan mendelineasi cebakan mineral
sulfide yang terdapat di daerah penelitin
seperti pada gambar 7.

Gambar 7 Sebaran mineral sulfide daerah


penelitian
Dari gambar 6 hipotesa awal dapat
dikatakan benar ternyata di daerah
penelitian
cebakan mineral sulfide
membentuk urat di dekat permukaan,
endapan ini merupakan endapan epitermal
sulfide rendah yang ditandai dengan urat
kuarsa pembawa mineral sulfida, namun
pada cebakan mineral sulfide lain yang
terdapat pada batuan yang agak dalam dan
bentuknya tidak urat melainkan tersebar
pada batuan, endapan ini merupakan
endapan hipotermal yang ditandai dengan
mineralisasi yang terdapat di bawah
permukaan
yang
cukup
dalam.
Berdasarkan
karakteristik
endapan
viii

Fibusi (JoF) Vol.3 No.1, April 2015

hidrotermal yang terbentuk, mineral sulfide


yang berasosasi di daerah sekitar berupa
pirit, kalkopirit, galena dan sfalerit.
2.
KESIMPULAN
Cebakan mineral sulfide di daerah
penelitian memiliki karakterstiksebagai
berikut:
1. Mineralisasi
terbentuk
akibat
alterasi silsifikasi yang ditandai
dengan adanya intrusi fluda
hidrotermal berupa batuan beku
yang
tersdimentasi
sehingga
memiliki nilai resistivitas tinggi
(>2000 m) dan chargeability
tinggi (>150 msec). Alterasi ini
menghasilkan singkapan berupa
urat kuarsa atau endpan batuan
beku sebagai pembawa mineral
sulfide di permukaan tanah.
2. Mineralisasi di daerah permukaan
diakibatkan oleh alterasi argilik
yang ditandai denga banyaknya
batuan teralterasi kuat yang
memiliki nilai resistivitas rendah
(<100 m) beasosiasi dengan
mineral sulfida yang ditandai
dengan nilai chargeability tinggi
(>150msec).
3. Berdasarkan kedaua karakterisasi
disimpulkan
daerah
Jampang
memiliki endapan hidrotermal tipe
hipotermal dengan ciri karalteristik
berupa urat yang berasosiasi
dengan intrusi batuan beku
pembawa logam emas, perak,
tembaga, timah, dan lainnya.
Mineral sulfide yang berasosiasi
diantaranya pirit, kalkopirit, galen
dan sfalerit.

3.

dan pengambilan sampel untuk


mengetahui kadar sulfida pada
batuan.
Menggunakan nilai spasi yang lebih
kecil agar pnampang yang dihasilkan
lebih detail dan teliti.
Menggunakan metoda geolistrik lain
sebagai pembanding agar hasil yang
didapatkan lebih akurat.

REFERENSI
Idrus, irwan, 2011. Pseudosection. Online:
kapankemana.com, diakses pada
tanggal: 03 Februari 2015.
Keller, George.V., dan Frank, C.
Frichnecth. 1996. Electrical Methode
in
Geophysics
Prospecting,
Pergamon, London.
Lindgreen, W. W., 1933. Mineral deposits.
Mc Graw-Hill Book Company, New
York.
Telford, Geldart, Sherrif. 1990. Applied
Geophisics, Australian and New
York: Cambridge University, USA.

SARAN
Untuk keperluan studi lebih lanjut
dan hasil yang lebih maksimal, maka
disarankan untuk melakukan hal-hal
berikut:
1.
Melakukan metoda lainnya seperti
metode geokimia untuk mengetahui
secara pasti batuan yang terbentuk
ix

Anda mungkin juga menyukai