Shalat Wajib
Shalat Wajib
1. Pengertian Shalat
Shalat secara bahasa berarti, doa. Sebagaimana allah swt berfirman .
Dan berdoalah untuk mereka, karena sesungguhnya doamu itu akan
menjadiketentraman jiwa bagi mereka. (At-Taubat :103)
Secara istilah berarti syariat, artinya semua perkataan dan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
memiliki janji untuk memasukan dirinya ke dalam surganya. Dan barang siapa
yang tidak menepati, maka Allah tidak memiliki kepadanya, jika dia
berkehendak dia menyiksanya dan jika berkehendak dia mengampuninya.(HR.
Ahmad)
4. Rukun-Rukun Shalat
A). Niat
Niat merupakan tujuan untuk berbuat dengan motivasi melaksanakan
perintah Allah. Mengenai masalah niat itu sendiri ulama mdzhab berbeda
pendapat apakah niat itu harus di nyatakan ia berniat atau tidak. Menurut
kalangan Sunni. yaitu Ibnul Qoyim. Ia menerengkan bahwa nabi Muhammad
SAW tidak pernah melafalkan niat sama sekali, dan beliau tidak
mengucapkan "Ushali pardza musatqbilalkiblati arba'a ra'akatin imaman
ma'muman". Menurut Ibnu Qoyim orang melafalkan niat tidak memiliki
argument yang kuat karena tidak ada hadis yang menjelaskan mengenai hal
tersebut baik hadist hasan maupun dha'if. Pendapat ini di perkuat dengan tidak
danya para tabi'in dan imam madzhab empat yang menganjurkan mengenai hal
tersebut.
Akan tetapi menurut Sayid Muhammad dalam bukunya madarikhul
Ahkam tentang mabhatsu al-niyya awwalu as-shalati".(pembahasan tentang niat
sebagai perbuatan pertama dalam shalat)menerangkan bahwa kesimpulan di
tarik dari dalil-dalil syara tujuan di ucpakannya niat yakni untuk memudahkan
seseorang melakukan amalan tertentu dengan tujuan melaksanakan perintah
Allah SWT. Keterangan yang memperkuat hal ini adalah tidak adanya penjelasan
yang spesifik mengenai ibadah itu sendiri dan di dalam hadispun demikian.
B).Takbiratul Ihram
Seseorang yang melakukan shalat tanpa takbiratul ihrom ia shalatnya
tidak akan sempurna, adapun lafal takbirotul ihram
C).Berdiri
Semua Ulama Madzhab sepakat, bahwa sala satu rukun shalat itu berdiri
dari takbirotul ihram sampai ruku, apabila tidak mampu berdiri maka shalat
smabil duduk kemudian apabila tidak mampu duduk maka ia shalat smabil
miring kekanan seperti orang yang di kubur di liang lahat. Hal ini di sepakati
oleh seluruh Ulama Madzhab keculai Mazhab Hanafi.Mazhab
Hanafi berpendpat siapa yang tidak duduk maka ia harus shalat terlentang dan
menghadap kiblat dan kakinya yang mengisyaratkan baik dalam ruku maupun
sujud.
D).Membaca Surat Al-Fatihah
Hukum membaca surat Al-fatihah Ulama Mazhab berbeda pendapat.
Mazhab Hanafi : membaca Al-fatihah di dalam shlat itu tidak wajib, pendapat
ini didasarkan pada ayat al-quran surat muzammil ayat 20: " bacalah apa yang
mudah bagimu dari Al-qur'an". Membaca surat juga hanya wajib ketika dua
rokaat awal saja dan menurut Mazhab Hanafi membaca basmallah tidak
termasuk bagian dari surat dan boleh meningalkannnya
Mazhab Syafi'i : membaca Al-fatihah hukumnya wajib di tiap-tiap rakaat dan
membaca basmallah juga demikian karena basmallah bagian dari Al-fatihah, hal
ini di lakuakn baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Membaca surat
hendaknya di baca keras ketika shalat subuh dan di sunnahkan membaca qunut
dan membaca keras ketika dua rokaat solat maghrib dan Isya.
E).Sujud
Semua Ulama Mazhab sepakat bahwa sujud wajib dilakukan dua kali tiap-tiap
rakaat. Akan tetapi ulama berbeda pendapat mengenai batasan muka yang
harus menyentuh ketempat sujud.
Mazhab Maliki,Syafi'i, dan Hanafi : yang wajib menempel hnaya dahi akan
tetapi yang lainnya hanya sunnah. Adapun menurut Mazhab
Imamiyah dan Hambali yang menempel yakni 7 anggota yaitu dahi, dua
telapak tangan, dua lutut dan ibu jari dua kaki dan Imam hambali
menambahkan hidung, sehingga berjunlah delapan.
F).Tahiyat
Tahiyyat di dalam shalat ada dua yakni tahiyat yang pertama tidak di akhiri
dengan salam dan tahiyat yang kedua di akhiri dengan salam. Menurut Mazhab
Imamiyah dan Hambalih : Tahiyyat pertama itu hukumnya wajib. ulama
madzhab yang lainnya: hanya sunnah, bukan wajib.
Sedangkan pada tahiyyah terakhir menurut Mazhab
Syafi'i,Imamiyahdan Hambali hukumnya wajib. Sedangkan menurut Mazhab
Maliki danHanafi hanya sunah, bukan wajib.
G).Mengucapkan Salam
Menurut Mazhab Syafi'i, Maliki dan Hambali: mengucapakan salam adalah
wajib
Menurut Mazhab Hanafi: tidak wajib, dan menurut Mazhab Imamiyahterbagi
dua ada yang mengatakan wajib dan ada yang mengatakan sunah.
Menurut Mazhab Hambali : wajib mengucapakan salam dua kali
sedangkan ulama mazhab yang lainnya cukup satu kali yang wajib.
H).Tertib
Di wajibkan seluruh rukun- rukun di dalam shalat di laksanakan dengan tertib
sesuai dengan urutannya.
I).Berturut-turut
Di wajibkan mengerjakan bagian-bagian shalat dengan berturut-turut dan
langsung, antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Setelah takbirotul
ihram berarti membaca Al-Fatihah dst.
perkara tersebut datang sebelum selesai membaca tasahud akhir tetapi kalau
perkara tersebut datang sebelum salam (selesai membaca tasahud akhir) maka
hal tersebut tidak membatalkan shalat.
E). Tertawa terbahak-bahak
Seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab Hanafi menyatakan batal.
Masing-masing ulama memilki pandangannya masing-masing menganai
batalnya shalat salah satu contoh yakni pendapat Mazhab Syafi'i danMazhab
Maliki adalah sebagai berikut.
1). Mazhab syafi'I
hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:
1. karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
2. sengaja berbicara
3. menangis
4. merintih
5. banyak bergerak
6. ragu-ragu dalam niat
7. Bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
8. menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang lainnya
9. terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
10. telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya
11. terkena najis
12. mengulang-ulang takbiratul ihram
13. meninggalkan rukun dengan di sengaja
14. mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau sebab
yang lainnya.
15. menambah rukun dengan di sengaja
16. masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut
17. berpaling dari kiblat dengan dadanya
18. mendahulukan rukun fili dari ayng lainnya.
6.Manfaat Shalat
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim karena hal ini di
syariatkan oleh Allah SWT. Shalat juga merupakan salah satu rukun Islam
terpenting di antara rukun-rukun islam yang lainnya, shalat menduduki urutan
kedua setelah dua kalimat sahadat dan urutan selanjutnya adalah zakat,puasa,
dan haji.
Shalat wajib yang kita lakukan lima kali sehari semalam, ternyata memilki
manfaat bagi kita sendiri. Allah SWT mendesain waktu shalat dengan nilai-nilai
edukatif dan estetik, hal ini terlihat ketika Allah SWT menyuruh kita untuk shalat
subuh, sesungguhnya di pagi hari pikiran kita masih jernih, dan di sini umat
muslim di tuntut untuk bisa bangun pagi supaya menjalankan aktifitas dengan
semangat.
Setelah shalat subuh, kita memiliki waktu yang cukup luang sehingga kita
bisa memanfaatkan waktu luang tersebut dengan mencari karunia Allah, hampir
belub begitu lelah datang waktu duhur, kita pun bergegas untuk melaksnakan
shalat dzuhur, berkumpul dimasjid, merpatkan barisan dengan tujuan
mengingat Allah dan meminta karunianya.
Kemudian setelah kembali melakukan aktifitas mencari karunia Allah
dengan selalu berdzikir kepadanya. Menghadapi pekerjaan dengan hati yang
tenang dan ikhlas. Setelah selesai beraktifitas kita pulang kerumah dengan
muka berseri-seri karena hatinya selalu terjaga. Tak lama kemudian datanglah
shalat ashar guna menyempurnakan ibadah siang, dan kita berdo'a kepada
Allah untuk selalu tetap dalam bimbingannya dan bersyukur atas karunia yang
telah Allah berikan kepada kita.
Kemudian seorang muslim memulai aktifitas malamnya dengan shalat maghrib
sebagai mana ia memulai aktifitas siangnya dengan dengan shalat subuh.
Kemudian setelah seorang muslim hendak tidur ia melaksanakan shalat
subuh.kemudian ia berdo'a supaya tetap iman dan islam sehingga ketika ia tidur
kemudian di panggil oleh Allah SWT dalam keadaan khusnulkhatimah.
Di dalam shalt terdapat nilai-nilai yang bisa kita ambil manfaatnya, karena di
dalam shalat tercakup ibadah puasa yakni kita tidak di perbolehkan melakuakan
sesuatu seperti yang di lakukan di luar shalat. Di dalam shalat juga ada
pelajaran zakat yakni kita tunduk dan patuh kepada Allah kemudian di dalam
shalat juga terdapt pelajaran haji yakni seluruh orang muslim yang shlat
menghadap kiblat (baetullah). Shlat menjadi kaum muslim bersaudara dan
saling mengasihi.
THAHARAH
A.
Pengertian Thaharah
Taharah menurut bahasa berasal dari kata ( Thohur), artinya bersuci
atau bersih.
Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil dan
bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang
terbawa di badan.
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain
Nabi SAW juga bersabda:
::
Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan
perhiasannya adalah salam.
Hukum
taharah
ialah
WAJIB
di
atas
tiap-tiap
mukallaf
lelaki
dan
perempuan. Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw,
menganjurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :
()
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai
orang-orang yang suci lagi bersih. (QS Al Baqarh:222)
C.
Firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu solat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
menghampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan berjunub), terkecuali sekadar
berlalu sahaja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam bermusafir atau
kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun.
(Surah Al-Nisa, 4:43)
1.
Macam-macam air
Air yang merupakan alat untuk bersuci. Namun air yang bisa di pakai untuk
bersuci adalah air yang suci dan mensucikan, diantaranya :
a.
Air hujan
b.
Air sumur
c.
Air laut
d.
Air sungai
e.
Air salju
f.
Air telaga
g.
Air embun
Berdasarkan firman Allah diatas dapat disimpulkan bahwa sarana yang dapat
digunakan untuk bersuci adalah sebagai berikut :
1.
a.
air yang masih murni, baik menghilangkan hadas maupun najis, dan airnya tidak
berubah warna maupun zatnya dan tidak makruh. Misal air hujan, air sungai, air
sumur, air laut, air salju, air embun dan air sumber lain yang keluar dari mata air.
b.
Air yang berubah salah satu sifatnya, seperti: air teh, air kopi, air susu, dsb
2.
c.
d.
Air mutanajis
Adalah air yang terkena najis. Apabila airnya kurang dari 2 kollah, terkena najis,
maka hukumnya menjadi najis. Akan tetapi jika airnya lebih dari 2 kollah, maka
hukumnya tidak najis dan bisa digunakan untuk bersuci selama tidak berubah
warna, bau, maupun rasanya.
1.
Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu fardhu dan tidak
bercampur dengan sesuatu.
2.
Debu, dapat digunakan untuk tayamum sebagai pengganti wudu atau mandi.
3.
Batu bata, tisu atau benda atau benda yang dapat untuk menyerap bisa digunakan
untuk istinjak.
e.
haram
memakainya,
yaitu
air
yang
diperoleh
dari
ghasab
Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir
adalah taharah / suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air
mutlak (suci menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah
membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti dengki, iri,
penipu, sombong, ujub, dan ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk
yaitu : wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak
Wudhu
Wudhu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara berarti
membasuh anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak)
dengan tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah
SWT dalam surat Al Maidah ayat 6.
()
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat,
maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan
basuhlah kakimu sampai mata kaki.(QS Al maidah :6)
Syarat Wudhu :
Wudhu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
Beragama Islam
Sudah mumayiz
Tidak berhadas besar dan kecil
memakai air suci lagi mensucikan
Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu,
Rukun Wudhu :
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
a)
Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka. Lafal niat:
Artinya: Saya berniat wudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah
SWT.
b)
c)
d)
e)
f)
Sunah Wudhu
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudhu, perlu diperhatikan
hal-hal yang disunahkan dalam melakukan wudhu, antara lain sebagai berikut.
Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudhu
Membaca taawuz dan basmalah
Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
Membasuh dan membersihkan lubang hidung
Menyapu seluruh kepala
Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
Mendhulukan anggota wudhu yang kanan dari yang kiri.
Membasuh anggota wudhu tiga kali.
Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
Membaca doa sesudah wudhu.
Doa sesudah wudhu.
.
.
Artinya : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, yang
tida sekutu bagi-Nya, Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan
utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang
bertobat, dan jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci.
Wudhu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan halhal seperti berikut.
1. Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus),
baik berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani
dan sebagainya)
Artinya : atau kembali dari tempat buang air .... (QS.An-Nisa :43)
2. Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
Firman Allah SWT dalam Al Quran surah An Nisa :43.
Artinya : atau kamu telah menyentuh perempuan.
3.
4.
5.
Hilang akal.
Orang yang sedang melakukan perjalanan musafir yang kakinya memakai dua
sepatu, kalau hendak berwudhu, maka ia boleh menyapu sepatunya dengan air,
artinya tidak perlu sepatunya di lepas.
Syarat-syarat menyapu dua sepatu :
1.
2.
Sepatu itu menutup anggota kaki yang wajib dibasuh, yaitu menutupi tumit dan
dua mata kaki.
Mengusap dua sepatu (mashul khuffain) termasuk juga salah satu keringanan
dalam islam.
3.
4.
Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang
suci karena tidak ada air atau adanya halangan memakai air.
Tayamum menurut istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka
dan kedua tangan sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai
pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang
menggunakan air disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
()
Artinya : Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat
air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu
dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS An
Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah
melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak
wajib mengulang sekalipun waktu salat masih ada.
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum
adalah sebagai berikut.
Syarat Tayamum
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
a.
Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan
tayamum.
b.
c.
d.
e.
Rukun Tayamum
a.
b.
Niat
Mengusap debu ke muka
c.
d.
Tertib
Sunah Tayamum
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunahsunah tayamum sebagai berikut.
Menghadap kiblat
Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
b.
Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
c.
Praktik Tayamum
Ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui dalam melakukan tayamum. Hal
tersebut perlu diperhatikan karena suatu saat kamu pasti akan melakukannya,
seperti ketika kamu dalam perjalanan, berada di daerah yang tidak ada air, atau
sedang sakit yang tidak memperbolehkan terkena air.
Artinya : Aku niat bertayamum untuk dapat mengerjakan salat fardu karena Allah
Taala.
Mengusap kedua tangan sampai siku hingga merata dengan mendahulukan tangan
kanan. Usahakan mencari debu pada tempat yang berbeda.
Membaca doa sesudah tayamum, seperti doa sesudah wudu.
Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi
wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :
()
Artinya : .......dan jika kamu junub maka mandilah. (QS Al Maidah)
a. Beriman/Islam (muslim-Mukmin)
b. Berakal sehat
c. Dewasa
d. Suci (dari haid dan Nifas)
e. Sanggup melakukan puasa
1) Cara-cara puasa wajib
a. Menentukan Awal dan Akhir Puasa.
Untuk menentukan awal dan akhir puasa ramadhan dapat dilakukan dengan caracara
Pertama, Ruyah, yaitu melihat dengan mata kepala atau menggunakan alat
tertentu terhadap wujudnya hilal (bulan tsabit) awal bulan.
Kedua, Hisab, yaitu menghitung posisi hilal dengan bantuan ilmu Falak/ Hisab
/Astronomi.
b. Niat pada malam harinya.
Hakikat niat adalah kesengajaan yang bergetar dalam hati untuk melakukan
sesuatu. Jadi bukan lafaz yang di ucapkan. Bahkan malafazkan niat adalah termasuk
perbuatan ghairu masyru (tidak dituntunkan), yang harus ditinggalkan. Makan
hendaklah niat puasa ramadhan sebelum terbit fajar. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya : Barang siapa sebelum fajar tidak menetapkan (niat) hendak puasa maka
tidak sah baginya puasanya (Riwayat Lima Ahli Hadits).
c. Makan sahur.
Disunnahkan pula dalam melakukan puasa ini makan sahur, yaitu makan pada
waktu sesudah lewat tengah malam dan disunnahkan untuk mengakhirkan sahur
ini.
d. Meninggalkan Segala Yang Membatalkan Puasa.
Selama meninggalkan puasa yaitu ddari terbit fajar sampai matahari terbenam
taanlah diri anda untuk tidak makan untuk tidak makan, minum dan berhubungan
badan suami istri hingga terbenam matahari.
e. Segera Berbuka ketika Maghrib.
Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah,
Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini. (Q.S
Maryam : 26)
c. Puasa Qadha
Puasa ini dilakukan apabila ada seseorang sedang melakukan puasa Ramadhan
kemudian melakukan hal-hal yang membatalkannya, maka ia wajib menggantinya
pada hari lain.
d. Puasa Kifarat (Tebusan)
Puasa yang wajib dilaksanakan oleh seseorang sebagai tebusan, Karena melanggar
suatu atuaran. Diantara contohnya yaitu: orang yang sengaja membatalkan puasa
dibulan Ramadhan dengan sengaja mengqadakan hubungan seksual dengan
istrinya. Puasa ini adalah sebagai pengganti karena ttidak mampu memerdekakan
budak.
e. Puasa ganti Rugi
Puasa yang harus dilakukan oleh seseorang yang tidak mampu melakukan suatu
perbuatan. Misalnya dalam hal orang berhaji, yang karena suatu alasaan sehingga
tidak dapat menjalaknan smua rukun ikhram, ia diharuskan puasa 3 hari sbagai
pengganti sedekah dan qurban menyeembelih binatang.(QS. Al-Baqarah:196)
2. Puasa Sunnat.
Adapun macam-macam puasa sunnah beserta keutamaannya masing-masing yaitu:
a. Puasa enam hari di bulan Syawal, baik dilakukan secara berturutan ataupun
tidak. Keutamaan puasa romadhon yang diiringi puasa Syawal ialah seperti orang
yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).
b. Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, yang dimaksud adalah puasa di
sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak termasuk hari yang ke-10. Karena
hari ke-10 adlah hari raya kurban dan diharomkan untuk berpuasa.
c. Puasa hari Arofah, yaitu puasa pada hari ke-9 bulan Dzuhijjah. Keutamaan: akan
dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang
(HR. Muslim). Yang dimaksud dengan dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosadosa kecil, karena dosa besar hanya bisa dihapus dengan jalan bertaubat.
d. Puasa Muharrom, yaitu puasa pada bulan Muharrom terutama pada hari Assyuro.
Keutamaannya adalah bahwa puasa di bulan ini adalah puasa yang paling utama
setelah puasa bulan Romadhon (HR. Bukhori)
e. Puasa Assyuro. Hari Assyuro adalah hari ke-10 dari bulan Muharrom. Nabi
sholallohu alaihi wasssalam memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari
Assyuro ini dan mengiringinya dengan puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal
ini bertujuan untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya berpuasa pada
hari ke-10. Keutamaan: akan dihapus dosa-dosa (kecil) di tahun sebelumnya (HR.
Muslim).
f. Puasa Syaban. Disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan Syaban.
Keutamaan: bulan ini adalah bulan di mana semua amal diangkat kepada Robb
semesta alam (HR. An-Nasai & Abu Daud, hasan).
g. Puasa pada bulan Harom (bulan yang dihormati) yaitu bulan Dzulqadah,
Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab. Dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah
pada bulan-bulan tersebut termasuk ibadah puasa.
h. Puasa Senin dan Kamis. Namun tidak ada kewajiban mengiringi puasa hari Senin
dengan puasa hari Kamis atau sebaliknya. Keduanya merupakan hari di mana amalamal hamba diangkat dan diperlihatkan kepada Alloh.
i. Puasa tiga hari setiap bulan. Disunnahkan untuk melakukannya pada hari-hari
putih (Ayyaamul Bidh) yaitu tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan. Sehingga tidaklah
benar anggapan sebagian orang yang menganggap bahwa puasa pada harai putih
adalah puasa dengan hanya memakan nasi putih, telur putih, air putih, dsb.
j. Puasa Dawud, yaitu puasa sehari dan tidak puasa sehari. Keutamaannya adalah
karena puasa ini adalah puasa yang paling disukai oleh Alloh (HR. Bukhori-Muslim).
C. HIKMAH PUASA
Adapun diantara hikmah puasa yaitu :
1. Untuk melatih disiplin spiritual (rohani),
2. Puasa menjadi dasar disiplin moral,
3. Nilai social ibadah puasa, dan
4. Sehat jasmani.
TAJHIZ AL-MAYIT.
Seorang muslim yang sudah meninggal harus diurus jenazahnya secara
terhormat. Merawat jenazah Hukumnya fardlu kifayah. Dan Yang terkenai hukum
wajib pertama kali adalah orang yang pertama kali melihat jenazah tersebut. Ada
beberapa hal yang perlu dilakukan bagi orang yang telah meninggal dunia, yaitu :
A. Hendaklah segera dipejamkan matanya, ditutup mulutnya, kemudian dilipatkan
kedua tangannya di atas badanya dan kedua kakinya diluruskan.
B. Hendaknya ditutup seluruh tubuhnya dengan kain dan jangan sampai terbuka
auratnya.
C. Memberitakan kepada sanak famili jenazah dan bagi orang yang mengetahuinya
hendaknya segera bertaziah di rumah duka.
Kewajiban Terhadap Jenazah
Kewajiban pengurusan jenazah bagi orang yang masih hidup adalah memandikan,
menggafankan, menyolatkan dan menguburkan. Kewajiban-kewajiban ini termasuk
fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada umat Islam yang jika telah
dilaksanakan oleh sebagian mereka dianggap mencukupi. Tetapi jika diantara umat
Islam tidak ada yang melaksanakan maka umat Islam seluruh daerah itu berdosa
semua.
A. Memandikan Jenazah
C. Mengkafani Jenazah
Yang dimaksud mengafani jenazah adalah membungkus jenazah dengan kain. Kain
kafan dibeli dari harta peninggalan mayat. Jika mayat tidak meninggalkan harta,
maka kain kafan menjadi tanggungan orang yang menanggung nafkahnya ketika ia
masih hidup. Jika yang menanggung nafkahnya juga tidak ada, maka kain kafan
menjadi tanggungan kaum muslimin yang mampu.
Kain untuk mengkafani jenazah paling sedikit satu lembar yang dapat menutupi
seluruh tubuh mayat baik laki-laki maupun perempuan. Bagi yang mampu
disunnahkan untu mayat laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain tanpa baju dan
sorban, sedangkan untuk mayat wanita disunnahkan lima lapis kain masing-masing
untuk kain panjang (kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung atau semacam cadar
dan sehelai kain yang menutupi seluruh tubuhnya.
Kain kafan diutamakan yang berwarna putih, tetapi jika tidak ada, warna apapun
diperbolehkan dan diberi kapur barus dan harum-haruman.
Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW telah dikafani dengan tiga lapis kain yang putih
bersih yang terbuat dari kapas, tidak ada di dalamnya baju maupun sorban. (HR. AlBukhari dan Muslim).
Dari Laila binti Qanif ra, ia berkata : Saya adalah seorang yang ikut memandikan
Ummu Kultsum binti Rasulullah SAW ketika wafatnya. Yang mula-mula diberikan
oleh Rasulullah pada kamu adalah kain basahan, kemudian baju, kemudian tutup
kepala, kemudian kerudung (semacam cadar) dan sesudah itu dimasukkan dalam
kain yang lain (yang menutupi sekalian tubuhnya). (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Rasulullah SAW bersabda : Pakailah kain kamu yang putih, karena sesungguhnya
sebaik-baik kain adalah kain yang putih dan kafanilah oleh kamu dengan kain yang
putih itu. (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
D. Menguburkan Jenazah
Jenazah dikuburkan setelah dishalatkan. Menguburkan jenazah ini hendaknya
disegerakan karena sesuai dengan sabda Nabi SAW : Dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah SAW bersabda : Segeralah membawa jenazah, karena jika ia orang yang
shaleh maka kamu menyegerakannya kepada kebaikan, dan jika ia bukan orang
shaleh maka supaya kejahatan itu terbuang dari tanggunganmu. (HR. Jamaah).
Jenazah hendaknya dipikul oleh empat orang dan diantarkan oleh keluarga dan
teman-temannya sampai ke pemakaman. Dari Ibnu Masud ra, ia berkata : Siapa
yang menghantarkan jenazah maka hendaklah memikul pada keempat penjuru
keranda, karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan sunnah (peraturan
Nabi SAW). (HR. Ibnu Majah).
1. Mula-mula digali liang kubur sepanjang badan jenazah dengan lebar satu meter
dan dalam lebih kurang dua meter. Di dasar lubang dibuat liang lahat miring ke
kiblat kira-kira muat mayat, atau jika tanahnya mudah runtuh dapat digali liang
tengah. Dengan demikian binatang buas tidak dapat membongkarnya atau jika
mayat membusuk tidak tercium baunya. Dari Amir bin Saad ia berkata :
Buatkanlah untuk saya lubang lahat dan pasanglah di atasku batu bata
sebagaimana dibuat untuk kubur Rasulullah SAW. (HR. Ahmad dan Muslim).
2. Jenazah yang telah sampai di kubur dimasukkan ke dalam liang lahat itu dengan
miring ke kanan dan menghadap kiblat. Pada saat meletakkan jenazah hendaklah
dibacakan lafazh : Bismillah wa alaa millati rasulillaah (Dengan nama Allah dan
atas agama Rasulullah SAW). (HR. At-Turmudzi dan Abu Dawud).
3. Semua tali pengikat kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki diletakkan pada
tanah. Setelah itu liang lahat atau liang tengah ditutup dengan papan atau kayu
atau bambu, kemudian di atasnya ditimbun dengan tanah sampai galian lubang
rata, dan ditinggikan dari tanah biasa. Di atas arah kepala diberi tanda batu nisan.
Sesungguhnya Nabi SAW telah meninggikan kubur putra beliau Ibrahim kira-kira
sejengkal. (HR. Al-Baihaqi).
4. Meletakkan pelepah yang masih basah sesuai dengan hadits dari Ibnu Abbas
atau meletakkan kerikil di atas kubur dan menyiramnya dengan air. Dari Jafar bin
Muhammad, dari bapaknya, sesungguhnya Nabi SAW telah menaruh batu-batu kecil
di atas kubur putra beliau Ibrahim. (HR. Asy-Syafii).
5. Mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mayit. Dari Utsman ra, adalah
Nabi SAW apabila telah selesai menguburkan mayat, beliau berdiri di atasnya dan
bersabda : Mohonkanlah ampnan untuk saudaramu dan mintalah untuknya supaya
diberi ketabahan karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya. (HR. Abu
Dawud dan disahkan oleh Al-Hakim).
Hal-Hal Yang Bersangkutan Dengan Harta Mayit
Harta peninggalan mayit haruslah ditasharufkan sesuai dengan urutan prioritas
berikut ini :
a) Pembiayaan penyelenggaraan jenazah.
b) Penyelesain hutang-hutang.
c) Pelaksanaan wasiat.
d) Pembagian harta waris kepada ahli waris.
Pembiayaan Penyelenggaraan Jenazah.
Bagi jenazah yang meninggalan harta peninggalan, maka prioritas utama
penggunaannya adalah untuk keperluan pembiayaan jenazah berupa :
A. Pembelian kain kafan, sabun, minyak wangi, kapur barus, dan lain-lain.
B. Pembelian papan, penggalian kubur dan biaya penguburan lainnya.
Pelaksanaan Wasiat.
Jika mayat meninggalkan wasiat dan harta peninggalan masih ada, maka harus
dipenuhi. Wasiat yang harus dipenuhi ialah yang tidak melebihi sepertiga harta
peninggalannya. Alloh berfirman : Sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar utangnya. (QS. An-Nisaa : 11). Dalam hadits disebutkan : Dari
Ibnu Abbas ra, ia berkata : Alangkah baiknya jika manusia mengurangi wasiatnya
dari sepertiga menjadi seperempat, karena Rasulullah SAW bersabda : Wasiat itu
sepertiga, sedang sepertiga itu sudah banyak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Pembagian Harta Waris Kepada Ahli Waris.
Pembagian harta waris dilakukan setelah dikeluarkan biaya pengurusan jenazah,
penyelesaian hutang dan wasiat. Pembagian harta waris haruslah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan ilmu faraidh. Rasululloh bersabda : Dari Ibnu Abbas ra, ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : Berikanlah bagian-bagian warisan itu kepada
ahlinya, maka kelebihannya diberikan kepada orang yang lebih utama (dekat), yaitu
orang laki-laki yang paling dekat dengan yang meninggal. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Anak-anak yang ditinggal mati orang tuanya harus dipelihara oleh keluarga yang
dekat, dicukupi kebutuhannya, diperhatikan pendidikannya dan jangan sampai
terlantar. Mereka yang tidak mempunyai saudara maka yang berkewajiban
mengurusnya adalah kaum muslimin yang mampu. Mengurus anak yatim ini
hukumnya fardhu kifayah.
Alloh berfirman : Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah:
Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik. (QS. Al-Baqarah : 220).
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (QS. Al-Maaun
: 1-3).