Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Ilmu kimia fisika adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari fenomena
kimia dari tingkat subatomik, atomik, mikroskopik, hingga makroskopik dalam
sistem dan proses kimia melalui pendekatan prinsip dan konsep dasar fisika
(termodinamika, kimia kuantum, kinetika). Selain itu, kimia fisika juga
menggunakan konsep-konsep fisika klasik (energi, entropi, suhu, tekanan,
tegangan permukaan, viskositas, hukum Coulomb, interaksi dipol), fisika
kuantum, mekanika statistik, dan ilmu matematika.
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir (gas dan cairan). Gas merupakan zat
yang memiliki molekul yang mampu bergerak bebas dan mengisi segala ruang
yang ditempatinya. Gas dikatakan ideal jika volume yang ditempati molekulmolekulnya dapat diabaikan jika dibandingkan dengan total volume wadahnya
karena ukuran molekulnya yang dianggap sangat kecil jika dibandingan ukuran
wadahnya. Selain itu, gas dianggap ideal karena gaya intermolekulnya yang
sangat kecil dan setiap tumbukan antarpartikel dengan dinding terjadi tumbukan
lenting sempurna. Gas ideal terjadi pada tekanan yang sangat rendah (p0). Gas
ideal juga harus memenuhi beberapa hukum, seperti Hukum Boyle, Hukum
Charles / Gay-Lussac, Hukum Avogadro, Hukum Dalton, dan Hukum Graham.
Sementara itu, gas yang tidak memenuhi hukum-hukum tersebut (adanya deviasi
dari keadaan ideal) dikatakan gas nyata (gas riil). Pada gas riil, volume dan
tekanan yang ditimbulkan molekul gas tidak diabaikan. Selain itu, terdapat gaya
tarik-menarik antarmolekul gas terutama jika tekanan diperbesar. Gaya tarikmenarik yang sangat kuat dapat menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus dan
tekanan ke dinding menjadi kecil, lebih kecil daripada gas ideal. Beberapa
persamaan mengenai gas nyata, antara lain Persamaan van der Waals, BreatheBridgeman, Berthelot, Kamerlingh One (Virial), dan Dieterici.

Perbedaan persamaan gas ideal dengan gas nyata dinyatakan dalam faktor daya
mampat atau faktor kompresibilitas (Z) yang mana menghasilkan persamaan
untuk gas nyata yaitu:
PV =Z . nRT atau Z=

PV
nRT

dimana pada gas ideal Z=1, pada gas nyata Z 1


Dalam melakukan percobaan, terdapat beberapa cara untuk mengidentifikasi jenis
suatu zat, salah satunya adalah dengan mencari tahu massa molekul gas tersebut.
Massa molekul adalah kombinasi dari massa atom yang sejumlah 6,02 x 10 23
atom, dengan tiap atomnya memiliki komponen proton, elektron dan neutron. Ada
beberapa cara penentuan massa molekul relatif suatu gas, yakni metode Regnault,
Dumas, Victor Meyer, dan Limit Densitas. Pengukuran massa molekul pada
umumnya adalah dengan memanfaatkan titik didih (volatilitas). Metode Regnault
adalah metode khusus untuk menghitung massa molekul zat berfasa gas
menggunakan prinsip tekanan dan sebuah instrumen yang berupa bola kaca.
Metode Dumas adalah metode yang digunakan untuk mengukur massa molekul
zat cair dan gas dengan mendidihkan senyawa yang diukur dan ditimbang.
Metode Victor Meyer adalah metode penentuan massa molekul untuk zat padat
dan cair. Sedangkan, metode limit densitas adalah sebuah metode untuk
menentukan massa molekul berdasarkan densitas dari zat yang ingin diuji dan
diketahui.
Partikel gas sangat banyak dan selalu bergerak dengan arah yang sembarang atau
acak. Teori Kinetik Gas berupaya menjelaskan sifat-sifat makroskopik gas, seperti
tekanan, suhu, atau volume, dengan memperhatikan komposisi molekular mereka
dan gerakannya. Intinya, teori ini menyatakan bahwa tekanan tidaklah disebabkan
oleh denyut-denyut statis di antara molekul, seperti yang diduga Isaac Newton,
tetapi disebabkan oleh tumbukan antarmolekul yang bergerak pada kecepatan
yang berbeda-beda yang berawal dari persamaan gas ideal (PV = nRT) dan akan
dijelaskan lebih lanjut melalui penurunan Hukum Distribusi Maxwell.

BAB II
JAWABAN PEMICU
A. Ilmu kimia fisika adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari fenomena
kimia dari tingkat subatomik, atomik, mikroskopik, hingga makroskopik dalam
sistem dan proses kimia melalui pendekatan prinsip dan konsep dasar fisika
(termodinamika, kimia kuantum, kinetika). Selain itu, kimia fisika juga
menggunakan konsep-konsep fisika klasik (energi, entropi, suhu, tekanan,
tegangan permukaan, viskositas, hukum Coulomb, interaksi dipol), fisika kuantum
(foton, bilangan kuantum, spin, teori kebolehjadian, prinsip ketidakpastian), dan
mekanika statistik (fungsi partisi, distribusi Boltzman), serta ilmu matematika
dalam pembuktian hukum-hukumnya (aljabar, persaman linier).
B. 1) Kapan suatu gas dapat dikatakan gas ideal dan kapan suatu gas dapat
dikatakan gas nyata? Jelaskan mengapa gas nyata tidak dapat memenuhi
hukum-hukum gas ideal!
Suatu gas dapat dikatakan gas ideal jika volume yang ditempati molekulmolekulnya dapat diabaikan jika dibandingkan dengan total volume wadahnya,
serta gaya intermolekulnya yang sangat kecil. Pada keadaan standar, yakni 0 C
dengan tekanan absolut 100kPa (menurut definisi IUPAC terbaru mengenai STP),
beberapa gas seperti gas H2, N2, O2, dan CO2, dapat berperilaku layaknya gas
ideal. Namun secara umum, gas akan bertindak menyerupai gas ideal jika berada
pada keadaan dimana tekanan sangat rendah (p0) dan temperatur yang tinggi.
Hal ini disebabkan energi kinetik molekul gas meningkat pesat sedangkan usaha
untuk melawan gaya intermolekul sangat kecill.
Selain itu, gas ideal juga harus memenuhi beberapa hukum, yakni
1. Hukum Boyle
Dikemukakan oleh Robert Boyle pada tahun 1662. Hukum ini berbunyi
tekanan absolut yang diberikan sejumlah massa gas yang ideal berbanding
terbalik dengan volume yang ditempatinya pada suhu dan jumlah gas yang
tidak berubah di suatu sistem yang tertutup
Persamaan matematis:

P1 V 1=P 2 V 2
2. Hukum Charles / Gay-Lussac
Hukum ini ditemukan oleh Jacques Charles pada 1780-an yang berbunyi
ketika tekanan dari suatu gas kering dijaga konstan maka suhu absolutnya
akan berbanding lurus dengan volume
V1 V2
=
T 1 T2
Selanjutnya, temuan ini dipublikasikan oleh Gay-Lussac. Gay-Lussac juga
menemukan bahwa suatu gas yang jumlahnya tetap dengan volume yang tetap
akan memiliki tekanan yang sebanding dengan suhu mutlaknya.
P 1 P2
=
T1 T 2
3. Hukum Avogadro
Hukum ini ditemukan oleh Amedeo Avogadro pada tahun 1811 dan berbunyi:
Gas-gas yang volume, temperatur, dan tekanan yang sama akan memiliki
jumlah partikel yang sama juga. Pada tekanan dan temperatur konstan, gas
ideal akan memiliki volume yang berbanding lurus dengan jumlah molnya.
V1 V2
=
n 1 n2
4. Hukum Dalton
Hukum Dalton mengungkapkan bahwa pada gas ideal, tekanan total yag
diberikan gas merupakan jumlah dari keseluruhan tekanan parsial tiap-tiap gas
penyusun gas. Hukum ini juga sering disebut hukum tekanan parsial.
n

ptotal = p i
i=1

p1 =
p2=

n1
p
ntotal total

n2
p
ntotal total

dan seterusnya.

5. Hukum Graham
Hukum ini dikemukakan oleh Thomas Graham pada 1848. Hukum ini
menyatakan bahwa laju efusi atau difusi suatu gas akan berbanding terbalik
dengan akar kuadrat dari massa molarnya. Efusi merupakan peristiwa gas

keluar dari wadahnya melalui lubang yang kecil, sedangkan difusi merupakan
peristiwa dua gas dicampur bersama-sama dalam suatu wadah.
v1
M r1
=
v2
M r2

6. Classical Equation of State


Persamaan ini menyimpulkan Hukum Boyle, Charles-Gay Lussac, dan
Avogadro. Persamaan matematis:
PV =nRT atau P V m =RT
Keterangan dari seluruh persaman:
P = tekanan

v = laju efusi atau difusi gas

V = volume

Mr = massa molar

T = temperatur

Vm = volume molar

n = jumlah mol

R = tetapan gas ideal (8,314 J/mol K ; 0,082 L atm/mol K)

Pada kenyataannya gas yang ada tidak dapat benar-benar mengikuti hukum gas
ideal tersebut. Hal ini disebabkan gas tersebut memiliki deviasi (penyimpangan)
yang berbeda dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur
tetap, nilai deviasinya akan semakin kecil dari hasil yang didapat dari eksperimen
dan hasilnya akan mendekati kondisi gas ideal. Namun bila tekanan gas tesebut
semakin bertambah dalam temperatur tetap, maka nilai deviasi semakin besar. Hal
ini menandakan bahwa hukum gas ideal kurang sesuai untuk diaplikasikan pada
gas secara umum yaitu pada gas nyata atau gas riil. Gas ideal memiliki deviasi
(penyimpangan) yang lebih besar terhadap hasil eksperimen dibanding gas nyata
disebabkan beberapa perbedaan pada persamaan yang digunakan sebagai berikut:

Jenis gas
Tekanan gas. Ketika jarak antarmolekul menjadi semakin kecil, terjadi
interaksi antar molekul dimana tekanan gas ideal lebih besar dibanding

tekanan gas nyata


Volume gas. Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan sama dengan
volume wadah karena gas selalu menempati ruang. Namun dalam
perhitungan gas nyata, volume molekul gas tersebut juga turut
diperhitungkan, yaitu: Vriil = Vwadah Vmolekul

Perbedaan gas ideal dengan gas nyata dinyatakan dalam faktor daya mampat atau
faktor kompresibilitas (Z) yang menghasilkan persamaan untuk gas nyata:
PV =Z . nRT atau Z=

PV
nRT

dengan pada gas ideal Z=1, pada gas nyata Z 1

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah ciri-cirinya.


Gas Ideal:
1. Terdiri dari partikel-partikel (atom-atom maupun molekul-molekul ).
2. Ukuran partikel gas sangat kecil dibandingkan wadahnya (dapat diabaikan).
3. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan acak
4. Partikel gas didistribusi merata pada seluruh ruangan dalam bejana
5. Gaya tarik-menarik antarmolekulnya kecil
6. Setiap tumbukan antarpartikel dengan dinding dianggap lenting sempurna.
Gas nyata:
1. Volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan
2. Terdapat gaya tarik-menarik antarmolekul gas terutama jika tekanan diperbesar.
Gaya tarik-menarik yang sangat kuat dapat menyebabkan gerakan molekulnya
tidak lurus dan tekanan ke dinding menjadi kecil, lebih kecil daripada gas ideal.
2) Bagaimana cara mendapatkan persamaan van der Waals? Bagaimana
cara menentukan kedua nilai konstanta van der Waals tersebut?
Persamaan van der Waals didasarkan pada dua perbedaan dengan memodifikasi
persamaan gas ideal yang sudah berlaku secara umum. Pertama, van der Waals
menambahkan koreksi pada P dengan mengasumsikan bahwa jika terdapat
interaksi antara molekul gas dalam suatu wadah, maka tekanan riil akan berkurang
dari tekanan ideal (Pi) sebesar nilai P.
'

P=PiP P=Pi+ P '


Nilai P merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu jenis
jenis gas (a) dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap
volume gas tersebut, yaitu:
2

n a
P= 2
V
'

Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume molekul
gas tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai perkalian
antara jumlah mol gas dengan tetapan volume molar gas tersebut yang berbeda
untuk masing-masing gas (V nb). Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P
(tekanan) yang tertera dalam persamaan tersebut bermakna tekanan gas ideal (P i),
sedangkan V (volume) merupakan volume gas tersebut sehingga dapat
disimpulkan bahwa persamaan van der Waals dari gas nyata adalah:

( P+ P' )( V nb ) =nRT
Dengan mensubtitusi nilai P, persamaan total van der Waals akan menjadi:

P+

n2 a
( V nb )=nRT
V2

Tetapan van der Waals (a dan b) untuk setiap gas memiliki nilai yang berbeda.
Kedua nilai ini didapat melalui eksperimen. (Lampiran 1)
3) Dengan menggunakan persamaan gas nyata lain, tentukan properties dari
molekul-molekul penyusun udara!
Penyusun udara yaitu nitrogen, oksigen, argon, dan gas lain. Berikut karakteristik
ketiga gas utama penyusun udara di Bumi menggunakan persamaan gas nyata.
Persamaan Berthelot
Pc =

1 2 aR
12 3 b 3

1 /2

( )

V c =3 b

T c=

2 2a
3 3 bR

1 /2

( )

Jika nitrogen memiliki nilai a = 1,352 atm L 2 mol-2 dan nilai b = 0,0387 L mol-1,
maka nitrogen memiliki nilai Pc = 3,01 atm; Vc = 0,1161 L mol-1 , Tc = 11,24 K.
Jika oksigen memiliki nilai a = 1,364 atm L 2 mol-2 dan nilai b = 0,0319 L mol -1,
maka oksigen memiliki nilai Pc = 3,99 atm; Vc = 0,0957 L mol-1 , Tc = 12,43 K.
Jika argon memiliki nilai a = 1,337 atm L 2 mol-2 dan nilai b = 0,0320 L mol-1,
maka argon memiliki nilai Pc = 3,94 atm; Vc = 0,0960 L mol-1 , Tc = 12,29 K.
Persamaan Dieterici
Pc =

a
2 2
4e b

V c =2 b

T c=

a
4 bR

Jika nitrogen memiliki nilai a = 1,352 atm L 2 mol-2 dan nilai b = 0,0387 L mol-1,
maka nitrogen memiliki nilai Pc = 30,54 atm; Vc = 0,0774 L mol-1 , Tc = 106,5 K.
Jika oksigen memiliki nilai a = 1,364 atm L 2 mol-2 dan nilai b = 0,0319 L mol -1,
maka oksigen memiliki nilai Pc = 45,35 atm; Vc = 0,0638 L mol-1 , Tc = 130,4 K.
Jika argon memiliki nilai a = 1,337 atm L 2 mol-2 dan nilai b = 0,0320 L mol-1,
maka argon memiliki nilai Pc = 44,18 atm; Vc = 0,0640 L mol-1 , Tc = 127,4 K.
Persamaan Kamerling One (Virial) di Lampiran 2.
C. 1) Bagaimana cara menentukan massa molar dari suatu senyawa
fluorokarbon? Dapatkah Anda menduga jenis fluorokarbon berdasarkan
jenis massa molarnya?
Diketahui :

Percobaan 1
P fluorocarbon
Percobaan 2
P fluorocarbon
Mr CHF3

Ditanya :

= 327.10 torr; PCHF3 = 423.22 torr


= 293.22 torr; P CHF3 = 427.22 torr
= 70 gr/mol

Mr Fluorocarbon

Jawaban :
Oleh karena persamaan

BM =

RT
P

pada volume dan suhu yang sama, serta

gas dianggap sebagai sebuah gas ideal, massa jenis gas dianggap sama. Sehingga
muncul persamaan:
'

'

B M . P =BM . P
B M '=

P
BM
P'

Pada eksperimen 1
B M '=

423.22
70 gr /mol
327.10

= 90.57 gr /mol

Pada eksperimen 2
427.22
'
BM =
70=102 gr /mol
293.22
Pada percobaan tersebut, tekanan fluorocarbon pada percobaan 2 lebih kecil
daripada percobaan 1. Tekanan yang mendekati 0 menandakan hasil percobaan

lebih baik karena gas pada percobaan 2 dianggap lebih mendekati keadaan ideal
dibandingkan percobaan 1. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa massa
molar dari fluorocarbon yang digunakan adalah 102 gr/mol. Dan salah satu
fluorocarbon dengan massa molar 102 gr/mol adalah CHF2CHF2.

2) Selain dengan menggunakan alat di atas, terangkan cara lain yang


diketahui untuk mengetahui massa molar dari suatu senyawa! Berikan
satu contoh kasus dan jelaskan prosedur lengkap untuk menentukan
massa molar suatu senyawa!
Disuntikan gas X ke dalam sebuah wadah dengan ukuran 1 liter dan dihasilkan
tekanan 12 atm pada wadah. Ketika ditimbang, massa wadah berisi gas X
adalah sebesar 78,89 gram. Pada keadaan yang sama, diukur 1 mol dari suatu
gas yang telah diketahui sebelumnya. Gas yang telah diketahui tersebut
ternyata menghasilkan tekanan 8 atm dalam wadah yang sama. Siapakah gas X
yang dimaksud jika diketahui massa wadah kosong adalah 12,5 gram?
Gas yang diketahui:
PV =nRT
8 atm .1 liter =1 mol(RT )

RT=8 atmliter /mol


Gas X:
PV =nRT

12 atm. 1 liter=n(8 atm liter/mol)


n=1.5 mol

Massa molar Gas X


Mr=

massa wadah berisi gas X massa wadah kosong


n

Mr=

( 78,8912,5 ) gram
1.5

Mr=44.26 gram/mol

Gas dengan massa molar yang mendekati 44.26 gram/mol adalah gas CO2.
D. 1) Dengan memanfaatkan teori kinetik gas ideal, jelaskan bagaimana
menentukan kecepatan molekul N2, frekuensi tumbukan molekul N2, dan
jalan bebas rata-rata N2. Sebelumnya, jelaskan postulat yang mendasari teori
kinetika gas ideal!
Postulat yang mendasari teori kinetika gas ideal tentang kecepatan molekul,
frekuensi tumbukan molekul dan jalan bebas rata-rata adalah Distribusi Maxwell.
Berikut ini adalah penjelasan megenai hukum distribusi maxwell dan turunan dari
persamaan distribusi maxwell.
HUKUM DISTRIBUSI MAXWELL
Walapun persamaan teori kinetik memungkinkan perhitungan crms dari molekul,
akan tetapi persamaan ini tidak memberikan keterangan apa-apa tentang
kecepatan dari masing-masing molekul. Molekul-molekul dalam suatu gas
bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Lagi pula kecepatan sebuah
molekul selalu berubah dan dapat bervariasi antara harga yang sangat rendah dan
harga yang sangat tinggi sebagai akibat dari tumbukan dengan molekul-molekul
yang lain. Pada tahun 1860 Maxwell menunjukkan bahwa distribusi kecepatan
diantara molekul-molekul mengikuti suatu pola tertentu. Berdasarkan teori
kebolehjadian, Maxwell berhasil menurunkan suatu persamaan untuk menghitung
fraksi dari jumlah total molekul yang mempunyai kecepatan antara c dan c+dc,
dengan dc ialah suatu bilangan yang sangat kecil. Persamaan ini disebut Hukum
Distribusi Kecepatan Molekul.

dN
m 3 / 2 mc2 / 2 kT 2
4 (
) e
c dc
N
2kT
Dengan dN = jumlah molekul dari jumlah total N (kecepatan antara c dan c+dc)
m = massa molekul
k = tetapan Boltzmann (R/N0 = 1,3805 x 10-16 erg molekul-1 der-1 )
dN/N menyatakan fraksi jumlah total molekul dengan kecepatan antara c dan
c+dc. Persamaan Maxwell biasanya digambarkan dengan mengalurkan (1/N)

10

dN/dc terhadap c (Gambar 1). Kebolehjadian untuk menemukan sebuah molekul


dengan kecepatan antara dua harga (antara c dan c+dc) diberikan oleh luas di
bawah kurva antara kedua harga kecepatan.

Gambar 1. Distribusi
kecepatan molekul gas
menurut Maxwell
Titik maksimum pada kurva menunjukkan bahwa sebagian besar dari molekulmolekul mempunyai kecepatan di sekitar titik maksimum ini. Bila temperatur
dinaikkan maka titik maksimum akan bergeser ke arah kecepatan yang lebih besar
dan kurva menjadi lebih melebar dan luas di bawah kurva-kurva ini adalah sama,
yaitu sama dengan satu.
Kecepatan pada titik maksimum disebut kecepatan paling boleh jadi (the most probable
speed), cpb, yang dapat dihitung dengan cara mendiferensialkan Persamaan (2) dan

hasilnya disamakan dengan nol. (catatan: nilai maksimum suatu fungsi akan diperoleh
jika y=0)

C possible =

2 kT
2 RT
=
m
Mr

Cpb = kecepatan paling boleh jadi = the most probable speed

11

Kecepatan rata-rata , , yang didefenisikan sebagai

dapat dihitung dari

dengan memasukkan nilai dN dari persamaan (2) ke dalam persamaan (5) diperoleh

yang akhirnya menhasilkan

c=

8 kT
8 RT
=
m
Mr

Tumbukan Molekul dan Jarak Bebas Rata-Rata


Perhatikan dua jenis gas, A dan B, dengan molekul-molekulnya dianggap kaku
dan dengan diameter masing dA dan dB. Tumbukan antara molekul A dan B akan
terjadi apabila jarak antara titik pusat kedua molekul ini adalah dAB = (dA + dB).
Andaikan bahwa molekul-molekul B diam dan molekul A bergerak (satu biji)

dengan kecepatan rata-rata

CA

melalui suatu volum yang berisi molekul-molekul

B. Dalam waktu satu detik molekul A akan melalui volum sebesar

d 2AB C A

. Bila

jumlah molekul B per satuan volum adalah N B/V, maka jumlah molekul B yang
ditabrak oleh molekul A per satuan volum per satuan waktu adalah

z AB

d 2AB C A N B

V
z kecil

12

Bila jumlah molekul A dalam satuan volum adalah N A/V, jumlah tabrakan yang
terjadi antara molekul-molekul A dan molekul-molekul B dalam satuan
volum/satuan waktu adalah

Z AB

d C A N A N B

V2
2
AB

Z huruf besar
Persamaan di atas memerlukan koreksi karena pada penurunannya dianggap
bahwa molekul-molekul B tidak bergerak. Bila molekul-molekul B bergerak

dengan kecepatan rata-rata

dengan
C AB

C AB

CB

maka dalam persamaan tersebut

CB

harus diganti

yaitu kecepatan rata-rata A relatif terhadap B. Kecepatan relatif

dapat diperoleh sebagai selisih vektor antara

13

CA

dan

CB

Untuk molekul sejenis


C AA

8kT
8kT
2
2C
1 m
m
2

2d 2 C N A

z AA

Z AA

V
1

2d 2 C N A2
V2

Persamaan di atas menyatakan jumlah tabrakan molekul yang terjadi dalam satuan
volume per satuan waktu. Faktor diperlukan agar tidak menghitung tiap
tumbukan dua kali. Suatu besaran penting dalam teori kinetic adalah jarak ratarata yang ditempuh suatu molekul antara dua tabrakan. Jarak ini, yang

14

disebut jarak bebas rata-rata, , dapat dihitung sebagai berikut. Jumlah


tabrakan yang dialami satu molekul per satuan waktu diberikan oleh

z AA

2d 2 C N A
V

Jarak yang ditempuh dalam waktu ini adalah . Jadi jarak bebas rata-rata adalah
=

= /zAA

1
2 d 2 N /V

b) Jika Anda seorang astronot yang berada pada ketinggian ini, tentukan
berapa jumlah tumbukan antara molekul dengan astronot dalam 1 menit
(asumsikan bahwa laju tumbukan molekul sama dengan tumbukan molekul
dengan astronot), dan energi kinetik total yang ditransfer ke astronot dalam
1 menit. Asumsikan bahwa energi kinteik rata-rata dari partikel tunggal
adalah 3/2 kT.
Nv = 5,44 x 1011 molekul/m3

Diketahui:

T = 1000 K
d = 5 x 10-10 meter
Ditanya: a.) Jumlah frekuensi tumbukan astronot dengan N2 dalam satu menit
b.) Energi kinetik total dalam satu menit
Jawab:
a.) Rumus frekuensi tumbukan dengan molekul sejenis

2d 2 C AA N A

z AA
Dengan

V
C
AA

adalah kecepatan relatif molekul yang satu terhadap molekul yang

lain.
C AA

8kT
8kT
8 RT
2
2
m
Mr
2 m

15

C AA

8 x8,31x103
1230m / s
1 .28 x10 3
2

z AA

2 x3,14 x(5 x1010 ) 2 x1230 x (5,44 x1011 )


1

7,43x10 4 Hz

Frekuensi per menit = (7,43 x 10-4 ) x 60 = 4,46 x 10-2 tumbukan/menit


3
kT
2

b.) EK sekali tumbukan =

3
1,38 x 1023 x 1000 = 2,07 x 10-20 J
2

EK yang ditranfer pada astronot/ menit = EK sekali tumbukan x jumlah tumbukan


per menit
= (2,07 x 10-20 ) x (4,46 x 10-2)
= 9,23 x 10-22 J
E. 1) Dengan memanfaatkan hukum gas ideal, bagaimana Anda dapat
menentukan tekanan total dan tekanan parsial dari campuran akhir reaksi?
Diketahui :

V = 2,24 x 104 cc = 22,4 liter


T = 273,15 K

Ditanya :

P total dan P parsial jika mula-mula ada 2 mol H2 dan 1 mol N2

Jawab :

3H2 (g) + N2 (g) 2NH3 (g)


2 mol

1 mol

2 mol

0,67 mol

1,33 mol

0,33 mol

1,33 mol

Ptot

= nRT/V
= (1,67 mol)(0,082 L atm/molK)(273,15 K) / (22,4 L)
= 1,67 atm

PH

=0

PN

= (0,33/1,67) x 1,67 atm = 0,33 atm

PNH = (1,33/1,67) x 1,67 atm = 1,33 atm


3

16

2) Dapatkah Anda menjelaskan salah satu metode yang memanfaatkan teori


kinetik gas ideal untuk menentukan viskositas? Bagaimana Anda dapat
menentukan diameter rata-rata molekul NH3 yang dihasilkan? Jelaskan
metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas dari liquid!
Salah satu cara untuk menentukan viskositas suatu fluida memanfaatkan teori
kinetik gas ideal adalah dengan menggunakan persamaan berikut:

1
= vl
3

Cara mengetahui diameter molekul NH3 adalah dengan menggunakan persamaan


l=

3
v
=

Dimana
l

n*

1
2 l n

= viskositas

= kecepatan fluida

= jalan bebas rata-rata

= densitas

= diameter molekul gas


= banyak molekul yang identik per cc

Metode lain untuk menentukan viskositas fluida:


1. Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan
bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi
melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan
dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui
(biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut.
2. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan
sehingga gaya gesek = gaya berat gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah
menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca) melalui tabung gelas yang berisi
zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga
resiprok sampel.
3. Viskometer Cup dan Bob

17

Prinsip kerjanya adalah sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar dari
bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah.
Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan
geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkan bagian tengah zat
yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat.
4. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian
dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan
bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang
diam dan kemudian kerucut yang berputar.
F. 1. Jelaskan bagaimana Anda dapat menjelaskan tentang fenomena kritis
cairan dengan memanfaatkan kurva P-V-T dan berikan contoh? Apa
bedanya dengan cairan superkritikal (sc)?
Untuk memudahkan pembacaan diagram
tersebut maka diagram tersebut dikonversi
menjadi diagram dua dimensi (2D) melalui
proyeksi pada bidang. Proyeksinya tersebut
menghasilkan diagram p-T, diagram p-v dan
diagram T- v.
Gambar 2. Diagram 3D P-V-T

18

Pada diagram tersebut tampak garis-garis


isotermal (suhu tetap).

Pada grafik di

samping, dapat dilihat bahwa pada suhu di


bawah titik kritis, maka tekanan akan konstan
ketika melalui daerah dua fasa cair-uap, tetapi
pada daerah satu fasa (cair atau gas) maka
tekanan akan turun pada temperature tetap
Gambar 3. Diagram P-V

dan volume spesifik naik (kurva ditunjukkan

tanda panah merah). Sedangkan saat temperatur sama atau lebih dari temperature
kritis (Tc), maka tekanan akan menurun secara terus menerus pada temperature
tetap dan volume spesifik meningkat (kurva ditunjukkan oleh tanda panah biru).
Hal ini terjadi karena kurva tersebut tidak memotong pada daerah dua fasa cairuap.

19

Ketika

permukaan

diagram

p-v-T

diproyeksikan pada bidang temperaturevolume spesifik maka akan menghasilkan


diagram T-v. Gambar di samping merupakan
sketsa dari diagram T-v dari air pada fase
cair, dua fasa cair-uap dan uap. Untuk
kondisi tekanan di bawah tekanan kritis
Gambar 4. Diagram V-T

(kurva ditunjukkan oleh panah merah), sepert

10 MPa, maka tekanan akan konstan ketika melintasi daerah dua fasa. Sementara
pada daerah satu fasa (cair atau uap) maka tekanan akan meningkat seiring
kenaikan suhu maupun volume spesifik. Sedangakan pada kondisi tekanan sama
dengan atau lebih dari tekanan kritis (kurva ditunjukkan oleh panah biru), seperti
30 MPa, maka tekanan akan secara kontinu/terus menerus meningkat seiring
kenaikan suhu maupun volume spesifik. Hal ini disebabkan pada tekana sebesar
itu, kurva tersebut tidak melalui daerah dua fasa. Fluida superkritikal adalah zat
yang berada pada suhu dan tekanan di atas titik kritikal termodinamika. Zat ini
memiliki kemampuan unik untuk berdifusi melalui benda padat seperti gas, dan
melarutkan benda seperti cairan. Dan dia juga dapat merubah kepadatannya bila
mengubah sedikit suhu dan tekanannya.
2. Berikanlah penjelasan singkat tentang fungsi dan manfaat cairan pada
kondisi kritikal ataupun superkritikal berbanding dengan cairan pada
kondisi STP?
Ekstraksi superkiritis merupakan salah satu metode operasi ekstraksi dengan
menggunakan solven berupa fluida superkritis, yaitu fluida yang kondisinya
berada di atas temperatur dan tekanan kritis. Metode ini memiliki beberapa
kelebihan, antara lain
a. Kekuatan solven dapat diatur dengan mengatur kondisi operasinya.
b. Daya larut solven tinggi karena bersifat seperti cairan.
c. Viskositas solven rendah karena bersifat seperti gas sehingga koefisien
perpindahan massanya tinggi.

20

d. Pemisahan kembali solven dari ekstrak cukup cepat dan sempurna karena
pada keadaan normal solven tersebut berupa gas, sehingga dengan
penurunan tekanan solven otomatis akan keluar sebagai gas.
e. Dapat menggunakan solven berupa fluida yang tidak merusak lingkungan
dan tidak mudah terbakar.
f. Difusi dalam padatan dapat berlangsung cepat.
g. Temperatur operasi bisa rendah sekalipun tekanannya tinggi.
Salah satu fluida yang sering dipakai sebagai solven dalam ekstraksi superkritis
adalah gas CO2, yang memiliki temperatur kritis 31,3 derajat Celcius dan tekanan
kritis 74 atm. Dengan menggunakan CO2 sebagai solven, ekstraksi superkritis
dapat

dijalankan

pada

suhu

rendah

dan

tekanan

yang

tidak

terlalu

tinggi. Keuntungan lain adalah kita tidak perlu membuat CO 2 melainkan cukup
menyaringnya dari udara sekitar. Di bidang isolasi dan pengolahan bahan alam,
CO2 superkritis dimanfaatkan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi maupun deekstraksi senyawa-senyawa aktif dari tumbuhan untuk pengobatan, atau senyawasenyawa penting untuk industri makanan, misalnya ekstraksi minyak atsiri lemon,
jahe, beta-carotene dari tumbuh-tumbuhan atau de-ekstraksi caffein pada kopi.
3. Dapatkah anda menjelaskan hubungan antara kondisi kritis dengan
persamaan van der Waals?
Keadaan kritis adalah volume, temperatur dan tekanan pada titik belok kurva
kritis dari kurva Van der Waals. Persamaan Van der Waals adalah persamaan orde
3 dalam V dengan V yang memenuhi itu merupakan akar persamaan pangkat tiga.

Untuk ini maka persamaan Van der Waals yang semula berbentuk

Kita jadikan salah satu ruasnya nol, sehingga menjadi

21

Selanjutnya penyebut dihilangkan, sehingga menjadi :

Pada kondisi kritis (Pc dan Tc), persamaan dapat ditulis

Pada kondisi kritis hanya terdapat belokan kurva. Ini berarti persamaan pangkat
tiga itu hanya mempunyai satu akar (ketiga akar itu berharga sama), yaitu Vc.

Persamaan inilah yang disebut persamaan keadaan kritis gas Van der Waals.
Sudah barang tentu jika kita bertolak dari persamaan gas yang lain, persamaan
keadaan kritisnya tidak selalu berharga 8/3.

22

Anda mungkin juga menyukai