inti
dari
sembilan
program
tersebut
yang
disarikan
dari
situs www.kpu.go.id:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri
bebas
aktif,
keamanan
nasional
yang
terpercaya
dan
pembangunan
pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan
memperkuat
jati
diri
sebagai
negara
maritim.
demokrasi
dengan
melanjutkan
konsolidasi
demokrasi
desa
dalam
kerangka
negara
kesatuan.
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
dan
terpercaya.
lainnya.
ekonomi
domestik.
Indonesia.
industri golongan usaha menengah obat tadisional (UMOT), dan usaha kecil
obat tradisional (UKOT).
Dengan jumlah industri tersebut, sektor jamu dan obat tradisional mampu
meneyerap 15 juta tenaga kerja. Tiga juta diantaranya terserap di industri
jamu untuk obat dan 12 juta lainnya terserap di industri jamu yang mulai
berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetik, spa, dan aromaterapi.
pasar dunia seperti Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa dan Amerika. Sementara
itu industri farmasi dalam negeri masih banyak mengandalkan bahan baku
obat impor. Karena itu sebenarnya pasar obat-obatan tradisional masih cukup
besar dan menjanjikan. Seiring semangat kebangkitan nasional, pemerintah
menggelar kebangkitan jamu Indonesia pada tahun 2008 ini.
Mau tahu informasi kesehatan terpercaya?
klik disini
Hambatan
Menurut Rahmat Gobel, wakil ketua Kadin, dari seluruh omzet produk herbal
di pasar dunia yang mencapai US$ 15 miliar dunia, produk Indonesia
hanya mencapai US$ 500-600 juta. Untuk itu, dalam peta jalan Kadin hingga
2010, omzet industri jamu ditargetkan akan mencapai Rp 10 triliun.
Perkembangan jamu saat ini masih terhambat oleh masalah mendasar yakni
kurangnya standarisasi produk. Baik dari segi bahan yang digunakan, cara
pembuatan maupun faktor khasiat dan keamanan produk. Selain itu
standarisasi
jamu
sulit
dilakukan
karena
sebagian
pembuat
jamu
beranggapan bahwa jamu adalah sebuah seni yang menekankan pada intuisi
dan bukan pada pengukuran secara tepat bahan-bahan yang digunakan.
Selain itu masih terdapat banyak pelanggaran seperti pemalsuan nomor
pendaftaran, pencantuman identitas pabrik yang tidak lengkap, serta
pencampuran dengan bahan kimia secara sembarangan. Dalam PerMenKes
disebutkan bahwa jamu tidak boleh mengandung bahan kimia selain dari yang
dipersyaratkan. Sementara bahan pengawet seperti asam sorbat, benzoat serta
nipagin dan nipasol masih diperbolehkan dalam batas tertentu.
Pemakaian bahan-bahan kimia yang tidak terkontrol akan membahayakan
bagi kesehatan konsumen. Seperti penggunaan antalgin dalam jamu penurun
panas, parasetamol dalam jamu pegal linu, furosemid dalam jamu pelangsing
dan jamu pelancar air seni, deksametason dalam jamu gemuk badan, dan
sildenafil dalam jamu kuat laki-laki. Untuk itu konsumen patut menaruh
curiga pada jamu yang memberikan efek khasiat dalam waktu yang singkat.
Ini dikarenakan bahan alami umumnya bereaksi lebih lambat dari pada bahan
kimia obat.
Perlu dipahami bahwa pelarangan itu bukan disebabkan karena zat kimia
tidak boleh dikonsumsi bersama dengan obat bahan alam. Pelarangan itu lebih
disebabkan karena tidak adanya jumlah yang jelas mengenai bahan kimia
yang digunakan sehingga berpotensi berbahaya untuk tubuh.
Konsumen yang terkena risiko akibat penggunaan produk ilegal tersebut
sebaiknya melaporkan kepada unit layanan pengaduan konsumen Badan POM
RI di Jakarta atau Balai POM yang tersebar di seluruh Indonesia.
Harapan
alam
amat
berkaitan
dengan
etnis
dan
proses
sejarah
yang
struktur
senyawa
kimia.
Hal
ini
berkaitan
dengan
menjamin
kualitas
jamu
dalam
negeri,
diperlukan
munculnya
kesadaran dari para pengusaha untuk melakukan pengecekan akan produkproduk racikannya sendiri untuk memberi jaminan pada konsumen bahwa
produk yang digunakan telah memenuhi standar keamanan.
Keuntungan lain dalam mengembangkan jamu adalah produksi jamu biasanya
bersifat padat karya sehingga industri jamu dapat menciptakan banyak
lapangan kerja. Dengan demikian industri jamu dapat berperan mengurangi
pengangguran yang dapat menjadi pemicu gejolak sosial.
Akhirnya kita berharap agar segenap potensi sumber daya alam di Indonesia
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat. Semoga.
memberi
contoh
jamu
kesehatan
stamina
pria
produknya.
"Kalau
akunya.
Di samping itu, masih terkait dengan bidang pemasaran, industri jamu, dalam
pandangan Masyhari, mesti giat beriklan ke berbagai media. "Belanja iklan
harusnya antara 20 persen sampai dengan 25 persen dari penjualan,"
tuturnya.
Peraturan
Tantangan berikutnya adalah masalah peraturan. Masyhari menyoroti fungsi
pemerintah
mengenai
masalah
ini.
Apalagi,
dengan
kenyataan
bahwa
mayoritas dari 1.200 perusahaan jamu nasional masuk dalam kategori usaha
menengah ke bawah. Pasar produk industri jamu pun, kata Masyhari juga
kebanyakan
kalangan
menengah
ke
bawah.
Waktu itu, sekitar 1980-an, produk yang sudah dilemparnya ke pasaran Ibu
Kota, justru disita oleh pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Alasannya,
produksinya
itu
tak
memiliki
izin.
bisa
menjadi
pebisnis,
Indonesia
akan
maju,"
tuturnya.
"Jika ambil jurusan farmasi atau kedokteran, paling tidak ada dua SKS yang
membahas soal khasiat jamu," ungkap Putri.
Ke depan, Putri bercita-cita agar jamu masuk ke berbagai rumah sakit sebagai
bagian dari proses pengobatan, seperti yang sudah dilakukan di Tiongkok dan
India.
Menurut Putri, pasien di rumah sakit yang beroperasi di Tiongkok akan
ditawarkan dua pilihan dalam menjalani pengobatannya, secara modern atau
tradisional.
"Kita bercita-cita ingin seperti negara lain yang memiliki ramuan alam yang
dapat dimanfaatkan untuk kesehatan," tukasnya.
Saat ini, Putri menambahkan, satu rumah sakit di Jakarta sudah
menggunakan jamu sebagai salah satu proses pengobatan, yaitu Rumah Sakit
Dharmais.
Rumah sakit kanker tersebut menggunakan suntikan yang mengandung
kunyit putih dari Jepang sebagai pengobatan kanker, dengan harga Rp 3 juta
sekali suntik.
"Jika tidak ingin disuntik, mereka juga menyediakan jamu kunyit putih yang
bisa diminum," pungkas Putri.
perjanjian perdagangan bebas yang komprehensif. Saat ini kita telah memasuki era Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Pada tahun 2018 nanti, kita akan menghadapi Regional Comprehensive
Economic Partnership (RCEP), ujar Airlangga.
Berdasarkan, Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, industri
kosmetik dan jamu merupakan sektor prioritas karena berperan besar sebagai salah satu penggerak
utama perekonomian nasional. Industri kosmetik sebagai salah satu industri yang stategis dan
potensial, karena saat ini sebanyak 760 perusahaan kosmetik tersebar di wilayah Indonesia serta
mampu menyerap sebanyak 75 ribu tenaga kerja secara langsung dan 600 ribu tenaga kerja secara
tidak langsung, papar Airlangga.
Selain itu, lanjutnya, neraca perdagangan produk kosmetik mengalami surplus sebesar 90 persen.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai ekspor kosmetik pada tahun 2015 yang mencapai USD 818 juta atau
dua kali lipat dibandingkan nilai impornya sebesar USD 441 juta. Sedangkan, industri jamu dan
obat tradisional juga mencatatkan prestasi yang menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir,
tutur Airlangga. Hal tersebut terlihat dari omzet yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2015, penjualan mencapai Rp 16 triliun dan pada tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp
17 triliun. Saat ini, terdapat 1.247 industri jamu yang terdiri dari 129 Industri Obat Tradisional (IOT)
dan selebihnya termasuk golongan Usaha Menengah Obat Tradisional (UMOT) dan Usaha Kecil
Obat Tradisional (UKOT) yang tersebar di wilayah Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Hingga saat ini juga, industri obat tradisional mampu menyerap sebanyak 15 juta tenaga kerja, yang
meliputi 3 juta terserap di industri jamu yang berfungsi sebagai obat dan selebihnya 12 juta terserap
di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetik, spa, dan
aromaterapi.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Puan Maharani menyatakan, Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya
saing industri nasional dengan menerbitkan kebijakan strategis yang dapat memperkuat struktur
sektornya.
Salah satunya adalah dengan optimalisasi pelaksanaan Paket Kebijakan Ekonomi, yang ke depan
akan dikawal langsung oleh Presiden Joko Widodo melalui Task Force Paket Kebijakan, agar hasil
yang dicapai dapat bermanfaat langsung bagi dunia industri nasional, tuturnya.
Pemerintah juga menyadari, lanjut Puan, bahwa pembinaan industri kosmetik dan jamu merupakan
kerja sama lintas sektoral yang saling terintegrasi. Industri ini terus didorong untuk bangkit. Dalam
pembinaannya, selain pemenuhan terhadap regulasi dari sisi kesehatan juga diperlukan fasilitasi
atau pembinaan untuk menjamin standar dan kualitas produk, ujarnya.
Menurut Puan, peran asosiasi dunia usaha sangat penting sebagai mitra Pemerintah dalam
memberikan masukan serta evaluasi kebijakan. Dalam upaya peningkatan daya saing, peran
pengusaha yang dapat dilakukan, antara lain pengembangan teknologi tinggi, peningkatan
penggunaan bahan baku lokal, serta pengembangan tenaga kerja terampil, paparnya.
Puan menambahkan, pihaknya aktif melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menanggulangi produk kosmetik dan jamu
ilegal. Karena efek negatifnya dari jamu ilegal adalah penyakit, ungkapnya.
Sementara itu, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit
Dwiwahjono memberikan apresiasi kepada para pemangku kepentingan atas kontribusi dan
partisipasinya pada penyelenggaraan Pameran Industri Kosmetik dan Jamu 2016.
Pemangku kepentingan tersebut, antara lain yaitu Kementerian Kesehatan, Perhimpunan
Pengusaha dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPA KOSMETIKA), Persatuan Perusahaan
Kosmetika Indonesia (PERKOSMI), Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia
(GP JAMU), Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi), serta Gabungan Pengusaha
Kosmetik Kecil Menegah Indonesia (GP KOSKEMINDO).
Sigit menyampaikan, kegiatan yang dilaksanakan selama empat hari, tanggal 30 Agustus-2
September 2016 di Plasa Pameran Industri ini diikuti sebanyak 29 perusahaan kosmetik, 17
perusahaan jamu, dan 1 perusahaan farmasi.