Anda di halaman 1dari 3

HEDDY LUGITO

Komisaris di PT Pertani.

MENGAMBIL KESEMPATAN MASA DEPAN

Heddy Lugito adalah Komisaris PT Pertani adalah alumnus Fakultas


Ilmu Budaya dan Sastra Undip. Ia lahir di Boyolali , 5 Juni 1960.
Merasa beruntung karena pernah mengenyam pendidikan di Undip,
Heddy berbagi pengalaman sekaligus memberikan saran bagi juniornya
untuk memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan saat kuliah. Jangan
hanya kuliah saja tapi mengisi kegiatan di kampus di luar
pembelajaran, mengasah jiwa kemimpinan dan memperluas jejaring
yang dapat bermanfaat di masa depan.

Kesempatan tak datang dua kali. Heddy menyebut dirinya telah


membuktikan dengan aktifnya dia saat kuliah, manfaat akhirnya dipetiknya
dalam perjalanan hidup dan karirnya. “Saat di kampus kebetulan saya
memiliki minat besar di dunia jurnalistik. Beruntungnya saya bertemu
dengan teman-teman dan mentor yang hebat yang membuat saya
berkembang baik sebagai mahasiswa maupun personal” kenangnya.

Agus Maladi Irianto adalah rekan perjuangannya dalam kiprahnya dalam


dunia tulis menulis. Pun ia merasakan jurnalistik adalah passionnya dan
kiprahnya makin terasah saat ia terlibat dalam kegiatan pers mahasiswa
Manunggal kala itu. “Saya beruntung bertemu Mas Bambang Sadono,
senior di Manunggal yang memberikan banyak inspirasi dalam kiprah saya
di jurnalistik” . Heddy menambahkan ia merasa memiliki ruang yang sangat
cukup untuk berkembang. Darmanto Jatman, salah satu dssen yang ia
kenang sebagai orang yang memberikan motivasi dan dorongan untuk maju
pada dirinya.

Selepas kuliah, Heddy menyalurkan minatnya dalam dunia jurnalistik


kampus dalam karier profesional dengan menjadi wartawan di Tempo
setelah sempat magang beberapa saat di Suara Merdeka. Dedikasi ,
loyalitas dan profesionalitas pada dunia jurnalistik mengantarkan Heddy
Lugito pada puncak karier sebagai Chief Editor di Majalah Gatra, media
papan atas di era nya. “Jadi wartawan itu enak sekali. Jaringan nya luas,
dan kita memilik kesempatan nteraksi dengan orang-orang penting dengan
lebih mudah. Dulu saat masih jadi wartawan kampus, orang akan susah
sekali ketemu Dekan atapun Rektor. Tapi saya mudah saja misalnya
ketemu dengan Pak Muladi karena saya bisa gunakan akses sebagai
wartawan kampus, ha ha “. Bahkan tatkala Muladi menjadi Menteri, Heddy
Lugito masih berinteraksi sangat dekat dengannya. Hal yang akan sulit
terjadi kalau Heddy bukan seorang jurnalis.
Jejaring Luas

Di kampus Undip , Heddy muda sadar jaringan luas harus dibangun sedari
awal. “ Jaringan yang dibangun dari bawah akan mewarnai kehidupan dan
membentuk kematangan kita. Bergaullah dengan banyak orang karena itu
akan memperluas wawasan kita. Saya kira itu yang membedakan wartawan
dengan yang lain. Seorang jurnalis biasanya lebih mengetahui banyak
haldiajak nogmong apa saja pasti nyambung meskipun tahunya tidak detail
Saya kita itu kelebihan jadi jurnalis dan saya menikmati itu”

Hendy menikmati puncak karier kala dia dipercaya menjadi Pemimpin


Redaksi Majalah GATRA selama 10 tahun. Penulis Mata Air Sinkretisme
dari Pengging ini kemudian didapuk sebagai Anggota Forum Pemimpin
Redaksi. Perhimpunan Forum Pemred didirikan oleh para pemimpin redaksi
media nasional dan daerah di Jakarta pada 18 Juli 2012. Perhimpunan
bersifat independen, tidak berafiliasi pada organisasi wartawan, organisasi
politik dan organisasi kemasyarakatan.

Perjalanan karier Heddy berubah tatkala ia mendapatkan kepercayaan


menjadi Komisaris di PT Pelindo III Oktober 2016. “Kepercayaan itu
diberikan mungkan karena penilaian orang media itu punya jaringan lebih
banyak. Pengalaman itu yang kita gunakan untuk memberikan sumbangsih
bagi Pelindo. Jujur saya katakan Pelindo hal baru bagi saya. BUMN yang
bergerak di bidang pelabuhan. Boleh disebut sebagai BUMN papan atas
karena menyumbang laba rata-rata 2 triliun per tahunnya. Pelindo III juga
perusahaan strategis karena cakupan wilyahnya yang luas dari Jateng
hingga NTT, mengelola 43 pelabuhan memiliki 17 anak perusahaan dan tak
kurang 5 cicit perusahaan. Capital Expenditure (belanja ) modalnya hampir
7 triliun” jelasnya

Heddy Lugito menyebut visi Presiden Jokowi yang concern untuk membuka
isolasi wilayah melalui program tol laut sangat membantu mengatasi
problem logistik di banyak daerah di Indonesia. Heddy mencontohkan Kota
Baru wilayah kecil di Kalimantan Selatan. Sebelum ada tol laut harga beras
satu kilogram mencapai 35 ribu demikian mahalnya. Setelah ada tol laut,
kebutuhan logistik daerah yang susah aksesnya karena barang dropping
sampai pelabuhan saja tidak bisa masuk ke pedalaman teratasi dengan
kapal tol laut. “Melalui tol laut selain membawa logistik, kapal sekaligus
mengungkut truk seehingga penetrasi logistik baik itu bahan makanan
ataupun bahan bangunan bisa menjangkau sampai pedalaman. Kini harga
beras yang dulunya sangat mahal, 35 ribu bisa turun 15 ribu hingga 20
ribu. Ini tentu sangat membantu masyarakat yagn ada di pedalamn. Hal
sama terjadi di NTT, daerah yang secara geografis memang banyak pulau
yang lebih mudah diakses melalui laut. Alhamdullilah selama kita
menjalankan fungsi , program tol laut bisa berjalan. Pelindo III juga
mereformasi diri dengan membangun infratruktur pelabuhan yang lebih
modern . Pelabuhan yang dulunya sangat kumuh kita sulap seperti
bandara lebih bersih dan teratur “ tambahnya.

Kini Heddy mendapatkan amanah baru menjadi Komisaris di salah satu


anggota holding BUMN pangan, PT Pertani (Persero). Ia ditunjuk Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa atau RUPSLB menggantikan
Mochamad Syafri Sabit yang telah habis masa jabatannya. Di PT Pertani
(Persero) Heddy mendampingi Komisaris Utama Asep Sasa Purnama dan
Komisaris Independen Mochamad Maksum Machfoedz.

Tantangan di PT Pertani disebut memiliki dimensi berbeda dengan saat ia


bekerja di PT Pelindo. “ Pertempuran dan kompetisi saya kira lebih keras
karena kondisi pasar lebih besar. Agak berbeda dengan di Pelindo yang
lebih ke arah monopoli pasar. Namun saya kira dengan kerjasama
stakeholder terkait, PT Pertani tetap bisa menjadi yang terdepan”
tambahnya. Salah satu tantangan terbesar menurut Heddy adalah
menyesuikan kultur pasar bebas, dimana dibutuhkan inovasi terus
menerus untuk menguasai pasar. “Jangan lupa BUMN memiliki aturan
yang ketat dan itu yang jadi kendala untuk bersaing dengan swasta untuk
bergerak lebih cepat di pasar”

Ambil Kesempatan

Memberikan pesan kepada junior, Heddy menyebut, mahasiswa harus


memanfaatkan waktu sebaik-baiknya saat kuliah. “ Ambil kesempatan
dengan bergabung dengan unit kegiatan yang sesuai minat. Jangan
dianggap remeh, karena aktivitas itu mewarnai kehidupan kelak. Sayang
banget kalau, waktu hanya kuliah formal”.

Di sisi formal, Heddy menyebut konsep link dan match dengan industri
harus dilakukan pihak kampus. “ Misal Fakultas Hukum, mahasiswa bisa
ditempa jadi pengacara handal dengan jalan bisa disiapkan simulasi
persidangan semu untuk melatih keahlian mereka. Fasilitasi itu, Atau bisa
juga Fakultaas Ekonomi bisa dibuatkan laboratorim pasar modal sehingga
sedari awal mereka sudah paham dengan pasar yang akan mereka masuki
kelak Saya kira Undip bisa melakukan itu” pungkasnya

Anda mungkin juga menyukai