Anda di halaman 1dari 4

Aku Generasi Unggul Kebanggaan Bangsa Indonesia

Oleh : Dzakiyyah Azahra Mooduto

Bacharuddin Jusuf Habibie, mantan presiden ketiga RI dan seorang teknokrat andal
yang pernah dimiliki negeri ini pernah berpesan kepada generasi muda Indonesia. Menurutnya,
perlu ada upaya penyetaraan peran IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan IMTAQ
(iman dan taqwa). Apabila dapat diterapkan secara seimbang niscaya dapat membawa bangsa
Indonesia lebih maju. Jika keseimbangan ini tidak dapat dicapai, tak akan ada yang bisa
mengawal perkembangan Indonesia menjadi negara yang besar.

Pesan singkat tersebut berhasil “menampar” dan berhasil menjelma menjadi motivasi
utama saya hingga hari ini. Rasa cinta dan kagum saya terhadap sosok Presiden ke-3 Indonesia
tersebut menjadi alasan saya tak pernah ragu dalam memberikan yang terbaik bagi pendidikan
saya, salah satunya adalah MAN Insan Cendekia Gorontalo. Sekolah yang menjadi buah dari
ideologi BJ Habibie secara langsung, yakni menerapkan IPTEK dan IMTAQ dalam kehidupan
seorang pemuda Indonesia.

Banyak pengalaman hidup yang saya temukan dari “penjara suci” tersebut. Salah
satunya adalah saya menemukan makna dari orang yang berilmu. Sebelum menginjakkan kaki
dan merasakan kehidupan di MAN Insan Cendekia Gorontalo, saya belajar hanya untuk
mendapatkan nilai yang bagus saja. Setelah mengenal perjuangan dan jatuh bangun dalam proses
belajar di sekolah tersebut, saya memahami bahwa orang berilmu atau orang cerdas tidak dinilai
dari seberapa besar nilainya di rapor, tetapi mereka adalah orang-orang yang ikhlas memberikan
kebermanfaatan bagi orang lain. Rasulullah sebagai tokoh teladan ummat muslim bersabda,
"Sebaik-baik manusia di antara kalian adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain."
(H.R. Bukhari).

Semasa SMA, saya memiliki ketertarikan di bidang bisnis. Dimulai ketika saya
mendapat tanggung jawab sebagai salah satu anggota divisi Entrepeneur Team of OSIS (ETOS).
Disibukkan dengan beberapa kegiatan pencarian dana untuk memenuhi target kas keuangan
OSIS per bulannya. Perlahan-lahan saya mulai memahami bagaimana proses planning, produksi,
marketing, partnership, dan berbagai pengalaman berharga lainnya. Menjadi anggota ETOS pun
menjadi jalan saya untuk bertemu pelaku bisnis yang sukses seperti Syafii Effendi. Ketertarikan
inilah yang membuat saya mencoba menerapkan ilmu-ilmu dasar wirausaha tersebut setelah saya
dinyatakan lulus dari SMA. Saya mencoba menjadi mitra reseller dari perusahaan buku planner,
mengikuti bisnis affiliate marketing dari seorang wirausahawan muda indonesia, serta mencoba
merancang sebuah bisnis dengan menyusun proposal di bidang kewirausahaan.

Usai menjalani masa putih abu-abu, saya dipertemukan dengan ombak baru kehidupan
bernama perkuliahan. Satu langkah awal setelah kelulusan ini akan menentukan masa depan
seperti apa yang akan saya jalani. Sebagaimana remaja pada umumnya, kedilemaan dalam
memilih bidang ilmu serta universitas lanjutan menjadi momok utama. Sistem serta fasilitas
pendidikan yang kurang baik di Gorontalo—daerah kelahiran saya—jika dibandingkan dengan
universitas di Pulau Jawa membuat pertimbangan melanjutkan perkuliahan semakin berat.
Belum selesai dilema yang saya hadapi, ternyata cobaan lain kembali datang: saya
gagal berkuliah di ITB maupun ITS melalui jalur SBMPTN. Jalur tes tulis ini menjadi harapan
utama saya untuk berkuliah langsung pupus seketika, meninggalkan saya yang masih termenung
memikirkan masa depan seperti apa yang akan saya tempuh. Tak pernah saya rasakan betapa
sulitnya untuk melanjutkan studi demi masa depan saya sendiri.

Pada akhirnya saya mulai merenungi bahwa tak ada sedikitpun manfaat yang saya
dapatkan dengan meratapi kegagalan. Sesegera mungkin saya mencari jalur mandiri di berbagai
perguruan tinggi yang masih dibuka. Setelah menjumpai beberapa kegagalan (lagi) di jalur
mandiri, akhirnya saya berhasil mengamankan satu jatah kursi di Kampus Peradaban, yakni
Universitas Negeri Gorontalo di program studi Sistem Informasi. Walaupun sempat ragu untuk
mengambil bidang ilmu ini, saya akhirnya memantapkan hati untuk menekuni ilmu ini. Sistem
Informasi memanglah suatu hal yang baru bagi saya, akan tetapi hal ini tidak membuat semangat
saya surut untuk mempelajarinya. Program studi ini memiliki potensi yang sangat besar di masa
depan, khususnya bagi negara Indonesia.

Semenjak milenium berganti, seluruh dunia mulai bertransformasi ke dalam masa


Revolusi Industri 4.0. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, revolusi industri adalah
perubahan radikal dalam usaha mencapai produksi dengan menggunakan mesin-mesin, baik
untuk tenaga penggerak maupun tenaga pemroses. Bila kita memutar kembali sejarah, revolusi
industri pertama ditandai dengan munculnya mekanisasi, tenaga uap dan air pada sekitar abad 18
dan 19. Kemudian, revolusi industri kedua identik dengan produksi besar-besaran dan
pengenalan jalur perakitan oleh listrik. Setelahnya, revolusi industri ketiga ditandai dengan
hadirnya komputer dan robot. Berbeda dengan tiga masa sebelumnya, masa revolusi industri
keempat tidak dapat dilihat secara fisik karena revolusi ini terjadi saat dunia mengenal teknologi
siber seperti internet dan cloud computing.

Tren teknologi siber membawa banyak perubahan mendasar bagi rutinitas makhluk
bumi. Teknologi informasi yang lebih maju saat ini memberi kemudahan bagi manusia,
khususnya masyarakat di negara dengan pola geografis seperti Indonesia. Indonesia sendiri
merupakan negara yang memiliki corak geografis berbentuk kepulauan dan terdesentralisasi di
seluruh wilayahnya yang luas. Pulau-pulau tersebut tersebar dari ujung Sabang hingga Merauke
dengan estimasi sebanyak 17.499 pulau kecil dan pulau besar. Luas total Negara Republik
Indonesia adalah 8.300.000 km2 dengan perbandingan daratan dan perairan sebesar 1 : 3
(Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI ,2018). Proporsi daratan dan lautan yang sangat
berbeda membuat kegiatan antarpulau di Indonesia dipisahkan oleh lautan yang besar. Kehadiran
teknologi siber dan digital dapat mempermudah segala aktivitas antarpulau serta
menghubungkan konektivitas institusi pemerintahan. Akan tetapi, perkembangan revolusi
industri 4.0 merupakan pemantik disrupsi di banyak sektor kehidupan konvensional.

Tanpa disadari, perlahan-lahan peran manusia mulai diambil alih oleh teknologi
seperti kecerdasan buatan, robot, komputer, dan lain sebagainya. Pandemi Covid-19 yang masih
terjadi di Indonesia menjadi contoh nyata yang dapat kita lihat. Persoalan jarak antara pasien dan
dokter tak lagi menjadi penghalang dalam melakukan konsultasi profesional melalui aplikasi
konsultasi pasien kepada dokter dengan izin bersertifikat dan terpercaya. Kehadiran teknologi di
bidang produksi dapat terasa secara langsung. Banyak industri yang telah memanfaatkan
kehadiran robot sehingga tenaga kerja manusia yang dibutuhkan akan semakin berkurang.
Perkembangan teknologi ini dapat membawa ancaman terhadap jumlah lapangan pekerjaan
masyarakat Indonesia yang masih bergantung pada tenaga kasar.

Tantangan disrupsi seperti ini menjadi adalah salah satu misi kami di jurusan Sistem
Informasi. Kami mempelajari bagaimana mengintegrasikan teknologi informasi dengan bisnis
dan manajemen sumber daya manusia. Ledakan perubahan ini selaras dengan pernyataan
Menteri Komunikasi dan Informatika bahwa era disrupsi digital menjadikan teknologi
informatika dan telekomunikasi sebagai hal yang sangat signifikan tidak hanya dalam kehidupan
masyarakat tetapi juga dalam hal perkembangan ekonomi negara (Kementrian Komunikasi dan
Informatika, 2020). Setali dua uang, Presiden Joko Widodo juga telah memutuskan untuk
meningkatkan percepatan transformasi digital dengan memperluas akses internet di Indonesia.
Dalam proses transisi digitalisasi seperti inilah peran ahli sistem informasi terhadap ekonomi
digital sangat diperlukan.

Selain itu, perkembangan pesat dari ilmu digital melahirkan teknologi terbaru antara
lain seperti teknologi kecerdasan buatan, cyber security, augmented and virtual reality, dan big
data yang berorientasi pada penggunaan data milik publik dan privat. Hal ini membuat
kebutuhan terhadap keamanan data menjadi hal yang krusial untuk dipelajari. Tenaga-tenaga ahli
di bidang ini amat dibutuhkan untuk melindungi data dari serangan peretas tak bertanggung
jawab. Tak jarang pula peretas-peretas ilegal ini direkrut dan dipergunakan sebagai “senjata”
baru untuk mencuri data dari negara yang dianggap berbahaya. Oleh karena itu, kehadiran ahli
sistem informasi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pengamanan data di Indonesia.

Dua bidang di atas perlu menjadi perhatian utama dan prioritas pembangunanan
Indonesia untuk mengubah ancaman disrupsi menjadi sebuah peluang yang besar bagi kemajuan
bangsa Indonesia. Mengutip pernyataan Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi, ekonomi
digital Indonesia akan mengalami pertumbuhan sebanyak delapan kali lipat di tahun 2030 nanti.
Pertumbuhan tersebut akan berada di sekitar angka Rp.4.531 triliun. Pertumbuhan ekonomi
digital ini yang akan menyebabkan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
menjadi Rp.24.000 triliun pada tahun 2030 (Kementrian Keuangan RI, 2021). Dengan melihat
betapa besarnya jalan bagi perkembangan ekonomi digital di Indonesia pun menjadi pendukung
dari langkah awal saya ingin berkontribusi dalam kemajuan negara.

Saya memiliki ambisi lainnya yang mendasari pemilihan jurusan Sistem Informasi,
yakni untuk memajukan teknologi maupun ekonomi digital di daerah kelahiran saya, Provinsi
Gorontalo. Dewasa ini, Provinsi Gorontalo masih menjadi salah satu provinsi yang termasuk
dalam daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar), yakni wilayah yang berbatasan langsung
dengan negara lain tetapi masih belum memiliki infrastruktur serta fasilitas yang memadai.
Fasilitas pendukung yang masih jauh dari kata maksimal ini membuat saya harus ekstra. Misi
saya, dengan berbagai potensi yang dimiliki Gorontalo, suatu hari nanti saya akan membangun
bidang ekonomi digital dan teknologi di provinsi ini seperti daerah atau negara maju seperti
Jepang. Kemungkinan besar orang-orang akan menganggap saya gila untuk bermimpi sebesar
itu. Akan tetapi, bukankah harus ada yang mau berkorban demi kemajuan ini, kan? Bahkan jika
kita cermati, perkembangan teknologi semaju hari ini merupakan hasil pemikiran gila orang-
orang terdahulu. Tidak menutup kemungkinan saya akan menjadi salah seorang pemuda yang
akan merealisasikan mimpi gila tersebut, tentunya dengan bantuan ilmu pengetahuan yang saya
miliki dan kerja sama dengan berbagai pihak lainnya.

Saya sadar, target dan ambisi saya yang besar ini tak bisa dilakukan dalam sekejap
mata saja. Perlu ada proses pematangan persiapan yang harus saya lakukan, seperti memperluas
relasi dan membuka cakrawala bahasa. Selama masa semester 1 dan 2, saya mengikuti event
pengembangan diri nasional dan multinasional, salah satu di antara kegiatan tersebut adalah
AIESEC Future Leaders, sebuah acara yang diadakan oleh organisasi kepemudaan global yang
mewadahi pemuda yang ingin mengembangkan jiwa kepemimpinan mereka. Alasan saya
mengikuti kegiatan tersebut (selain karena ingin memperluas relasi) adalah saya meyakini bahwa
seseorang harus mampu memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Setelah
kurang lebih 4 bulan melewati masa seleksi dan keberlangsungan program, saya dinyatakan lulus
dari program tersebut. Banyak manfaat yang saya dapatkan dari kegiatan tersebut. Satu di
antaranya adalah terhubungnya koneksi dengan mahasiswa dari universitas dalam maupun luar
Indonesia. Selain mengikuti program dari AIESEC, saya mengepakkan sayap jejaring saya
menuju Ehime University di Jepang melalui International Field Project di tahun ini. Kerja sama
dengan skala internasional seperti ini perlu diiringi dengan kemampuan linguistik yang
mumpuni. Oleh karena itu, selain terus mendalami Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, saya sedang
mempelajari bahasa Turki. Ke depannya, saya berencana untuk menguasai bahasa-bahasa lain
seperti Jepang, India, dan Jerman.

Akhir kata, masa depan Indonesia sepenuhnya berada di tangan pemuda hari
ini. Perkembangan teknologi yang menyebabkan disrupsi di berbagai sektor kehidupan manusia,
jika tidak ditangani dengan tepat dan cermat dapat mengancam kesejahteraan indonesia saat ini.
Maka dari itu, dibutuhkan intervensi-intervensi baru dari para generasi unggul kebanggaan
bangsa Indonesia untuk mengatasi permasalahan disrupsi digital saat ini. Generasi yang memiliki
visi kontributif terhadap masa depan Negara Republik Indonesia. Berdasarkan visi dan misi yang
saya miliki, ke depannya saya akan teguh memegang prinsip tersebut untuk mewujudkan mimpi
saya di bidang ekonomi digital serta dapat membanggakan agama, bangsa, dan negara.

Anda mungkin juga menyukai