Anda di halaman 1dari 5

Esai: Revolusi Industri 4.0 Sebagai Langkah Menuju Indonesia Emas 2045 Terancam Terhambat.

himadataits 20 Desember 2018

Teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan revolusi
digitalisasi dibidang industri yang saat ini disebut revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0
sebagai langkah menuju Indonesia emas 2045 terancam terhambat. Pernyataan tersebut seolah
dibenarkan oleh data yang dikemukakan mengenai Indeks Pembangunan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia.

Posisi Indonesia masih berada jauh di negara-negara pesaing utama di Asia Tenggara, seperti
Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Indeks itu menunjukkan Indonesia masih
berada di peringkat 100 besar, tepatnya 111. Sementara, negara-negara yang tadi disebut, seperti
Vietnam ada di peringkat 108, Filipina (101), Thailand (78), Malaysia (63), dan Singapura (18).
Permasalahan lain yaitu terkait Sumber Daya Manusia (SDM), terutama mahasiswa. H.A.R
Tilaar dalam bukunya bertajuk “Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Prespektif Abad 21”, beranggapan bahwa mahasiswa dewasa ini semakin mandul dalam
memecahkan masalah-masalah masyarakat. Selaras dengan kemajuan teknologi dan visi
Indonesia emas 2045, mahasiswa merupakan pihak yang paling diharapkan untuk dapat
berkembang dan mengatasi permasalahan tersebut karena beberapa tahun mendatang, mahasiswa
diproyeksikan akan mengisi beberapa sektor penting di negara ini. Permasalahan demi
permasalahan tersebut diharapkan dapat menjadi lecutan semangat bagi mahasiswa pada
khususnya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan mahasiswa dalam mengatasi permasalahan
tersebut antara lain mengawali perubahan dengan itikad baik dan merawat perubahan yang sudah
diawali dengan terjun langsung ke lingkungan sekitar.

Revolusi Industri generasi keempat menawarkan manfaat perubahan yang memikat bagi dunia
perindustrian dewasa ini. Manfaat mengenai munculnya model- model bisnis baru, inkluivasi
hingga efisiensi menjadi produk yang disuguhkan oleh era industri digital saat ini. Indonesia
termasuk salah satu negara yang juga menyadari manfaat revolusi industri 4.0. Tanpa
mengandung pernyataan yang berlebihan, kementerian perindustrian saat ini memiliki proyeksi
negara pancasila menempati posisi 10 besar kekuatan ekonomi terbesar dunia mulai tahun 2030,
yang juga merupakan tahun menuju visi Indonesia emas 2045. Disisi lain, banyak pihak
memandang revolusi digitalisasi di sektor industri merupakan alat mempercepat visi Indonesia
emas 2045, benarkah demikian? Sudah siapkah negara pancasila dengan segala hiruk pikuk visi
Indonesia emas 2045 yang berbanding lurus dengan revolusi industri 4.0?

Mimpi mulia bangsa yaitu menuju Indonesia emas 2045 selayaknya berbanding lurus dengan
revolusi industri 4.0. Sekalipun keduanya merupakan aspek dan cita yang berbeda, namun
memiliki komposisi penyusun yang sama dan memiliki proses persiapan yang beriringan. Aspek
penyusun utama yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi kedua tantangan tersebut adalah
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang dimaksud adalah terkait kesiapan mental dan
penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Terkait kualitas SDM, Sri Mulyani
Indrawati selaku menteri keuangan saat memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa
Universitas Diponegoro (Undip) di gedung Prof. Soedarto Undip Semarang berpendapat bahwa
mental masyarakat Indonesia harus berubah untuk menuju Indonesia Emas 2045. Hal  itu juga
untuk mengantisipasi kemajuan teknologi serta bertambahnya jumlah penduduk.

Permasalahannya adalah, revolusi industri 4.0 sebagai langkah menuju  Indonesia emas 2045
terancam terhambat. Hal ini didukung oleh data mengenai Indeks Pembangunan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia. Meski IP-TIK Indonesia tahun 2016 naik
menjadi 4,34 (skala 1-10) dari tahun sebelumnya di level 3,88, posisi Indonesia masih berada
jauh di negara-negara pesaing utama di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Filipina,
Thailand, dan Vietnam. Indeks itu menunjukkan Indonesia masih berada di peringkat 100 besar,
tepatnya 111 atau hanya naik tiga peringkat dibanding periode yang sama pada tahun
sebelumnya. Sementara, negara-negara yang tadi disebut, seperti Vietnam ada di peringkat 108,
Filipina (101), Thailand (78), Malaysia (63), dan Singapura (18). Apabila permasalahan tersebut
tidak segera diatasi, maka bangsa ini kemungkinan besar akan susah menyesuaikan dengan era
revolusi industri digital dan Indonesia 2045 tak akan se-emas yang dibayangkan dan diharap-
harapkan.

Paradoks Pergerakan Mahasiswa

Sisi paradoks mengenai pergerakan mahasiswa selalu bergulir beriringan dengan kisah
pergerakannya. Konon, mahasiswa merupakan dinamisator perubahan masyarakat menuju
perkembangan yang lebih baik. Konon juga, mahasiswa harus mampu mengendalikan keadaan
sosial yang ada di lingkungan sekitar. Jadi, selain pintar dalam bidang akademis, mahasiswa juga
pintar dalam bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan.

Paradoks yang melemahkan peran dan fungsi mahasiswa “yang seharusnya” tidak terlalu
berlebihan juga apabila menilik perkembangan mahasiswa dewasa ini. Menurut salah satu tokoh
pendidikan di Indonesia, H.A.R Tilaar dalam bukunya bertajuk “Beberapa Agenda Reformasi
Pendidikan Nasional dalam Prespektif Abad 21”, akhir-akhir ini banyak dipermasalahkan
mengenai peranan mahasiswa dalam memacu pembangunan nasional. Ada yang beranggapan
bahwa mahasiswa dewasa ini semakin mandul dalam memecahkan masalah-masalah masyarakat.
Padahal salah satu peran dan fungsi utama dari mahasiswa adalah social control yaitu,
mahasiswa diupayakan agar mampu mengkritik,memberi saran dan memberi solusi jika keadaan
sosial bangsa sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa, memiliki kepekaan,
kepedulian, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual.
Intinya mahasiswa diharapkan memiliki sense of belonging yang tinggi sehingga mampu
melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Tugas inilah yang dapat menjadikan
dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang senantiasa mencarikan solusi berbagai
masalah yang sedang menyelimuti mereka.

Langkah Mengatasi IP-TIK yang Rendah

Berlandaskan dari permasalahan negara Indonesia dalam menghadapi revolusi industri sebagai
langkah menuju Indonesia emas 2045, mahasiswa harusnya dapat ikut berperan penting dalam
menghadapi hal tersebut. Selain untuk membuktikan bahwa mahasiswa memang memiliki peran
fungsi yang mulia, mahasiswa juga diharapkan menjadi pemimpin-pemimpin hebat saat
Indonesia genap berusia seabad di tahun 2045.

Berdasarkan pemahaman diatas, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan mahasiswa
menghadapi revolusi industri 4.0. Salah satunya dengan ikut mengatasi Indeks Pembangunan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia yang masih rendah, antara lain:

Kesadaran tentang pentingnya, sebelum melakukan hal lebih mengenai Indonesia dengan
teknologi, langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah sadar dan ikut menyadarkan kepada
lingkungan sekitar tentang permasalahan yang dialami negara ini. Kesadaran merupakan modal
atau langkah awal yang baik apabila akan menyelesaikan sebuah masalah. Setiap elemen dapat
bersinergi dengan baik apabila masing-masing sudah mengetahui tantangan bersama yang ada di
depan mata.

Menularkan gagasan dalam organisasi, organisasi yang diikuti juga dapat menjadi sarana
penyaluran kepedulian terhadap bangsa, baik itu himpunan mahasiswa, badan eksekutif
mahasiswa, lembaga minat bakat, dan sebagainya. Sebagai contoh yaitu menyisipkan isu
mengenai revolusi industri 4.0 dalam salah satu program kerja atau agenda yang akan dijalankan.

Menularkan semangat perubahan dalam masyarakat, julukan “generasi perubahan” dapat


diperjuangkan mahasiswa secara bertahap melalui lingkup yang kecil terlebih dahulu, yaitu
masyarakat sekitar. Sebagai salah satu contoh yaitu menjadi pelopor terhadap terciptanya
kelompok belajar maupun kampung binaan. Mengutip dari kalimat “Apa artinya terlahir sebagai
bangsa yang merdeka jika nantinya gagal mendidik diri sendiri?” (Soegija, 1945) maka ditunjang
dengan kesadaran sosial, kematangan berpikir dan sikap intelektual, mahasiswa dapat menjadi
“pelayan” kegiatan belajar masyarakat untuk Indonesia yang lebih baik.

Menjalin hubungan dengan pemerintah, menjalin hubungan dengan pemerintah tidak sekedar
selalu sejalan dengan pemerintah. Mengajukan kritik dan saran terhadap kebijakan pemerintah
terutama mengenai TIK juga merupakan iktikad baik dan mengisyaratkan bahwa mahasiswa
masih sangat peduli terhadap pemerintahan yang sedang berjalan. Tidak selalu dengan turun ke
jalan dan berorasi seperti pada umumnya, namun dengan memanfaatkan bidang ilmu yang
dimiliki dengan membuat kajian sistematis yang dihubungkan dengan kebijakan pemerintah saat
ini.
 

Kesimpulan

Permasalahan yang dihadapi oleh negara ini adalah permasalahan bersama. Sekedar memiliki
niat baik untuk ikut menyelesaikan masalah adalah satu langkah yang sangat berarti untuk
bangsa yang lebih baik daripada hanya berdiam diri dan mengikuti arus yang sedang terjadi.
Sebab jika mahasiswa saat ini masih tetap berdiam diri, maka Indonesia 2045 tak akan se-emas
yang dibayangkan. Selaras dengan era pembangunan industri yang sedang terjadi, sebuah bangsa
tidak akan hancur karena banyaknya orang-orang jahat. Namun, bangsa ini akan hancur karena
diamnya orang-orang baik.

Ditulis oleh : Sholehudin Fadly | 10611600000029

Pustaka

Statistik, B. P. (2016, 12 15). BPS- Statistics Indonesia. Retrieved 11 30, 2018, from Indeks
Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia tahun 2016: www.bps.go.id

Tilaar, H. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Persepektif abad 21.
Magelang: Tera Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai