Anda di halaman 1dari 11

http://eprints.ummi.ac.id/151/2/1.%20Era%20Digital%20dan%20Tantangannya.

pdf
Era Digital dan tantangannya oleh Wawan Setiawan UPI
https://id.wikipedia.org/wiki/Digital
https://pendidikan.co.id/pengertian-digital/
https://pendidikan.co.id/pendidikan-pengertian-tujuan-fungsi-menurut-para-ahli/

https://www.domainesia.com/berita/era-digital-adalah/

Oleh Mutiara Auliya 1 November 2018

https://www.kominfo.go.id/content/detail/15538/kemajuan-teknologi-digital-bawa-dua-dampak-perubahan/0/
berita_satker

Yogyakarta, Kominfo - Kemajuan pesat teknologi digital saat ini di seluruh negara-negara di dunia membawa
berbagai dampak perubahan. Kondisi tersebut juga berlaku untuk Indonesia yang kini sedang mempersiapkan sebagai negara
ekonomi digital.
Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Komunikasi dan Media Massa Gun
Gun Siswadi menjelaskan, ada dua aspek perubahan yang menjadi perhatian dari
kemajuan teknologi digital di Tanah Air.
Gun Gun menyebutkan, aspek pertama adalah ketersediaan serta fasilitas infrastruktur
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kemudian aspek yang kedua, menyoal
kualitas sumber daya manusia (SDM). 
"Pemerintah Indonesia kini telah memberikan fasilitas akses internet di seluruh
Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan daya pikir masyarakat menjadi lebih baik,"
ujar Gun Gun pada agenda kuliah umum di kampus UGM, Yogyakarta, Kamis
(6/12/2018), bertema Nasionalisme di Era Digital.
Gun Gun mengungkapkan, dengan kemajuan teknologi digital kini maka diharapkan
seluruh masyarakat dapat beradaptasi dan meningkatkan kapasitas diri guna
memanfaatkannya secara positif. Menurutnya, transformasi era digital juga terjadi di bidang pendidikan,
budaya dan sosial.
Rektor UGM Panut Mulyono menuturkan, diperlukan kesadaran bersama untuk terus mempertahankan serta makin
meningkatkan rasa nasionalisme di era teknologi digital. 
"Penanaman nasionalisme dalam dunia digital saat ini menjadi tantangan yang lebih
besar. Kita tahu bahwa Indonesia sebagai negara besar dengan jumlah penduduk lebih
dari 250 juta jiwa. Generasi muda salah satu yang menikmati bonus demografi sebab
sekitar 50 persen penduduk Indonesia adalah generasi muda, hal ini merupakan potensi
yang baik," ucap Mulyono
Mulyono menilai, tantangan lain di era teknologi digital saat ini adalah membangun budaya literasi digital guna memproteksi
generasi muda dari pemanfaatan internet untuk aktivitas negatif. Menurut Mulyono, generasi muda Indonesia akan menjadi
bagian dari penentu perkembangan negara Indonesia ke depannya.
Kuliah umum di UGM bertema Nasionalisme di Era Digital diikuti oleh sekitar seribuan
mahasiswa. Pembicara lainnya turut hadir pada kuliah umum yakni Head of Community
Bukalapak MS Fikri, President Director Gamatechno Indonesia M Aditya Arif Nugraha
dan CEO Qiscus Evan Purnama.**
https://www.kompasiana.com/imammizu/551046e1a33311c237ba7f3a/pendidikan-di-era-
digital
4 Mei 2012   01:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:46 Imam Mizu

Kehidupan manusia dari zaman ke zaman melalui proses perkembangan ilmu pengetahuan yang
tidak lepas dari sentuhan napas dunia pendidikan yang selalu berubah setiap saat. Sentuhan
pendididkan dalam kehidupan ini terasa saampai saat ini, peradaban manusia, peradaban teknoligi,
imformasi, kesehatan, seni, dan masih banyak lagi yang kita rasakan dari manisnya dunia pendidikan.
Karya-katya penomenal yang bisa mengguncangkan dunia adalah hasil dari olahan pendidikan, jadi
apalah jadinya dunia ini tanpa pendidikan? Pendidikan menurut UU Sisdiknas No.20 Thn.2003
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan
proses pembela jaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keag amaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya danmasyarakat.Apabila kita melihat pengertian diatas maka
pendidikan memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan potensi diri agar bisa bermanfaat bagi dirinya
da n masyarakat, jadi sudah barang tentu manusia tidak bisa lepas dari kehidupan
bermasyarakat.Negara Indonesia ini berdiri karena perjuangan kaum terpelajar yaitu Budi Otomo
yang menghasilkan pemuda-pemuda indonesia yang akhirnya terbentuklah negara kita. zaman silih
berganti, teknologi semakin pesat berkembang, dunia informasi semakin deras, dengan adanya
kemudahan dunia informasi  masa sekarang ini sudah menjadi bagian hidup, internet memiliki
kontribusi besar dalam dunia pendidikan, dan pendidikan menjadi filter dalam kemajuan teknoligi
di era digital Era digital menjadi bagian dari hidup pendidik maupun sorang siswa,  pendidik terbantu
dalam mencari bahan ajar, begitupun siswa terbantu dalam mencari ilmu pengetahuan, tapi masih
banyak pelajar kita yang terjerumus dalam jurang kenistaan, ini tugas bersama tidak hanya
pendidikan, pemerintah, tapi peran serta orang tua dan pendidik dalam menanamkan nilai moral
dan keagamaan, karena itu adalah salah satu  jalan bisa kita tempuh untuk menyelamatkan generasi
negara kita.

PENDIDIKAN ERA DIGITAL


OPINI, verbivora.com - Pesatnya perkembangan di bidang teknologi dalam beberapa
dekade terkahir,  membawa perubahan yang pesat pula dalam pola hidup manusia. Manusia
dengan pekerjaannya nampak semakin lebih mudah. Luar biasa, teknologi membantu
pekerjaan manusia. Beban aktivitas yang membelenggu manusia diringankan.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Jeques Ellul tentang teknologi.
Bahwasannya teknologi adalah keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan
memiliki ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia (Jeques Ellul, 1967: xxv).

Demikianpun situasi dalam bidang ilmu pengetahuan, juga patut diapresiasi. Karena  terjadi
kemajuan yang pesat pula. Manusia mampu menciptakan benda yang secara kapasitas hampir
sama dan bahkan melampaui batas kapasitas manusia. Sungguh ciptaan yang serupa dengan
manusa hanya saja  tidak sempurna seperti layaknya manusia yang utuh. Itulah teknologi.

Harus diakui bahwa hal ini adalah berkat manifestasi dari kesadaran, daya khayal, dan cara
berpikir manusia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh The Sane Society, Fromm bahwa…
“manusia sebagai manusia memiliki kesadaran diri, pikiran, dan daya khayal (imajinasi).
Seiring berjalannya waktu, terjadi keseimbangan kemajuan dalam perkembangan  ilmu
pengetahuan dan teknologi. Patutlah keduanya disandingkan saja sehingga disebut iptek
(ilmu pengetahuan dan teknologi). Sebagian besar aktivitas manusia dikendalikan oleh
perkakas ini. Ia mendominasi di setiap lini kehidupan manusia. Sehingga pantas, ilmu
pengetahuan tekhnologi menarik perhatian dunia.

Namun, di tengah kemajuannya yang semakin pesat, salah satu problematika yang sulit
ditemukan solusinya adalah interaksi antara manusia dengan iptek itu sendiri. Bahwasannya
di dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, manusia adalah
sebagai subjeknya. Dengan demikian manusia adalah pelaku dalam pengembangan dan
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tetapi manusia juga diposisikan sebagai objek dalam iptek itu sendiri. Artinya manusia
menjadi sasaran iptek. Lantas manusia tergiur dan terbuai oleh kemajuan iptek itu sendiri.
Tingkat ketergantungan manusia terhadap teknologi sangat tinggi. Tanpa disadari bahwa
sebenarnya kemajuan tekhnologi mempunyai manfaat dua sisi yang berbeda.

Selain manfaat memberi kemudahan bagi manusia juga manfaat memberi kesulitan bagi
manusia. Ia pandai menguntungkan, pandai juga merugikan. Manusia mestinya mampu
melihat secara jeli dampak dari teknologi. Teknologi itu ibarat pedang bermata dua.

Berkat kecanggihannya, pengaruh teknologi mampu menjamur di setiap bidang kehidupan


manusia, termasuk pendidikan. Hal ini memang signal positif bagi pendidikan. Sebab
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu melihat perkembangan sekitarnya dan
mampu menerima atau menyesuaikan diri dengan perubahan di sekitarnya tersebut.
Singkatnya pendidikan mesti mempunyai dasar ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik  melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau peranannya di masa yang akan datang (undang-undang
nomor 2 tahun 1989). Berbicara tentang masa depan atau masa yang akan datang tentu saja
bersifat dinamis. Realitas yang kita hadapi sekarang tidak sama dengan realitas di masa yang
akan datang. Selalu beubah. Hal ini sejatinya dikarenakan oleh situasi perkembangan iptek.

Jadi, sangat penting pelaksanaan pendidikan harus berdasarkan perkembangan iptek. Khusus
untuk pendidikan di Indonesia, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan
ilmiah sebenarnya telah diamanatkan dalam pasal 36 ayat 3 undang-undang sistem
pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003.

Dalam pasal tersebut berbunyi, kurikulum disusun sesuai dengan jenjang  pendidikan dalam
kerangka Negara kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan; peningkatan iman dan
takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi kecerdasan dan minat peserta didik,
keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pengembangan daerah dan nasional,
tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika
perkembangan global, dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Masuknya pengaruh era digital  ini dalam konstelasi dunia pendidikan apa lagi telah
mendapat pengesahan dari negara tentunya menuntut respon balik dari pendidikan. Hal ini
dimaksudkan agar pendidikan tetap menghasilkan pendidikan yang sesuai dengan tujuannya.
Oleh karena itu menjadi tugas pendidikan sekarang adalah bagaimana pendidikan itu sendiri
mengelola secara cerdas pendidikannya di atas situasi era digital.

Yang pasti bahwa tidak semua perkembangan iptek membawa perubahan yang baik bagi
manusia. Demikian pun bagi pendidikan manusia. Perubahan dan perkembangan hakikatnya
diboncengi gejala baik dan gejala buruk.

Gaya belajar siswa era digital

Munculnya tekhnologi canggih melahirkan cara baru dalam proses belajar siswa. Mulanya,
buku mempunyai sangat urgen, yakni sebagai satu-satunya  acuan sumber belajar dan atau
untuk mendapatkan materi dalam dunia pendidikan tetapi kemudian sekarang (era digital)
beralih ke sistem bantuan komputer bahkan berbasis komputer.

Lahirnya proses pengalihan ini mengubah pandangan pendidikan terhadap buku. Buku tidak
lagi sebagai satu-satunya sumber belajar untuk menunjang pencapaian kesuksesan dalam
dunia pendidikan. Jadi dalam dunia pendidikan era digital buku dan sistem komputer 
merupakan satu-kesatuan sebagai referensi pembelajaran.

Buku teks dalam dunia pendidikan, menurut beberapa para ahli, buku teks pelajaran adalah
media pembelajaran (instruksional) yang dominan perannya di kelas; media penyampaian
materi kurikulum; dan bagian sentral dalam suatu sistem pendidikan (Patrick, 1988; Lockeed
dan Verspur, 1990; Altbach, 991; Buckingham dalam Harris, ed, 1980). Secara lebih spesifik,
Chambliss dan Calfe (1998) menjelaskan buku teks adalah  alat bantu siswa memahami dan
belajar dari hal-hal yang dibaca.

Sedangkan Tarigan (2009) mendefinisikan buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang
studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu
buat maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana
pengajaran yang serasi dan mudah dipahami para pemakainya di sekolah-sekolah dan
perguruan tingi sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran.

Kemudian dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dijelaskan
bahwa buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan  di sekolah yang
memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi
pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan
dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar
nasional pendidikan.

Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa buku merupakan alat bantu pokok dalam
kegiatan belajar mengajar. Sementara itu, sejak tahun 2008 di Indonesia buku teks pelajaran
ditampilkan  dalam buku cetakan  dan Buku Sekolah Elektronik (BSE). Lalu pada bulan juli
2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah menerapkan kurikulum baru
dalam pendidikan di Indonesia yang disebut dengan kurikulum 2013. Lahirnya kurikulum ini
semakin memperjelas pergeseran gaya belajar siswa melalui media elektronik.

Manfaat dan dampak Era Digital terhadap Siswa  

Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan kontribusi yang
baik terhadap pendidikan. Hal ini dapat dirasakan oleh guru mau pun siswa dalam hal
mengakses materi pembelajaran. Materi pembelajaran dapat dengan mudah diakses melalui
komputer mau pun media elektronik lainnya. Munculnya media elektronik sebagai sumber
ilmu dan pusat pendidikan juga dapat mengubah paradigma tentang guru sebagai satu-
satunya sumber ilmu pengetahuan.

Dengan adanya media elektronik yang menyajikan materi pembelajaran maka guru bukan
lagi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Teknologi semacam ini memang seyogianya
disanjungkan. Namun perlu disadari bahwa tidak semua pengaruhnya memberikan manfaat
yang baik bagi pendidikan. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Jujun S. Surisumantri
(1978: 35-36) bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi memang telah berjasa mengubah wajah
dunia dalam berbagai bidang serta berhasil memajukan kesejahteraan manusia.

Namun kita juga menyaksikan bagaimana ilmu pengetahuan dan tekhnologi digunakan untuk
mengancam martabat dan kebudayaan manusia. Dengan kata lain, manusia pemilik ilmu
pengetahuan dan teknologi yang harus menentukan apakah ilmu pengetahuan dan
teknologinya itu bermanfaat bagi manusia atau sebaliknya.

Salah satu dampak buruk yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi dalam dunia pendidikan
adalah bergesernya buku teks sebagai sumber ilmu pengetahuan oleh media elektronik.
Hemat penulis hal ini dikatakan dampak buruk karena penyajian materi pembelajaran antara
buku dengan media elektronik sangat jauh berbeda. Buku menyajikan materi secara dalam
sedangkan media elektronik terkadang menyajikan materi secara dangkal.

Hal ini tentunya berpengaruh terhadap pemahaman dan wawasan siswa yang dalam dan
dangkal pula. Selain itu media elektronik sangat berpotensi memberikan ruang bagi seseorang
memanfaatkan pengetahuannya untuk melakukan tindakan kriminal.

Solusi 

Untuk dapat mencegah rangkaian polemik dalam pendidikan era digital yang dilatarbelakangi
media elektronik, saya berpikir ini adalah tanggung jawab bersama semua kalangan termasuk
masyarakat dan teristimewa kalangan pendidikan. Pendidikan harus tetap pada nalar yang
logis melalui pembatasan penggunaan media elektronik dalam keberlangsungan aktivitas
pendidikan.

Memang harus diakui bahwa masa-masa seperti cukup sulit untuk memilih dan memilah
sebab sistemnya yang menjaring secara otomatis selalu berhubungan dengan aspek-sapek
lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Charles Dickens, this isi the of times and the
worst of times (ini adalah masa paling baik dan sekaligus masa paling buruk).
Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dinikmati oleh bangsa
Indonesia, tetapi sebaliknya, kemajuan itu beriringan dengan kesengsaraan yang terjadi di
masyarakat Indonesia (Moh. Sukardjo dan Ukim Komarudin, 2007:68).

Hemat penulis bahwa hanya dengan mengikutsertakan aspek moralitas dalam menangkal dan
mengantisipasi gejala buruk yang timbul dari era digital terhadap pendidikan dapat tercapai.
Artinya era digital yang hakikatnya tidak beraspek moralitas sehingga apa yang
dihasilkannya adalah satu kesatuan antara yang baik dan yang buruk tetapi dengan
menempatkan aspek moralitas oleh manusia maka dengan demikian dapat dipilahkan antara
sisi baik dan sis buruknya dan setelahnya, tentu saja pendidikan selalu berada di atas sisi
baiknya.*

*Oleh: Hendrikus Mandela


(Wakil sekretaris Jendral PMKRI cabang Ruteng St. Agustinus sekaligus Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Santu Paulus Ruteng)
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI ERA
DIGITAL
 Posted byHUMAS ULM
 
 CategoriesBERITA
 
 Date27 JULY 2018

https://ulm.ac.id/id/2018/07/27/perkembangan-pendidikan-di-era-digital/

Di era digital seperti sekarang teknologi


komunikasi dan informasi terus mengalami perkembangan, untuk itu perkembangan
teknologi juga harus dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan ULM menyelenggarakan Konferensi Internasional ke-1 tentang
pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni di era digital (icella) di Hotel Aria Barito 27 s.d 28
Juli 2018. Acara ini dihadiri oleh Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc, Dekan
FKIP Prof. Dr. H. Wahyu, MS, dan pembicara dari dalam dan luar negeri.
Konferensi ini sangat tepat untuk dilaksanakan karena perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi membawa perkembangan dalam semua aspek budaya manusia. Bahasa
sebagai media sastra dan seni (terutama musik dan drama) juga berevolusi. Berkat
internet dan munculnya media digital, pergeseran yang terjadi dalam pembelajaran
bahasa bergerak ke era baru. Dalam hal ini guru juga harus beradaptasi untuk
menggunakan teknologi dan sumber belajar berbasis multi-media untuk menanamkan
pengajaran fungsional bahasa, sastra, dan seni.  Seorang guru modern tidak hanya perlu
memiliki pemahaman menyeluruh tentang kurikulum saat ini, tetapi juga sebagai
metodologi, kelebihan dan kekurangan mereka, serta bagaimana dan kapan menerapkan
masing-masing teknik untuk siswa. Selain itu, pendidik bahasa, sastra dan seni harus
memperbarui secara terus menerus pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
mereka di bidang bahasa, sastra dan seni untuk memenuhi tuntutan globalisasi.

Dalam sambutannya sekaligus membuka secara resmi kegiatan Rektor menyampaikan


bahwa era digital telah banyak mengubah berbagai hal dalam kehidupan, namun
sementara ini teknologi lebih banyak berkembang ke arah entertainment, belum banyak
untuk kekepentingan pendidikan. Sehingga diharapkan melalui konferensi internasional
ini akan didapat pemikiran serta terobosan untuk bisa memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi dalam kepentingan pembelajaran, demi kemajuan pendidikan dalam
rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya di Indonesia. (Humas
ULM)
Peran Pendidik: Transformasi, Adaptasi dan
Metamorfosis Dunia Pendidikan di Masa
Pandemi Covid-19
 Posted byADMIN
 CategoriesLINTAS PAKAR, PENELITIAN
 DateMAY 13, 2020

https://www.untan.ac.id/peran-pendidik-transformasi-adaptasi-dan-metamorfosis-dunia-
pendidikan-di-masa-pandemi-covid-19/

Apakah peran strategis guru dan dosen akan tergantikan teknologi ?


Sejak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global dan BNPB menetapkan status darurat
nasional, bahkan ditetapkan sebagai KLB di Kalbar, membuat Untan juga memberlakukan
Bekerja dari Rumah (BDR) sejak Maret lalu. Hal tersebut membuat iklim pembelajaran yang
semula didominasi klasikal menjadi non-klasikal atau dengan Pembelajaran Jarak Jauh.
Sebagaimana visi Rektor menjadikan Untan Cyber University, ternyata dengan adanya wabah ini
mampu mempercepat proses perubahan iklim pembelajaran termasuk di universitas dan semua
pihak dipaksa beradaptasi dengan cepat termasuk metode dan cara perkuliahan maupun
praktikum. Semula rapat mesti tatap muka sekarangpun menjadi teleconference.
Faktanya tidak semua dosen berkesempatan mengikuti pelatihan e-learning yang diselenggarakan
sebelumnya karena jumlah peserta yang mengikuti pelatihan terbatas. Kegiatan lanjut Untan
sempat menyelenggarakan pelatihan TOT e-learning. Dimana para dosen yang menjadi peserta
TOT diharapkan mampu menularkan kepada dosen lain diunitnya untuk melaksanakan dan
menerapkan metode pembelajaran e-learning minimal 2 kali dari 14 – 16 kali jumlah tatap muka
di kelas regular.
Namun ternyata kondisi pandemic membuat percepatan semua pihak untuk mengenal sistem
perkuliahan daring yang sebelumnya cukup asing bagi semua pihak. Termasuk presensi digital
yang belum diterapkan maksimal namun sejak terjadi BDR ini menjadi hal yang biasa dan mesti
dilakukan sebagai pengganti Daftar Hadir Kuliah manual (DHK).

Kini pembelajaran yang biasanya on-site menjadi online. Biasanya tatap muka menjadi tatap


layar. Semua interaksi menjadi serba digital. Jaringan internet dan tentunya keberadaan kuota
menjadi tulang punggung semua proses tersebut. Kondisi Work from Home dan Study from
Home memaksa semua pihak untuk berupaya memaksimalkan proses pembelajaran. Karena UFN
alias menungggu sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan dengan pasti  kapan akan
berakhir. Maka semua pihak harus memutar otak mancari cara menggunakan alternatif proses
kegiatan belajar-mengajar yang dirasa terkesan “mendadak” serba digital. Siap tidak siap harus
dihadapi. Waluapun di dunia pendidikan semestinya hal ini bukan hal baru, mungkin hanya saja
kita yang terlambat mengetahui dan mengaplikasikan.
Pendidik meyakini bahwa mahasiswa milenial tak asing dengan kehidupan serba digital bahkan
sejak lahir sudah terpapar dengan teknologi digital ini, ternyata peserta didik sangat mudah
beradaptasi. Bahkan dengan sendirinya mereka mampu menyelesaikan segala tugas dari gawai
cerdas digenggaman. Justru tantangan ada para pendidik yang mesti segera beradaptasi dengan
era digital.

Selaku pendidik ternyata kita harus menyadari bahwa kalaulah hanya ilmu yang ingin kita
berikan kepada peserta didik, ternyata semua hal mereka bisa dapatkan dari genggaman tangan
mereka dengan cepat. Semua informasi bisa mereka peroleh dari berselancar di mesin pencarian
bahkan tutorial dan penjelasan materi, informasi dan gudang ilmu sangat terbuka luas di media
social seperti youtube dan sebagainya.

Dahulu peserta didik mencatat di papan tulis lalu semua teman sekelas menyalin ke dalam buku
catatan mereka. Catat Buku Sampai Habis. Guru ceramah panjang lebar, peserta mendengar
sampai mengantuk. Zaman sudah berubah, maka cara mendidik perlu disesuaikan dengan era dan
zamannya. Gap zaman pembelajaran antara peserta didik yang milenial dan pendidik yang
merupakan imigran teknologi digital harus diminimalisir.

Tentunya harus menjadi renungan seorang guru dan dosen. Kalaulah sekedar pintar dan pandai,
teknologi internet mungkin bisa jadi lebih pintar bahkan mampu menyajikan dan memberikan
segala macam hal informasi yang dibutuhkan. Lalu apa peran pendidik yang membedakan dari
gawai cerdas di genggaman mereka? Melalui gawai itu tampak lebih efektif. Bertanya kepada
guru dan dosen tidak lagi menjadi pilihan, karna google dan search engine lain sepertinya lebih
cepat menjawab. Benarkah sepenuhnya demikian?
Bagaimanapun ternyata peran guru dan dosen sesungguhnya tidak bisa digantikan dangan
teknologi. Karena guru dan dosen bukan sekedar sumber ilmu pengetahuan, melainkan mesti
menjadi contoh dan teladan yang mentransfer adab dan tata nilai. Keberadaan fisik seorang guru
dan dosen tetap dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar karena fungsinya
tidak hanya menyampaikan materi dan transfer ilmu namun mendidik karakter serta mengajarkan
bagaimana memaknai dan menjalani hidup dengan lebih baik. Hal yang perlu direfleksikan,
bahwa hal penting dalam hidup seperti tanggung jawab, kedisiplinan, rasa empati kepada orang
lain, jujur, kerja keras, saling menghormati, mencintai sesama manusia, kesederhanaan,
keikhlasan, dan lain-lain tidak bisa ditemukan bahkan dalam gawai yang smart sekalipun. Hal itu
hanya didapat dari keteladanan dan pembiasaan karakter. Itulah peran sejati guru dan dosen yang
di gugu dan ditiru yang tak mampu di gantikan oleh teknologi manapun.
Era digital ini justru sangat membutuhkan peran guru dan dosen dalam memfilter informasi
kepada para peserta didik. Oleh karena itu, menjadi tantangan pendidik yang dapat menyesuaikan
diri dengan perkembangan zaman terutama era digital ini membuka inovasi dalam mengajar.
Pendidik mestinya tidak enggan dan segan untuk mencoba platform digital, melalui platform
digital pembagian tugas menjadi semakin mudah dan juga menjadwalkan proses pembelajaran
lebih mudah dengan adanya Learning Management System tersebut.
Peserta didik juga mudah mengaksesnya melalui jaringan media sosial yang sudah dibuat
dalam platform digital tersebul. Mahasiswa merdeka belajar dari manapun dan kapanpun. Selain
itu, dengan platform digital ini pemantauan kepada para peserta didik menjadi mudah termasuk
dalam memantau aktivitas kelas, kedisiplinan mengumpulkan tugas, pencataan perkembangan
peserta didik bahkan pengaturan deadline dan scoring dapat secara otomatis. Laporan tersebut
akan tersimpan secara otomatis dalam drive online yang bisa diakses kapan dan dimana saja
selama ada akses internet. Tentunya menghemat waktu, terutama paper less dalam pengumpulan
tugas.
Menjadi pendidik di era digital menhadapi generasi milenial ini ditantang untuk membangun
komunikasi yang efektif, tidak terlalu lama berbicara satu arah. Maka perlu mempersiapkan
presentasi menjadi menyenangkan, desain yang menarik dan bahkan penampilan style
fashion pun mesti tidak membosankan, formal namun casual sehingga lebih fresh turut menjadi
tantangan. Selain menjadi praktis dan membangun komunikasi efektif selanjutnya adalah mesti
memanfaatkan teknologi dimulai dari hal yang sederhana misalnya menggunakan daftar hadir /
presensi digital otomatis, membagikan materi menggunakan platform berbasis teknologi cloud
computing sehingga efektif untuk pengajaran dan memudahkan peserta didik berkomunikasi
dengan pendidik. Selanjutnya perbanyak diskusi dengan membuat kelompok-kelompok kecil lalu
diberikan pertanyaan menarik untuk didiskusikan bersama. Ini dapat diberikan setelah pendidik
memberikan materi di awal kelas. Saat disuksi peserta didik diizinkan browsing dan berselancar
terkait topik melalui sumber kredibel dan relevan. Menjadi tantangan untuk menciptakan
interaksi antar peserta didik dan kelompok agar suasana diskusi menjadi lebih hidup. Tentunya
hal ini juga untuk meningkatkan skill berbicara didepan orang banyak. Kemudian berikan contoh
yang relevan agar membantu peserta didik mencerna materi lebih mudah.
Jadi, teknologi diciptakan untuk melengkapi dan membantu manusia dalam mengerjakan tugas
dan tanggung jawabnya, namun bukan untuk menggantikan perannya secara keseluruhan apalagi
guru dan dosen sang pendidik generasi yang berperan dalam pengajaran dan pendidikan.

apt. Hadi Kurniawan, S.Farm., M.Sc.


Dosen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

Anda mungkin juga menyukai