Anda di halaman 1dari 5

Aku, Korban Masa Kini dan Harapan Masa Depan

Maha yang lupa

Mei tahun 1998 mereka demonstrasi besar-besaran mampu menggulingkan presiden


kala itu. Digadang sebagai barisan intelektual berperangai taktis. Memiliki pandangan luas,
kritis dan demokratis. Menunjukan salah satu capaian bahwa berstatus MAHAsiswa memiliki
kekuatan dalam kata dan perbuatannya. Kini aku menjadi mereka. Dicekoki berbagai dasar
ilmu dan ideologi untuk menjadikan manusia makhluk superior atas kepemilikan dunia.
Dihadapkan permasalahan dunia sekaligus digiurkan oleh kemewahan atas kenyamanan
hidup.

Glamornya teknologi mengantarkan pada kenyamanan bukan kepalang. Pusat-pusat


kota jadi wajah kehidupan bahagia. Merasakan berada diantara generasi menunduk, membuat
aku mudah mendapatkan informasi. Informasi murah dibeli beserta pandangan yang mudah
digadai. Standar kehidupan ku sebagai mahasiswa yang terbaik bergeser. Life goals di elu-elu
kan sebagai pencapaian hidup. Setiap hari melihat unggahan negatif, komentar-komentar
pesimis, apatis nan sarkas mempengaruhiku. Kemudian tiba-tiba aku yang jadi pengikut.
Segalanya menjadi dilematis dan penuh drama di sertai intrik egois. Alhasil diakhiri dengan
menyatakan diri aku korban masa kini.

Setelah tengok kanan kiri, ternyata korban itu bukan aku saja. Isu globalisasi
berdampak pada mereka yang memiliki idealis tinggi. Saat membangun pilar kebenaran
tendangan sana-sini. Mengikuti arus dan membenarkan pendapat umum adalah hal paling
mudah. Para maha ini menjadi kebingungan, sulit mencari arah, lupa jati diri. Bung Karno
mengatakan "Suatu bangsa apabila kehilangan jati dirinya, maka bangsa tersebut tidak akan
mampu bertahan hidup, bahkan akan punah”. Sedang Musthafa Al-Ghulayyani dalam kitab
Jazariyyah juga mengatakan bahwa “Sesungguhnya di tangan pemuda hari ini adalah
perkara-perkara umat dan masa depan umat ada pada pemuda hari ini”. Lalu bagaimana aku
dan kebanyakan yang lain memegang masa depan negara ini? Apakah Indonesia “masih”
Indonesia kelak?

Alam yang berkorban

Seratus tahun kemerdekaan adalah angka proses panjang yang dilalui negera dalam
membangun kesejahteraannya. Menurut Presiden Jokowi 100 tahun Indonesia merdeka
adalah waktu negara ini untuk mencapai puncak kejayaannya. Di iming-imingi bonus
demografi menurut BPS Proporsi penduduk usia produktif 15-64 tahun pada 2045 tercapai
66,6 persen. Memunculkan visi generasi Inonesia Emas 2045. BAPPENAS merancang visi
Indonesia emas 45 dengan skenario pertumbuhan ekonimi yang memperkirakan PBD
Indonesia menjadi peringkat ke 4 dan dengan pendapatan perkapita 47.000 dolar. Siapa tidak
terpesona dengan impian dan cita-cita ini?. Benih harapan itu muncul. Presiden Jokowi telah
merancang 3 langkah menuju Indonesia Emas, yaitu pertama adalah pembangunan
infrastruktur, kedua pembangunan industri pengolahan (meningkatkan nilai tambah produk)
dan ketika meningkatkan jasa pariwisata.

Dampak langkah pembangunan tak lepas dari sisi positif dan negatif diberagam
bagian. Kemudian harus ada bagian yang mengalah. Siapa lagi yang bisa dijarah haknya demi
pembangunan kalau bukan alam dan lingkungan sekitar. aku menjadi penonton bagaimana
perubahan lingkungan harus dikorbankan, karna kemaslahatan umat. Diam-diam aku
mengiyakan pernyataan malaikat, manusia dibumi adalah perusak. Ketika ingin menyatakan
keberatan, yang dihadapkan orang kelaparan dan kemiskinan. Ketika pesimis pada usaha
mengeduk bumi dikatakan tidak peduli pada kemajuan bangsa. Hasilnya aku mengikuti hal
yang paling mudah mengikuti arus dan membenarkan pendapat umum.

Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Nur Hidayati menyoroti ambisi pemerintah


Jokowi-JK selama tiga tahun terkait membangun infrastruktur perihal komitmen pengelolaan
lingkungan yang perlu diperhatikan. Contohnya Proyek reklamasi, pemerintah memaksakan
proyek tanpa ada izin AMDAL. Kemudian proyek listrik 35 ribu watt dimana sebagian besar
PLTU yang dibangun menggunakan batubara, yang sangat besar kerusakan lingkungannya.
"Apalagi wilayah wilayah yang menjadi daerahnya adi tambang batubara lingkungannya
rusak” ungkapnya. Dan masih banyak permasalahan dari pembangunan infrastruktur yang
akan dibangun seperti pembangunan pembangkit listrik 35 ribu watt, jalan tol Jawa dan
Sumatera, pembangunan pabrik semen di Genteng hingga pembangunan bandara di
Majalengka. Tokoh-tokoh peduli lingkungan bersuara. Menegaskan bahwa keganjilan dalam
sanubari terhadap kerusakan lingkungan tidak hanya di hadapi oleh seorang diri. Menuju
indonesia emas bukan lagi impian yang diperjuangkan. Namun juga usaha yang perlu
diperhatikan bersama untuk kelestarian masa depan.

Pemikiran ini yang membuahkan aku menyadari, kalau aku bukan korban masa kini.
Tapi aku memiliki idealis, tapi tertutupi kondisi dilematis. Terkuak satu persatu benang siapa
aku diposisiku. Keresahan ini ternyata disadari banyak kalangan, tapi kurang gencar
disuarakan. Ternyata bukan lingkunganku yang mempengaruhi pandanganku. Tapi aku yang
tidak bisa menyaring informasi yang membentuk aku sebagai MAHASISWA.

Menyadari permasalahan dalam mempersiapkan Indonesia emas, ada yang perlu di


pahami. Pembangunan infrastruktur yang memiliki ketimpangan dalam pertimbangan
kemampuan lingkungan dapat menjadi sumber bencana. Bisa jadi prinsip yang dibangun pada
pembangunan infrastruktur lebih menyoroti kuantitas dari pada kualitas. Pembangunan yang
bersifat kuantitas memerlukan sumber daya lebih yang mampu mendorong produksi yang
diinginkan. Namun perlu dipahami bahwa sumber daya memiliki batas terhadap daya dukung
lingkungan. Kuantitas erat hubungannya dengan pertumbuhan. Sehingga penilaian
pertumbuhan ekonomi harus dilakukan hati-hati. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi
merupakan bagian atau subsistem dari suatu ekosistem global. pertumbuhan ekonomi
membutuhkan SDA yang terbatas untuk mendorong produksinya. Daya dukung lingkungan
dalam menyediakan sumber daya yang telah mencapai puncaknya akan mengalami
kemunduran dan kehilangan keseimbangan. Maka pertumbuhan ekonomi yang terus menerus
dapat mengakibatkan menipisnya sumber daya, kemerosotan ekonomi dan kerusakan
lingkungan.

Solusi dalam menempuh indonesia yang kaya ini adalah penerapan pembangunan
berkelanjutan secara maksimal. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan dari generasi yang akan datang. Sehingga pembangunan memiliki daya dukung
yang menjaga kelestarian hidup.

Pembangunan secara berkelanjutan juga di kenal sebagai Sustainable Development


Goals (SDGs) telah disusun oleh pihak internasional dan presiden kita sendiri. Adanya
perbedaan yang direncanakan merupakan hasil dari penerapan di negara yang prularis dan
multi kepentingan. Sehingga usaha yang telah bapak jokowi jalankan masih terdapat
kekurangan yang perlu diperhatikan.

Disinilah muncul idealis bersama mimpi bahwa, aku bisa menjadi bagian generasi
indonesia emas. Pemahaman persiapan indonesia emas harus didasari konsep pembangunan
berkelanjutan. Kekurangan konsep ini terletak dari penerapannya. Maka peran mahasiswalah
yang mampu menjadi kontrol sosial, sebagai pengawas jalannya pembangunan dan pencetus
inovasi agar solusi konkrit pada pemanfaatan alam dan langkah presiden dapat berasaskan
kelestarian lingkungan.
Aku harus jadi bagian dalam menyuarakan ketidakadilan bagi lingkungan maupun
rakyat kecil yang tertindas dalam misi ini. Berpartisipasi dari hal yang kecil sebagai influence
kalangan pemuda. Kebaikan akan selalu diberikan jalan, yakinku. Beberapa teman berjuang
di jalannya masing-masing untuk jadi lilin-lilin kegelapan generasi Z. Seperti pembangunan
NYIA beberapa mahasiswa menyuarakan hak rakyat terhadap penggusuran tanah yang
dimilikinya dan mengkritisi proyek yang dicanangkan masih belum ada amdal. Atau
mahasiswa ITB Tim Kuya Navinata yang berhasil membuat karya tulis membangun dan
mengembangkan Reklamasi Pantai yang efektif, inovatif, ramah lingkungan serta dapat
diimplementasikan di Indonesia. Ada pula yang membangun komonitas Green Generation
Indonesia oleh Pandu Dharma Wicaksono salah satu tokoh inspiratif dalam event Indonesia
Green Award (IGA) tahun 2015. Lalu bagaimana dengan aku? aku masih melakukan
kegiatan kecil. berkecimpung di jurusan kehutanan, meyeretku pada berbagai kegiatan.
Seperti aksi peduli lingkungan, Penanaman pohon, Pencinta alam, aksi switch off dan masih
banyak lainnya. Tapi kegiatan ini masih perlu direnungkan, karena tokoh-tokoh dan teman
sebaya menginspirasi untuk membangun kepedulian itu menggunakan hati, bukan karena
pamer diri atau menambah CV. Bimbingan dan arahan tentu dibutuhkan.

Menutup : Harapan Masa Depan Itu Masih Ada

Hutan gunung sawah lautan


Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa lagu : Ibu pertiwi, Ismail Marzuki
Lagu yang sejak kecil senang diputar, mengingatkan ku. Bahwa aku berhutang pada
negeri ini, berhutang pada tanah yang aku pijak, air yang aku minum dan udara yang aku
hirup. Diam-diam aku juga punya mimpi untuk negeri ini. Yaitu bercita-cita mencurahkan
segala kemampuan yang aku miliki, demi mengangkat harkat dan martabat umat manusia
yang masih terbelakang dan melindungi segenap alam yang telah berkonspirasi memberikan
hal indah untuk dinikmati. Menyadari bahwa diri ini adalah harapan alam dan seluruh isinya.
Bahwa ditangan mahasiswa masa depan itu digantungkan. Dalam usaha dan doa, minat dan
latar belakang, aku percaya kami tidak ingin diam saja. Mimpi-mimpi yang dirajut kelak akan
jadi mozaik menuju Inonesia Emas. Optimisme itu harus ada. Idealisme itu harus dijaga dan
persatuan akan mengantarkan Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Inspirasi dan sumber :

http://nasional.kompas.com/read/2017/03/27/15123691/ini.strategi.jokowi.menuju.indonesia.
emas.2045.

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/10/19/oy2c9f382-catatan-minus-
jokowijk-dari-pembangunan-infrastruktur

https://ftsl.itb.ac.id/mahasiswa-ftsl-dominasi-kompetisi-lkti-dedikasi-2015/

https://umk.ac.id/informasi/berita/2284-kalpataru-untuk-mahasiswa-pengabdi-lingkungan

Biodata diri:

Nama : Firdiya Nur Fadhilah Nakula

Sub Tema Essay : Lingkungan

Asal Universitas : Universitas Gadjah Mada

Jurusan : Kehutanan

Email : Firdiya.nur.f@ugm.mail.ac.id

No Hp : 082223083202

Anda mungkin juga menyukai