NIM : 17/412851/PN/15173
Fakultas : Pertanian
Gugus : Kardono Darmoyuwono
Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah perairan hampir
70 persen dari luas keseluruhan Indonesia. Dengan luasnya wilayah perairan tersebut,
Indonesia memiliki potensi kekayaan yang begitu melimpah. Bermacam-macam jenis flora
dan fauna air di Indonesia membuat negeri ini semakin kaya. Kekayaan biota laut Indonesia
sangat berpotensi untuk mensejahterakan rakyat Indonesia, ditambah lagi dengan sumberdaya
kelautan yang dimiliki Indonesia masih banyak yang belum dimanfaatkan. Oleh karena itu,
potensi kelautan dan perikanan Indonesia harus mampu dieksplorasi secara bijak untuk
kesejahteraan rakyat.
Selama ini, potensi sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia yang melimpah belum
mampu menjadi leading sector penguat ekonomi Nasional dan belum mampu menjadi
jaminan peningkatan kesejahteraan nelayan sebagai pelaku utama sektor kelautan dan
perikanan serta masyarakat pada umumnya (Nawawi M. Noer, 2016). Namun, pada masa
pemerintahan Presiden Jokowi sekarang, sektor kelautan dan perikanan menjadi haluan
pembangunan nasional hingga muncullah jargon pemerintahan sekarang yaitu menjadikan
indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (PMD).
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang sekarang dinakhodai Ibu Susi Pudjiastuti pun
telah melakukan gebrakan – gebrakan dengan memberantas praktik IUU (Illegal, Unregulated
and Unreported) Fishing. Hal itu mampu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia
memiliki kedaulatan ekonomi di bidang kelautan dan perikanan. Hal ini adalah prestasi besar.
Blue Print kelautan dan perikanan sedang dicetak, tapi kita tidak bisa tutup mata dengan
beragam permasalahan seperti kesejahteraan Nelayan dan para pelaku usaha perikanan kasta
terendah. Lalu permasalahan yang terpenting dan tak disadari perannya ialah kesadaran
masyarakat terhadap potensi perikanan dan kelautan yang masih kecil. Masyarakat belum
terlalu tertarik terhadap perikanan dan kelautan Indonesia. Hal ini bisa dicontohkan seperti,
konsumsi atau pemanfaatan ikan yang belum optimal pada masyarakat Indonesia. Masyarakat
belum menyadari bahwa kandungan hasil laut memiliki gizi yang tinggi. Contoh yang kedua
ialah bisa terlihat dari minat masyarakat untuk mempelajari ilmu perikanan dan kelautan yang
belum menjadi prioritas utama. Bahkan, passing grade jurusan Kelautan dan Perikanan di
beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia pun masih menempati posisi pertengahan.
Daftar Pustaka:
Nawawi M. Noer (2016), Urgent! Isu Strategis Kelautan dan Perikanan, kompasiana
(Online), available from: http://www.kompasiana.com/nawawimnoer/urgent-isu-strategis-
kelautan-dan-perikanan_56d30ceded9673db29977868 (Accessed: 10 July 2017)
NIM : 17/412851/PN/15173
Fakultas : Pertanian
Gugus : Organik 18
Berbicara tentang sosok mahasiswa ideal, maka tentunya tidak terlepas dari beberapa
kriteria yang harus dimiliki agar tergolong sebagai mahasiswa ideal. Secara garis besar, yang
dimaksud mahasiswa ideal adalah mereka yang mampu mengintegrasikan pendidikan yang
dipelajari dengan realitas masyarakat dimana mereka dibesarkan (Elraihany, 2012). Dalam
artian, mereka mampu memahami kegelisahan masyarakat dan dengan kemampuan yang
dimiliki, bisa melakukan perubahan, berjuang bersama masyarakat.
Selain itu, mahasiswa ideal adalah mahasiswa yang mampu menggabungkan antara
sisi akademik, organisator, dan worker. Mereka yang bisa menyeimbangkan ketiga sisi
tersebut bisa dikatakan sebagai mahasiswa ideal. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kriteria
yang termasuk dalam sisi akademik, organisator, dan worker.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi seorang mahasiswa agar tergolong ke dalam
sisi akademik yang baik di antaranya seorang mahasiswa itu harus aktif dalam perkuliahan,
mereka bisa diajak berdiskusi dengan orang lain, aktif berinteraksi dengan Dosen
pembimbing saat pelajaran sedang berlangsung, dan IPK yang didapatkan bisa terus
seimbang dan di atas rata-rata.
Untuk tergolong ke dalam mahasiswa yang baik dalam sisi organisator maka seorang
mahasiswa harus ikut aktif ke dalam sebuah organisasi. Mereka harus bisa mencurahkan
kemampuannya dalam keorganisasian yang diikutinya tersebut. Selain itu, jika diajak
berdiskusi di dalam organisasi tersebut maka harus aktif berpendapat dan bisa memberi saran
yang membangun untuk kemajuan organisasi tersebut.
Worker yang dimaksud di sini adalah seorang mahasiswa bisa mencari nafkah untuk
dirinya sendiri. Hal ini tidak harus dilakukan oleh seorang mahasiswa. Hanya saja, saat ini
banyak mahasiswa yang harus memenuhi kebutuhannya sendiri dengan berbagai cara
misalnya berjualan di kampus dan bekerja paruh waktu. Hal itu sering dikarenakan mereka
berasal dari keluarga kurang mampu, mereka adalah anak rantau yang jauh dari orang tua,
bahkan mereka memiliki kebutuhan tambahan yang banyak.
Setelah ditelaah dari berbagai sisi tersebut, sosok mahasiswa ideal adalah seorang
yang mampu memiliki kriteria-kriteria tersebut. Setidaknya mereka harus memiliki kriteria di
sisi akademik dan organisator. Seorang mahasiswa harus bisa menyeimbangkan kedua sisi
tersebut. Apabila waktunya untuk kuliah, maka mahasiswa tersebut harus mengutamakan
untuk mengikuti kuliah dibandingkan kegiatan di organisasi. Sebaliknya, jika jadwal kuliah
sedang kosong maka mahasiswa tersebut bisa mengikuti kegiatan-kegiatan di organisasi. Jika
seorang mahasiswa juga bekerja, maka pekerjaan itu tidak boleh mengganggu kegiatan-
kegiatannya di kampus. Seorang mahasiswa harus bisa membagi waktu sebaik mungkin.
Misalnya dia bekerja pada sore hari maka malam harinya harus diusahakan tetap belajar. Jika
bekerjanya malam hari maka waktu belajarnya harus dimaksimalkan saat di kampus.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa jika seorang mahasiswa memenuhi kriteria-kriteria tersebut dan
mampu menyeimbangkannya dengan baik, maka mahasiswa tersebut sudah termasuk ke
dalam sosok seorang mahasiswa ideal.
Daftar Pustaka:
Elraihany (2012), Kriteria Mahasiswa Ideal yang Memiliki Kualitas Akademik yang Baik dan
Integritas Moral yang Tinggi, https://elraihany.wordpress.com/2012/03/18/kriteria-
mahasiswa-ideal-yang-memiliki-kualitas-akademik-yang-baik-dan-integritas-moral-yang-
tinggi-6/. (Diakses pada 24 Juli 2017)