PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelainan konginetal pada penis menjadi suatu masalah yang sangat
penting, karena selain berfungsi sebagai pengeluaran urine juga berfungsi sebagai alat
seksual yang pada kemudian hari dapat berpengaruh terhadap fertilitas. Salah satu
kelainan konginetal terbanyak kedua pada penis setelah cryptorchidism yaitu
hipospadia. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang
terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). Selain
berpengaruh terhadap fungsi reproduksi yang paling utama adalah pengaruh terhadap
psikologis dan sosial anak
Pada abad pertama, ahli bedah dari Yunani Heliodorus dan Antilius, pertama-tama
yang melakukan penanggulangan untuk hipospadia. Dilakukan amputasi dari bagian
penis distal dari meatus. Selanjutnya cara ini diikuti oleh Galen dan Paulus dari Agentia
pada tahun 200 dan tahun 400.
Penyebab dari hiposapadia ini sangat multifaktorial antara lain disebabkan oleh
gangguan dan ketidakseimbangan hormone, genetika dan lingkungan. Ganguan
keseimbangan
hormon
yang
dimaksud
adalah
hormone
androgen
yang
mengatur organogenesis kelamin (pria). Sedangkan dari faktor genetika, dapat terjadi
karenagagalnya sintesis androgen sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Dan
untuk faktor lingkunagn adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi.
Di Amerika Serikat, hipospadia diperkirakan terjadi sekali dalam kehidupan dari
350 bayi laki-laki yang dilahirkan . Angka kejadian ini sangat berbeda tergantung dari
etnik dan geogafis. Di Kolumbia 1 dari 225 kelahiran bayi laki-laki, Belakangan ini
di beberapa negara terjadi peningkatan angka kejadian hipospadia seperti di daerah
Atlanta meningkat 3 sampai 5 kali lipat dari 1,1 per 1000 kelahiran pada tahun 1990
sampai tahun1993. Banyak penulis melaporkan angka kejadian hipospadia yang
bervariasi berkisar antara 1 : 350 per kelahiran laki-laki. Bila ini kita asumsikan ke
negara Indonesia karena Indonesia belum mempunyai data pasti berapa jumlah penderita
hipospadia dan berapaangka kejadian hipospadia. Maka berdasarkan data dari Biro Pusat
Statistik tahun 2000 menurut kelompok umur dan jenis kelamin usia 0 4 tahun yaitu
10.295.701 anak yang menderita hipospadia sekitar 29 ribu anak yang memerlukan
penanganan repair hipospadia.
Penatalaksanaan
hipospadia
pada
bayi
dan
anak
dilakukan
dengan
prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untuk merekontruksi penis
menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga
pancarankencing arahnya kedepan. Umumnya di Indonesia banyak terjadi kasus
hipospadia karena kurangnya pengetahuan para bidan saat menangani kelahiran karena
seharusnya anak yang lahir itu laki-laki namun karena melihat lubang kencingnya di
bawah maka di bilang anak itu perempuan. Oleh karena itu kita sebagai seorang tenanga
medis harus menberikan informasi yang adekuat kepada para orang tua tentang penyakit
ini. Para orang tua hendaknya menghindari faktor- faktor yang dapat menyebabkan yang
dapat menyebabkan hipospadia dan mendeteksi secara dini kelainan pada anak mereka
sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi proses asuhan keperawatan pada An. H yang mengalami Hipospadia
Penoscrotal diruang Bedah Anak (BCH) RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat.
2. Tujuan Khusus
a. Tujuan khusus dari penulisan makalah adalah untuk mendapatkan gambaran
mengenai:
1) Pengkajian keperawatan pada An. H yang mengalami Hipospadia Penoscrotal.
2) Diagnosa keperawatan pada An. H yang mengalami Hipospadia Penoscrotal.
3) Perencanaan keperawatan pada An. H yang mengalami Hipospadia
Penoscrotal.
4) Pelaksanaan keperawatan pada An. H yang mengalami Hipospadia
Penoscrotal.