PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Industri manufaktur adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar menjadi barang jadi atau barang setengah jadi yang
mempunyai nilai yang tinggi dan sifatnya berguna bagi pemakai atau konsumen.
Karakteristik utama kegiatan industri adalah mengolah sumber daya menjadi barang
jadi melalui proses pabrikasi. Industri manufaktur (industri pengolahan) yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dikelompokkan kedalam tiga jenis sektor, yaitu sektor
industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi.
Sektor Industri kimia diantaranya sektor semen, sektor keramik, porselen dan kaca,
sektor logam dan sejenisnya, sektor kimia, sektor plastik dan kemasan, sektor pakan
ternak, sektor kayu dan pengolahannya dan sektor pulp dan kertas. Sektor aneka
industri diantaranya sektor otomotif dan komponen, sektor tekstil dan garment, sektor
alas kaki, sektor kabel, sektor elektronika dan sektor lainnya. Sektor industri barang
konsumsi diantaranya sektor makanan dan minuman, sektor rokok, sektor farmasi,
sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga dan sektor peralatan rumah
tangga. (www.idx.co.id)
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan
pada Industri manufaktur di Indonesia. Hal ini terbukti dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi di Indonesia yang sebagian besar dipengaruhi oleh industri manufaktur.
Dibandingkan sektor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia,
industri manufaktur mempunyai peran yang dominan dalam bagian yang menciptakan
tingkat pertumbuhan yang positif. Dengan demikian bisa dikatakan kalau perusahaanperusahaan manufaktur di Indonesia mempunyai prospek yang sangat baik ke
depannya karena industri manufaktur merupakan tolak ukur pertumbuhan ekonomi
Indonesia sehingga industri manufaktur nantinya akan menjadi ujung tombak
perekonomian Indonesia dimasa yang akan datang. Dalam tabel 1.1 berisi produk
domestik bruto yang menjadi bukti bahwa industri manufaktur paling besar perannya
dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia lima tahun terakhir.
Tabel 1.1
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar
Rupiah), 2010-2014
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013
2014
1. Pertanian, Peternakan,
Kehutanan & Perikanan
985 470,50
1 091 447,30
1 193 452,9
1 310 427,3
1 446 722,3
2.Pertambangan &
Penggalian
719 710,1
876 983,8
972 458,4
1 026 297,0
1 058 750,2
3. Industri Pengolahan/
Manufaktur
1 599 073,1
1 806 140,5
1 972 523,6
2 152 802,8
2 394 004,9
49 119,0
55 882,3
62 271,6
70 339,6
81 131,0
5. Konstruksi
660 890,5
753 554,6
844 090,9
907 267,0
1 014 540,8
882 487,2
1 023 724,8
1 148 791,0
1 301 175,0
1 473 559,7
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
423 172,2
491 287,0
549 105,4
635 302,9
745 648,2
466 563,8
535 152,9
598 433,3
682 973,2
771 961,5
9. Jasa-jasa
660 365,5
785 014,1
889 798,8
1 000 691,7
1 108 610,3
6 446 851,9
7 419 187,1
8 230 925,9
9 087 276,5
10 094 928,9
5 941 951,9
6 795 885,6
7 589 809,0
8 419 133,9
9 391 537,3
dan tahun 2014 sebesar 2.394.004,9 miliar. Produk Domestik Bruto industri
manufaktur merupakan nilai yang tertinggi jika dibandingankan dengan industri
lainnya, sehingga industri ini lebih memberikan harapan akan potensi yang sangat
besar dalam pertumbuhannya. Dari keadaan tersebut menarik untuk dibahas bahwa
bagaimana industri manufaktur sekarang, apakah mempunyai kondisi yang telah
dijelaskan diatas. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
kondisi industri manufaktur di Indonesia. Adapun perusahaan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada industri manufaktur dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun
2010 - 2014
No.
Kode Saham
Nama Emiten
AISA
CEKA
DLTA
INDF
MLBI
MYOR
PSDN
SKLT
STTP
10
ULTJ
(power of response) atau tidak. Jadi, kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba dapat
tercermin dari tingginya ERC. Tingginya ERC menunjukkan bahwa laba yang
dilaporkan berkualitas atau digunakan investor dalam pengambilan keputusan. Hal ini
karena, secara teori jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima (Subramanyam, 2014). Reaksi
tersebut ditunjukkan dengan perubahan harga sekuritas yang akan berdampak pada
return yang akan diterima oleh investor. Artinya berita laba yang baik (kejutan positif)
akan diikuti dengan tingkat pengembalian saham positif sedangkan berita buruk
tentang laba (kejutan negatif) akan diikuti dengan tingkat pengembalian saham negatif.
Tetapi pada kenyataannya tidak semua perusahaan mempunyai ERC yang kuat,
beberapa perusahaan memiliki ERC yang rendah bahkan adanya berita baik bisa diikuti
dengan respon yang buruk oleh investor. Berikut ini adalah contoh fenomena harga
saham pada saat laba diumumkan dapat dilihat pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2015, misalnya
perusahaan pada industri sektor makanan dan minuman. Berikut ini adalah daftar laba
perusahaan dan harga saham pada saat publikasi laporan keuangan perusahaan pada
industri sektor makanan dan minuman.
Tabel 1.3
Laba dan Harga Saham PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
No.
Tahun
Laba
Harga Saham
2011
Rp. 4.891.673.000.000
4,600.00
2012
Rp. 4.779.446.000.000
5,850.00
2013
Rp. 3.416.635.000.000
6,600.00
2014
Rp. 5.229.489.000.000
6,750.00
2015
Rp. 3.709.501.000.000
5,175.00
Sumber: www.indofood.com/annualreport
Dari tabel 1.3 menunjukkan bahwa kenaikan laba tidak selalu di ikuti dengan
perubahan harga saham yang positif, sebaliknya pada saat laba mengalami penurunan
laba, maka harga saham tidak selalu ikut mengalami penurunan yang negatif. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa dalam pengambilan keputusan ekonomi para investor
memang membutuhkan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan tetapi tidak
hanya informasi laba saja melainkan banyak informasi-informasi lainnya yang
dibutuhkan (Mulyani, et. al 2007).
Earnings response coefficient merupakan fenomena yang umum dilakukan oleh
perusahaan. Penelitian terdahulu banyak menggunakan penelitiannya dengan
mengambil topik earnings response coefficient. Berdasarkan penelitian terdahulu
terhadap earnings response coefficient yang dilakukan oleh Zakaria, Azwan dan
Abidin (2013), Hasanzade dan Mahfoozi (2013), Yohan (2015), Gunarianto, Tahir dan
Puspitosarie (2014), Sandi (2013), Delvira (2013), daud dan Syarifudin (2008),
Diantimala (2008), Rofika (2015) dan Restuti (2012) diidentifikasi faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi earnings response coefficient, yaitu: pertumbuhan, persistensi
laba, ukuran perusahaan, kualotas lab, profitabilitas, risiko sistematis dan CSR.
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang dapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran
perusahaan diukur dengan total aktiva perusahaan. Perusahaan yang besar akan lebih
mudah untuk melakukan inovasi dengan memanfaatkat aktiva yang dimilikinya.
Dengan adanya inovasi tersebut akan berpengaruh besar terhadap laba perusahaan.
Ukuran perusahaan akan berpengaruh positif terhadap ERC. Semakin besar perusahaan
maka ERC perusahaan akan semakin besar pula (Jogiyanto, 2009). Perbedaan ukuran
perusahaan juga akan berpengaruh terhadap perbedaan informasi yang dikeluarkan
perusahaan (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Semakin luas informasi yang tersedia
maka akan semakin mudah investor menginterpretasikan informasi dalam laporan
keuangan.
Perusahaan yang terus menerus tumbuh akan dengan mudah menarik modal
sehingga akan berpengaruh terhadap ukuran perusahaan. Perusahaan yang memiliki
jumlah aktiva yang banyak merupakan perusahaan berukuran besar yang dianggap
mempunyai risiko yang lebih kecil (Almilia dan Devi, 2007). Alasannya karena
perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal, sehingga
perusahaan tersebut memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana.
Perusahaan dengan skala besar yang operasinya sudah stabil dan
memungkinkan untuk memperluas jaringan usahanya tentu akan membutuhkan dana
dalam jumlah besar. Penghimpunan dana dapat diperoleh dari dalam perusahaan atau
pihak luar perusahaan. Salah satu cara menghimpun dana yang berasal dari luar
perusahaan dengan cara menerbitkan hutang jangka panjang dalam bentuk sekuritas
yang dikenal dengan sebutan bonds (obligasi) dan notes (wesel).
Penerbitan sekuritas haruslah oleh perusahaan yang kondisi keuangannya
sangat memuaskan dan atau dijamin oleh lembaga keuangan lain dan pembayaran
bunga harus dilakukan walaupun perusahaan mengalami kerugian. Namun keadaan
perusahaan tidak selamanya stabil. Karena kondisi yang tidak stabil ini menyebabkan
kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atau pokok pinjaman pada waktunya
yang disebut dengan risiko default. Risiko default juga berarti risiko yang terjadi pada
jenis usaha yang ditentukan oleh karakteristik masih-masing jenis usaha dan kinerja
keuangan jenis usaha serta kondisi internal perusahaan nasabah, seperti manajemen,
organisasi, pemasaran, teknis produksi, dan keuangan. Alat ukur risiko default pada
penelitian ini adalah financial leverage.
Risiko Default merupakan hal yang amat diperhatikan oleh investor. Salah satu
alasan mengapa seseorang melakukan investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan
tertentu dari investasi yang dilakukan, namun disisi lain setiap investasi mengandung
unsur ketidakpastian atau risiko artinya pemodal atau investor tidak mengetahui
dengan pasti berapa hasil yang akan diterima dari investasi yang dilakukan. Dengan
situasi yang tidak pasti ini akan menyebabkan investor akan berhati-hati dalam
pengambilan keputusan. Sikap hati-hati ini dapat menyebabkan investor akan lebih
lambat bahkan sama sekali tidak bereaksi atas informasi laba yang dikeluarkan
perusahaan. Saat ini, Risiko gagal bayar atau risiko default perusahaan terhadap
kewajiban obligasinya semakin meningkat di beberapa sektor, terutama pada
perusahaan manufaktur (Rowter, 2009). Ini dipicu oleh kondisi melemahnya
perekonomian nasional maupun global dan ketatnya pasar kredit serta anjloknya daya
beli masyarakat.
dilakukan dengan menganalisa data-data kuantitatif berupa data harga saham tahunan,
serta web site BEI yaitu www.idx.co.id, berupa data laba bersih perusahaan yang
tercantum dalam laporan keuangan.
1.8 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripi ini terbagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang gambaran umum objek penelitian, latar
belakang penelitian, perumusan masalah yang didasarkan pada latar
belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
BAB III
: METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang karakteristik penelitian, alat pengumpulan
data, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan
sumber data, validitas dan reliabilitas populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, serta analisis data dan pengujian hipotesis.
BAB IV
BAB V