Latar Belakang
Pada fenomena saat ini, bahwa sebagian remaja kurang
dalam kemandirian belajarnya, yaitu kurang adanya tanggung
jawab pada apa yang dikerjakannya. Pada remaja sekarang sering
belajar dengan cara berkumpul dengan teman-temannya, dengan
cara seperti itu kegiatan belajarnya kurang efektif, karena jika
belajar dengan cara besamaan akan lebih banyak berbincangbincangnya dibandingkan dengan kegiatan belajarnya. Sebagian
siswa pada saat ini juga mereka akan berniat untuk belajar sendiri
ketika hanya ada tugas dari gurunya saja, dan ketika menjelang
UTS atau UAS, dan proses belajar yang terjadi hanya terpusat pada
guru.
Dilihat dari fenomena pada penelitian sebelumnya oleh
Rosyidah, pada sebagian kalangan remaja dalam kemandirian belajarnya rendah,
hal ini terlihat pada masih tingginya fenomena mencontek tugas dan ulangan, belajar
sistem kebut semalam, rendahnya minat baca, rendahnya menambah wawasan dari
berbagai sumber, rendahnya penggunaan sumber perpustakaan, dan masih tingginya
ketergantungan belajar pada kehadiran guru di kelas serta ketidaksiapan menghadapi
ulangan.
Padahal pada saat ini memiliki kesempatan yang sangat banyak untuk belajar
mandiri, karena kemajuan teknologi semakin canggih, sehingga mengakses informasi
dan pengetahuan sangat mudah didapatkan. Tetapi kenyataan pada remaja sekarang
jarang menggunakan gadgetnya untuk hal tersebut, bahkan dengan gadget pun bisa
saja membuat kalangan remaja menjadi malas untuk belajar, karena mereka terlalu
asik menggunakan gadgetnya untuk permainan, media sosial, dll, sehingga mereka
tidak tahu batasan waktu, dan mereka lupa dengan kewajiban mereka sebagai
pelajar.Sebenarnya mereka bisa menggunakan gadgetnya dengan baik, mereka harus
bisa mengatur dan membagi waktu, harus bisa memutuskan atau menghentikan
menggunakan gadgetnya dan tidak berlama-lama menggunakan gadgetnya untuk halhal yang kurang bermanfaat, dengan cara seperti itu mereka akan menjadi lebih
mandiri.
Kemandirian adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya
mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan
orang lain (Hasan Basri, 1994:53 dalam Subliyanto). Sedangkan
menurut
adalah
anak
untuk
menjelaskan kemandirian
melakukan
sesuatu
yang
untuk
bertumbuh
walaupun
dimasa
lalunya
mereka
pernah
menerima cinta dan rasa aman dari orang lain. Tidak ada orang
yang dilahirkan mandiri, dan oleh karena itu tidak ada orang yang
sepenuhnya tidak bergantung pada orang lain. Kebebasan hanya
dapat diperoleh melalui hubungan yang baik dengan orang lain.
Akan tetapi, kepercayaan diri bahwa seseorang dicintai dan
diterima apa adanya dapat menjadi dorongan yang kuat yang
menyumbang
ke
timbulnya
kepercayaan
diri
tersebut
rasa
penghargaan
diperoleh,
seseorang
diri.
Setelah
tidak
lagi
bergantung pada orang lain untuk dapat penghargaan diri. Orangorang yang mengaktualisasi diri mempunyai kepercayaan diri
tersebut
kemudian
memiliki
kemandirian
yang
besar
yang
Retno
(2005),
merupakan
bekal
dasar
bagi
pertumbuhan
dan
bakat,
potensi
intelektual
dan
potensi
pertumbuhan
tubuhnya.
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau
pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan
dengan factor lingkungan.Lingkungan kehidupan yang dihadapi
individu
sangat
mempengaruhi
perkembangan
kepribadian
orang yang lebih dewasa yaitu ayah dan ibu, jika orang tua sebagai pendidik yang
pertama ini tidak berhasil meletakkan dasar kemandirian maka akan sangat berat
untuk berharap sekolah mampu membentuk siswa atau anak menjadi mandiri.
Pola asuh orang tua tentu sangat berpengaruh terhadap perilaku anak, baik
sekolah, di rumah, maupun di masyarakat.Dalam belajar di sekolah, sikap anak
berbeda-beda.Semua itu dipengaruhi oleh sifat dan sikap bawaan anak dari rumah
yang ditanamkan oleh orang tua. Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu guru
MA Negeri Cilamaya, bahwa siswa MA Negeri Cilamaya tentu saja berasal dari latar
belakang keluarga yang berbeda, ada yang berasal dari keluarga pegawai negeri,
pegawai swasta, petani, buruh tani,buruh pabrik, dll. Dari latar belakang keluarga
yang berbeda tersebut telah membentuk pola asuh orang tua yang berbeda- beda di
dalam keluarga. Pada penelitian ini, dilihat secara kenyataan bahwa kemampuan
siswa antara yang satu dengan lainnya berbeda-beda, dan tipe belajar siswa juga
bebrbeda-beda pula. Setiap remaja yang tercatat sebagai siswa memiliki tipe belajar
yang berbeda dengan teman-temannya, hal ini disebabkan oleh karena siswa memiliki
potensi yang berbeda-beda dengan siswa yang lain. Seorang Guru di MA Negeri
Cilamaya menggambarkan siswa yang kurang memiliki kemandirian dalam belajar,
terlihat ketika dalam mengikuti proses belajar mengajar bersikap pasif, tidak berani
bertanya apabila menghadapi kesulitan, mereka belajar jika ada tugas dari gurunya,
ketika dalam ulangan saling contek mencontek pekerjaan teman atau mencontek
lembaran-lembaran yang telah dipersiapkan dari rumah, dan kurang berpikir kritis.
oleh orang tuanya, karena harus tetap belajar agar pada saat UASnya dapat
mengerjakan dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik.
Mencermati kenyataan yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa dari latar
belakang keluarga yang berbeda akan membentuk pola asuh orang tua yang berbedabeda dan diprediksikan dari pola asuh orang tua yang berbeda-beda itu
mempengaruhi kemandirian siswa dalam belajar.
Perkembangan diri anak sangat di pengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua. Baik pada orang tua yang bekerja maupun orang tua yang tak bekerja akan
memberi pengaruh secara bermakna terhadap perkembangan diri anak, seperti pada
kemandiria belajarnya. Menurut Baumrind (dalam papalia, et.al., 2004) ada empat
jenis pola asuh, yakni: (1) otoriter (authoritarian), (2) permisif (permissive), (3)
demokratis (authoritative), dan (4) situasional (situational). Banyak orang tua tidak
menerapkan secara kaku salah satu pola asuh yang telah dipaparkan sebelumnya,
tetapi penerapannya disesuaikan dengan kondisi situasi yang dihadapinya.
Pola Asuh Otoriter, dalam pola asuh ini orang tua merupakan sentral artinya
segala ucapan, perkataan, maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan)
yang harus ditaati oleh anak-anak. Supaya taat, orang tua tak segan-segan
menerapkan hukuman yang keras kepada anak.Orang tua beranggapan agar aturan itu
stabil dan tak berubah, maka seringkali orang tua tak menyukai tindakan anak yang
memprotes,
mengkritik
atau
membatahnya.Kondisi
tersebut
mempengaruhi
perkembangan diri pada anak.banyak anak yang dididik dengan pola asuh otoriter ini,
cenderung
tumbuh
berkembang
menjadi
pribadi
yang
suka
membantah,
anak tidak mempunyai sikap peduli, antipasti, pesimis dan antisosial.Hal ini, akibat
dari tidak adanya kesempatan bagi anak untuk mengemukakan gagasan, ide,
pemikiran maupun inisiatifnya.Apapun yang dilakukan oleh anak tidak pernah
mendapat perhatian, penghargaan dan penerimaan yang tulus oleh lingkungan
keluarga atau orang tuanya.
Pola Asuh Permisif, sebaliknya dengan tipe pola asuh permisif ini, orang tua
justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan
secara luas kepada anaknya. Orang tua seringkali menyetujui terhadap semua dengan
tuntutan dan kehendak anaknya.Semua kehidupan keluarga seolah-olah sangat
ditentukan oleh kemauan dan keinginan anak.Jadi anak merupakan sentral dari segala
aturan
dalam
keluarga.Dengan
demikian
orang
tua
tidak
mempunyai
pemikiran, sikap, dan tindakan antara anak dan orang tua. Baik orang tua maupun
anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide,
atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. Dengan demikian orangtua dan anak
dapat berdiskusi, berkomunikasi atau berdebat secara konstruktif, logis, rasional demi
mencapai kesepakatan bersama.Karema hubungan komunikasi antara kedua orang tua
dengan anak dapat berjalan menyenangkan, maka terjadi pengembangan kepribadian
yang mantap pada diri anak.anak mkin mandiri, matang dan dapat menghargai diri
sendiri dengan baik. Pola asuh demokratis ini akan dapat berjalan secara efektif bila
ada tiga syarat yaitu: a) orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua yang
memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya, b) anak
memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan menghargai orangtua
sebagai tokoh utama yang tetap memimpin keluarganya, c) orangtua belajar memberi
kepercayaan dan tanggung jawab terhadap anaknya.
Pola Asuh Situasional, tak tertutup kemungkinan bahwa individu yang
menerapkan pola asuh itu tak tahu apa nama/ jenis pola asuh yang dipergunakan,
sehingga secara tak beraturan menggunakan campuran ke-3 pola asuh yang telah
dipaparkan sebelumnya. Jadi dalam hal ini tak ada patokan atau parameter khusus
yang menjadi dasar bagi orangtua untuk dapat menggunakan pola asuh permisif,
otoriter maupun demokratis.Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi, tempat
dan waktu bagi setiap keluarga yang bersangkutan.
Penelitian ini
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti ingin mengetahui
apakah terdapat Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa
kelas X MA Negeri Cilamaya-Karawang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa kelas X MA
Negeri Cilamaya-Karawang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, untuk
menambah
pengetahuan
penulis
bagi
guru,
untuk
lebih
Menurut
Hasan
Basri
(1994:54)
dalam
Retno
(2005),
merupakan
bekal
dasar
bagi
pertumbuhan
dan
bakat,
potensi
intelektual
dan
potensi
pertumbuhan
tubuhnya.
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau
pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan
dengan factor lingkungan.Lingkungan kehidupan yang dihadapi
individu
sangat
mempengaruhi
perkembangan
kepribadian
usia
dan
jenis
kelamin.
Di
samping
itu
masyarakat
hidupnya
kemandirian
yang
cenderung
disbanding
maju
dan
mendorog
dengan
kompleks
tumbuhnya
masyarakat
yang
sederhana.
b. Keluarga, meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga,
kecenderungan cara mendidik anak, cara memberikan
penilaian kepada anak bahkan sampai cara hidup orang
tua berpengaruh terhadap kemandirian anak.
c. Gen atau keturunan orang tua, orang tua memiliki sifat
kemandirian tinggi serin kali menurunkan anak yang
memiliki kemandirian juga.
d. Pola Asuh Orang tua, cara orang tua mengasuh dan
mendidik
anak
akan
mempengaruhi
perkembangan
di
masyarakat.
Sistem
kehidupan
produktif
dapat
menghambat
kelancaran
sangat
bahwa
dalam
pada
siswa
tersebut
melihat,
merasakan,
dan
memenuhi
G. Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis
dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh pola asuh orangtua
terhadap kemandirian belajar siswa kelas X MA Negeri CilamayaKarawang.
I. Metodologi Penelitian
a. Pola Asuh
- Definisi Konseptual
Pola asuh adalah cara orang tua membesarkan anak
dengan
memenuhi
kebutuhan
anak,
memberi
Definisi Operasional
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dala penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini karena untuk
memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan perhitunganperhitungan statistik. Data yang digunakan merupakan data dalam bentuk angka.Dari
angka-angka yang diperoleh tersebut kemudian dilakukan deskripsi dan penafsiran.
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh pola asuh terhadap kemandirian belajar pada siswa MA Negeri
Cilamaya Kabupaten Karawang, maka pendekatan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kuantitatif dengan penelitian non-experimental dengan metode
korelasi kausalitas
Penelitian korelasi kausalitas adalah
DAFTAR PUSTAKA
Authoritarian, Permissive,
Tersedia
dan
Authoritative.Jurnal
Pola
Asuh.
http://www.academia.edu/6233842/Jurnal_pola_asuh
Suparyanto.Konsep
Pola
Asuh.
Tersediahttp://dr
suparyanto.blogspot.co.id/2010/07/konsep-pola-asuhanak.html (21/03/2016,
21.24 PM)