Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk dapat lebih memahami perilaku manusia, kita perlu memahami
struktur sosial, kerangka masyarakat yang sudah terbentang sebelum kita
dilahirkan .
Di dalam realitas kehidupan masyarakat, kita tidak bisa melepaskan
diri dari pembedaan-pembedaan posisi sosial. Selalu saja akan kita dapatkan
gambaran struktur sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Struktur sosial
inilah yang kemudian membagi secara definitif, baik individu maupun
kelompok, tentang status dan peran yang mesti ditunaikan (power
distribution). Dan dalam kenyataannya membicarakan struktur sosial tidak
bisa lepas begitu saja dari kenyataan bahwa kehidupan sosial masyarakat
selalu membentuk sistem yang saling berkaitan satu sama lain.
Kehidupan manusia berlangsung dalam suatu wadah yang dinamakan
masyarakat. Masyarakat ditinjau dari dua sudut, yaitu sudut statis dan sudut
dinamikanya. Sudut statis atau sudut struktural dinamakan dengan struktur
sosial. Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk.
Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan
dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau
susunan

sosial

yang

membentuk

kelompok-kelompok

sosial

dalam

masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal.


Struktur sosial sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial
kelompok atau masyarakat. Hal ini disebabkan oleh struktur sosial memang
berasal dari kelompok atau masyarakat itu sendiri. Dalam proses ini, individu
atau kelompok akan mendapat pengetahuan dan kesadaran tentang sikap,
kebiasaan, dan kepercayaan kelompok atau masyarakatnya. Pendek kalimat
struktur sosial dapat merubah suatu kebiasaan seorang individu. Pada

kesempatan kali ini saya akan menjelaskan lebih jauh mengenai struktur
sosial dan interaksi dalam fenomena kehidupan manusia di masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1)
2)
3)

Apa itu Struktur Sosial?


Apa saja unsur unsur sosial dalam struktur sosial ?
Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen
dalam mata kuliah sosiologi komunikasi. Selain itu, bagi diri saya pribadi
makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah wawasan yang
lebih bagi mahasiswa, dalam mengetahui dan mamahami makna Struktur
Sosial yang ada di kehidupan kita agar kita dapat memahami betul apa itu
Struktur Sosial termasuk unsur unsur sosial di dalamnya berikut interaksi
sosial yang terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur Sosial
2.1.1 Pengertian Struktur Sosial
Istilah struktur berasal dari kata structum (bahasa Latin) yang berarti
menyusun. Dengan demikian, struktur sosial memiliki arti susunan
masyarakat. Adapun penggunaan konsep struktur sosial tampaknya
beragam.
Para ahli sosiologi memiliki pendapat yang berbeda beda dalam
mendefinisikan struktur sosial. George C. Homan mengaitkan struktur social
dengan perilaku social elementer dalam kehidupan sehari hari. Sementara
itu, Talcott Persons berpendapat bahwa struktur social aalah keterikatan
antarmanusia. Ahli lain, Coleman, melihat struktur social sebagai sebuah
pola hubungan antarmanusia dan kelompok manusia. Berbeda dengan ketiga
ahli itu, Kornblum menekankan konsep struktur social pada pola perilaku
individu dan kelompok, yaitu pola perilaku yang berulang ulang yang
menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat.
Soerjono soekanto melihat struktur social sebagai sebuah hubungan
timbal balik antara posisi posisi sosial dan antara peranan peranan
social. Sementara itu, Abdul Abdul Syani melihat struktur sosial sebagai
sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Di dalam tatanan sosial
tersebut terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan
(dengan batas batas perangkat unsur unsur sosial tertentu). Status dan
peranan

menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat

membentuk suatu masyarakat. Tatanan tatanan sosial dalam kehidupan


masyarakat merupakan jaringan dari unsur unsur sosial yang pokok seperti
kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan,
dan wewenang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur sosial adalah


keseluruhan jalinan antara unsur unsur sosial yang pokok yaitu kaidah
kaidah sosial, lembaga lembaga sosial, kelompok kelompok sosial, dan
lapisan lapisan sosial. Pada dasarnya yang terpenting dalam struktur sosial
ialah relasi relasi sosial yang penting dalam menentukan tingkah laku
manusia. Dengan kata lain, jika relasi sosial tersebut tidak dilakukan dalam
suatu masyarakat, masyarakat, masyarakat tersebut tidak berwujud lagi.
2.1.2 Ciri Ciri Struktur Sosial
a. Bersifat abstrak, artinya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba.
Struktur sosial disini merupakan hierarki kedudukan dari tingkatan yang
tertinggi sampai yang terendah, berfungsi sebagai saluran kekuasaan dan
pengaturan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.
b. Terdapat dimensi vertikal dan horizontal, struktur sosial pada dimensi
vertikal adalah hierarki status-status sosial dengan segala peranannya
sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari struktur
status yang tertinggi hingga struktur status yang terendah. Sedangkan
pada struktur sosial yang memiliki dimensi harizontal, seluruh
masyarakat berdasarkan karakteristiknya terbagi-bagi dalam kelompokkelompok sosial yang memiliki karakter sama.
c. Sebagai landasan sebuah proses sosial suatu masyarakat, artinya proses
sosial yang terjadi dalam suatu struktur sosial termasuk cepat lambatnya
proses itu sendiri sangat dipengaruhi oleh bagaimana bentuk struktur
sosialnya.
d. Merupakan bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola
hubungan masyarakat, artinya struktur sosial yang dimiliki suatu
masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk hubungan
antarindividu di dalam masyarakat tersebut.
e. Struktur sosial selalu berkembang dan dapat berubah, struktur sosial
merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang
mengandung dua pengertian, yaitu dalam struktur sosial terdapat peranan
yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan, serta

dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap


perhentian

stabilitas,

keteraturan,

dan

integrasi

sosial

yang

berkesinambungan, sebelum terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh


masyarakat. Pada ciri yang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan
untuk melukiskan keteraturan sosial atau keteraturan elemen-elemen
dalam kehidupan masyarakat.
2.1.3 Fungsi Struktur Sosial
Beberapa fungsi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat adalah
sebagai berikut.
a. Sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial yang berkaitan
dengan aturan-aturan yang berasal dari suatu kelompok sosial,
diharapkan setiap anggota kelompok tersebut bersikap dan bertindak
sesuai dengan harapan-harapan kelompoknya.
b. Sebagai pengawas sosial fungsi struktur sosial disini adalah sebagai
pembatas agar setiap anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan
norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat tersebut.
c. Struktur sosial merupakan karakterisrik yang khas yang dimiliki suatu
masyarakatsehingga dapat memberikan warna yang berbeda dari
masyarakat yang lain.

2.2 Unsur Unsur Sosial dalam Struktur Sosial


Dari beberapa ciri yang dikemukakan tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa struktur sosial adalah suatu tatanan sosial dalam
kehidupan masyarakat yang merupakan jalinan antara unsur-unsur sosial
yang pokok.

Adapun unsur-unsur sosial yang pokok menurut Soerjono Soekanto


adalah Stratifikasi Sosial, Kelompok Sosial, Lembaga Sosial dan
Kebudayaan.
2.2.1 Stratifikasi Sosial
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Kata stratifikasi sosial berasal dari bahasa latin, yakni stratum yang
berarti tingkatan dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Secara
harfiah stratifikasi sosial berarti tingkatan yang ada dalam masyarakat.
Pendapat para ahli mengenai pengertian pelapisan sosial.
Menurut Pitirim A. Sorokin (1959), bahwa stratifikasi sosial
merupakan ciri yang tetap pada setiap kelompok sosial yang teratur. Lebih
lanjut beliau mengatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999), stratifikasi sosial
berarti sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Robert M.Z Lawang, startifikasi sosial adalah penggolongan orangorang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisanlapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stratifiksi sosial
adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang
diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi
sampai yang paling rendah.
B. Dasar Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama
dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai. Adapun dasar atau ukuran
yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam
suatu lapisan sosial adalah sebagai berikut.
Kekayaan (Capital)
Wujud kekayaan dilihat dari kepemilikan harta benda. Semakin

banyak kepemilikan harta benda maka seseorang akan menempati

posisi yang tinggi.


Kekuasaan (power)
Dilihat dari kepemilikan kekuasaan atau wewenang. Kekuasaan yang

besar bisa menghantarkan seseorang pada kedudukan yang tinggi.


Kehormatan (privilege)
Seseorang dapat menempati posisi tinggi dalam lapisan sosial

masayarakat jika ia sangat dihormati atau disegani.


Ilmu Pengetahuan (science)
Seseorang yang memiliki level pengetahuan yang tinggi akan bisa
menempati posisi yang tinggi.
Keempat ukuran di atas bukanlah bersifat limitif, artinya masih ada

ukuran lain yang dapat dipergunakan dalam kriteria penggolongan pelapisan


sosial dalam masyarakat, namun ukuran di ataslah yang paling banyak
digunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial.

C. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial


1. Status atau kedudukan
Paul B. Horton mendefinisikan status atau kedudukan sebagai
suatu posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Umunya terdapat
tiga macam cara memperoleh status atau kedudukan dalam
masyarakat, yaitu sebagai berikut.
Ascribed status merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang
melalui kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan
diperoleh karena ia dilehirkan dari orang yang berdarah

bangsawan.
Achieved status merupakan status atau kedudukan seseorang yang
diperoleh usaha-usaha yang disengaja. Misalnya, setiap orang bisa

menjadi dokter, asal dia memenuhi persyaratan untuk menjadi

seorang dokter.
Assigned status merupakan status atau kedudukan yang diberikan.
Misalnya, gelar kehormatan yang diberikan kepada seseorang
karena dianggap berjasa.

2. Peranan
Dalam setiap peranan akan terdapat suatu perangkat peran (role
set) yang menunjukkan bahwa dalam suatu status tidak hanya
mempunyai satu peran tunggal, tetapi sejumlah peran yang
berhubungan. Misalnya, seorang anak juga seorang murid, dan ia
seorang teman, seorang ketua OSIS, dan masih banyak perangkat
peran lainnya yang ia sandang. Jadi, dapat dilihat bahwa setiap
individu menduduki status atau kedudukan tertentu dalam masyarakat,
serta

menjalankan

suatu

peranan.

Ketika

seorang

individu

mennduduki suatu status atau kedudukan serta menjalankan sebuah


peranan terkadang dihadapkan pada pertentangan yang berkaitan
dengan status dan peranannya, konflik status dan konflik peranan akan
timbul apabila seseorang harus memilih status mana yang harus ia
pilih dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya, Ibu Tati adalah
seorang ibu dan juga pengacara. Ketika anaknya sakit, ia harus
memilih menjalankan peranannya sebagai seorang ibu yang harus
merawat anaknya atau memilih menjalankan peranannya sebagai
pembela dalam suatu sidang di pengadilan.
D. Sifat stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial
dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial
terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.

Stratifikasi

Sosial

Tertutup

(Closed

Social

Stratification)

Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit
mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat

terbatas pada mobilitas horisontal saja. Stratifikasi sosial bersifat tertutup

terdapat pada masyarakat berkasta dan masyarakat feodal.


Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap
anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal
maupun horisontal. Contoh:
Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh
pendidikan asal ada niat dan usaha.

2.2.2

Kelompok Sosial

A. Pengertian Kelompok Sosial


Secara sosiologis pengertian kelompok sosial adalah suatu kumpulan
orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama
lain dan dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Disamping itu
terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai kelompok sosial.
Menurut Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok sosial
adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara
mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
B.

Proses Terbentuknya Kelompok Sosial


Menurut Abdul Syani, terbentuknya suatu kelompok sosial karena
adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama. Manusia
membutuhkan komunikasi dalam membentuk kelompok, karena melalui
komunikasi orang dapat mengadakan ikatan dan pengaruh psikologis secara

timbal balik. Ada dua hasrat pokok manusia sehingga ia terdorong untuk
hidup berkelompok, yaitu:
1. Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya
2. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya
C.

Syarat Terbentuknya Kelompok Sosial


Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan
manusia yang hidup bersama dan saling berinteraksi. Untuk itu, setiap
himpunan manusia agar dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, haruslah
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia merupakan
bagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada kesamaan faktor yang dimiliki anggota-anggota kelompok itu
sehingga hubungan antara mereka bartambah erat. Faktor-faktor

kesamaan tersebut, antara lain


Persamaan nasib
Persamaan kepentingan
Persamaan tujuan
Persamaan ideologi politik
Persamaan musuh
Kelompok sosial ini berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola

perilaku.
3. Kelompok sosial ini bersistem dan berproses.
D. Macam-Macam Kelompok Sosial
1. Klasifikasi Tipe-tipe Kelompok Sosial
Menurut Soerjono Soekanto dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
macam, yaitu:
a. Berdasarkan besar kecilnya anggota kelompok

10

Menurut George Simmel, besar kecilnya jumlah anggota


kelompok akan memengaruhi kelompok dan pola interaksi sosial dalam
kelompok tersebut. Dalam penelitiannya, Simmel memulai dari satu
orang sebagai perhatian hubungan sosial yang dinamakan monad.
Kemudian monad dikembangkan menjadi dua orang atau diad, dan tiga
orang atau triad, dan kelompok-kelompok kecil lainnya. Hasilnya
semakin banyak jumlah anggota kelompoknya, pola interaksinya juga
berbeda.

b. Berdasarkan derajat interaksi dalam kelompok


Derajat interaksi ini juga dapat dilihat pada beberapa kelompok sosial
yang berbeda. Kelompok sosial seperti keluarga, rukun tetangga,
masyarakat desa, akan mempunyai kelompok yang anggotanya saling
mengenal dengan baik (face-to-face groupings). Hal ini berbeda dengan
kelompok sosial seperti masyarakat kota, perusahaan, atau negara, di
mana anggota-anggotanya tidak mempunyai hubungan erat.
c. Berdasarkan kepentingan dan wilayah
Sebuah masyarakat setempat (community) merupakan suatu kelompok
sosial atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingankepentingan tertentu. Sedangkan asosiasi (association) adalah sebuah
kelompok sosial yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan tertentu.
d. Berdasarkan kelangsungan kepentingan
Adanya kepentingan bersama merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terbentuknya sebuah kelompok sosial. Suatu kerumunan
misalnya, merupakan kelompok yang keberadaannya hanya sebentar
karena kepentingannya juga tidak berlangsung lama. Namun, sebuah
asosiasi mempunyai kepentingan yang tetap.
e. Berdasarkan derajat organisasi
Kelompok sosial terdiri atas kelompok-kelompok

sosial

yang

terorganisasi dengan rapi seperti negara, TNI, perusahaan dan

11

sebagainya. Namun, ada kelompok sosial yang hampir tidak terorganisasi


dengan baik, seperti kerumunan.
Secara umum tipe-tipe kelompok sosial adalah sebagai berikut.
1. Kategori statistik, yaitu pengelompokan atas dasar ciri tertentu yang
sama, misalnya kelompok umur.
2. Kategori sosial, yaitu kelompok individu yang sadar akan ciri-ciri
yang dimiliki bersama, misalnya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam
Indonesia).
3. Kelompok sosial, misalnya keluarga batih (nuclear family)
4. Kelompok tidak teratur, yaitu perkumpulan orang-orang di suatu
tempat pada waktu yang sama karena adanya pusat perhatian yang
sama. Misalnya, orang yang sedang menonton sepak bola.
5. Organisasi Formal, yaitu kelompok yang sengaja dibentuk untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan terlebih dahulu,
misalnya perusahaan.
2.

Kelompok Sosial dipandang dari Sudut Individu


Pada masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia tidak
hanya mempunyai satu kelompok sosial tempat ia menjadi
anggotanya. Namun, ia juga menjadi anggota beberapa kelompok
sosial sekaligus. Terbentuknya

kelompok-kelompok sosial ini

biasanya didasari oleh kekerabatan, usia, jenis kelamin, pekerjaan atau


kedudukan. Keanggotaan masing-masing kelompok sosial tersebut
akan memberikan kedudukan dan prestise tertentu. Namun yang perlu
digarisbawahi adalah sifat keanggotaan suatu kelompok tidak selalu
bersifat sukarela, tapi ada juga yang sifatnya paksaan. Misalnya, selain
sebagai anggota kelompok di tempatnya bekerja, Pak Tomo juga
anggota masyarakat, anggota perkumpulan bulu tangkis, anggota
Ikatan Advokat Indonesia, anggota keluarga, anggota Paguyuban
masyarakat Jawa dan sebagainya.

12

3.

In-Group dan Out-Group


Sebagai seorang individu, kita sering merasa bahwa aku
termasuk dalam bagian kelompok keluargaku, margaku, profesiku,
rasku, almamaterku, dan negaraku. Semua kelompok tersebut
berakhiran dengan kepunyaan ku. Itulah yang dinamakan kelompok
sendiri (In group) karena aku termasuk di dalamnya. Banyak
kelompok lain dimana aku tidak termasuk keluarga, ras, suku bangsa,
pekerjaan, agama dan kelompok bermain. Semua itu merupakan
kelompok luar (out group) karena aku berada di luarnya.
In-group dan out-group dapat dijumpai di semua masyarakat,
walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama. Pada
masyarakat primitif yang masih terbelakang kehidupannya biasanya
akan mendasarkan diri pada keluarga yang akan menentukan
kelompok sendiri dan kelompok luar seseorang. Jika ada dua orang
yang saling tidak kenal berjumpa maka hal pertama yang mereka
lakukan adalah mencari hubungan antara keduanya. Jika mereka dapat
menemukan adanya hubungan keluarga maka keduanya pun akan
bersahabat karena keduanya merupakan anggota dari kelompok yang
sama. Namun, jika mereka tidak dapat menemukan adanya kesamaan
hubungan antaa keluarga maka mereka adalah musuh sehingga
merekapun bereaksi.
Pada masyarakat modern, setiap orang mempunyai banyak
kelompok sehingga mungkin saja saling tumpang tindih dengan
kelompok luarnya. Siswa lama selalu memperlakukan siswa baru
sebagai kelompok luar, tetapi ketika berada di dalam gedung olahraga
mereka pun bersatu untuk mendukung tim sekolah kesayangannya.

4.

Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder


(Secondary Group)

13

Menurut Charles Horton Cooley, kelompok primer adalah


kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal
antara anggota-anggotanya serta kerja sama yang erat yang bersifat
pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat
pribadi tadi adalah adanya peleburan individu-individu ke dalam
kelompok-kelompok sehingga tujuan individu menjadi tujuan
kelompok juga. Oleh karena itu hubungan sosial di dalam kelompok
primer berisfat informal (tidak resmi), akrab, personal, dan total yang
mencakup berbagai aspek pengalaman hidup seseorang.
Di dalam kelompok primer, seperti: keluarga, klan, atau
sejumlah sahabat, hubungan sosial cenderung bersifat santai. Para
anggota kelompok saling tertarik satu sama lainnya sebagai suatu
pribadi. Mereka menyatakan harapan-harapan, dan kecemasankecemasan, berbagi pengalaman, mempergunjingkan gosip, dan saling
memenuhi kebutuhan akan keakraban sebuah persahabatan.
Di sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok
besar yang terdiri atas banyak orang, antara dengan siapa
hubungannya tida perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan
sifatnya juga tidak begitu langgeng. Dalam kelompok sekunder,
hubungan sosial bersifat formal, impersonal dan segmental (terpisah),
serta didasarkan pada manfaat (utilitarian). Seseorang tidak
berhubungan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi sebagai
seseorang yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Kualitas
pribadi tidak begitu penting, tetapi cara kerjanya.
5.

Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)


Konsep

paguyuban

(gemeinschaft)

dan

patembayan

(gesellschaft) dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Pengertian


paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-

14

anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat


alamiah, serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan
rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Bentuk
paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok
kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Secara umum ciri-ciri
paguyuban adalah:
1. Intimate, yaitu hubungan yang bersifat menyeluruh dan mesra
2. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi
3. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk kita saja dan
tidak untuk orang lain di luar kita
Di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di
antara tiga tipe paguyuban berikut.
1. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu
gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang
didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga
dan kelompok kekerabatan.
2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu
paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat
tinggal

sehingga

dapat

saling

tolong-menolong.

Misalnya

kelompok arisan, rukun tetangga.


3. Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu
paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun tidak
mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak
berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa, pikiran, dan
ideologi yang sama. Ikatan pada paguyuban ini biasanya tidak
sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.

15

Sebaliknya, patembayan (gesellschaft) adalah ikatan lahir yang


bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu yang pendek. Patembayan
bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta
strukturnya

bersifat

mekanis

seperti

sebuah

mesin.

Bentuk

gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang


bersifat timbal balik. Misalnya, ikatan perjanjian kerja, birokrasi
dalam suatu kantor, perjanjian dagang, dan sebagainya.
6.

Formal Group dan Informal Group


Menurut Soerjono Soekanto, formal group adalah kelompok
yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh
anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesamanya.
Kriteria rumusan organisasi formal group merupakan keberadaan tata
cara untuk memobilisasikan dan mengoordinasikan usaha-usaha demi
tercapainya tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat
khusus.
Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme
administratif. Misalnya, sekolah terdiri atas beberapa bagian, seperti
kepala sekolah, guru, siswa, orang tua murid, bagian tata usaha dan
lingkungan sekitarnya. Organisasi seperti itu dinamakan birokrasi.
Menurut Max Weber, organisasi yang didirikan secara birokrasi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi yang
merupakan tugas-tugas jabatan.
2. Posisi dalam organisasi terdiri atas hierarki struktur wewenang.
3. Suatu

sistem

peraturan

memengaruhi

keputusan

dan

pelaksanaannya.

16

4. Unsur staf yang merupakan pejabat, bertugas memelihara


organisasi dan khususnya keteraturan organisasi.
5. Para pejabat berharap agar hubungan atasan dengan bawahan dan
pihak lain bersifat orientasi impersonal.
6. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier.
Sedangkan pengertian informal group adalah kelompok yang
tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. Kelompokkelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan
yang berulang kali. Dasar pertemuan-pertemuan tersebut adalah
kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama.
Misalnya klik (clique), yaitu suatu kelompok kecil tanpa struktur
formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik
tersebut ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik
antaranggota yang biasanya hanya antarakita saja.
7.

Membership Group dan Reference Group


Mengutip pendapat Robert K Merton, bahwa membership
group adalah suatu kelompok sosial, di mana setiap orang secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas fisik yang dipakai
untuk menentukan keanggotaan seseorang tidak dapat ditentukan
secara mutlak. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan keadaan.
Situasi yang tidak tetap akan memengaruhi derajat interaksi di dalam
kelompok tadi sehingga adakalanya seorang anggota tidak begitu
sering berkumpul dengan kelompok tersebut walaupun secara resmi
dia belum keluar dari kelompok itu.
Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan
seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan
perilakunya. Dengan kata lain, seseorang yang bukan anggota

17

kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasikan dirinya dengan


kelompok tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi
anggota TNI, tetapi gagal memenuhi persyaratan untuk memasuki
lembaga pendidikan militer. Namun, ia bertingkah laku layaknya
seorang perwira TNI meskipun dia bukan anggota TNI.

8.

Kelompok Okupasional dan Volunteer


Pada awalnya suatu masyarakat, menurut Soerjono Soekanto,
dapat melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Artinya, di dalam
masyarakat tersebut belum ada pembagian kerja yang jelas. Akan
tetapi,

sejalan

dengan

kemajuan

peradaban

manusia,

sistem

pembagian kerja pun berubah. Salah satu bentuknya adalah


masyarakat itu sudah berkembang menjadi suatu masyarakat yang
heterogen. Pada masyarakat seperti ini, sudah berkembang sistem
pembagian kerja yang didasarkan pada kekhususan atau spesialisasi.
Warga masyarakat akan bekerja sesuai dengan bakatnya masingmasing. Setelah kelompok kekerabatan yang semakin pudar
fungsinya, muncul kelompok okupasional yang merupakan kelompok
terdiri atas orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok
semacam ini sangat besar peranannya di dalam mengarahkan
kepribadian seseorang terutama para anggotanya.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi komunikasi, hampir
tidak ada masyarakat yang tertutup dari dunia luar sehingga ruang
jangkauan suatu masyarakatpun semakin luas. Meluasnya ruang
jangkauan ini mengakibatkan semakin heterogennya masyarakat
tersebut. Akhirnya tidak semua kepentingan individual warga
masyarakat dapat dipenuhi.
18

Akibatnya dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan


masyarakat secara keseluruhan, muncullah kelompok volunteer.
Kelompok ini mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan
sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin
luas jangkauannya tadi. Dengan demikian, kelompok volunteer dapat
memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual
tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara luas.
Beberapa kepentingan itu antara lain:
1. Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
2. Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda
3. Kebutuhan akan harga diri
4. Kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri
5. Kebutuhan akan kasih sayang
E.

Kelompok Sosial yang Tidak Teratur


1.

Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah sekelompok individu yang berkumpul secara
kebetulan di suatu tempat pada waktu yang bersamaan. Ukuran utama
adanya kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Sedikit
banyaknya jumlah kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan
selama telingan dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera
berakhir setelah orang-orangnya bubar. Oleh karena itu, kerumunan
merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer).
Secara garis besar Kingsley Davis membedakan bentuk
kerumunan menjadi:

19

a.

Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial


Kerumunan ini dapat dibedakan menjadi:
1) Khalayak penonton atau pendengar formal (formal audiences),
merupakan kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan
tujuan yang sama. Misalnya, menonton film, mengikuti
2)

kampanye politik dan sebagainya.


Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned
expressive group), yaitu kerumunan yang pusat perhatiannya
tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai persamaan tujuan
yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut.

b.

Kerumunan yang bersifat sementara (Casual Crowd)


Kerumunan ini dibedakan menjadi:
1) Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient
aggregations).

Misalnya, orang yang sedang antri tiket,

orang-orang yang menunggu kereta.


2) Kumpulan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik
(panic crowds), yaitu orang-orang yang bersama-sama
berusaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Dorongan
dalam diri individu-individu yang berkerumun tersebut
mempunyai kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik.
Misalnya, ada kebakaran dan gempa bumi.
3) Kerumunan penonton (spectator crowds), yaitu kerumunan
yang terjadi karena ingin melihat kejadian tertentu.
Misalnya, ingin melihat korban lalu lintas.
c.

Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum


(Lawless Crowd)
Kerumunan ini dibedakan menjadi:

20

1) Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs), yaitu


kerumunan yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu
dengan menggunakan kekuatan fisik yang bertentangan
dengan

norma-norma

yang

berlaku.

Misalnya

aksi

demonstrasi dengan kekerasan.


2) Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds), yaitu
kerumunan yang hampir sama dengan kelompok ekspresif.
Bedanya

adalah

bertentangan

dengan

norma-norma

masyarakat. Misalnya, orang-orang yang mabuk.


2.

Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok
yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung
melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan pribadi yang
berantai, desas-desus, surat kabar, televisi, film, dan sebagainya. Alat
penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu publik
mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan
tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar, tidak ada pusat perhatian
yang tajam sehingga kesatuan juga tidak ada.

F. Masyarakat Setempat (Community)


Masyarakat setempat adalah suatu masyarakat yang bertempat tinggal
di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu. Faktor
utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara
anggota dibandingkan dengan interaksi penduduk di luar batas wilayahnya.
Secara garis besar masyarakat setempat berfungsi sebagai ukuran
untuk menggaris bawahi kedekatan hubungan antara hubungan sosial
dengan suatu wilayah geografis tertentu. Akan tetapi, tempat tinggal tertentu
saja belum cukup untuk membentuk suatu masyarakat setempat. Hal ini
masih dibutuhkan adanya perasaan komunitas (community sentiment).

21

Beberapa unsur komunitas adalah:


1. Seperasaan
Unsur perasaan akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan
dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut.
Akibatnya, mereka dapat menyebutnya sebagai kelompok kami atau
perasaan kami.
2. Sepenanggunan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan
masyarakat sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok.
3. Saling memerlukan
Individu yang bergabung dalam masyarakat setempat merasakan
dirinya tergantung pada komunitas yang meliputi kebutuhan fisik
maupun biologis.
Untuk

mengklasifikasikan

masyarakat

setempat,

dapat

digunakan empat kriteria yang saling berhubungan, yaitu:


1. Jumlah penduduk
2. Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk
3. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh
masyarakat
4. Organisasi masyarakat yang bersangkutan
2.2.3

Lembaga Sosial

A. Pengertian Lembaga Sosial


Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social
institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata
sosial. Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan

22

mengatur

perilaku

para

anggota

masyarakat.

Ada

pendapat

lain

mengemukakan bahwa pranata sosial merupakan system tata kelakukan dan


hubungan yang berpusat pada aktivitas - aktivitas untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan
menurut Koentjaraningrat Lembaga sosial merupakan satuan norma khusus
yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Terbentuknya Lembaga Sosial
Lembaga sosial terbentuk dari nilai, norma, adat istiadat, tata
kelakuan, dan unsur budaya lainnya yang hidup di masyarakat. Nilai dan
norma yang baru setelah dikenal, diakui dan dihargai oleh masyarakat akan
ditaati dalam kehidupan sehari-hari. Proses tersebut akan berlanjut ke nilai
dan norma sosial dan diserap oleh masyarakat dan mendarah daging. Proses
penyerapan tersebut dinamakan dengan internalisasi (internalization).
Setelah itu, lama kelamaan akan berkembang menjadi bagian dari
suatu lembaga. Proses yang dilewati nilai dan norma sosial baru untuk
menjadi bagian dari salah satu lembaga sosial yang dalam masyarakat
disebut dengan proses pelembagaan (institusionalized).
C. Fungsi Lembaga Sosial
Lembaga sosial memiliki tujuan yang memenuhi kebutuhan pokok
manusia. Lembaga sosial memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai
berikut.
Pedoman anggota masyarakat dalam bertingkah laku atau bersikap untuk
menghadapi

masalah

dalam

masyarakat

khususnya

menyangkut

mengenai kebutuhan manusia.


Sebagai penjaga akan keutuhan masyarakat

23

Menjadi pegangan untuk mengadakan sistem pengendalian sosial terhadap


tingkah laku anggota masyarakat
D. Syarat Terbentuknya Lembaga Sosial
Menurut Selo Soemardjan, lembaga sesuatu yang harus dipegang dan
sebagai

aturan yang

mengikat dalam masyarakat

sebagai proses

bertumbuhnya kelembagaan yang mengikat 3 syarat. Syarat-syarat terbentuk


lembaga sosial adalah sebagai berikut.
Norma menjiwai seluruh anggota masyarakat
Diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat tanpa adanya halanyan
yang berarti
Norma harus memiliki sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat

E. Sifat-Sifat Lembaga Sosial


Menurut Harsoja lembaga sosial mempunyai sifa-sifat umum, yaitu
sebagai berikut.
Berfungsi sebagai unit dalam sistem kebudayaan sebagai satu kesatuan
bulat
Memiliki tujuan yang jelas
Relatif kokoh
Sering menggunakan hasil kebudayaan material dalam menjalankan
fungsinya
Sifat karakteristik merupakan sebuah lambang
24

Umumnya sebagai tradisi tertulis atau lisan


F. Ciri-Ciri Lembaga Sosial
Menurut Gillin dan Gillin, terdapat ciri-ciri utama lembaga sosial
antara lain sebagai berikut.

Pola pemikiran dan perilaku terwujud dari dalam aktivitas masyarakat


bersama dengan hasil-hasilnya.

Memiliki suatu tingkat kekekalan khusus. Maksudnya, suatu nilai atau


norma akan menjadi lembaga yang setelah mengalami proses percobaan
dalam waktu yang relatif lama.

Memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu.

Memiliki alat kelengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan


lembaga tersebut. Umumnya alat ini antara satu masyarakat dan
masyarakat lainnya berbeda.

Mempunyai lambang sebagai simbol dalam menggambarkan tujuan dan


fungsi lembaga tersebut.

Merumuskan tujuan dan tata tertibnya, lembaga memiliki tradisi yang


tertulis dan tidak tertulis.

G. Macam-Macam Lembaga Sosial


Terdapat beberapa lembaga sosial yang sangat erat dengan
orientasinya. Beberapa lembaga sosial tersebut adalah sebagai berikut.
a.

Lembaga Keluarga
Lembaga keluarga merupakan lembaga sosial yang terkencil yang
terbentuk atas dasar perkawinan dan hubungan darah. Macam-macam
fungsi lembaga keluarga adalah sebagai berikut..
25

Fungsi reproduksi : Dalam keluarga, keturunan merupakan inti dari


terjadinya sebuah pernikahan.

Fungsi ekonomi : Dalam keluarga, terdapat fungsi ekonomi yang


dalam hal ini adalah peran ayah, namun ibu juga berperan sebagai
fungsi ekonomi dalam menghidupi keluarga mereka termasuk
mereka sendiri dan anak-anaknya.

Fungsi proteksi : Dalam keluarga, terdapat fungsi proteksi, artinya


keluarga menciptakan rasa ketentaraman dan keterlindungan baik
secara psikologis maupun fisik.

Fungsi sosialisasi : Dalam keluarga, terdapat fungsi sosialisasi yang


mengajarkan anak segala hal baik berlatih dan diperkenalkan caracara hidup yang baik dan benar agar dapat berperan dalam
masyarakat.

Fungsi afeksi : Dalam keluarga, terdapat fungsi afeksi yang tidak


lain adalah orang tua dari anak tersebut dengan memberikan
kehangantan dan kasih sayang.

Fungsi pengawasan sosial : Dalam keluarga, fungsi pengawasan


sosial yang mengontrol segala aktivitas dan tingkah laku dalam
keluarga mereka, hal ini biasanya dipegang oleh orang tua untuk
mengawasi anaknya.

Fungsi pemberian status : Dalam keluarga, terdapat fungsi


pemberian status melalui lembaga perkawinan sebagai pasangan
suami istri.

b.

Lembaga Politik

26

Lembaga politik adalah proses pembentukan dan pembagian


kekuasaan dalam masyarakat sebagai proses pembuatan keputusan.
Macam-macam fungsi lembaga politik adalah sebagai berikut.

Memelihara ketertiban di dalam negeri (internal order):

Menjaga keamanan yang ada di luar negeri (eksternal order):

Mengupayakan kesejahteraan umum (general welfare)

Mengatur proses politik


c.

Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya
proses pendidikan dengan tujuan mengubah tingkah laku individu ke
arah yang lebih baik. Macam-macam fungsi lembaga pendidikan
menurut horton dan hunt adalah sebagai berikut.

Mempersiapkan untuk mencari nafkah

Sebagai tempat pengembangan bakat

Sebagai pelestari kebudayaan masyarakat

Tempat edukasi keterampilan agar dapat berpatisipasi dalam


demokrasi

d.

Memperpanjang masa remaja

Mempertahankan sistem sosial


Lembaga Ekonomi

27

Lembaga ekonomi adalah lembaga yang mempunyai kegiatan di


bidang ekonomi demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Macammacam fungsi lembaga ekonomi adalah sebagai berikut.

e.

Memberi pedoman dalam mendapatkan bahan pangan

Sebagai pedomn untuk menjalankan pertukaran barang atau barter

Sebagai pedoman mengenai harga jual beli barang

Lembaga Agama
Lembaga agama adalah lembaga yang mengatur mengenai kehidupan
manusia dalam beragama. Macam-macam fungsi lembaga agama
menurut Bruce J. Cohen adalah sebagai berikut.

Sebagai bantuan dalam pencarian identitas moral

Memberikan tafsiran-tafsiran dalam membantu memperjelas


keadaan lingkungan fisik dan sosial seseorang

Sebagai peningkatan keramahan dalam bergaul, kohesi sosial, dan


solidaritas kelompok

f.

Lembaga Budaya
Lembaga budaya adalah lembaga publik yang terdapat dalam suatu
negara yang berfungsi sebagai pengembangan budaya, ilmu
pengetahuan, lingkungan, seni, dan pendidikan masyarakat.

2.2.4 Kebudayaan
A. Pengertian Kebudayaan
28

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu


buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.

B. Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli

29

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.


Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain
yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Pernyataan di atas sejalan dengan selo Sumarjan dan Soelaiman
Sumardi, bahwa kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
(a) karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi dan
karya-karya kebendaan atau budaya materi (fisik) yang diperlukan oleh
manusia untuk menguasai dan menundukan alam sekitarnya, sehingga
budaya yang besifat fisik ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. (b) rasa,
adalah spiriual culture (nonfisik) meliputi unsur mental dan kejiwaan
manusia. Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan
norma sosial atau yang dsebut dengan pranata sosial. Apa yang dihasilkan
rasa

digunakan

untuk

mengatur

masalah-masalah

kemasyarakatan.

Misalnya agama, kesenian, ideologi, kebatinan dsb. (c) cipta merupakan


immaterial culture yanng menghasilkan pranata sosial, namun caipta yang
menghasilkan gagasan, berbagai teori, wawasan dan semacamnya yang
bermanfaat bagi manusia. (d) karsa adalah kemampuan untuk menempatkan
karya, rasa, dan cipta, pada tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan

30

kepentingan bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian karsa adalah


kecerdasan dalam menggunakan karya, rasa dan cipta secara fungsional
sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat lebih bagi manusia dan
masyarakat secara luas.
C. Unsur- Unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur
pokok, yaitu:

Alat-alat teknologi
Sistem ekonomi
Keluarga
Kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
1. Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat dan lembaga-lembaga

atau

petugas-petugas

untuk

pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)


4. Organisasi kekuatan (politik)

D. Wujud dan Komponen Kebudayaan


1.

Wujud Kebudayaan

31

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga,


yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari
kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
b.

karya para penulis warga masyarakat tersebut.


Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-

c.

hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.


Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara
wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud
kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal
mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia.

2.

Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen

atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :


a. Kebudayaan material

32

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang


nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi:
mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin
cuci.
b. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial

adalah

ciptaan-ciptaan

abstrak

yang

diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita


rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
c. Lembaga sosial
Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam
kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem
sosial yang terbentuk dalam suatu negara akan menjadi dasar dan
konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh Di
Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu
sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan.
Tetapi di kota-kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita
d.

memilik karier.
Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system
kepercayaan

atau

keyakinan

terhadap

sesuatu,

hal

ini

akan

mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem


keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai
dengan cara bagaimana berkomunikasi.
e. Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng,
hikayat, drama dan tari-tarian, yang berlaku dan berkembang dalam
masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai
estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran,
agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif.

33

Misalkan di beberapa wilayah setiap akan membangun bagunan jenis


apa saja harus meletakan janur kuning dan buah-buahan sebagai simbol
yang artinya berbeda di setiap daerah. Tetapi di kota besar seperti
Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara
tersebut.
f.

Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk
setiap walayah, bagian dan negara memiliki perbedaan yang sangat
komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen
komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat unik dan
komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut.
Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan
dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh
nilai empati dan simpati dari orang lain.

2.3 Interaksi Sosial

A. Pengertian Interaksi Sosial


Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social
interaction yang berarti saling bertindak. Interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik antarindividu,
antarkelompok, dan antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial
terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan
reaksi bagi individu-individu lain. Interaksi sosial tidak hanya berupa

34

tindakan yang berupa kerja sama, tetapi juga bisa berupa persaingan dan
pertikaian.
B. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Agar interaksi sosial dapat terjadi, dibutuhkan beberapa syarat.
Menurut Gilin dan Gilin seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto, syarat
terjadinya interaksi sosial adalah sebagai berikut.
1. Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari kata con atau cum (Bahasa Latin:
bersama-sama) dan tango (Bahasa Latin: menyentuh). Jadi, secara
harfiah kontak artinya adalah sama-sama menyentuh. Secara fisik
kontak sosial baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Akan
tetapi, sebagai gejala sosial tidak harus berarti suatu hubungan
badaniah. Karena seseorang dapat mengadakan hubungan dengan
pihak lain tanpa saling menyentuh seperti saat saling menyapa dan
berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat.
Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak
dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya
interaksi

sosial

dan

masing-masing

pihak

salingg

bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik.


Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak
primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu
dan berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang tersebut
berjabat tangan, saling senyum, dan seterusnya. Sebaliknya kontak
sekunder memerlikan suatu perantara.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu
sebagai berikut.

35

Kontak antar individu


Kontak antar individu dengan kelompok, dan sebaliknya
Kontak antar kelompok
2. Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata communicare (Bahasa Latin:
berhubungan). Jadi, secara harfiah komunikasi adalah berhubungan
atau bergaul dengan orang lain. Pada kontak sosial pengertiannya
lebih ditekankan kepada orang atau kelompok yang berinteraksi,
sedangkan komunikasi lebih ditekankan kepada bagaimana pesannya
itu diproses.
Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung (ada kontak
belum tentu terjadi komunikasi). Komunikasi memiliki maksud yang
luas dibandingkan dengan kontak, karena komunikasi dapat memiliki
dan menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Seperti
tersenyum dapat ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan
terhadap seseorang.

C. Ciri Ciri Interaksi Sosial


Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pelakunya lebih dari satu orang.
2. Ada komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial.
3. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, terlepas dari sama atau
tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.
4. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa datang) yang akan
menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

36

D. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Interaksi Sosial


Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa
faktor berikut ini
a. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang
lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti
pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya
dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau
terkenal dalam masyarakat.
b. Imitasi
Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain
sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan
oleh seseorang.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan
terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena
identifikasi dilakukan oleh seseorang secara sadar.
d. Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang
lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau
sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus.

37

e. Empati
Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara
efektif dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang sebenarbenarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain
tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia. Empat hampir
mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai
atau lebih terlihat secara emosional.
f. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang
diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa
sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh
tanggung jawab.

E. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial


Interaksi sosial mempunyai dua bentuk, yakni interaksi sosial yang
mengarah pada bentuk penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada
bentuk pemisahan (proses disosiatif).
1. Proses asosiatif
Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan
kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain
sebagai berikut.
a. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
b. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi adalah suatu proses di mana orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan,

38

saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi keteganganketegangan.


c. Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok
manusia dan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
d. Asimilasi (assimilation)
Asimilasi adalah usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara
beberapa orang atau kelompok serta usaha menyamakan sikap, mental,
dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama.

2. Proses Disasosiatif
Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang
menghasilkan sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial
disosiatif, antara lain sebagai berikut:

39

a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya saling
berlomba atau bersaing antar individu atau antar kelompok tanpa
menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mengejar suatu nilai
tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau lebih kuat.
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara
persaingan dan konflik.
c. Konflik
Konflik adalah suatu proses sosial di mana orang perorangan atau
kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan
menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kedinamisan manusia telah menjadikannya hidup berkelompok
kelompok dan membentuk suatu masyarakat yang selalu berinteraksi serta
terorganisasi. Kemampuan berinteraksi inilah yang menjalin hubungan

40

antarmanusia sehingga mampu memperkecil jarak perbedaan tersebut. Oleh


karena itu, bentuk bentuk atau struktur sosial menjadi fenomena dalam
kehidupan manusia. Struktur sosial merupakan objek kajian yang menarik
dan esensial dalam sosiologi agar manusia mampu memahami perbedaan
tersebut sebagai suatu anugerah dari Tuhan.
Struktur

sosial

adalah

cara

bagaimana

suatu

masyarakat

terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat diprediksikan melalui


pola perilaku berulang antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat
tersebut. Struktur sosial dapat diartikan sebagai jalinan antara strukturstruktur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah / norma-norma sosial,
lembaga-lembaga sosial dan lapisan-lapisan sosial.
Adapun unsur-unsur sosial yang pokok menurut Soerjono Soekanto
adalah Stratifikasi Sosial, Kelompok Sosial, Lembaga Sosial dan
Kebudayaan. Skema dari suatu struktur sosial selalu berubah sejalan dengan
perkembangan zaman, kebutuhan dan pandangan masyarakat tentang nilai
nilai yang ada. Jika struktur tersebut tidak sesuai lagi dengan keadaan
masyarakat, struktr sosial yang lama harus disesuaikan dengan struktur
sosial yang baru.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan. Untuk itu, penulis membuka diri terhadap kritik
maupun saran yang sifatnya membangun.

41

DAFTAR PUSTAKA
Dhohiri, Taufik Rahman., Tarsius Wartono, dkk. 2007. Sosiologi 1 Suatu Kajian
Kehidupan Masyarakat. Jakarta : Yudhistira
Heslin, James M. 2007. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta :
Erlangga
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_sosial
http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-kebudayaan-definisi-paraahli.html
Maryati, Kun., dan Juju Suryawati. 2006. Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas XI.
Jakarta : Esis

42

Nurisyamsiah.2015. Ringkasan Buku Sosiologi Suatu Pengantar Prof. Dr.


Soerjono Soekanto Diambil dari
https://aufklarungofnui.wordpress.com/2015/04/24/ringkasan-buku-sosiologisuatu-pengantar-prof-dr-soerjono-soekanto/ (5 Maret 2016)
Raharjo, Agung S.S. 2009. Buku Kantong Sosiologi SMA IPS. Yogyakarta :
Pustaka Widyatama
Sasrawan, Hedi. 2004. Interaksi Sosial (Materi Lengkap Sosiologi) Diambil dari
http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2012/12/interaksi-sosial-materi-lengkap.html 3
(5 Maret 2016)
Waluyo, Bagja. 2007. Sosiologi : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat
Untuk SMA dan MA Kelas XI. Bandung : PT. Setia Purna Inves

43

Anda mungkin juga menyukai